Selasa, 24 April 2018

Bahasa Indonesia Bagian I (satu)


MAKALAH BAHASA INDONESIA SEMESTER I
Dr. Ita rodiah, M.hum
R. 3.15
KATA PENGANTAR
          Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Alam nabi besar muhammad saw.
      Pertama saya sangat berterima kasih kepada dosen Mata kuliah Study Islam yaitu Dr. Ita rodiah, M.hum,  yang telah memberikan berbagai ilmunya selama awal perkuliahan 1 September 2016 sampai januari 6 Januari 2017
      Alhamdulillah tulisan ini penulis ketik dan bahan di kumpulkan 4 bulan lebih ini merupakan makalah selama perkuliahan, semoga bermanfaat.


Penulis:


SYAHRUL RAMADHAN
(11160110000004)
Komplek Grand Puri Laras, Blok H. No. 94, Jln, Legoso raya, Pisangan, ciputat, kota tanggerang selatan, banten.
Tanggal: Rabu, 7 Febuari 2018
Waktu: 05.46 WIB.


PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2017



DAFTAR ISI
1.      Unsur serapan---------------------------------------------------------------- 3
2.      Diksi (pilihan kata)--------------------------------------------------------- 14
3.      Kalimat efektif-------------------------------------------------------------- 24
4.      Bahasa baku dan non baku------------------------------------------------ 35
5.      Imbuhan dan akhiran------------------------------------------------------- 45
6.      Notasi ilmiah---------------------------------------------------------------- 48
7.      Pemakaian tanda baca------------------------------------------------------ 52
8.      Penalaran-------------------------------------------------------------------- 74
9.      perencanaan karangan----------------------------------------------------- 87
10. perkembangan bahasa indonesia----------------------------------------- 94
11. Splagiarisme--------------------------------------------------------------- 104



















Kelompok..........1
UNSUR SERAPAN
Monday, 3 November 2014
Nama       :   Hasmirah. Nim          :   1384205024. Jurusan   :   Biologi.  Semester   :    1 (Pertama). Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Yayasan. Perguruan Islam Maros (STKIP YAPIM). Tahun Ajaran 2013/2014
A.    Pengertian Kata Serapan.
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum.
Masyarakat Indonesia sekarang, telah banyak menggunakan kata – kata serapan. Mereka berpendapat bahwa menggunakan kata – kata serapan adalah suatu hal yang dapat menjadikan mereka dianggap sebagai orang yang terpelajar, gaul, modern dan lain-lain. Padahal, di sisi lain penggunaan kata serapan tidak hanya menimbulkan dampak positif, namun juga akan menimbulkan dampak negatif yang tidak disadari oleh masyarakat.
B.     Kata Serapan dalam bahasa indonesia
Asal Bahasa
Jumlah Kata
Arab
1.495 kata
Belanda
3.280 kata
Tionghoa
290 kata
Hindi
7 kata
Inggris
1.610 kata
Parsi
63 kata
Portugis
131 kata
Sanskerta-Jawa Kuna
677 kata
Tamil
83 kata
           Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengambil unsur atau kata dari bahasa lain, seperti bahaa daerah atau bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa asing dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.       










Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah ini terpenuhi, yaitu:  
a.       Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya          
b.      Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya          
c.       Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia   terlalu banyak sinonimya
1.      Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :
a.       CaraAdopsi   => Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kataasingitusecara keseluruhan. Contoh : supermarket, plaza, mall
2.      CaraAdaptasi     => Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.Contoh:         Pluralization>pluralisasi ,  Acceptability > akseptabilitas      
3.      Penerjemahan    => Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam BahasaIndonesia,Contohnya,Overlap>tumpangtindih  Try out > uji coba    
4.      Kreasi     => Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.    Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.           Contoh :         Effective>berhasilguna  Spare parts > suku cadang  .
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi,implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping katastandar, implemen, dan objek.
            Pedoman EYD mengatur kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur-unsur serapan. Beberapa kaidah yang berlaku misalnya c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k (cubic menjadi kubik,construction menjadi konstruksi),q menjadi k (aquarium menjadiakuarium, frequency menjadifrekuensi), f tetap f (fanaticmenjadi fanatik, factor menjadifaktor), ph menjadi f (phasemenjadi fase, physiology menjadifisiologi). Akhiran-akhiran asing pun dapat diserap dan disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Misalnya akhiran -age menjadi -ase, -ist menjadi -is, -ive menjadi -if. Akan tetapi, dengan berbagai kaidah unsur serapan tersebut, kesalahan penyerapan masih sering kali dilakukan oleh para pemakai bahasa. Pujiono menemukan kata sportifitas lebih banyak muncul di Google dibandingkan kata sportivitas, demikian pula dengan kataaktifitas dibandingkan dengan kata aktivitas.
Cara menulis tidak menjadi pertimbangan penyesuaian  kata serapan . Umumnya kata serapan disesuaikan pada lafalnya saja. Meski kontak budaya dengan penutur bahasa – bahasa itu berkesan silih berganti, proses penyerapan itu ada kalanya pada kurun waktu yang tmpang tindih sehingga orang-orang dapat mengenali suatu kata serapan berasal dari bahasa yang mereka kenal saja
            Satu hal lagi, bahasa Indonesia memang termasuk luwes dalam menerima dan menyerap unsur dari berbagai bahasa lain. Namun keluwesan ini hendaknya tidak membuat kitaserampangan dalam membentuk istilah baru dan mengabaikan khazanah bahasa kita.
C.     Contoh Unsur Serapan:
NO
Kata Serapan
Kata
Asal
NO
Kata Serapan
Kata
Asal

Asing
Baku
Bahasa

Asing
Baku
Bahasa
1
Actor
Aktor
Inggris
26
Absent
Absen
Belanda
2
Allergy
Alergi
Inggris
27
Accu
Aki
Belanda
3
Access
Akses
Inggris
28
Agent
Agen
Belanda
4
Acting
Akting
Inggris
29
Album
Album
Belanda
5
Ballpoint
Bolpen
Inggris
30
Altaar
Altar
Belanda
6
Check
Cek
Inggris
31
Bak
Bak
Belanda
7
Detail
Detil
Inggris
32
Barak
Barak
Belanda
8
Dilemma
Dilema
Inggris
33
Balsem
Balsem
Belanda
9
Disco
Disko
Inggris
34
Bandiet
Bandit
Belanda
10
Dose
Dosis
Inggris
35
Batterij
Batere
Belanda













           
Selain kata serapan, ternyata bahasa Indonesia juga memunyai beberapa afiks atau imbuhan serapan. Imbuhan serapan dalam bahasa Indonesia ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Beberapa imbuhan serapan itu antara lain :
1. An -, a -         [= tidak] ; anarki, amoral, anorganik
2. Ab -               [= dari] ; abrasi, abnormal
3. Tele -             [= jauh] ; televisi, telepon
4. Mini -            [= kecil] ; miniatur, mini bus
5. Super -          [= di atas] ; supersonik, super power, supervisi
6. Uni -              [= satu] ; unilateral, universitas
7. Nomo -          [= satu] ; monoton, monogami, ,monofobia
8. Sub -              [= dibawah] : subversi, subsidi, subordinasi
9. Trans -          [= seberang, lewat] ; transisi, tranfusi
10. Semi -         [= setengah, sebagian] ; semiautomatis, semiformal, semifinal.
            Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap bagian kata yang utuh. Kata seperti standarditasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar,efek,dan implement. 
1.      -aat (Belanda) menjadi –at
Advokaat                                                          advokat
plaat                                                                  pelat
2.       -age menjadi –ase
Percentage                                                        persentase
Etalage                                                              etalase
3.      -al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi –al
structural, structureel                                    structural
formal, formeel                                               formal
4.      -ant menjadi -an
Accountant                                                       akuntan
Informant                                                          informan
5.       -archy, -archie (Belanda) menjadi arki
anarchy, anarchie                                           anarki
oligarchy, oligarchie                                      oligarki
6.      -ary, air (Belanda) menjadi -er
complementary, complementair                  komplementer
primary, primair                                             primer    
7.      -(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie                                                      aksi
publication, publicatie                                   publikasi
      8. -eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi –il
matereel                                                            materiil
morel                                                                 moril
8.      -ein tetap ein
Casein                                                               kasein
Protein                                                              protein
9.       -ic, -ics, -ique, -iek, -ica (nomina) menjadi -ik, ika
logic, logica                                                     logika
phonetics, ponetiek                                        fonetik
10.  ic (nomina) menjadi ik
electronic                                                         elektronik
statistic                                                             statistik
11.  -ic, -ical, -isch (adjectiva) menjadi -is
electronic, electronisch                                 elektronis
economical, economisch                               ekonomis
12.  -ile, -iel menjadi -il
percentile, percentiel                                      persentil
mobile, mobiel                                                  mobil
13.   -is, -isme (Belanda) menjadi –isme
modernism, modernisme                                 modernisme
communism, comunisme                                 komunisme
14.  -ist menjadi -is
publicist                                                           publisis
egoist                                                               egois
15.   -ive, -ief (Belanda) menjadi -if
descriptive, descriptief                                    deskriptif
demonstrative, demonstratief                         demonstratif
16.   -logue menjadi -log
catalogue                                                         katalog
dialogue                                                          dialog
17.  -logy, -logie (Belanda) menjadi –logi
technology, technologie                                  teknologi
physiology, pysiologie                                    fisiologi
18.   -loog (Belanda) menjadi –log
analoog                                                            analog
epiloog                                                             epilog
19.  -oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
homonoid, homonoide                                    homonoid
anthropoid, anthropoide                                 anthropoid
20.   -oir(e) menjadi -oar
trotoir                                                              trotoar
repertoire                                                         repertoar
21.   -or, -er, (Belanda) menjadi -ur, -ir
director, directer                                             direktur
inspector, inspecteur                                       inspektur
22.   -or tetap -or
dictator                                                            dictator
corrector                                                          corektor
23.  -ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university, universiteit                                     universitas
quality, kwaliteit                                             kualitas
24.  -ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur                                          struktur
premature, prematuur                                      premature
D.    Penyerapan Istilah Asing.
Demi kemudahan pengalihan antarbahasa dan keperluan masa depan, pemasukan istilah asing, yang bersifat internasional, melalui proses penyerapan dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat atau lebih yang berikut ini dipenuhi.
a.      Istilah serapan yang di pilih lebih cocok karena konotasinya
b.      Istilah serapan yang di pilih lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
c.      Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia trlalu banyak sinonimnya.
Istilah Asing
Istilah Indonesia yang
dianjurkan
Istilah Indonesia yang dijauhkan
Anus
Faeces
Urine
Anus
Feses
Urine
Lubang pantat
Tahi
kencing
Amputation
Decibel
Lip rounding
Marathon
Oxygen
Chemistry
Amputasi
Decibel
Labialisasi
Marathon
Oksigen
Kimia
Pemotongan (pembuangan) anggota badan
Satu ukuran kekerasan  suara
Pembundaran bibir
Lari jarak jauh
Zata asam
Ilmu urai
Dysentery
Energy
Horizon
Narcotic
Disentri
energi
Horizon
narkotik
Sakit murus;berak darah;mejan
Daya;gaya;tenaga;kekuatan
Kakilangit;ufuk cakrawala
Madat;obatbius;candu;opium;dadah;ganja












E.     Macam dan sumber bentuk serapan.
Istilah serapan diambil dari bahasa asing dapat berupa bentuk dasar atau bentuk turunan. Pada prisipnya dipilih bentuk tunggal, kecuali kalau konteksnya condong pada bentuk jamak pemilihan bentuk tersebut dilakukan dengan pertimbangan
1.      Konteks situasi dan ikatan kalimat
2.      Kemudahan belajar bahasa
3.      Kepraktisan.
Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah inggris yang pemakaiannya sudah internasional, yakni yang dilazimkan oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah itu sedapat-dapatnya dilakukan dengan mengutamakan ejaannya dalam bahasa sumber tanpa mengabaikan segala lafal.
Misalnya:
Bound morpheme                   morfem terikat
Clay colloid                             koloid lempung
Clearance                                volume ruang bakar
Subdivision                             subbagian        
            Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa  daerah maupun dari bahasa asing seperti  Sansekerta,   Arab, Portugis,  Belanda, atau Inggris.  
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia  dapat dibagi atas dua golongan besar.
1.      Unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih menbikuti cara asing.
2.      Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia nya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
3.      Unsur yang sudah lama terserap dalam bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubahejaannya. contoh : otonomi, dongkrak, paham, aki, dan sebagainya
 Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun dari bahasa asing Sansekerta ,Arab,Portugis, Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain.
           Untuk keperluan itu telah diusahakan ejjaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalam Pedoman Umum  Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyesuaian tadi.           
Berikut ini contoh unsur serapan itu.
1.      Baku Tidak Baku
o   apotek     : apotik
o   atlet         : atlit
o   atmosfer  : atmosfir
o   aktivitas   : aktifitas
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah (lokal) maupun bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, dan Belanda.
F.      Kaidah Penyesuaian Ejaan Unsur Bahasa Asing   
            Berikut ini kaidah penyesuaian ejaan unsur serapan dari bahasa asing ke dalam bahasaIndonesia
1. -al, eel, -aal (Belanda) menjadi -al, contoh :
   national menjadi nasional
   rationeel, rational menjadi rasional
   normaal, normal menjadi normal
2.      (Sansekerta) menjadi s- contoh :
   cabda menjadi sabda
   castra menjadi sastra
3.      oe- ( Yunani) menjadi e- contoh :
   oestrogen menjadi estrogen
   oenology menjadi enology
4.      kh- (Arab)  tetap kh- contoh :
   khusus tetap menjadi khusus
   akhir  tetap menjadi akhir
5.      oo (Inggris) menjadi u contoh :
   cartoon menjadi kartun
   proof menjadi pruf
A.  pengaruh bahasa sanksekerta.
Batu tulis di Ciaruteum Bogor, prasasti Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara bertuliskan huruf Pallawa atau aksara Devanegari, bahasa Sansekerta, bukti sejarah bahwa bahasa Sansekerta telah digunakan oleh kerajaan-kerajaan Hindu di Pulau Jawa sejak abad ke-4 Masehi, bahasa yang datang  dari dataran India itu telah dikenal nenek moyang kita, yang sejak itu sampai sekarang kosakata bahasa Sansekerta itu banyak memperkaya perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia. Menurut KUBI ( Kamus Umum Bahasa Indonesia) yang disusun oleh  Prof. Dr.J.S. Badudu dan Prof. Moh. Zain :
1.      acara, anugrah
2.      agama, angsa
3.      bahana, bangsa
4.      bahari, berita
Bahasa Sansekerta banyak digunakan sebagai motto atau slogan organisasi angkatan atau perkumpulan sebagai symbol dari jiwa organisasi tersebut, kita temukanpada: Moto Negara Kesatuan  Republik Indonesia, " Bhineka Tunggal Ika " beraneka ragam   tapi satu, meskipun  terdiri atas bermacam-macam suku bangsa tetapi tetap satu bangsa, satu Negara, satu bahasa Insonesia.     
a.   Semboyan   Angkatan Darat Republik Indonesia, " Kartika Eka  Paksa", bintang pemaku persatuan. Kewibawaan dan kejayaan cemerlang yang memperkokoh kesatuan, ketahanan.
b.   Semboyan Angkatan Laut Republik Indonesia, " Jalesveva Jayamahe", dilaut sangat jaya. Kita memiliki kekuatan guna mencapai kejayaan dilaut kita yang sangat luas.
c.   Semboyan Angkatan Udara Republik  Indonesia, " Swabuwana Paksa ", Kekuatan yang ampuh demi kejayaan bumi dan udara kita.       
B.       Pengaruh bahasa-bahasa eropa.
Bangsa-bangsa di dunia  Eropa sejak zaman prasejarah, masa  sebelum Masehi telah dikenal sebagai bangsa-bangsa-bangsa yang memiliki peradaban yang telah maju, bangsa Romawi, bangsa Yunani, bangsa Jerman dengan  ras  Arya, bangsa Inggris, Prancis, Portugis,, Belanda, Norwegia, Rusia, pada masa itu telah membinakembangkan Negara mereka, telah berinisiatif untuk memperluas wilayah Negara kekuasaannya, bermaksud membuat koloni-koloni di luar benua   Eropa. 
     Data sejarah menyatakan, pada abad pertengahan bangsa-bangsa Eropa dengan pelaut-pelaut yang "ulung" tercatat nama-nama : Magelhaeus, Marco Pollo, Christopher Colombus, Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, Abel Jasman, mengadakan pelayaran mencari dunia baru,  yang kearah barat  , Christopher Colombus, yang menemukan benua Amerika, yang ke arah Timur " Trip to Orient " berlayar dari  Eropa melalui Capetown, di ujung benua Afrika (pada waktu itu belum ada terusan  Suez) terus ke pantai Timur Benua  Afrika melewati Madagaskar  terus ke India, akhirnya sampai ke kepualauan kita, bahkan ke sebelah Timur sampai ke Australia, ke Selandia Baru.
Para pelaut : Bartholomeus Diaz, orang Portugis, sampai ke kepulauan Nusantara pada tahun 1486. Sejak itu berdatanganlah bangsa-bangsa Eropa ke tanah air kita yang tentu membawa pengaruh budaya, gaya hidup dan yang paling  cepat pengaruh penambahan  khazabah perbendaharaan kata.     
Berikut ini pengayaan kosakata  dari berbagai bahasa Eropa, diantaranya :
1.      Dari-Bahasa-Portugis 
Kebanyakan kata-kata yang berhubungan dengan kapal, seperti : bendera, nahkoda, jendela, kemeja, dermaga, pelana, celana,  sekoci, kelasi, kemudi, algojo, sepatu, bulletin, gereja, sepeda, serana.
2.      Dari-bahasa-Belanda   
Bangsa Eropa yang datang kemudian menjadikan tanah air Kepulauan Nusantara sebagai koloni. Sejak tahun 1596 mendirikan Batavia sejak Gubernur Jenderal pertama Piether Both, kemudian  penggantian Yan Piether Zoen Coen tanah air ini Belanda di wilayahnya  disebut Hindia-Belanda selama  labih dari 3,5 abad (350 Tahun).
Ikhwal bahasa Belanda " Holland Spreaken " pemakaiannya sangat dominan, dan sejarah mencatat bahwa : " Bahasa Belanda digunakan dikalangan pemerintah " Goverment " sebagai bahasa resmi.       
Diajarkan menjadi pengajaran utama  disetiap jejang sekolah, mulai :
o    HIS ( Holland Inianche Skool ) ;
o    MULO ( Setingkat SMP )
o    AMS ( Setingkat  SMA )
o    HIK (Sekolah Guru setingkat SGA )
o    STOVIA ( Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, yang lulusannya  antara lain  Dr.Soetomo, Dr.Wahidin )
Disyaratkan mahir berbahasa Belanda ketika melamar pekerjaan, terlebih-lebih untuk menjadi pejabat atau staf pemerintahan menjadi " amtenaren " dalam bahasa Sunda " jenenng jadi menak ". Digunakan oleh kaum intelektual, para cendikiawan, kaum pelajar dalam berkomunikasi sehari-hari.Oleh karena itu, pengaruh bahasa Indonesia sejak 28 Oktober 1928, terutama penambahan perbendaharaan kosakata sangat tampak.
Berikut ini daptar kosa kata asal bahasa Belanda :, Aktif, Biokot, Carter
3.      dari bahasa latin.
Bahasa Latin sebuah bahasa Eropa yang sudah " mati " yang bukan sebuah " lingua franca " yang kosakatanya bantak dipungut digunakan dalam istilah iptek, sains, pengetahuan social dan disiplin-disiplin ilmu lain.
      Berikut ini kosa kata asal bahasa Latin yang dipergunakan dan memperkaya khazabah kosakata bahasa Indonesia :, Agitasi, Akta
4.      Dari-Bahasa -Yunani   
      Bahasa dibenua Eropaaaa yang ikut memprkaya perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia adalah bahasa Yunani. Berikut ini kosakata asal bahasa Yunani dipergunakan dalam bahasa Indonesia, diantaranya dari : Ekonomi, Farmasi   
5.      Dari-Bahasa-bahasa-Asia      
      Pergaulan antarbangsa sesama orang Asia, berpengaruh terhadap saling meminjam kosakata, saling memperkaya perbendaharaan kosakata bahasa-bahasa asing.  Kosakata bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa-bahasa dibenua Asia, diantaranya dari :, Abad, Ajal, Akhirat, Alim,  Awal, Ziarah
Unsur serapan, kata pungut dari bahasa Arab mengalami proses transliterasi, alihaksara dari huruf Hijaiyah ke huruf latin bahasa Indonesia, diantaranya penambahan konsonan jajar dua buah konsonan menjadi satu fonem, seperti kh dan sy. 
a.  kh pada khusus, khidmat, akhirat, khtulistiwa, khwatir, khisliysk, ikhsan. khotbah.
b.  sy pada kata syarat, syahadat, syahwat, syahbandar, syair, syukur, syareat, asyik, isyarat, masyarakat, musyawarah.
Sampai sekarang ini, baru kh dan sy yang diresmikan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
6.      Dari-Bahasa-Parsi       
            Dimensi sejarah, penyebaran Islam ketanah air, melalui atau dibawa oleh saudagar Parsi, maka tidaklah mengherankan, jika kosakata bahasa parsi turut memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua  di Republik kita-tercinta-ini. Beberapa kata yang dipungut dari bahasa Parsi, menurut KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) adalah kata dastar, dewan, sanubari, permadani, mat, nafiri.
7.      Dari-bahasa-cina
            Cina terkenal memiliki kebudayaan yang tinggi, yang paling tua, terkenal juga karena jumlah populasi penduduk yang paling banyak di Asia dan banyak antara mereka yang menjadi imigran, meninggalkan tanah kelahiran mereka, pergi merantau, mencari kehidupan ke luar Cina, pergi seantero dunia. Bangsa Cina memiliki keahlian berdagang, mereka berdagang apa saja. Maka pergaulan antarbangsa melalui perdagangan saling mempengaruhi kosakata.
      Beberapa kosakata yang berasal dari Cina yang dimuat pada KUBI, anglo, cap, cawan, cealat, encim, takoak, taoge, gowpe, cepe,ceban.
G.    Dampak dari penggunaan kata – kata serapan..
Seringnya masyarakat menggunakan kata-kata serapan, dapat menimbulkan dampak positif dan juga dampak negatif sebagai berikut.
1.      Dampak Positif Penggunaan Kata – Kata Serapan.
Masyarakat lebih bangga menggunakan kata-kata serapan karena dinilai lebih modern. Para remaja juga senang memakai kata-kata atau istilah-istilah asing agar dikatakan lebih gaul, dan sebagainya. Selain itu, dampak positif lain adalah pengucapan kata-kata serapan terkenal lebih singkat dari pada pengucapan kata-kata Bahasa Indonesia.Seperti, kata “discon” yang dalam Bahasa Indonesianya berarti “potongan harga”.
2.      Dampak NegatifPenggunaan Kata – Kata Serapan
a.       Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang rendah dimata masyarakat.
b.       Kecintaan masyarakat terhadap Bahasa Indonesia, bahkan Bangsa Indonesia berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi.  Jakarta: Rineka Cipta.
Uti. 2009. Detik Detik Ujian Nasional Bahasa Indonesia. Klaten: PT Intan Prawira
Taufik, Imam. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok......2
DIKSI (PILIHAN KATA)
A.    Diksi.
Memilih kata kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide. Dan menyangkut persoalan fraseologi  (cara memakai kata kata atau frasa didalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran yang mencakup persoalan kata kata dalam pengelompokkan atau susunannya atau menyangkut cara cara yang khusus berbentuk ungkapan ungkapan), ungkapan,  dan gaya bahasa.
Menurut keraf:
a.       Diksi mencakup kata kata yang dipakai untuk meyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata kaat yang tepat dan gaya yang paling baik Digunakan dalam situasi tertentu.
b.      Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa  yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
c.       Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak[1]
Persyaratan pemilihan kata
1.      Bedakan  secara cermat kata kata denotatif dan konotatif;  bersinonim dan hampir bersinonim; kata kata yang mirip dalam ejaannya seperti: bawa-bawah-bahwa
2.      hindari kata kata ciptaan sendiri atau mengutip kata kata terkenal yang belum diterima imasyarakat
3.      waspadalah dalam menggunakan kata kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti: biologi-biologis
4.      gunakan kata kata depan secara idiomatik, sepeti kata ingat seharusnya ingat akan bukan ingat terhadap
5.      bedakan kata khusus dan kata umum
6.      perhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata kata yang sudah dikenal
7.      perhatikan kelangsungan pilihan kata.
B.     Makna kata dan jenisnya.
Yang disebut makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dan barang yang di acunya. Ada bermacam-macam makna, diantaranya :
1.      Makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frasa, klausa, kalimat). Contoh : Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia. Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika (pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan). Contoh : Berumah “mempunyai rumah”, Rumah-rumah ‘banyak rumah’, Rumah makan ‘rumah tempat makan’
Proses morfologis dapat menyebabkan perubahan jenis kata dan timbulnya makna baru. Misalnya :
a)      Sepatu ‘termasuk kata benda’sedangkan bersepatu ‘kata kerja’
b)      Bersepatu memiliki makna memakai atau mempunyai sepatu.
Fungsi (a) disebut fungsi gramatikal, fungsi (b) disebut fungsi semantis.
2.      Makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif atau makna referensial adalah makna yang menunjuk langsung pada acuan atau makna dasarntya. Makna konotatif atau makna evaluasi/emotif adalah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambaran tertentu. Contoh :. Merah ‘warna seperti warna darah’ (denotatif). Merah ‘berani, dilarang’ (konotasi). Makan hati ‘makan hati lembu/ayam’ (denotataif). Makan hati ‘susah karena perbuatan orang lain’ (konotatif).
Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat lugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makna denotatif disebut juga dengan istilah :
1.      denotasional, konseptual, ideasional, referensial, proposional :karena makna itu mengacu pada referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen.
2.      Kognitif : karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan, dan menyangkut rasio manusia.
Makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan. Pertama, hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah. Seperti berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Karangan nonilmiah sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan ke akuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam penyampaian pesan, ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Hampir sama dengan penyampaian pesan dalam karangan ilmiah. Kedua, penyampaian pesan secara tidak langsung. Harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotataif. Kita tidak kan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.[2]
Contoh kata-kata denotasi dan konotasi :
    Selva cantik seperti model (denotatif)
    Selva cantik bagaikan bunga (konotatif)
3.      Makna konstektual. Ialah makna yang ditentukan oleh konstek pemakainnya. Contoh : Dian sedang belajar. Kehidupan mereka sedang saja. Dia mendapat nilai sedang. Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh panca indra, baik didengar maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respon akan muncul berdsasarkan stimulusnya.
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu, yaitu :
a.       Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku.
b.      Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraannya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara.
c.       Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya.
d.      Tujuan yaitu sesuatu yang ingin di capai oleh pembicara atau penulis.
Makna kata merupakan hubungan antar bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang diacunya. Hubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna ataui referensi.
C.     Kata Umum dan Kata Khusus.
Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari kata yang lain. Sedangkan  makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit dari kata yang lain. Contoh :
1.      Kata umum :Ikan, Bunga, Membawa, Melihat.
2.      Kata khusus :Gurame, lele, tuna dll. Mawar, melati, anggrek dll. Memikul, menjinjing, mengepit, dll. Menatap, menoleh, mengintip, dll.
D.    Perubahan Makna Kata.
Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yaitu hunungan antara lambing bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan  makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman, juga disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mulanya dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanyapada suatu wilayah tertentu, sedangkan masyarakat bahasa pada wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat ilmiah. Pemakaian kata dengan makna tertentu harus bersifatnasional (masalah tempat),terkenal, dan sementaraberlangsung.
Dahulu kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 204) mengandung arti : “1. Berkat kebahagiaan (yang ada pada raja);bahagia; 2. Kekuasaan; pemerintah.” Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hak dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yangdidaulat oleh rakyat; gubernur itu didaulat oleh rakyatnya karena melakukan korupsi. Setelah masa revolusi kata daulat tidak dipakai lagi, sehingga kata itu hamper mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang pemakaiannya.[3]
E.     Diksi dalam Kalimat.
Adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Kata-kata tersebut bersinonim, tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama. Contoh dalam kalimat: “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian sebagai tugas akhir studinya”; “Penyelidikan kasus penggelapan uang negara di Kejagung sudah dimulai”.
Kalimat-kalimat tersebut tidak bisa ditukar meskipun bermakna sama. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehingga membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meniggal, gugur, magkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah, dipilih berdasarkan jenis makhluk, tingkat social, dan waktu. Contoh: Kucing saya matisetelah makan ikan busuk; Ayahnya meniggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat tahun 1452 H. Frase biasa dipakai dalam pengumuman kematian yang belum lama kira-kira beberapa menit atau jam yang lalu atau dalam surat kabar, seperti “Innalilahi wa Inna Ilaihi Roji’un, telah pulang ke rahmatullah kakek Jono..”. Dari segi makna, kata Islamdan muslim sering salah penggunaanya. Contoh: “Setelahmenjadi Islam dia rajin bersedekah” seharusnya “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”. Jika kita ingin menggunakan kata “menjadi” kalimat yang seharusnya adalah “Setelah menjadi muslim dia sering bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjaditepat dipasangkan denganorangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya
F.      Homonim
Homonim adalah suatu  kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut Homofon. Ada dua bentuk Homonim:
a.       Homograf .
Homograf adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna. Contoh homograf:
1.      Apel (buah), Apel (upacara)
-          Dedi sedang memakan apel
-          Para TNI sedang mengadakan Apel pagi
2.      Bisa(mampu), Bisa( racun ular).
-          Garuda muda bisamengaahkan korea selatan
-          Bisa ular itu sangat mematikan
3.      Serang (nama kota), Serang(perang)
-          Minggu depan saya ingin ke kota Serang.
-           Pasukan itu di serangoleh musuhnya.
4.      Per(benda),Per(pembagian)
-           Per sepeda itu bekerja dengan baik.
-          Mahasiswa harus membayar uang Bpp per semester.
5.      Tahu(makanan),Tahu(mengetahui)
-          Irsan tidak suka makan tahu.
-           saya tahu tentang pelajaran ini.
b.       Homofon. Homofon adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna. Contoh homofon:
1.      Rok(pakaian), Rock(aliran music).
-          Saya sangat suka musicrock.
-          Ayu memakai rok ke kampus.
2.      Djarum(merek rokok),Jarum(alat untuk menjahit)
-          Ayah menyuruh saya membeli rokok djarum.
-          Tangan sya berdarah tertusuk jarum.
3.      Tank(kendaraan perang),Tang(alat perkakas)
-          TNI latihan enggunakan mobil tank.
-          Saya butuh tang untuk memprbaiki motor.
4.      Massa(kerumunan masyarakat), Masa(waktu)
-          Pencuri itu tewas di keroyok massa.
-          Saya ingin hidup lebih baik di masa yang akan datang.
5.      Bank(tempat menyimpan uang), Bang(panggilan untuk kakak)
-          Banyak orang yag menyimpan uangnya di bank.
-          Bang Toyib masih belum pulang juga.
G.    Kata Konkret dan Abstrak.
Kata yang acuannyasemakinmudah diserappancaindradisebut kata konkret ,seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jikasuatu kata tidakmudah diserappancaindramaka kata itu disebut kata abstrak ,seperti gagasan dan saran. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifatteknisdankhusus. Akan tetapi jikadihambur-hamburkandalam suatu karangan, karanganitu dapat menjadi samar dantidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang diamati.Contoh :
1.      Kata abstrak:
a.       Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
b.      kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan

2.      Kata konkret
a.       APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
b.      angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga sembilan persen.Membicarakan membahas, mengkaji
H.    Kata Baku dan Non Baku.
Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. sebagai sumber utama bahasa baku adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.[4]
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan berdasarkan beberapa ranah (elemen atau unsur yang dibatasi; bidang disiplin)seperti:
1.      Ranah finologis => Satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna, adalah fonem karena membedakan makna kata harus dan arus, adalah dua fonem yg berbeda karena bara dan para beda maknanya.[5] Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
a.       penambahan fonem
kata baku                            kata non baku
himbau                                  imbau
handal                                   andal
hutang                                   utang
b.      pengurangan fonem
Kata baku                          kata non-baku
terap                                   trap
terampil                              trampil
tetapi                                  tapi
tidak                                   tak
c.       pengubahan fonem.
kata baku                          kata non-baku
telur                                   telor
ubah                                  obah
tampak                              nampak
2.      Ranah morfologis => Kata baku yang memiliki kata non baku karena  hasil proses morfologis.
a.       pengurangam fonem
 kata baku                               kata non-baku
  memfokuskan                        memokukan
  memprotes                             memrotes
  memfitnah                              memitnah
b.      pengubahan fonem
 Kata baku                              kata non-baku
 Mengubah                            merubah
c.       penggantian afiks
  kata baku                      kata non-baku
  menangkap                    nangkap
  menatap                        natap
  mengambil                    ngambil
  menahan                        nahan
d.      kelebihan fonem
 kata baku                       kata non-baku
 beracun                           berracun
 beriak                              berriak
 beribu                              berribu
 becermin                         bercermin
3.      Ranah leksikon => 1 kosakata; 2 kamus yg sederhana; 3 daftar istilah dl suatu bidang disusun menurut abjad dan dilengkapi dng keterangannya; 4 komponen bahasa yg memuat semua informasi tt makna dan pemakaian kata dl bahasa; 5 kekayaan kata yg dimiliki suatu bahasa.Kata (frasa) baku yang memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat dalam ragam percakapan.
Cotoh  pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
   frasa baku                          frasa non-baku
   tidak terlalu                          tidak begitu
   belum masak                        belum matang
   tidak mau                            enggak mau
   hanya nasi                            nasi doang
Selain menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam percakapan, contoh nya :
frasa baku                              frasa non-baku
 waktu lain                                  lain waktu
 amat besar                                besar amat
 amat mahal                               mahal amat
 pertama kali                              kali pertama
Dalam kalimat  ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya redundan. Artinya,kata-kata yang di gunakan sudah melebihi makna, contohnya :
frasa baku                   frasa non-baku
sangat pedih                amat sangat pedih, amat pedih
paling kaya                  paling terkaya terkaya
I.       Makna Bersinonim.
Kata bersinonim  adalah  kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya memiliki makna yang hampir mirip atau serupa.
Dalam penggunaan kata bersinonim harus memilih kata yang tepat dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun bersinonim pada dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya.  
Contoh kata bersinonim :
    Cerdas         =  cerdik, hebat, pintar
    Besar           =  agung,raya
    Mati             =  wafat, mangkat, meninggal
    Ilmu             =  pengetahuan
    Penelitian   =  penyelidikan
1.      Contoh : membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Kata pahit bersinonim dengan kata getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut kita harus memperhitungkan konteksnya kata pahitdan getir berterima pada konstruksi pengalaman yang pahit danpengalaman yang getir,tetapi tidak berterima pada konstruksi obat itu getir.
2.      Contoh : kesesuaian pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain. Kata Kamu, Anda,danSaudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai social menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda. Seperti :
     Saya sama besar dengan kamu
     Saya sama besar dengan anda
     Saya sama besar dengan saudara

Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan.
1.      Sinonim mutlak : Kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam konteks kebahasaan apa pun tanpa mengubahmakna struktural dan makna leksikal dalam rangkaian kata /frasa / klausa / kalimat. Contoh Sinonim mutlak :
kosmetik = alat kecantikan
laris = laku, larap
leksikografi = perkamusan
kucing = meong
2.      Sinonim semirip : Kata-kata yang dapat bertukar tempatdalam konteks kebahasaan tertentu tanpa mengubahmakna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata / frasa /klausa / kalimat tersebut saja. contoh Sinonim semirip : melatis = menerobos lahiriah = jasmaniah
3.      Sinonim selingkung : Kata-kata yang dapat saling menggantidalam satu konteks kebahasaan tertentu saja secarastruktural dan leksikal. Contoh Sinonim selingkung :
lemah = lemas
binatang = fauna
bohong = dusta
haus = dahaga
pakaian = baju
bertemu = berjumpa
Cerdas = cerdik
Agung = besar = raya

J.       Penggunaan Kata Secara Tepat.
Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal penggunaan kata depan. Seperti :
1.      Kata (di) seharusnya digunakan( pada), contoh :
Penggunaan kata secara tepat                      penggunaan kata yang tidak tepat
Pada siang hari                                              di siang hari
Pada pagi hari                                                di pagi hari
Pada kita                                                         di kita
2.      Kata (ke) yang seharusnya  seharusnya digunakan (kepada), contoh
Penggunaan kata yang tepat                       penggunaan kata yang tidak tepat
Kepada kami                                                  ke kami
Kepada kita                                                     ke kita
Kepada ibu                                                      ke ibu
Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung harus digunakan secara tepat, yang sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat :
1.             Untuk keterangan tempat digunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
2.             Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.
3.             Untuk keterangan alat digunakan kata dengan.
4.             Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
5.             Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
6.             Untuk keterangan penyerta digunakan kata dengan, bersama, beserta.
7.             Untuk keterangan perbandinganatau kemiripan digunakan kata seperti, bagaikan, laksana.
8.             Untuk keterangan sebab digunakan kata karena, sebab.
FOOTNOTE
[1] Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari.2013.  Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital Printing. hal. 45
[2] Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari.2013.  Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital Printing. hal. 48
[3] Heryati, Yeti, Cecep Wahyu, Enung K. Rukianti, Heri Jauhari.2013.  Bahasa Indonesia. Bandung : BCM Digital Printing. hal. 50
[4] matakristal.com
[5] Yandianto. 2001.  Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung : M2Sl. 37
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok.......3
KALIMAT EFEKTIF
Sabtu, 06 April 2013
ufima elma
(1222010017)
 Mojokerto, 26 Maret 2013
A.      PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B.       UNSUR-UNSUR  KALIMAT EFEKTIF.
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.      Subjek (S).
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.       Ayahku  sedang melukis.
b.      Meja direktur besar.
c.       Yang berbaju batik dosen saya.
d.      Berjalan kaki menyehatkan badan.
e.       Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik danberjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa(yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a.          Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b.         Di sini melayani obat generic.
c.          Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a)siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2.      Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a.    Kuda meringkik.
b.    Ibu sedang tidur siang.
c.    Putrinya cantik jelita.
d.   Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e.    Kucingku belang tiga.
f.     Robby mahasiswa baru.
g.    Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. katameringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siangpada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelitapada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalamkeadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku,mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, danlima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c.       Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3.      Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a.       Nurul menimang …
b.      Arsitek merancang …
c.       Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulangyang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.       Nenek mandi.
b.      Komputerku rusak.
c.       Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.       1) Martina Hingis mengalahkanYayuk Basuki (O)
2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b.      1) Orang itu menipu adik saya(O)
2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4.      Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.       Ketua MPR membacakanPancasila.
                            S                  P             O
b.      Banyak orpospol berlandaskanPancasila.
                            S                    P            Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
                   S                     P               O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.      Annisa mengirimi kakeknyakopiah bludru.
e.       Pamanku membelikan anaknyarumah mungil.
5.      Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
Jenis keterangan
Posisi/penghubung
Contoh pemakaian
1.
Tempat
Di
Ke
Dari
Pada
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
2.
Waktu
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang perjalanan
3.
Alat
dengan
Dengan pisau, dengan mobil
4.
Tujuan
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu
5.
Cara
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding
6.
Kesalingan
-
Satu sama lain
7.
Similatif
Seperti
Bagaikan
Laksana
Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit
8.
Penyebab
Karena
Sebab
Karena perempuan itu
Sebab kegagalannya
9.
Penyerta
Dengan
Bersama
Beserta
Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya

C.       CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF.
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1.      Kesepadanan => Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
a.       Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas..
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b.      Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
c.       Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
d.       Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal. Contoh:
a.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
e.       Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
f.       Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2.      Keparalelan => Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
a.       Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu. => Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
b.      Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut: => Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang
3.      Ketegasan => Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat. => Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
a.       Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
             b.    Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
            c.    Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
            d.   Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4.      Kehematan => Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
a.       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. Perhatikan contoh: => Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat-itu. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
b.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Perhatikan contoh:
a.       Ia memakai baju warna merah.
b.      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
c.       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.       Dia hanya membawa badannya saja.
b.      Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a.      Dia hanya membawa badannya.
b.      Sejak pagi dia bermenung.
d.      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentukjamak.Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5.      Kecermatan => Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan-tafsiran-ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
a.       Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6.      Kepaduan => Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.Misalnya: =>Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Contoh: Surat itu saya sudah baca. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
            Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c.       Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7.      Kelogisan => Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
D.      SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
1.        Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.        Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
E.       STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.    Buat Papa menulis surat saya.
2.    Surat saya menulis buat Papa.
3.    Menuis saya surat buat Papa.
4.    Papa saya buat menulis surat.
5.    Saya Papa buat menulis surat.
6.    Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian, Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok.......4
BAHASA BAKU DAN NON BAKU
Bangkalan, 08 Oktober 2014
A.    Pengertian bahasa baku.
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa.
Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan  norma bahasa dan penggunaannya.
Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, dan disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk bahasa yang paling sempurna.
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan :
baku I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga, standar).
baku II
saling (1976 : 79)
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71), kata baku juga ada dijelaskan.
baku I
pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku II
saling
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.
baku I
(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar
baku II
(Manado), saling (1996 : 144)
Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121). Masalah kodifikasi berkait dengan masalah ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.
Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana berpengertian bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Didalam tata bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan pendidikan menengah, Gorys Keraf berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).
Bahasa baku merupakan  bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.
Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku sebenanya merupakan bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.
B.     Pengertian Bahasa Tidak Baku
Istilah bahasa tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi dalam Barus 2014:7)
Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.
C.     Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Contoh pada Undang-undang dasar :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari beberapa kalimat dalam  undang-undang tersebut menunjukkan  bahasa baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
D.    Pengertian Bahasa Indonesia Tidak Baku
Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
E.     Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku telah dibuat oleh para pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku itu dijelaskan di bawah ini setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.
F.      Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :
1.      Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan
2.      Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata. Misalnya: Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu. Kuliah sudah berjalan dengan baik.
3.      Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.Misalnya: Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.
4.      Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya: Bacalah buku itu sampai selesai! Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri? Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
5.      Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya: Saya bertemu dengan adiknya kemarin. Ia benci sekali kepada orang itu.
6.      Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat. Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat. Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi. Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
7.      Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini., Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu., Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
8.      Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya: Surat Anda sudah saya baca., Kiriman buku sudah dia terima.
9.      Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.Misalnya:, saudaranya, dikomentari, mengotori, harganya
10.  Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:, Kepala Kantor pergi keluar negeri., Rumah orang itu bagus.
11.  Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat. Misalnya:, Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh,
12.  Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.
13.  Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
14.  Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).
G.    Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang dewasa.
Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:
Taksonomi kategori linguistik
Taksonomi siasat permukaan
Taksonomi komparatif dan
Taksonomi efek komunikatif.
Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif dan efek komunikatif.
1.      Taksonomi Kategori Linguistik.
Mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tarigan mengutarakan bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan kosakata. Kesalahan fonologi mencakup ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa tulisan. Kesalahan morfologi mencakup kesalahan imbuhan dan perulangan kata. Kesalahan sintaksis mencakup kesalahan frase, klausa, dan kalimat. Kesalahan leksikon merupakan kesalahan pilihan kata.
2.      Taksonomi Siasat Permukaan
Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar bahasa berubah. Para penutur bahasa mungkin saja :
Menghilangkan butir-butir penting (penghilangan)
Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)
Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan penambahan ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam ujaran yang baik dan benar. Salah formasi ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Salah susun ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem.
3.      Taksonomi Komparatif
Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh jika kita menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris sebagai baha pertama. Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya.
Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat sering dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan mengekuivalensikan frase-frase atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).
Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan menjadi:
Kesalahan Perkembangan (Development Errors) adalah kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama
Contoh:
Dalam Bahasa Indonesia
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.
H.    Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)
Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan bahasa kedua yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.
Contoh:
Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
I.       Kesalahan Taksa (AmbiguousErrors)
Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka.
Menulis saya (Saya menulis)
Tidur dia (Dia tidur)
Pergi kami (Kami pergi)
Yang berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri di depan kakak / ibu)
Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
J.       Kesalahan Lain (Other Errors)
Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi para pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari bahasa pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang mulai belajar berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari bahasa pertama maupun bahasa kedua.
Contoh:
Kesalahan unik pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa yang digunakan. Pada kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi gak papa gin.     
4.      Taksonomi Efek Komunikatif
Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :
K.    Kesalahan Global (GlobalErrors)
Kesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
1.      Salah menyusun unsur pokok
Misalnya :
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya :
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.
2.      Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung
Misalnya :
Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Yang seharusnya :
Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang
3.      Hilangnya ciri kalimat pasif
Misalnya :
 Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya :
 Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.
L.     Kesalahan Lokal (Local Errors)
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaian tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
Yang seharusnya:
Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

DAFTAR PUSTAKA
Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.
Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.
Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.
Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Menengah, Gramedia, Jakarta.
Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Widya Duta, Surakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.  Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok.....5
IMBUHAN DAN AKHIRAN
Jumat, 11 Desember 2015
A.    Latar Belakang
Morfologi merupakan salah satu kajian llinguistik yang membahas tentang masalah berbahasa yang ada di dalamnya terdapat berbagai bagian-bagian yang dikaji. Karena dalam bahasan terdapat sub-sub yang membedakan jenis bahasa. Dari sini muncul gagasan untuk lebih memfokuskan pada satu bahasan masalah dalam kajian morfologi tentang afiksasi.
Sebelum kita membahas apa itu Afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu Afiks? Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519).
Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang lebih mendalam mengenai afiks.
                     Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah satu dari 3 proses morpologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi dan Proses Pemajemukkan.
B.     Pengertian Afiksasi
Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang pertama.
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan atau (afiksasi). Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk membentuk kata. Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan.
Contoh :
ber- , pada lari = berlari
me- , pada runcing =meruncing
-an , pada pakai = pakaian


1.         Prefeks => Prefeks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar .
a.       Awalan di-
Awalan di- bermakna suatu perbuatan yang pasif.
Contoh:
a.      di + baca =dibaca
b.      di + ambil =diambil
c.       di + jual =dijual
Jika di- diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat, maka penulisannya dipisah, contoh: di Jakarta, di Tanah Grogot.
b.      Awalan ter-
Imbuhan ter- menyatakan makna sebagai berikut:
a.       Menyatakan sifat                          :terpandai, terbaik,terhebat,
b.       Menyatakan ketidaksengajaan      :terbawa, tertinggal
c.        Menyatakan keadaan telah          : tertutup,terbuka, terkunci
d.       Menyatakan keadaan tiba-tiba      : tertawa,terjatuh
c.       Awalan Ke-
            Tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna menyatakan urutan. Contoh:  ke-1, ke-2, ke-3, dst.
2.      Sufiks => Digunakan  di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
a.       Akhiran –an
Pada umumnya akhiran –an membentuk kata benda misalnya, pukulan, manisan, satuan, ratusan. Makna akhiran –an adalah sebagi berikut;
a.       Menyatakan tempat                                  : pangkalan, kubangan
b.       Menyatakan alat                                       : timbangan, ayunan
c.        Menyatakan hal atau cara                         : didikan, pimpinan.
d.       Menyatakan akibat, hasil perbuatan          : hukuman, balasan.
e.        Menyatakan seluruh, kumpulan                : lautan, sayuran.
b.      Akhiran –kan dan -i
Fungsi:
-          Membentuk kata kerja
akhiran –kan dan –i itu merupakan kata kerja bentuk imperatif (memerintah)
Contoh:
1)       panas (kata sifat)
2)       panaskan(kata kerja), panasi (kata kerja)
3)       dengarkan, ambilkan, pejamkan
4)       turuti, kuliti, gelitiki
3.      Konfiks => Gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhiran dasar.
a.       me-kan=>menyatakan-kegiatan aktif :mengirimkan,memantulkan,menggembirakan,menelantarkan
b.      pe-an
a)      Menyatakansuatu hal/perbuatan        :pendidikan,pengangguran,perampokan,pemeriksaan
b)      Menyatakan suatu proses                    :pendaftaran,pembentukan,pembuatan
c)      Menyatakan tempat                            :penampungan,pemandian,pegunungan
c.       ke-an
Konfiks ke-an berfungsi sebagai pembentuk kata benda abstrak. Misalnya, kepandaian, kecepatan, keindahan, kesehatan. Konfiks ke-an­ memiliki makna sebagai berikut:
a)       Menyatakan keadaaan                                   :kedinginan,kesakitan
b)       Menyatakan intensitas (terlalu, terlampau)     :kebesaran,kemahalan.
c)       Menyatakan agak, menyerupai                       : kehijau-hijauan, kebarat-baratan.
d.      per-an
3)      Menyatakan tempat                                              : perhentian,percetakan
4)      Menyatakan daerah                                              :perkebunan.
5)      Menyatakan hasil perbuatan.                                :pernyataan,pertahanan
6)      Menyatakan perihal                                             : peristilahan,perhukuman
7)      Menyatakan banyak, bermacam-bermacam         :peralatan,persyaratan.
4.      Infiks
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas hanya pada kata-kata tertentu.
Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara lain:
a.       Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contohnya:
a)      tali→ temali, artinya terdapat bermacam-macam tali.
b)      gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi.
c)     sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut.
d)    gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.
b.      Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu.
Contoh:
a)     getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak suatu benda.
b)     guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh.
c)     gertak→gemertak, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak.
d)     cicit→cericit, artinya menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
c.       Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang disebut pada kata dasarnya.
Contoh:
a)      kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan.
b)     kuning→kemuning, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning.
c)      gilang→gemilang, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama dengan cerah.
d)    turun→temurun, artinya sesuatu yang mempunyai sifat terus-menerus.
e)     tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai sifat seperti tunjuk.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kelompok........6
NOTASI ILMIAH
A.        Pengertian Notasi Ilmiah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian notasi adalah sistem lambing (tanda) yang menggambarkan blangan nada-nada dan ujaran. Proses pelambangan, nada atauujaran dengan tanda (huruf), catatan pendek yang perlu diketahui atau diingat. Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu,. Secara ilmu pengetahuan. Jad notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambing (tanda) yang menggambarkan bilangan nada atau ujaran dengan tanda huruf.[[1]]
B.         Teknik-Teknik Notasi Ilmiah.
Ada tiga teknik yang popular yang banyak digunakan di berbagai perguruan tinggi baik PTN maupun PTS, yakni sebagai berikut::
1.      Footnote.
Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber kutipan, pendapat buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote dapat juga brisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks, seperti keterangan wawancara, pidato di televisi, dan yang sejenisnya. Gelar akademik dan gelar kebangsawanan tidak disertakan serta nama pengarang atau penulis tidak dibalik.[[2]]
Penulisan nomor pada footnoted sesuai dengan nomor kutipan dengan menggunakan angka Arab, yaitu angka yang berasal dari ejaan Arab yang sekarang menjadi ejaan internasional (1,2,3, dan seterusnya) yang diketik naik setengah spasi. Footnote pada tiap bab diberi nomor urut, mulai dari angka 1 sampai dengan selesai dan dimulai dengan nomor satu lagi pada bab-bab berikutnya.[[3]]
Urutan Penulisan footnote antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi yang lain berbeda karena pada umumnya, karena setiap perguruan tinggi memiliki pedoman penulisan masing-masing.
Footnote yang merupakan rujukan ditulis berdasarkan cara berikut ini.
a.       Nama pengarang tanpa dibalik urutannya, diikuti koma.
b.      Jika nama dalam tertulis lengkap disertai gelar akademis, catatan kaki mencantumkan gelar tersebut.
c.       Judul karangan dicetak miring tidak diikuti koma
d.      Nama penerbit dan angka tahun diapit tanpa kurung dikuti koma.
e.       Nomor halaman dapat disingkat hlm atau h. Angka nomor halaman diakhiri titik (.).[[4]]
Contoh-contoh footnote
a.       Footnote diambil dari buku :
12 Andrew Spencer,Morphological Theory: An Introduction to Word Strucuture in Generative Grammar, (Cambridge, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1993), hlm. 81.
b.      Footnote dari majalah
16 Ahmad Ta’rifin, “Menimbang Paradigma Liberalisme dalam Praktik Persekolahan” (Pekalongan:Forum Tarbiyah: Jurnal Pendidikan Islam STAIN Pekalongan, No. 1 Juni, III, 2005), hlm. 123.
c.       Footnote dari surat kabar
17 Rokhmah Sugiarti, “Meluruskan Mitos Jari-jari Perempuan” (Semarang: Suara Merdeka, 29 Mei 2000), hlm. 7.
d.      Footnote dari makalah
18 Din Syamsuddin, “Peranan Golkar dalam Pendidikan Politik Bangsa”, Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Peranan Pendidikan Islam dalam Pendidikan Politik di Indonesia yang Diselenggarakan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 19-21 Mei 1996.
e.       Karangan yang tidak diterbitkan, seperti skripsi, tesis, dan disertasi
19 Afdol Tharik Wastono, “Kongruensi dan Reksi dalam Bahasa Arab” (Jakarta: Tesis Magister umaniora, Perpustakaan UI, 1997), hlm. 82.
f.       Pidato di televisi
22 Penjelasan A. Latief dalam siaran Pembinaan Bahasa Indonesia melalui TVRI, Selasa, 4 Agustus 1987 pukul 20.35 WIB.[[5]]
2.      Innote
Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat. Pada innote ketentuannya adalah sebagai berikut.
a.       Membuat pengantar kalimat sesuai dengan keperluan
b.      Menulis nama akhir pengarang
c.       Mencantumkan tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman di dalam kurung
d.      Menampilkan kutipan, baik dengan kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung.
Contoh :
Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan jiwa anak, menurut Yule (1996: 178 – 180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap pralinguistik (pre-language Stages); (2) tahap satu kata, satu frasa (the one-word or holophrastic, stage); (3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...