MAKALAH BAHASA INDONESIA SEMESTER I
Dr. Ita rodiah, M.hum
R. 3.15
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Alam nabi
besar muhammad saw.
Pertama saya sangat
berterima kasih kepada dosen Mata kuliah Study Islam yaitu Dr. Ita rodiah,
M.hum, yang telah memberikan berbagai
ilmunya selama awal perkuliahan 1 September 2016 sampai januari 6 Januari 2017
Alhamdulillah tulisan
ini penulis ketik dan bahan di kumpulkan 4 bulan lebih ini merupakan makalah
selama perkuliahan, semoga bermanfaat.
Penulis:
SYAHRUL RAMADHAN
(11160110000004)
Komplek Grand Puri Laras, Blok H. No. 94, Jln, Legoso raya,
Pisangan, ciputat, kota tanggerang selatan, banten.
Tanggal: Rabu, 7 Febuari 2018
Waktu: 05.46 WIB.
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
1.
Unsur serapan---------------------------------------------------------------- 3
2.
Diksi (pilihan kata)--------------------------------------------------------- 14
3.
Kalimat efektif-------------------------------------------------------------- 24
4.
Bahasa baku dan non baku------------------------------------------------ 35
5.
Imbuhan dan akhiran------------------------------------------------------- 45
6.
Notasi ilmiah---------------------------------------------------------------- 48
7.
Pemakaian tanda baca------------------------------------------------------ 52
8.
Penalaran-------------------------------------------------------------------- 74
9.
perencanaan karangan----------------------------------------------------- 87
10.
perkembangan bahasa indonesia----------------------------------------- 94
11.
Splagiarisme--------------------------------------------------------------- 104
Kelompok..........1
UNSUR SERAPAN
Monday, 3
November 2014
Nama : Hasmirah.
Nim : 1384205024. Jurusan : Biologi.
Semester : 1 (Pertama). Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Yayasan. Perguruan Islam Maros (STKIP
YAPIM). Tahun Ajaran 2013/2014
A.
Pengertian Kata Serapan.
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah
diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum.
Masyarakat Indonesia sekarang, telah banyak menggunakan kata – kata
serapan. Mereka berpendapat bahwa menggunakan kata – kata serapan adalah suatu
hal yang dapat menjadikan mereka dianggap sebagai orang yang terpelajar, gaul,
modern dan lain-lain. Padahal, di sisi lain penggunaan kata serapan tidak hanya
menimbulkan dampak positif, namun juga akan menimbulkan dampak negatif yang
tidak disadari oleh masyarakat.
B.
Kata Serapan dalam bahasa indonesia
|
Asal Bahasa
|
Jumlah Kata
|
|
Arab
|
1.495 kata
|
|
Belanda
|
3.280 kata
|
|
Tionghoa
|
290 kata
|
|
Hindi
|
7 kata
|
|
Inggris
|
1.610 kata
|
|
Parsi
|
63 kata
|
|
Portugis
|
131 kata
|
|
Sanskerta-Jawa Kuna
|
677 kata
|
|
Tamil
|
83 kata
|
Dalam
perkembangannya bahasa Indonesia mengambil unsur atau kata dari bahasa lain,
seperti bahaa daerah atau bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa
asing dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu
kata-kata itu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia,
baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah
yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Proses
penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah ini
terpenuhi, yaitu:
a.
Istilah serapan yang dipilih cocok
konotasinya
b.
Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan
Indonesianya
c.
Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya
kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimya
1.
Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :
a.
CaraAdopsi => Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil
bentuk dan makna kataasingitusecara keseluruhan. Contoh : supermarket,
plaza, mall
2.
CaraAdaptasi => Terjadi apabila pemakai
bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya
disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.Contoh: Pluralization>pluralisasi , Acceptability >
akseptabilitas
3.
Penerjemahan => Terjadi apabila pemakai
bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata
tersebut dicari padanannya dalam
BahasaIndonesia,Contohnya,Overlap>tumpangtindih Try out > uji
coba
4.
Kreasi => Terjadi apabila pemakai
bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam bahasa Indonesia. Cara ini
mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi
tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti
penerjemahan. Boleh saja kata yang ada dalam bahasa
aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu
kata
saja. Contoh
: Effective>berhasilguna
Spare parts > suku cadang .
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap
sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi,implementasi,
dan objektif diserap secara utuh di samping
katastandar, implemen, dan objek.
Pedoman
EYD mengatur kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur-unsur serapan. Beberapa
kaidah yang berlaku misalnya c di muka a, u, o, dan
konsonan
menjadi k (cubic menjadi kubik,construction menjadi konstruksi),q menjadi k (aquarium menjadiakuarium, frequency menjadifrekuensi), f tetap f (fanaticmenjadi fanatik, factor menjadifaktor), ph menjadi f (phasemenjadi fase, physiology menjadifisiologi).
Akhiran-akhiran asing pun dapat diserap dan disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Misalnya akhiran -age menjadi -ase, -ist menjadi -is, -ive menjadi -if.
Akan tetapi, dengan berbagai kaidah unsur serapan tersebut, kesalahan
penyerapan masih sering kali dilakukan oleh para pemakai bahasa. Pujiono menemukan kata sportifitas lebih
banyak muncul di Google dibandingkan kata sportivitas, demikian pula
dengan kataaktifitas dibandingkan dengan kata aktivitas.
Cara menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaian kata
serapan . Umumnya kata serapan disesuaikan pada lafalnya saja. Meski kontak
budaya dengan penutur bahasa – bahasa itu berkesan silih berganti, proses
penyerapan itu ada kalanya pada kurun waktu yang tmpang tindih sehingga
orang-orang dapat mengenali suatu kata serapan berasal dari bahasa yang mereka
kenal saja
Satu
hal lagi, bahasa Indonesia memang termasuk luwes dalam menerima dan menyerap
unsur dari berbagai bahasa lain. Namun keluwesan ini hendaknya tidak membuat
kitaserampangan dalam
membentuk istilah baru dan mengabaikan khazanah bahasa kita.
C.
Contoh Unsur Serapan:
|
NO
|
Kata Serapan
|
Kata
|
Asal
|
NO
|
Kata Serapan
|
Kata
|
Asal
|
|||||
|
Asing
|
Baku
|
Bahasa
|
Asing
|
Baku
|
Bahasa
|
|||||||
|
1
|
Actor
|
Aktor
|
Inggris
|
26
|
Absent
|
Absen
|
Belanda
|
|||||
|
2
|
Allergy
|
Alergi
|
Inggris
|
27
|
Accu
|
Aki
|
Belanda
|
|||||
|
3
|
Access
|
Akses
|
Inggris
|
28
|
Agent
|
Agen
|
Belanda
|
|||||
|
4
|
Acting
|
Akting
|
Inggris
|
29
|
Album
|
Album
|
Belanda
|
|||||
|
5
|
Ballpoint
|
Bolpen
|
Inggris
|
30
|
Altaar
|
Altar
|
Belanda
|
|||||
|
6
|
Check
|
Cek
|
Inggris
|
31
|
Bak
|
Bak
|
Belanda
|
|||||
|
7
|
Detail
|
Detil
|
Inggris
|
32
|
Barak
|
Barak
|
Belanda
|
|||||
|
8
|
Dilemma
|
Dilema
|
Inggris
|
33
|
Balsem
|
Balsem
|
Belanda
|
|||||
|
9
|
Disco
|
Disko
|
Inggris
|
34
|
Bandiet
|
Bandit
|
Belanda
|
|||||
|
10
|
Dose
|
Dosis
|
Inggris
|
35
|
Batterij
|
Batere
|
Belanda
|
|||||
Selain kata serapan, ternyata bahasa Indonesia juga memunyai
beberapa afiks atau imbuhan serapan. Imbuhan serapan dalam bahasa Indonesia
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Beberapa imbuhan serapan itu antara lain :
1. An -, a - [= tidak] ; anarki, amoral, anorganik
2. Ab - [= dari] ; abrasi, abnormal
3. Tele - [= jauh] ; televisi, telepon
4. Mini - [= kecil] ; miniatur, mini bus
5. Super - [= di atas] ; supersonik, super power, supervisi
6. Uni - [= satu] ; unilateral, universitas
7. Nomo - [= satu] ; monoton, monogami, ,monofobia
8. Sub - [= dibawah] : subversi, subsidi, subordinasi
9. Trans - [= seberang, lewat] ; transisi, tranfusi
10. Semi - [= setengah, sebagian] ; semiautomatis, semiformal, semifinal.
Beberapa imbuhan serapan itu antara lain :
1. An -, a - [= tidak] ; anarki, amoral, anorganik
2. Ab - [= dari] ; abrasi, abnormal
3. Tele - [= jauh] ; televisi, telepon
4. Mini - [= kecil] ; miniatur, mini bus
5. Super - [= di atas] ; supersonik, super power, supervisi
6. Uni - [= satu] ; unilateral, universitas
7. Nomo - [= satu] ; monoton, monogami, ,monofobia
8. Sub - [= dibawah] : subversi, subsidi, subordinasi
9. Trans - [= seberang, lewat] ; transisi, tranfusi
10. Semi - [= setengah, sebagian] ; semiautomatis, semiformal, semifinal.
Di
samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini
didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia. Akhiran itu diserap bagian kata yang utuh. Kata seperti
standarditasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata
standar,efek,dan implement.
1.
-aat (Belanda) menjadi –at
Advokaat advokat
plaat pelat
2.
-age menjadi –ase
Percentage persentase
Etalage etalase
3.
-al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi –al
structural,
structureel structural
formal,
formeel formal
4.
-ant menjadi -an
Accountant akuntan
Informant informan
5.
-archy, -archie (Belanda)
menjadi arki
anarchy,
anarchie anarki
oligarchy,
oligarchie oligarki
6.
-ary, air (Belanda) menjadi -er
complementary,
complementair komplementer
primary,
primair primer
7.
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action,
actie aksi
publication,
publicatie publikasi
8. -eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa
Inggris menjadi –il
matereel materiil
morel moril
8.
-ein tetap ein
Casein kasein
Protein protein
9.
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica
(nomina) menjadi -ik, ika
logic,
logica logika
phonetics,
ponetiek fonetik
10.
ic (nomina) menjadi ik
electronic elektronik
statistic statistik
11.
-ic, -ical, -isch (adjectiva) menjadi -is
electronic,
electronisch elektronis
economical,
economisch ekonomis
12.
-ile, -iel menjadi -il
percentile,
percentiel persentil
mobile,
mobiel mobil
13.
-is, -isme (Belanda) menjadi
–isme
modernism,
modernisme
modernisme
communism,
comunisme
komunisme
14.
-ist menjadi -is
publicist
publisis
egoist
egois
15.
-ive, -ief (Belanda) menjadi
-if
descriptive,
descriptief
deskriptif
demonstrative,
demonstratief
demonstratif
16.
-logue menjadi -log
catalogue
katalog
dialogue
dialog
17.
-logy, -logie (Belanda) menjadi –logi
technology,
technologie
teknologi
physiology,
pysiologie
fisiologi
18.
-loog (Belanda) menjadi –log
analoog
analog
epiloog
epilog
19.
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
homonoid,
homonoide
homonoid
anthropoid,
anthropoide
anthropoid
20.
-oir(e) menjadi -oar
trotoir
trotoar
repertoire
repertoar
21.
-or, -er, (Belanda) menjadi
-ur, -ir
director,
directer
direktur
inspector,
inspecteur
inspektur
22.
-or tetap -or
dictator
dictator
corrector
corektor
23.
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university,
universiteit
universitas
quality,
kwaliteit
kualitas
24.
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure,
struktuur
struktur
premature,
prematuur
premature
D.
Penyerapan Istilah Asing.
Demi
kemudahan pengalihan antarbahasa dan keperluan masa depan, pemasukan istilah
asing, yang bersifat internasional, melalui proses penyerapan dapat
dipertimbangkan jika salah satu syarat atau lebih yang berikut ini dipenuhi.
a. Istilah serapan yang di pilih
lebih cocok karena konotasinya
b. Istilah serapan yang di pilih
lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
c. Istilah serapan yang dipilih
dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia trlalu banyak
sinonimnya.
|
Istilah Asing
|
Istilah Indonesia yang
dianjurkan
|
Istilah Indonesia yang dijauhkan
|
|
Anus
Faeces
Urine
|
Anus
Feses
Urine
|
Lubang pantat
Tahi
kencing
|
|
Amputation
Decibel
Lip rounding
Marathon
Oxygen
Chemistry
|
Amputasi
Decibel
Labialisasi
Marathon
Oksigen
Kimia
|
Pemotongan (pembuangan) anggota badan
Satu ukuran kekerasan suara
Pembundaran bibir
Lari jarak jauh
Zata asam
Ilmu urai
|
|
Dysentery
Energy
Horizon
Narcotic
|
Disentri
energi
Horizon
narkotik
|
Sakit murus;berak darah;mejan
Daya;gaya;tenaga;kekuatan
Kakilangit;ufuk cakrawala
Madat;obatbius;candu;opium;dadah;ganja
|
E.
Macam dan sumber bentuk serapan.
Istilah
serapan diambil dari bahasa asing dapat berupa bentuk dasar atau bentuk
turunan. Pada prisipnya dipilih bentuk tunggal, kecuali kalau konteksnya
condong pada bentuk jamak pemilihan bentuk tersebut dilakukan dengan
pertimbangan
1. Konteks
situasi dan ikatan kalimat
2. Kemudahan
belajar bahasa
3. Kepraktisan.
Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah
inggris yang pemakaiannya sudah internasional, yakni yang dilazimkan oleh para
ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah itu sedapat-dapatnya dilakukan dengan
mengutamakan ejaannya dalam bahasa sumber tanpa mengabaikan segala lafal.
Misalnya:
Bound
morpheme
morfem terikat
Clay
colloid
koloid lempung
Clearance
volume ruang bakar
Subdivision
subbagian
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
1.
Unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa
Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih menbikuti cara asing.
2.
Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesia nya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.
3.
Unsur yang sudah lama terserap dalam bahasa Indonesia tidak perlu
lagi diubahejaannya. contoh : otonomi, dongkrak, paham, aki, dan sebagainya
Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa
lain, baik bahasa daerah maupun dari bahasa asing Sansekerta ,Arab,Portugis,
Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain.
Untuk keperluan itu telah diusahakan ejjaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyesuaian tadi.
Berikut ini contoh unsur serapan itu.
Untuk keperluan itu telah diusahakan ejjaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyesuaian tadi.
Berikut ini contoh unsur serapan itu.
1.
Baku Tidak Baku
o apotek
: apotik
o atlet
: atlit
o atmosfer
: atmosfir
o aktivitas
: aktifitas
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari
berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah (lokal) maupun bahasa asing,
seperti Sansekerta, Arab, Portugis, dan Belanda.
F.
Kaidah Penyesuaian Ejaan Unsur Bahasa Asing
Berikut ini kaidah penyesuaian ejaan unsur serapan dari bahasa asing ke dalam bahasaIndonesia
1. -al, eel, -aal (Belanda) menjadi -al, contoh :
Berikut ini kaidah penyesuaian ejaan unsur serapan dari bahasa asing ke dalam bahasaIndonesia
1. -al, eel, -aal (Belanda) menjadi -al, contoh :
national
menjadi nasional
rationeel,
rational menjadi rasional
normaal,
normal menjadi normal
2.
(Sansekerta) menjadi s- contoh :
cabda
menjadi sabda
castra
menjadi sastra
3.
oe- ( Yunani) menjadi e- contoh :
oestrogen
menjadi estrogen
oenology
menjadi enology
4.
kh- (Arab) tetap kh- contoh :
khusus
tetap menjadi khusus
akhir
tetap menjadi akhir
5.
oo (Inggris) menjadi u contoh :
cartoon
menjadi kartun
proof
menjadi pruf
A.
pengaruh bahasa sanksekerta.
Batu tulis di Ciaruteum Bogor, prasasti Raja Purnawarman dari
Kerajaan Tarumanegara bertuliskan huruf Pallawa atau aksara Devanegari, bahasa
Sansekerta, bukti sejarah bahwa bahasa Sansekerta telah digunakan oleh
kerajaan-kerajaan Hindu di Pulau Jawa sejak abad ke-4 Masehi, bahasa yang
datang dari dataran India itu telah dikenal nenek moyang kita, yang sejak
itu sampai sekarang kosakata bahasa Sansekerta itu banyak memperkaya
perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia. Menurut KUBI ( Kamus Umum Bahasa Indonesia)
yang disusun oleh Prof. Dr.J.S. Badudu dan Prof. Moh. Zain :
1. acara,
anugrah
2. agama,
angsa
3. bahana,
bangsa
4. bahari,
berita
Bahasa Sansekerta banyak digunakan sebagai motto atau slogan
organisasi angkatan atau perkumpulan sebagai symbol dari jiwa organisasi
tersebut, kita temukanpada: Moto Negara Kesatuan Republik Indonesia,
" Bhineka Tunggal Ika " beraneka ragam tapi satu,
meskipun terdiri atas bermacam-macam suku bangsa tetapi tetap satu
bangsa, satu Negara, satu bahasa Insonesia.
a. Semboyan Angkatan Darat Republik
Indonesia, " Kartika Eka Paksa", bintang pemaku persatuan.
Kewibawaan dan kejayaan cemerlang yang memperkokoh kesatuan, ketahanan.
b. Semboyan Angkatan Laut Republik Indonesia,
" Jalesveva Jayamahe", dilaut sangat jaya. Kita memiliki kekuatan
guna mencapai kejayaan dilaut kita yang sangat luas.
c. Semboyan Angkatan Udara Republik
Indonesia, " Swabuwana Paksa ", Kekuatan yang ampuh demi kejayaan
bumi dan udara kita.
B.
Pengaruh bahasa-bahasa eropa.
Bangsa-bangsa di dunia Eropa sejak zaman prasejarah,
masa sebelum Masehi telah dikenal sebagai bangsa-bangsa-bangsa yang
memiliki peradaban yang telah maju, bangsa Romawi, bangsa Yunani, bangsa Jerman
dengan ras Arya, bangsa Inggris, Prancis, Portugis,, Belanda,
Norwegia, Rusia, pada masa itu telah membinakembangkan Negara mereka, telah
berinisiatif untuk memperluas wilayah Negara kekuasaannya, bermaksud membuat
koloni-koloni di luar benua Eropa.
Data sejarah menyatakan, pada abad pertengahan bangsa-bangsa Eropa dengan pelaut-pelaut yang "ulung" tercatat nama-nama : Magelhaeus, Marco Pollo, Christopher Colombus, Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, Abel Jasman, mengadakan pelayaran mencari dunia baru, yang kearah barat , Christopher Colombus, yang menemukan benua Amerika, yang ke arah Timur " Trip to Orient " berlayar dari Eropa melalui Capetown, di ujung benua Afrika (pada waktu itu belum ada terusan Suez) terus ke pantai Timur Benua Afrika melewati Madagaskar terus ke India, akhirnya sampai ke kepualauan kita, bahkan ke sebelah Timur sampai ke Australia, ke Selandia Baru.
Para pelaut : Bartholomeus Diaz, orang Portugis, sampai ke kepulauan Nusantara pada tahun 1486. Sejak itu berdatanganlah bangsa-bangsa Eropa ke tanah air kita yang tentu membawa pengaruh budaya, gaya hidup dan yang paling cepat pengaruh penambahan khazabah perbendaharaan kata.
Berikut ini pengayaan kosakata dari berbagai bahasa Eropa, diantaranya :
Data sejarah menyatakan, pada abad pertengahan bangsa-bangsa Eropa dengan pelaut-pelaut yang "ulung" tercatat nama-nama : Magelhaeus, Marco Pollo, Christopher Colombus, Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, Abel Jasman, mengadakan pelayaran mencari dunia baru, yang kearah barat , Christopher Colombus, yang menemukan benua Amerika, yang ke arah Timur " Trip to Orient " berlayar dari Eropa melalui Capetown, di ujung benua Afrika (pada waktu itu belum ada terusan Suez) terus ke pantai Timur Benua Afrika melewati Madagaskar terus ke India, akhirnya sampai ke kepualauan kita, bahkan ke sebelah Timur sampai ke Australia, ke Selandia Baru.
Para pelaut : Bartholomeus Diaz, orang Portugis, sampai ke kepulauan Nusantara pada tahun 1486. Sejak itu berdatanganlah bangsa-bangsa Eropa ke tanah air kita yang tentu membawa pengaruh budaya, gaya hidup dan yang paling cepat pengaruh penambahan khazabah perbendaharaan kata.
Berikut ini pengayaan kosakata dari berbagai bahasa Eropa, diantaranya :
1.
Dari-Bahasa-Portugis
Kebanyakan kata-kata yang berhubungan dengan kapal, seperti : bendera, nahkoda, jendela, kemeja, dermaga, pelana, celana, sekoci, kelasi, kemudi, algojo, sepatu, bulletin, gereja, sepeda, serana.
Kebanyakan kata-kata yang berhubungan dengan kapal, seperti : bendera, nahkoda, jendela, kemeja, dermaga, pelana, celana, sekoci, kelasi, kemudi, algojo, sepatu, bulletin, gereja, sepeda, serana.
2.
Dari-bahasa-Belanda
Bangsa Eropa yang datang kemudian menjadikan tanah air Kepulauan Nusantara sebagai koloni. Sejak tahun 1596 mendirikan Batavia sejak Gubernur Jenderal pertama Piether Both, kemudian penggantian Yan Piether Zoen Coen tanah air ini Belanda di wilayahnya disebut Hindia-Belanda selama labih dari 3,5 abad (350 Tahun).
Ikhwal bahasa Belanda " Holland Spreaken " pemakaiannya sangat dominan, dan sejarah mencatat bahwa : " Bahasa Belanda digunakan dikalangan pemerintah " Goverment " sebagai bahasa resmi.
Diajarkan menjadi pengajaran utama disetiap jejang sekolah, mulai :
Bangsa Eropa yang datang kemudian menjadikan tanah air Kepulauan Nusantara sebagai koloni. Sejak tahun 1596 mendirikan Batavia sejak Gubernur Jenderal pertama Piether Both, kemudian penggantian Yan Piether Zoen Coen tanah air ini Belanda di wilayahnya disebut Hindia-Belanda selama labih dari 3,5 abad (350 Tahun).
Ikhwal bahasa Belanda " Holland Spreaken " pemakaiannya sangat dominan, dan sejarah mencatat bahwa : " Bahasa Belanda digunakan dikalangan pemerintah " Goverment " sebagai bahasa resmi.
Diajarkan menjadi pengajaran utama disetiap jejang sekolah, mulai :
o HIS
( Holland Inianche Skool ) ;
o MULO
( Setingkat SMP )
o AMS
( Setingkat SMA )
o HIK
(Sekolah Guru setingkat SGA )
o STOVIA ( Sekolah Tinggi Kedokteran di
Jakarta, yang lulusannya antara lain Dr.Soetomo, Dr.Wahidin )
Disyaratkan mahir berbahasa Belanda ketika melamar pekerjaan,
terlebih-lebih untuk menjadi pejabat atau staf pemerintahan menjadi "
amtenaren " dalam bahasa Sunda " jenenng jadi menak ". Digunakan
oleh kaum intelektual, para cendikiawan, kaum pelajar dalam berkomunikasi sehari-hari.Oleh
karena itu, pengaruh bahasa Indonesia sejak 28 Oktober 1928, terutama
penambahan perbendaharaan kosakata sangat tampak.
Berikut ini daptar kosa kata asal bahasa Belanda :, Aktif, Biokot, Carter
Berikut ini daptar kosa kata asal bahasa Belanda :, Aktif, Biokot, Carter
3.
dari bahasa latin.
Bahasa Latin
sebuah bahasa Eropa yang sudah " mati " yang bukan sebuah "
lingua franca " yang kosakatanya bantak dipungut digunakan dalam istilah
iptek, sains, pengetahuan social dan disiplin-disiplin ilmu lain.
Berikut ini kosa kata asal bahasa Latin yang dipergunakan dan memperkaya khazabah kosakata bahasa Indonesia :, Agitasi, Akta
Berikut ini kosa kata asal bahasa Latin yang dipergunakan dan memperkaya khazabah kosakata bahasa Indonesia :, Agitasi, Akta
4.
Dari-Bahasa -Yunani
Bahasa dibenua Eropaaaa yang ikut memprkaya perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia adalah bahasa Yunani. Berikut ini kosakata asal bahasa Yunani dipergunakan dalam bahasa Indonesia, diantaranya dari : Ekonomi, Farmasi
Bahasa dibenua Eropaaaa yang ikut memprkaya perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia adalah bahasa Yunani. Berikut ini kosakata asal bahasa Yunani dipergunakan dalam bahasa Indonesia, diantaranya dari : Ekonomi, Farmasi
5.
Dari-Bahasa-bahasa-Asia
Pergaulan antarbangsa sesama orang Asia, berpengaruh terhadap saling meminjam kosakata, saling memperkaya perbendaharaan kosakata bahasa-bahasa asing. Kosakata bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa-bahasa dibenua Asia, diantaranya dari :, Abad, Ajal, Akhirat, Alim, Awal, Ziarah
Pergaulan antarbangsa sesama orang Asia, berpengaruh terhadap saling meminjam kosakata, saling memperkaya perbendaharaan kosakata bahasa-bahasa asing. Kosakata bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa-bahasa dibenua Asia, diantaranya dari :, Abad, Ajal, Akhirat, Alim, Awal, Ziarah
Unsur serapan, kata pungut dari bahasa Arab mengalami proses
transliterasi, alihaksara dari huruf Hijaiyah ke huruf latin bahasa Indonesia,
diantaranya penambahan konsonan jajar dua buah konsonan menjadi satu fonem,
seperti kh dan sy.
a. kh pada khusus, khidmat, akhirat, khtulistiwa, khwatir,
khisliysk, ikhsan. khotbah.
b. sy pada kata syarat, syahadat, syahwat, syahbandar, syair,
syukur, syareat, asyik, isyarat, masyarakat, musyawarah.
Sampai sekarang ini, baru kh dan sy yang diresmikan ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.
6.
Dari-Bahasa-Parsi
Dimensi sejarah, penyebaran Islam ketanah air, melalui atau dibawa oleh saudagar Parsi, maka tidaklah mengherankan, jika kosakata bahasa parsi turut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di Republik kita-tercinta-ini. Beberapa kata yang dipungut dari bahasa Parsi, menurut KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) adalah kata dastar, dewan, sanubari, permadani, mat, nafiri.
Dimensi sejarah, penyebaran Islam ketanah air, melalui atau dibawa oleh saudagar Parsi, maka tidaklah mengherankan, jika kosakata bahasa parsi turut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua di Republik kita-tercinta-ini. Beberapa kata yang dipungut dari bahasa Parsi, menurut KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) adalah kata dastar, dewan, sanubari, permadani, mat, nafiri.
7.
Dari-bahasa-cina
Cina terkenal memiliki kebudayaan yang tinggi, yang paling tua, terkenal juga karena jumlah populasi penduduk yang paling banyak di Asia dan banyak antara mereka yang menjadi imigran, meninggalkan tanah kelahiran mereka, pergi merantau, mencari kehidupan ke luar Cina, pergi seantero dunia. Bangsa Cina memiliki keahlian berdagang, mereka berdagang apa saja. Maka pergaulan antarbangsa melalui perdagangan saling mempengaruhi kosakata.
Beberapa kosakata yang berasal dari Cina yang dimuat pada KUBI, anglo, cap, cawan, cealat, encim, takoak, taoge, gowpe, cepe,ceban.
Cina terkenal memiliki kebudayaan yang tinggi, yang paling tua, terkenal juga karena jumlah populasi penduduk yang paling banyak di Asia dan banyak antara mereka yang menjadi imigran, meninggalkan tanah kelahiran mereka, pergi merantau, mencari kehidupan ke luar Cina, pergi seantero dunia. Bangsa Cina memiliki keahlian berdagang, mereka berdagang apa saja. Maka pergaulan antarbangsa melalui perdagangan saling mempengaruhi kosakata.
Beberapa kosakata yang berasal dari Cina yang dimuat pada KUBI, anglo, cap, cawan, cealat, encim, takoak, taoge, gowpe, cepe,ceban.
G.
Dampak dari penggunaan kata – kata serapan..
Seringnya masyarakat menggunakan kata-kata serapan, dapat menimbulkan
dampak positif dan juga dampak negatif sebagai berikut.
1.
Dampak Positif Penggunaan Kata – Kata Serapan.
Masyarakat
lebih bangga menggunakan kata-kata serapan karena dinilai lebih modern. Para
remaja juga senang memakai kata-kata atau istilah-istilah asing agar dikatakan
lebih gaul, dan sebagainya. Selain itu, dampak positif lain adalah pengucapan
kata-kata serapan terkenal lebih singkat dari pada pengucapan kata-kata Bahasa
Indonesia.Seperti, kata “discon” yang dalam Bahasa Indonesianya berarti “potongan
harga”.
2.
Dampak NegatifPenggunaan Kata – Kata Serapan
a.
Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang rendah dimata
masyarakat.
b.
Kecintaan masyarakat terhadap Bahasa Indonesia, bahkan Bangsa
Indonesia berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akapress.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.
Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Uti. 2009. Detik Detik Ujian Nasional Bahasa Indonesia. Klaten: PT
Intan Prawira
Taufik, Imam. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Taufik, Imam. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok......2
DIKSI (PILIHAN KATA)
A.
Diksi.
Memilih kata
kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide.
Dan menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata kata atau
frasa didalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun
ujaran yang mencakup persoalan kata kata dalam pengelompokkan atau susunannya
atau menyangkut cara cara yang khusus berbentuk ungkapan ungkapan),
ungkapan, dan gaya bahasa.
Menurut keraf:
a.
Diksi mencakup kata kata yang dipakai untuk meyampaikan suatu
gagasan, cara menggabungkan kata kaat yang tepat dan gaya yang paling baik
Digunakan dalam situasi tertentu.
b.
Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa nuansa makna
dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar atau pembaca.
c.
Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
kosakata yang banyak[1]
Persyaratan
pemilihan kata
1. Bedakan secara
cermat kata kata denotatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim;
kata kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawa-bawah-bahwa
2. hindari
kata kata ciptaan sendiri atau mengutip kata kata terkenal yang belum diterima
imasyarakat
3. waspadalah
dalam menggunakan kata kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa
asing, seperti: biologi-biologis
4. gunakan
kata kata depan secara idiomatik, sepeti kata ingat seharusnya ingat akan bukan
ingat terhadap
5. bedakan
kata khusus dan kata umum
6. perhatikan
perubahan makna yang terjadi pada kata kata yang sudah dikenal
7. perhatikan
kelangsungan pilihan kata.
B.
Makna kata dan jenisnya.
Yang
disebut makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan barang yang di acunya.
Ada bermacam-macam makna, diantaranya :
1.
Makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna
kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur
(frasa, klausa, kalimat). Contoh : Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal
manusia. Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya
proses gramatika (pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan). Contoh : Berumah
“mempunyai rumah”, Rumah-rumah ‘banyak rumah’, Rumah makan ‘rumah tempat makan’
Proses
morfologis dapat menyebabkan perubahan jenis kata dan timbulnya makna baru.
Misalnya :
a) Sepatu
‘termasuk kata benda’sedangkan bersepatu ‘kata kerja’
b) Bersepatu
memiliki makna memakai atau mempunyai sepatu.
Fungsi
(a) disebut fungsi gramatikal, fungsi (b) disebut fungsi semantis.
2.
Makna denotatif dan makna konotatif
Makna
denotatif atau makna referensial adalah makna yang menunjuk langsung pada acuan
atau makna dasarntya. Makna konotatif atau makna evaluasi/emotif adalah makna
tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu.
Contoh :. Merah ‘warna seperti warna darah’ (denotatif). Merah ‘berani,
dilarang’ (konotasi). Makan hati ‘makan hati lembu/ayam’ (denotataif). Makan
hati ‘susah karena perbuatan orang lain’ (konotatif).
Kata-kata
yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat lugas
atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga
dengan istilah :
1.
denotasional, konseptual, ideasional, referensial, proposional
:karena makna itu mengacu pada referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu
referen.
2.
Kognitif : karena makna itu berhubungan dengan kesadaran,
pengetahuan, dan menyangkut rasio manusia.
Makna
denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan. Pertama, hubungan antara
sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah
kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna
konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna
emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana
stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna
konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan
nonilmiah. Seperti berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi,
dan lain-lain.
Karangan
nonilmiah sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun
oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian
pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan ke
akuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam penyampaian pesan, ada dua macam
cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Hampir sama dengan
penyampaian pesan dalam karangan ilmiah. Kedua, penyampaian pesan secara tidak
langsung. Harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotataif. Kita
tidak kan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh
pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.[2]
Contoh
kata-kata denotasi dan konotasi :
Selva
cantik seperti model (denotatif)
Selva
cantik bagaikan bunga (konotatif)
3.
Makna konstektual. Ialah makna yang ditentukan oleh konstek
pemakainnya. Contoh : Dian sedang belajar. Kehidupan
mereka sedang saja. Dia mendapat nilai sedang. Kata yang
merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau
ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat
dicerna oleh panca indra, baik didengar maupun dilihat. Isi atau makna adalah
segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca
karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Wujud reaksi itu
bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta
berupa tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain
respon akan muncul berdsasarkan stimulusnya.
Ada
beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu, yaitu :
a.
Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu
kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku.
b.
Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraannya, hal
ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara.
c.
Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau
pembacanya.
d.
Tujuan yaitu sesuatu yang ingin di capai oleh pembicara atau
penulis.
Makna kata merupakan hubungan antar bentuk dengan sesuatu yang
diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang diacunya. Hubungan
antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna ataui referensi.
C.
Kata Umum dan Kata Khusus.
Makna
umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang
lain. Sedangkan makna khusus adalah makna yang memiliki ruang
lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain. Contoh :
1.
Kata umum :Ikan, Bunga, Membawa, Melihat.
2.
Kata khusus :Gurame, lele, tuna dll. Mawar, melati, anggrek dll. Memikul,
menjinjing, mengepit, dll. Menatap, menoleh, mengintip, dll.
D.
Perubahan Makna Kata.
Bahasa bersifat
dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang mengikuti
perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu
benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yaitu
hunungan antara lambing bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan makna
kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman, juga disebabkan oleh
tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mulanya dikenal oleh
masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanyapada suatu wilayah
tertentu, sedangkan masyarakat bahasa pada wilayah yang lain masih
mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati
dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat ilmiah.
Pemakaian kata dengan makna tertentu harus bersifatnasional (masalah
tempat),terkenal, dan sementaraberlangsung.
Dahulu
kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 204) mengandung arti :
“1. Berkat kebahagiaan (yang ada pada raja);bahagia; 2. Kekuasaan;
pemerintah.” Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna
lain yakni, merebut hak dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya:
tanah-tanah Belanda banyak yangdidaulat oleh rakyat; gubernur itu didaulat
oleh rakyatnya karena melakukan korupsi. Setelah masa revolusi
kata daulat tidak dipakai lagi, sehingga kata itu hamper mati
meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang pemakaiannya.[3]
E.
Diksi dalam Kalimat.
Adalah pilihan
kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan makna,
kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata secara
leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata
penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Kata-kata tersebut
bersinonim, tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam
kalimat: “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian sebagai
tugas akhir studinya”; “Penyelidikan kasus penggelapan uang negara di
Kejagung sudah dimulai”.
Kalimat-kalimat
tersebut tidak bisa ditukar meskipun bermakna sama. Seandainya ditukar, tidak
akan sesuai sehingga membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi
kesopanan, kata mati, meniggal, gugur, magkat, wafat, dan pulang
ke rahmatullah, dipilih berdasarkan jenis makhluk, tingkat social, dan waktu.
Contoh: Kucing saya matisetelah makan ikan busuk;
Ayahnya meniggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan
laga; Beliau wafat tahun 1452 H. Frase biasa dipakai dalam pengumuman kematian
yang belum lama kira-kira beberapa menit atau jam yang lalu atau dalam surat
kabar, seperti “Innalilahi wa Inna Ilaihi Roji’un, telah pulang ke
rahmatullah kakek Jono..”. Dari segi makna,
kata Islamdan muslim sering salah penggunaanya. Contoh: “Setelahmenjadi
Islam dia rajin bersedekah” seharusnya “Setelah masuk Islam dia
rajin bersedekah”. Jika kita ingin menggunakan kata “menjadi” kalimat yang
seharusnya adalah “Setelah menjadi muslim dia sering
bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga,
sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam.
Kata menjaditepat dipasangkan denganorangnya dan
kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya
F.
Homonim
Homonim
adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau
ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah
ejaannya maka disebut Homofon. Ada dua bentuk Homonim:
a.
Homograf .
Homograf adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi,
dan berbeda makna. Contoh homograf:
1.
Apel (buah), Apel (upacara)
-
Dedi sedang memakan apel
-
Para TNI sedang mengadakan Apel pagi
2.
Bisa(mampu), Bisa( racun ular).
-
Garuda muda bisamengaahkan korea selatan
-
Bisa ular itu sangat mematikan
3.
Serang (nama kota), Serang(perang)
-
Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
-
Pasukan itu di serangoleh musuhnya.
4.
Per(benda),Per(pembagian)
-
Per sepeda itu bekerja dengan baik.
-
Mahasiswa harus membayar uang Bpp per semester.
5.
Tahu(makanan),Tahu(mengetahui)
-
Irsan tidak suka makan tahu.
-
saya tahu tentang pelajaran ini.
b.
Homofon. Homofon adalah kata yang mempunyai pengertian sama
bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna. Contoh homofon:
1.
Rok(pakaian), Rock(aliran music).
-
Saya sangat suka musicrock.
-
Ayu memakai rok ke kampus.
2.
Djarum(merek rokok),Jarum(alat untuk menjahit)
-
Ayah menyuruh saya membeli rokok djarum.
-
Tangan sya berdarah tertusuk jarum.
3.
Tank(kendaraan perang),Tang(alat perkakas)
-
TNI latihan enggunakan mobil tank.
-
Saya butuh tang untuk memprbaiki motor.
4.
Massa(kerumunan masyarakat), Masa(waktu)
-
Pencuri itu tewas di keroyok massa.
-
Saya ingin hidup lebih baik di masa yang akan datang.
5.
Bank(tempat menyimpan uang), Bang(panggilan untuk kakak)
-
Banyak orang yag menyimpan uangnya di bank.
-
Bang Toyib masih belum pulang juga.
G.
Kata Konkret dan Abstrak.
Kata
yang acuannyasemakinmudah diserappancaindradisebut kata konkret
,seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jikasuatu kata tidakmudah
diserappancaindramaka kata itu disebut kata abstrak ,seperti gagasan dan saran.
Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu
membedakan secara halus gagasan yang bersifatteknisdankhusus. Akan
tetapi jikadihambur-hamburkandalam suatu karangan,
karanganitu dapat menjadi samar dantidak cermat.
Kata
abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai
referensi objek yang diamati.Contoh :
1.
Kata abstrak:
a.
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
b.
kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan
2.
Kata konkret
a.
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
b.
angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan
persen.Membicarakan membahas, mengkaji
H.
Kata Baku dan Non Baku.
Kata baku
adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah
ditentukan. sebagai sumber utama bahasa baku adalah Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis
dengan pengungkapan gagasan secara tepat.[4]
Kata
baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan berdasarkan beberapa ranah
(elemen atau unsur yang dibatasi; bidang disiplin)seperti:
1.
Ranah finologis => Satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan
kontras makna, adalah fonem karena membedakan makna
kata harus dan arus, adalah dua fonem yg berbeda karena bara dan para beda
maknanya.[5] Kata baku yang
memiliki kata non-baku karena :
a.
penambahan fonem
kata
baku kata
non baku
himbau imbau
handal
andal
hutang
utang
b.
pengurangan fonem
Kata
baku kata
non-baku
terap trap
terampil trampil
tetapi tapi
tidak tak
c.
pengubahan fonem.
kata
baku kata
non-baku
telur telor
ubah obah
tampak
nampak
2.
Ranah morfologis => Kata baku yang memiliki kata non baku
karena hasil proses morfologis.
a.
pengurangam fonem
kata
baku
kata
non-baku
memfokuskan memokukan
memprotes memrotes
memfitnah memitnah
b.
pengubahan fonem
Kata
baku kata
non-baku
Mengubah merubah
c.
penggantian afiks
kata
baku kata
non-baku
menangkap nangkap
menatap natap
mengambil ngambil
menahan nahan
d.
kelebihan fonem
kata baku kata
non-baku
beracun berracun
beriak berriak
beribu
berribu
becermin bercermin
3.
Ranah leksikon => 1 kosakata; 2 kamus yg
sederhana; 3 daftar istilah dl suatu bidang disusun menurut abjad dan
dilengkapi dng keterangannya; 4 komponen bahasa yg memuat semua
informasi tt makna dan pemakaian kata dl bahasa; 5 kekayaan kata yg
dimiliki suatu bahasa.Kata (frasa) baku yang memiliki kata (frasa) non-baku
yang terdapat dalam ragam percakapan.
Cotoh pasangan
kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
frasa
baku frasa
non-baku
tidak
terlalu tidak
begitu
belum
masak
belum matang
tidak
mau enggak
mau
hanya
nasi
nasi doang
Selain
menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam percakapan, contoh nya
:
frasa
baku frasa
non-baku
waktu
lain lain
waktu
amat
besar besar
amat
amat
mahal mahal
amat
pertama
kali kali
pertama
Dalam
kalimat ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya
redundan. Artinya,kata-kata yang di gunakan sudah melebihi makna,
contohnya :
frasa
baku frasa
non-baku
sangat
pedih
amat
sangat pedih, amat pedih
paling
kaya paling
terkaya terkaya
I.
Makna Bersinonim.
Kata
bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada
dasarnya memiliki makna yang hampir mirip atau serupa.
Dalam
penggunaan kata bersinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam
formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam
konteks penggunaannya.
Contoh kata
bersinonim :
Cerdas = cerdik,
hebat, pintar
Besar = agung,raya
Mati = wafat,
mangkat, meninggal
Ilmu = pengetahuan
Penelitian = penyelidikan
1.
Contoh : membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang
disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Kata pahit bersinonim
dengan kata getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita
harus memperhitungkan konteksnya kata pahitdan getir berterima
pada konstruksi pengalaman yang pahit danpengalaman yang getir,tetapi
tidak berterima pada konstruksi obat itu getir.
2.
Contoh : kesesuaian pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti
situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain. Kata Kamu,
Anda,danSaudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan
untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai social
menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda. Seperti :
Saya
sama besar dengan kamu
Saya
sama besar dengan anda
Saya
sama besar dengan saudara
Sinonim
ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga
kalimat itu tidak membosankan.
1.
Sinonim mutlak : Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks
kebahasaan apa pun tanpa mengubahmakna struktural dan makna leksikal dalam
rangkaian kata /frasa / klausa / kalimat. Contoh Sinonim mutlak :
kosmetik = alat
kecantikan
laris = laku,
larap
leksikografi =
perkamusan
kucing = meong
2.
Sinonim semirip : Kata-kata yang dapat bertukar tempatdalam konteks
kebahasaan tertentu tanpa mengubahmakna struktural dan leksikal dalam rangkaian
kata / frasa /klausa / kalimat tersebut saja. contoh Sinonim semirip : melatis
= menerobos lahiriah = jasmaniah
3.
Sinonim selingkung : Kata-kata yang dapat saling
menggantidalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secarastruktural dan
leksikal. Contoh Sinonim selingkung :
lemah = lemas
binatang =
fauna
bohong = dusta
haus = dahaga
pakaian = baju
bertemu =
berjumpa
Cerdas = cerdik
Agung = besar =
raya
J.
Penggunaan Kata Secara Tepat.
Dalam
kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal penggunaan
kata depan. Seperti :
1.
Kata (di) seharusnya digunakan( pada), contoh :
Penggunaan kata
secara
tepat penggunaan
kata yang tidak tepat
Pada siang
hari di
siang hari
Pada pagi
hari di
pagi hari
Pada
kita di
kita
2.
Kata (ke) yang seharusnya seharusnya digunakan (kepada),
contoh
Penggunaan kata
yang
tepat penggunaan
kata yang tidak tepat
Kepada
kami ke
kami
Kepada
kita ke
kita
Kepada
ibu ke
ibu
Dalam
penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang
sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
1. Untuk
keterangan tempat digunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
2. Untuk
keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama,
sepanjang.
3. Untuk
keterangan alat digunakan kata dengan.
4. Untuk
keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
5. Untuk
keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
6. Untuk
keterangan penyerta digunakan kata dengan, bersama, beserta.
7. Untuk
keterangan perbandinganatau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan,
laksana.
8. Untuk
keterangan sebab digunakan kata karena, sebab.
FOOTNOTE
[1] Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri
Jauhari.2013. Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital Printing. hal.
45
[2] Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri
Jauhari.2013. Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital Printing. hal.
48
[3] Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri
Jauhari.2013. Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital Printing. hal.
50
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok.......3
KALIMAT EFEKTIF
Sabtu, 06 April
2013
(1222010017)
Mojokerto,
26 Maret 2013
A.
PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF.
Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat
sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam
hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau
pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B.
UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF.
Unsur kalimat adalah
fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut
jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa
Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan
predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu
kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.
Subjek (S).
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa
verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang
melukis.
b. Meja
direktur besar.
c. Yang
berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan
kaki menyehatkan badan.
e. Membangun
jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh
S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b),
contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang
diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S
selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas,
kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata
benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk
pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik danberjalan
kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan
layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada
“hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau
diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c)
sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c)
dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya
dengan memakai kata tanya siapa(yang)… atau apa (yang)… kepada
P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika
ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak
mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak
ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a. Bagi
siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di
sini melayani obat generic.
c. Memandikan
adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena
tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang
masuk pada contoh (a)siapa yang melayani resep pada contoh (b)
dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya.
Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2.
Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan
(tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di
dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P
dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk
juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang
dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar
berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa
nominal. Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang
tidur siang.
c. Putrinya cantik
jelita.
d. Kota
Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang
tiga.
f. Robby mahasiswa
baru.
g. Rumah
Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P.
katameringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok
kata sedang tidur siangpada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa
ibu, cantik jelitapada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,
dalamkeadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri
kucingku,mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby,
danlima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada
kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku
atau bendanya.
a. Adik
saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor
kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung
yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya
kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi
sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut
lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa
atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai
kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang
tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c)
tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada
contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa.
3.
Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Nurul
menimang …
b. Arsitek
merancang …
c. Juru
masak menggoreng …
Verba transitif menimang,
merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang
menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat
itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah
sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba
intransitive mandi, rusak, pulangyang menjadi P dalam contoh berikut tidak
menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek
mandi.
b. Komputerku
rusak.
c. Tamunya
pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan
ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.
1) Martina Hingis mengalahkanYayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh
Martina Hingis.
b.
1) Orang itu menipu adik saya(O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4.
Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi
P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu
juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu
dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O
terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.
Ketua MPR membacakanPancasila.
S
P O
b.
Banyak orpospol berlandaskanPancasila.
S
P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama
diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata
yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan
kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan
oleh ketua MPR.
S
P
O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa
dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat
yang tidak gramatikal.
Pancasila
dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain
diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa
adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P.
Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga
urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa
contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji
membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang
mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris
itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa
mengirimi kakeknyakopiah bludru.
e. Pamanku
membelikan anaknyarumah mungil.
5.
Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai
hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan
S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di
akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional,
adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat.
Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366)
yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
|
No.
|
Jenis
keterangan
|
Posisi/penghubung
|
Contoh
pemakaian
|
|
1.
|
Tempat
|
Di
Ke
Dari
Pada
|
Di kamar, di
kota
Ke Surabaya,
ke rumahnya
Dari Manado,
dari sawah
Pada
permukaan
|
|
2.
|
Waktu
|
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang
|
Sekarang,
kemarin
Pada pukul 5
hari ini
Dalam 2 hari
ini
Sepulang
kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama
bekerja
Sepanjang
perjalanan
|
|
3.
|
Alat
|
dengan
|
Dengan pisau,
dengan mobil
|
|
4.
|
Tujuan
|
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
|
Supaya/agar
kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa
depan
Demi orang
tuamu
|
|
5.
|
Cara
|
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
|
Secara
hati-hati
Dengan cara
damai
Dengan jalan
berunding
|
|
6.
|
Kesalingan
|
-
|
Satu sama
lain
|
|
7.
|
Similatif
|
Seperti
Bagaikan
Laksana
|
Seperti angin
Bagaikan
seorang dewi
Laksana
bintang di langit
|
|
8.
|
Penyebab
|
Karena
Sebab
|
Karena
perempuan itu
Sebab
kegagalannya
|
|
9.
|
Penyerta
|
Dengan
Bersama
Beserta
|
Dengan
adiknya
Bersama orang
tuanya
Beserta
saudaranya
|
C.
CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF.
Untuk dapat
mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat
berikut, yaitu adanya:
1.
Kesepadanan => Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah
keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri,
seperti tercantum di bawah ini:
a.
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas..
Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b.
Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
c.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
d.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat
tunggal. Contoh:
a. Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor
Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
e.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
f.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2.
Keparalelan => Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan
bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
Contoh:
Contoh:
a. Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
a.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk
itu. => Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
b.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki
predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan
pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial,
sebagai berikut: => Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang
3.
Ketegasan => Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah
suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide
yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada
penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
=> Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
a.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
b. Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
c. Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
d. Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4.
Kehematan => Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat
efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan
terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata
bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek. Perhatikan contoh: => Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke
tempat-itu. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden
datang.
Perbaikan
kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
b.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata. Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna
merah.
b. Di mana engkau menangkap
burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
c.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia
hanya membawa badannya saja.
b. Sejak
dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
d.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
yang berbentukjamak.Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5.
Kecermatan => Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat
itu tidak menimbulkan-tafsiran-ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan
kalimat berikut.
a. Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia
menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal,
mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
a.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang
bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah
menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6.
Kepaduan => Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah
kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya
tidak terpecah-pecah.
a.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang
dan bertele-tele.Misalnya: =>Kita harus dapat mengembalikan kepada
kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian
manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Contoh: Surat itu
saya sudah baca. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat
di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti
daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7.
Kelogisan => Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide
kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
D.
SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
1.
Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.
Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar
atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
E.
STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus
memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya
kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk
dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau
kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang
salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang
jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari
kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.
Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan.
Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa
itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat
papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1. Buat
Papa menulis surat saya.
2. Surat
saya menulis buat Papa.
3. Menuis
saya surat buat Papa.
4. Papa
saya buat menulis surat.
5. Saya
Papa buat menulis surat.
6. Buat
Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat
kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur
kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak
jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan
oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap
kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah
kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu
berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok.......4
BAHASA BAKU DAN NON BAKU
Bangkalan, 08
Oktober 2014
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan
keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli
linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul”
bagi sesuatu bahasa.
Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam
resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.
Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku
adalah dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya
melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati penutur dialek-dialek lain
sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.
Di
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan :
baku
I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang
dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga, standar).
baku
II
saling
(1976 : 79)
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71),
kata baku juga ada dijelaskan.
baku
I
pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau
kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku
II
saling
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain
menjelaskan makna kata baku.
baku
I
(Jawa)
yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar
baku
II
(Manado),
saling (1996 : 144)
Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama
dengan baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok,
yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu
tentu saja belum cukup untuk memahami konsep yang sesungguhnya. Di dalam
bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu, yaitu kodifikasi,
keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa
Inggris. Kodifikasi diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau
aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam berbahasa (Alwasilah,
1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah ketentuan atau
ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman
tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai
norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu
berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar
efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi
kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai
dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa.
Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan
tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam
pemakaian bahasa baku.
Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat
bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan
penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan
menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
Bahasa baku
itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh
masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara
umum tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi
tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language
dalam bahasa inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali
diperkenalkan oleh Vilem Mathesius Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia
merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dimodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana
berpengertian bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang
dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang
lebih luas (1984 : 104). Didalam tata bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk
tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf berpengertian bahwa bahasa baku
adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur
bahasa itu (1991 : 8).
Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat
mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa
baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah
bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat
gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai
kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara
tertulis maupun terucap.
Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar
sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai
ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku
sebenanya merupakan bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat
resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
Istilah bahasa tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard
language”. Istilah bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah
“ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak
baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa
tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan
berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak
resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk
bahasa yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan
dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang
berpendidikan (1985 : 116).
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan
menulis yang berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku
suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi dalam Barus 2014:7)
Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk
bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau
nonbaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa
nonstandar adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode
bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia
yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan
atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Contoh
pada Undang-undang dasar :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan
itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut
menunjukkan bahasa baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan
benar.
Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa
Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan
sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh
masyarakat secara khusus.
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku
telah dibuat oleh para pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia.
Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan
Suwito.
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku itu
dijelaskan di bawah ini setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau
yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.
F.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :
1.
Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku
adalah pelafalan yang relatif bebas atau sedikit diwarnai
bahasa daerah atau dialek. Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan /
ketrampilan / bukan / keterampilan
2.
Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan
lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata. Misalnya: Banjir menyerang kampung
yang banyak penduduknya itu. Kuliah sudah berjalan dengan baik.
3.
Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia
baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.Misalnya: Sampai
dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua
diangapnya penipu.
4.
Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai
bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di
dalam kalimat. Misalnya: Bacalah buku itu sampai selesai! Bagaimanakah cara
kita memperbaiki kesalahan diri? Bagaimanapun kita harus menerima
perubahan ini dengan lapang dada.
5.
Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi
bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya kemarin. Ia benci sekali kepada
orang itu.
6.
Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai
dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat. Mereka-mereka itu harus
diawasi setiap saat. Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah
itu.
7.
Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam
kalimat. Misalnya:Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan
ini., Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu., Saya –
Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
8.
Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja
sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya: Surat
Anda sudah saya baca., Kiriman buku sudah dia terima.
9.
Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat
bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap
di dalam kalimat.Misalnya:, saudaranya, dikomentari, mengotori, harganya
10.
Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai
bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara
jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:, Kepala Kantor pergi keluar
negeri., Rumah orang itu bagus.
11.
Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan
secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam
kalimat. Misalnya:, Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi
I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara
sungguh-sungguh,
12.
Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku
ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:Mengapa,
tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan,
pergi, tidak begini, begitu, silakan.
13.
Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
14.
Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku
dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah
yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau
tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi
atau yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa
orang dewasa.
Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari
kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat
disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah
bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan
kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya
dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran
kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran
bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan.
Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada
penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi
kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:
Taksonomi
kategori linguistik
Taksonomi
siasat permukaan
Taksonomi
komparatif dan
Taksonomi
efek komunikatif.
Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang taksonomi kategori
linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif dan efek
komunikatif.
Mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen
linguistik atau unsur linguistik tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tarigan
mengutarakan bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa dapat dikelompokkan atas
kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan kosakata. Kesalahan fonologi
mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa tulisan. Kesalahan
morfologi mencakup kesalahan imbuhan dan perulangan kata. Kesalahan sintaksis
mencakup kesalahan frase, klausa, dan kalimat. Kesalahan leksikon merupakan
kesalahan pilihan kata.
Taksonomi
siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar bahasa berubah. Para
penutur bahasa mungkin saja :
Menghilangkan
butir-butir penting (penghilangan)
Menambahkan
sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
Salah
memformasikan butir-butir (salah formasi)
Salah
menyusun butir-butir tersebut (salah susun)
Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran
suatu butir yang seharusnya ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan
penambahan ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam
ujaran yang baik dan benar. Salah formasi ditandai oleh pemakaian bentuk morfem
atau struktur yang salah. Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar
bagi suatu morfem atau kelompok morfem.
Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif
didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan
bahasa kedua dan tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh jika kita
menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan
pelajar Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan
struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris sebagai baha pertama.
Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa
Indonesia sebagai bahasa sasarannya.
Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah
sangat sering dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh
anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan
mengekuivalensikan frase-frase atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka.
Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif
(atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan
antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi
tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).
Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif
dapat dibedakan menjadi:
Kesalahan Perkembangan (Development Errors) adalah
kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar
bahasa sasaran sebagai bahasa pertama
Contoh:
Dalam
Bahasa Indonesia
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata
nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3)
kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya
partikel di- sebelum kata rumah.
H.
Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)
Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata
mengacu pada kesalahan bahasa kedua yang mencerminkan struktur bahasa asli atau
bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi
eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang
sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik
dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut
juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari
pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.
Contoh:
Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo
yang belajar Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa
proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari
Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan yang
digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan
teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa
Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan
pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi
karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke dalam Bahasa
Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan
kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4)
merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata
tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
I.
Kesalahan Taksa (AmbiguousErrors)
Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi
kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang
mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya Medan) yang belajar bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama mereka.
Menulis
saya (Saya menulis)
Tidur
dia (Dia tidur)
Pergi
kami (Kami pergi)
Yang
berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri di depan kakak / ibu)
Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat
ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa
juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
J.
Kesalahan Lain (Other Errors)
Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif
kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang
mengacu pada keunikannya bagi para pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah
kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan
interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari bahasa
pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara
dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak
dapat dijelaskan dari bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Contoh:
Kesalahan unik pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa yang
digunakan. Pada kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi gak
papa gin.
Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek
kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta
menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau
pembaca.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena
kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan,
yaitu :
K.
Kesalahan Global (GlobalErrors)
Kesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan
organisasi kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya
cakupan sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky
menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan
gobal mencakup:
1.
Salah menyusun unsur pokok
Misalnya
:
Bahasa
Indonesia banyak orang disenangi.
Yang
seharusnya :
Bahasa
Indonesia disenangi banyak orang.
2.
Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung
Misalnya
:
Tidak
beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Yang
seharusnya :
Kalu
kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang
3.
Hilangnya ciri kalimat pasif
Misalnya
:
Rencana
penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang
seharusnya :
Rencana
penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.
L.
Kesalahan Lokal (Local Errors)
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur
dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan.
Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka
Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam
bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaian
tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah
mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Penyerahan
hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
Yang
seharusnya:
Tugas
itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Mahasiswa
Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah
diserahkan oleh Bapak Lurah.
Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka.
Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.
Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku
dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.
Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia
untuk Pendidikan Menengah, Gramedia, Jakarta.
Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa
Indonesia yang Baik dan Benar, Widya Duta, Surakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa.
Jakarta: Depdikbud.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok.....5
IMBUHAN DAN AKHIRAN
Jumat, 11
Desember 2015
Morfologi merupakan salah satu kajian llinguistik yang membahas
tentang masalah berbahasa yang ada di dalamnya terdapat berbagai bagian-bagian
yang dikaji. Karena dalam bahasan terdapat sub-sub yang membedakan jenis
bahasa. Dari sini muncul gagasan untuk lebih memfokuskan pada satu bahasan
masalah dalam kajian morfologi tentang afiksasi.
Sebelum kita membahas apa itu Afiksasi, kita harus tahu dulu apa
itu Afiks? Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau
akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519).
Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku
linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku
tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat
disebabkan oleh terbatasnya jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum
adanya analisis yang lebih mendalam mengenai afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morpologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi dan Proses Pemajemukkan.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morpologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi dan Proses Pemajemukkan.
B.
Pengertian Afiksasi
Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan
pada sebuah kata entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara
tiga itu untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang
pertama.
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan
atau (afiksasi). Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang
digunakan dalam bentuk dasar untuk membentuk kata. Hasil dari proses
pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan.
Contoh
:
ber-
, pada lari = berlari
me-
, pada runcing =meruncing
-an
, pada pakai = pakaian
1.
Prefeks => Prefeks ialah afiks (imbuhan) yang
ditempatkan di bagian muka dasar .
a.
Awalan di-
Awalan di- bermakna suatu perbuatan yang pasif.
Contoh:
a. di
+ baca =dibaca
b. di
+ ambil =diambil
c. di
+ jual =dijual
Jika
di- diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat, maka penulisannya dipisah,
contoh: di Jakarta, di Tanah Grogot.
b.
Awalan ter-
Imbuhan
ter- menyatakan makna sebagai berikut:
a. Menyatakan
sifat :terpandai, terbaik,terhebat,
b. Menyatakan
ketidaksengajaan :terbawa, tertinggal
c. Menyatakan
keadaan telah : tertutup,terbuka, terkunci
d. Menyatakan
keadaan tiba-tiba : tertawa,terjatuh
c.
Awalan Ke-
Tidak
memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna menyatakan urutan.
Contoh: ke-1, ke-2, ke-3, dst.
2.
Sufiks => Digunakan di bagian belakang kata atau
dilekatkan pada akhir dasar.
a.
Akhiran –an
Pada
umumnya akhiran –an membentuk kata benda misalnya, pukulan, manisan, satuan,
ratusan. Makna akhiran –an adalah sebagi berikut;
a. Menyatakan
tempat :
pangkalan, kubangan
b. Menyatakan
alat :
timbangan, ayunan
c. Menyatakan
hal atau
cara :
didikan, pimpinan.
d. Menyatakan
akibat, hasil
perbuatan : hukuman,
balasan.
e. Menyatakan
seluruh,
kumpulan :
lautan, sayuran.
b.
Akhiran –kan dan -i
Fungsi:
-
Membentuk kata kerja
akhiran –kan dan –i itu merupakan kata kerja bentuk imperatif
(memerintah)
Contoh:
1) panas
(kata sifat)
2) panaskan(kata
kerja), panasi (kata kerja)
3) dengarkan,
ambilkan, pejamkan
4) turuti,
kuliti, gelitiki
3.
Konfiks => Gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus
pada awal dan akhiran dasar.
a.
me-kan=>menyatakan-kegiatan aktif :mengirimkan,memantulkan,menggembirakan,menelantarkan
b.
pe-an
a) Menyatakansuatu
hal/perbuatan :pendidikan,pengangguran,perampokan,pemeriksaan
b) Menyatakan
suatu
proses :pendaftaran,pembentukan,pembuatan
c) Menyatakan
tempat :penampungan,pemandian,pegunungan
c.
ke-an
Konfiks ke-an berfungsi sebagai pembentuk kata benda abstrak.
Misalnya, kepandaian, kecepatan, keindahan, kesehatan. Konfiks ke-an memiliki
makna sebagai berikut:
a) Menyatakan
keadaaan :kedinginan,kesakitan
b) Menyatakan
intensitas (terlalu,
terlampau) :kebesaran,kemahalan.
c) Menyatakan
agak,
menyerupai : kehijau-hijauan, kebarat-baratan.
d.
per-an
3) Menyatakan
tempat : perhentian,percetakan
4) Menyatakan
daerah :perkebunan.
5) Menyatakan
hasil
perbuatan. :pernyataan,pertahanan
6) Menyatakan
perihal : peristilahan,perhukuman
7) Menyatakan
banyak,
bermacam-bermacam :peralatan,persyaratan.
4.
Infiks
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata.
Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada
kata-kata tertentu.
Sisipan
( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
a.
Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contohnya:
a) tali→
temali, artinya terdapat bermacam-macam tali.
b) gigi→gerigi,
artinya terdapat bermacam gigi.
c) sabut→serabut,
artinya terdapat bermacam-macam sabut.
d) gunung→gemunung,
artinya terdapat bermacam-macam gunung.
b.
Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya
waktu.
Contoh:
a) getar→gemetar,
artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda.
b) guruh→gemuruh,
artinya menunjukan banyaknya waktu guruh.
c) gertak→gemertak,
artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak.
d) cicit→cericit,
artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
c.
Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang disebut pada
kata dasarnya.
Contoh:
a) kata
kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau
sesuatu sifat kegigihan.
b) kuning→kemuning,
artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning.
c) gilang→gemilang,
artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah.
d) turun→temurun,
artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus.
e) tunjuk→telunjuk,
artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok........6
NOTASI ILMIAH
A.
Pengertian Notasi Ilmiah.
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pengertian notasi adalah sistem lambing (tanda) yang
menggambarkan blangan nada-nada dan ujaran. Proses pelambangan, nada atauujaran
dengan tanda (huruf), catatan pendek yang perlu diketahui atau diingat.
Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu,. Secara ilmu pengetahuan. Jad notasi
ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambing (tanda) yang menggambarkan bilangan
nada atau ujaran dengan tanda huruf.[[1]]
B.
Teknik-Teknik Notasi Ilmiah.
Ada tiga teknik
yang popular yang banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun
PTS, yakni sebagai berikut::
1.
Footnote.
Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber
kutipan, pendapat buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote dapat juga
brisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks, seperti
keterangan wawancara, pidato di televisi, dan yang sejenisnya. Gelar akademik
dan gelar kebangsawanan tidak disertakan serta nama pengarang atau penulis
tidak dibalik.[[2]]
Penulisan nomor pada footnoted sesuai dengan nomor kutipan dengan
menggunakan angka Arab, yaitu angka yang berasal dari ejaan Arab yang sekarang
menjadi ejaan internasional (1,2,3, dan seterusnya) yang diketik naik setengah
spasi. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai
dengan selesai dan dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya.[[3]]
Urutan Penulisan footnote antara satu perguruan tinggi dengan
perguruan tinggi yang lain berbeda karena pada umumnya, karena setiap perguruan
tinggi memiliki pedoman penulisan masing-masing.
Footnote yang merupakan rujukan ditulis berdasarkan cara berikut
ini.
a. Nama pengarang tanpa
dibalik urutannya, diikuti koma.
b. Jika nama dalam tertulis
lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.
c. Judul karangan dicetak
miring tidak diikuti koma
d. Nama penerbit dan angka tahun
diapit tanpa kurung dikuti koma.
e. Nomor halaman dapat
disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman diakhiri titik (.).[[4]]
Contoh-contoh footnote
a. Footnote diambil dari
buku :
12 Andrew
Spencer,Morphological Theory: An Introduction to Word Strucuture in Generative Grammar, (Cambridge,
Massachusetts: Blackwell Publishers, 1993), hlm. 81.
b. Footnote dari majalah
16 Ahmad
Ta’rifin, “Menimbang Paradigma Liberalisme dalam Praktik Persekolahan”
(Pekalongan:Forum Tarbiyah: Jurnal Pendidikan Islam STAIN Pekalongan, No.
1 Juni, III, 2005), hlm. 123.
c. Footnote dari surat
kabar
17 Rokhmah Sugiarti, “Meluruskan Mitos Jari-jari Perempuan”
(Semarang: Suara Merdeka, 29 Mei 2000), hlm. 7.
d. Footnote dari makalah
18 Din Syamsuddin, “Peranan Golkar dalam Pendidikan Politik
Bangsa”, Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Peranan Pendidikan Islam
dalam Pendidikan Politik di Indonesia yang Diselenggarakan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang, 19-21 Mei 1996.
e. Karangan yang tidak
diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi
19 Afdol Tharik Wastono, “Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa
Arab” (Jakarta: Tesis Magister umaniora, Perpustakaan UI, 1997), hlm. 82.
f. Pidato di televisi
22 Penjelasan A. Latief dalam siaran Pembinaan Bahasa
Indonesia melalui TVRI, Selasa, 4 Agustus 1987 pukul 20.35 WIB.[[5]]
2.
Innote
Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum
bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian
dari narasi atau kalimat. Pada innote ketentuannya adalah sebagai berikut.
a. Membuat
pengantar kalimat sesuai dengan keperluan
b. Menulis
nama akhir pengarang
c. Mencantumkan
tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung
d. Menampilkan
kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Contoh :
Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen
dalam tahap perkembangan jiwa anak, menurut Yule (1996: 178 – 180),
perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap
pralinguistik (pre-language Stages); (2) tahap satu kata, satu frasa (the
one-word or holophrastic, stage); (3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar