Kompas, selasa, 30 mei 2017
OPINI
TRADISI KRITIS-PROFETIK BERAGAMA
Oleh :Syahrul Ramadhan
waktu: 18: 03 WIB
Tempat: GPL
tanggal: selasa, 24 April 2018
Agama
yang mempunyai nilai-nilai keluhuran , di tangan sebagian pemeluknya justru
telah berubah menjadi malaikat yang selalu meniupkan terompet kematian bagi
siapapun yang berbeda keyakinan. Perjuangan menegakkan agama berubah menjadi
monster yang begitu menakutkan.
Konflik
yang selalu berdalih dengan nama tuhan dan berlidung di balik jubah agama serta
di bungkus dengan persoalan politik. Tengoklah konflik timur tengah yang tengah
menghancurkan keluhuran bangsa-bangsa tersebut.
Kehendak
yang mengatas namakan agama akhirnya memunculakn sebuah pertanyaan mendasar:
mengapa kekerasan atas nama agama masih sangat sering terjadi? Apakah agama
mengajarkan kekerasan? Dapatkah agama diandalkan untuk menyelesaikan problem2
kemanusian saat ini?
Pernyataan2
bernama gugatan seperti diatas tak sepenuhnya bisa bisa dislaahkan ditengah
realitas yang menyodorkan fakta tak terbantahkan. Jawaban atas pertanyaan itu
bisa iya bisa tidak.
BERGANTUNG
PADA MANUSIA
Charles kimball dlm karya “When Religion
Becomes Evil ? (2003). -> menunjukan bahwa disatu pihak agama memang sering
menjadi problem dalam sejarah. Namun di lain pihak bisa memeberikan nilai dan
arti bagi hidup manusia. Problem tidaknya sebuah agama tidak tergantung pada
agama itu sendiri tetapi pada soal agama kaitannya dengan hidup manusia.
Artinya, manusialah patokan yang menentukan apakah agama itu menjadi problem
atau tidak.
Karena itu perlu di tegaskan betapapun luhur
suatu ajaran agama, betapapun mulia institusinya, semua akan jadi pembusukan
apabila nyata-nyata menyebabkan penderitaan. Sesungguhnya bukan agama itu
penyebabnya melainkan manusia pemeluknya.
SEPERTI
APAKAH TANDA-TANDA KERUSAKAN AGAMA SEHINGGA SEHINGGA BISA DICEGAH AGAR TIDAK
MENJADI BENCANA ?
Ada
5 hal:
1.
1. Agama akan menjadi bencana bila pemeluk agama tersebut mengklaim
kebenaran agamanya sebagai kebenaran yang mutlak dan satu-satunya. Jika ini
terjadi maka pemeluknya akan berbuat apa saja untuk membenarkan dan mendukung
klaim kebenarannya.
2. 2.
Ketaatan buta kepada pemimpin agama mereka. Karena itu dalam beragama
pun penting mengembangkan sikap kritis dan pemahaman agama yang seimbang, tidak
pincang dan melihatnya dari beberpa sudut.
3.
3. Jika pemeluk agama mulai
gandrung merindukan zaman ideal, kemudian dengan segenap cara bertekad
merealisasikan cara bertekad merealisasikan zaman tersebut kedalam zaman
sekarang. Ex: negara khilafah dan Gerakan Negara Islam di irak dan suriah
(NIIS).
4. 4.
Apabila agama tersebut membenarkan dan membiarkan terjadinya
“tujuan yang membenarkan cara”.
5. 5.
Agama akan jadi bencana jika perang suci kembali dipekikkan. Ex:
tamsilnya perang salib yg begitu kejam atau serangkaian terorisme yg terjadi
diindonesia.
KRISIS-PROFETIK
Ditengah persoalan yang sedemikian rumit yang membelit bangsa ini,
mulai soal pengangguran, kesenjangan, kemiskinan, merebaknya gerakan2
fundamental, sudah saatnya agama mampu menyumbangkan apa yg pling dituntut utk
mengatasi krisis ini. Smbangan yang paling minim yang bisa diberikan adalah
tidak menuntut kebenarannya sendiri, tapi menyumbangkan kebenaran satu sama
lain.
Persoalan krusial yang sering terjadi dalam
keberagaman kita adalah bahwa agama yang pada mulanya hadir sebagai roh
peradaban serta tiang penyangga bagi tegaknya etika sosial, sekarang cenderung
menjadi lembaga layanan ritual belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar