Sabtu, 28 April 2018

PENGAJIAN KE-4 DIRUMAH DR. KH. AHMAD SHODIQ, MA.


PENGAJIAN KE-4 DIRUMAH DR. KH. AHMAD SHODIQ, MA.
Oleh: Syahrul Ramadhan
Tempat: Grand Puri Laras
Tanggal: 12.10 WIB, sabtu 28 April 2018
Kita lanjutkan  pengkajian kita di Kitab Mbah siddiq tentang Hulul, Hulul itu fana dzat fana sifat, wujudul haq. Kalau udah fana mutlak (fana dzat dan fana sifat), wujud yang hakiki lepas dan hanya menyandar kepada Allah. Proses fana di awali dengan pernyataan abu yazid Al-Bustami[1] “proses fana di awali, siapa yang afan terhadap kebodohannya maka yang tersisa adalah kepintarannya, siapa yang fana pada keburukan maka yang tersisa adalah kebaikannya (menurut kadar manusia), siapa yang fana terhadap kebaikan (kadar manusia) maka yang tersisa kebaikan (menurut kadar Allah), lalu bergeser konsentrasinya jadi orang itu benar-benar akan sirna pada dirinya dan sifat-sifatnya sirna maka yang tersisa hanya sifat Allah SWT dan dia Baqa’ pada sidat-sifat Allah, lalu naik pada dzat Allah, lalu sirna pada selain Allah, dan inilah dinamakan fana’ kalau di teruskan, maka akan menjadi Fana’uL fana (fana mutlak/ fana fi dzat dan fana fi sifat), orang kalau sudah fana ul fana maka dia kalau di Tanya, namamu siapa? Allah, kamu lagi apa? Allah dan ini yang membuat orang bingung terhadap pemikiran orang tasawuf tingkat tingi.
Ketika orang tenggelam dalam samudra ketauhidan maka tidak ada yang lain selain Allah, kita inikan masih tenggelama dalam samudra selain Allah (saya mau ngatkan samudra kemusyrikan karena lawan dari tauhid adalah musyrik, tapi ndak enak) tauhid sifat apalagi tauhid dzat akan serupa dengan hulul dan ittihad walaupun sebenarnya bukan hulul atau ittihad,. Pengalamannya benar tapi penggambaran yang salah, ini lisannya tergelincir kata syeikh abdul qodir al-jilani. Hulul arti sebenarnya tetapnya yang selain Allah. Teori hulul apa yang kita sebut “panteisme” tuhannya di sadari tetap ada, tapi selain Allah juga ada, ini yang terjadi di agama hindu sehingga menyembah binatang. Orang Non muslim merasa mengalami hulul, cuman hululnya isbatussiwa (selain Allah) padahal hulul itu hanya pada Allah. Seolah-olah pengalaman mistis orang Non muslim itu saa dengan mistis orang muslim padahal itu beda, ini persoalan isbatussiwa.
Kalau orang bukan ahli tareqat mengatakan hulul itu (padahal menurut al-hallaj hulul adalah kami berdua jiwa yang menyatu) kalau orang bukan tasawuf mengatakan Hulul itu bersatunya roh allah dengan Ruh manusia ini kafir, allah punya ruh saja itu kafir, ruh Allah campur dengan ruh mansuia ini 2x kafirnya. ini rusak di pangkal imannya, ini lebih baik orang yang gak sholat karena ini yang rusak adalah di pangkal imannya.
Latifatul ahfa ibnu arabi terbakar (oleh kalimat tauhid/nur tauhid), ketika ibnu arabi terbakar latifatul ahfanya (latifatu rasulullah). Jadi ibnu arabi itu tareqat denagn dzikir, kalau nggak gitu dia nggak akan sampai terbakar atau sampai pada level itu. Dikmapus seolah-olah ibnu arabi bukan orang tareqat di kitab mbah siddiq ini orang tareqat dia, ibnu arabi mengatakan “anal anbiya iwal mursalin” saya penutup para nabi dan rasul, ini ibnu arabi fana pada diri mahluk dan baqa’ pada rasulullah sehingga berkata ketika di Tanya namamu siapa? Rasulullah. Karena ini djahajab lagi fana. Al-hallaj fana pada selian Allah “Anal Haq”. Gelar abu yazid itu “Sultonul Arifin” dewa tasawuf kata orang di kampus ibnu arabi, padahalkan ibnu arabi baru baqa pada rasulullah, sedangkan abu yazid tenggelam atau baqa’ pada Allah, jadi dalam tareqat itu yang lebih tinggi itu Abu yazid.
Al-ghazali mengatakan bahwa yang lebih tinggi itu orang yang sudah terbiasa di situ (wahdatus su’ud), kalau di kampuskan mengatakan bahwa yang paling tinggi itu wahdatul wujud, padahal kata imam al-gahazali yang tinggi itu wahdatu su’ud, ualma aswaja puncaknya itu wahdatus su’ud (sudah terbiasa dan menyadari di level itu). Kenapa di kampus begitu? Karena cuman diskusi saja.
Sabahabt nabi yang PR bernama sauda’, ketika di Tanya rasulullah, dimana Allah? Sauda menunjuk langit, Rasul:”Bebaskan sauda”. Mengatakan Allah di langit sama artinya berarti Allah tidak ada di bumi, tapi rasulullah biarkan. Ini ada dua analisis:
1.      Sauda fana’
2.      Tidak tahunya sauda’ penjelasan konsep tuhan dalam islam, tidak rusak imannya karena kemmapuannya segitu.
Jika ada pertanyaan anak kecuil tentang tuhan, jawaban kita jangan serius-serius amat, jawab dengan pendekatan yang negative, Allah seperti apa? Ndak seperti hewan, manusia, binatang dll,  Lalu seperti apa? Ya seperti Allah sendiri. Hadis sauda’ diatas tidak menunjukan bahwa Allah itu menempati langit maka rasul nggak salahkan, tapi allah meliputi seluruh wujud/Allah meliputi segala sesuatu tapi di sucikan dari zaman dan makan.
Imam malik di Tanya tenatng istiwa’ “arrahman alal arsy” imam malik:”Perkataan itu bisa anda pahami, ya secara bertahap, cuman bertahtanya Allah/bagaimana caranya kita nggak tahu, jadi nggak usah maksakan opendapat. Iman pada AL-Qur’an wajib, caranya gimana kita nggak tahu, pertanyaanmu itu yang bid’ah. Al-quran wajib imanai pertanyaanmu itu yang bid’ah. Lain dengan ibnu taimiyah :”ya allah duduk seperti saya diatas kursi” dio tampol dan di bawa ke qad’ 4 mzhab dan 4 qadi’ itu mengkafirkannya tapi ibnu taimiyah tetap ngeyel. Orang kayak gini yang di idolakan oleh kelompok sebelah. Para ulama :”Orang kalau faham Qur’an & hadis banyak maka ingkarnya sedikit, kalau orang dia tahu Qur’an dan Hadis sedikit maka ingkarnya banyak”. => ini doktrin dalam kitab mbah siddiq.
Semakin orang nantang itu nyata dia gobloknya, kafiri syeikh abdul qodir, dia gak paham, kalau kita nggak punya waktu nggak usah di ladenin. Ada Ahlul dhohir dan Ahlul Batin, sebab dari pada ahlu dhohir ingkar pada ahlul batin itu akrena kebodohannya, karena batinnya belum terbuka, beda maqomat. Bagiaman cara bedakan orang yang benar-benar tersesat dan orang yang tidak sesat cuman kitanya yang nggak paham? Kembali pada syariat, kalau syariat maka balik kepada Adab, dan adabnya itu rasulullah standarnya/indikatornya. Kalau gak paham TashLim, wilayah nggak ngerti, adab tinggi maka ukurannya maqam tinggi, kalau maqam nya tinggi tapi adabnya kurang maka ada yang salah dalam dirinya.

SYAHRUL RAMADHAN MUHAMAMD ZEIN.



1 komentar:

  1. Assalamu alaikum, kalo mau ikut kajian kyai Ahmad shodiq dimana ya? Saya pernah Tanya di grand Puri laras satpamnya nga tau

    BalasHapus

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...