Selasa, 24 April 2018

Kurikulum Dan Pembelajaran



KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Dr. Fauzan, MA
Diruangan 3.18
KATA PENGANTAR
          Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Alam nabi besar muhammad saw.
      Pertama saya sangat berterima kasih kepada dosen KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN yaitu Dr. Fauzan, MA, yang telah memberikan berbagai ilmunya selama empat bulan perkuliahan dengan 14 kali pertemuan.
      Alhamdulillah tulisan ini penulis ketik dan bahan di kumpulkan selama empat bulan, ini merupakan penjelasan dan ringkasan makalah dari dosen KURIKULUM DAN PEMBELAJARANselama perkuliahan KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN, semoga bermanfaat.

Penulis:


SYAHRUL RAMADHAN
(11160110000004)
Komplek Grand Puri Laras, Blok H. No. 94, Jln, Legoso raya, Pisangan, ciputat, kota tanggerang selatan, banten.
Tanggal: Minggu, 31 Desember 2017
Waktu: 13.42 WIB.
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2017
Kelompok...1 & 2
RAGAM KURIKULUM
·        Ragam/bentuk kurikulum yaitu:
1.      Kurikulum (written) disebut pula kurikulum ideal. Kurikulum tertulis adalah kurikulum yang diharapkan dapat terlaksana dan sebagai acuan atau pedoman bagi guru untuk proses belajar mengajar.
     Dengan pedoman tersebut guru akan menentukan hal-hal sbb:
a.    Merumuskan tujuan adn kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa => tanpa tujuan yang jelas maka guru kesulitan
b.   Menentukan isi & materi pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan/penguasaan kompetensi
c.    Menyusun strategi pembelajaran untuk guru & siswa sebagai upaya pencapaian tujuan
d.   Menentukan keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi
2.      Kurikulum terlaksana (actual) => sama halnya denagn kurikulum nyata atau real curiculum. Kurikulum ini adalah kegiatan-kegiatan nyata yang dilakukan dalam proses pembelajaran atau yang menjadi kenyataan dari kurikulum.
3.      Kurikulum tersembunyi (hidden curiculum) => kurikulum yang tidak direncanakan. Menurut hilda taba tentang makna kurikulum:”curriculum is a plan for learning” => aktivitas dan pengalaman anak di sekolah yang harus direncanakan agar menjadi kurikulum. Ada juga berpendapat bahwa kurikulum tidak hanya yang direncanakan, namun kurikulum juga termuat pengalaman atau aktifitas yang di rencanakan
          Kurikulum ini tidak tertulis ataupun dibicarakan oleh guru, kurikulum ini upaya murni anak didik, bisa bersifat positif & negatif:
a.      Positif berarti hidden curiculum memberi manfaat. Ex: memiliki cara tersendiri untuk menjadi juara kelas.
b.       Negatif berarti hidden curiculum tidak memeberi keuntungan. Ex: mencontek untuk menjadi juara kelas.
4.      Kurikulum hanpa (null) => tidak direncanakan dan tidak dilaksanakan, tapi ada: privat, swimming pool.
5.      Kurikulum ekstra (ekstra) => kurikulum tambahan. Kurikulum yang berada diluar kurikulum yang sudah direncanakan atau ditentukan oleh pihak pendidik. => ini direncanakan dan dilaksanakan hanya saja diluar dari ketentuan yang telah ditetapkan. Kurikulum ini menggambarkan kemampuan seorang anak. Ex: ekschool, tari sama, kaligrafi dll.
·        Penerapan bentuk kurikulum dalam pendidikan => implementasi kurikulum bisa diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curiculum) dalam bentuk pembelajaran. Implementasi kurikulum merupakan suatu ide, konsep, program kedalam praktik pembelajaran sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah
·        Impelemtasi kurikulum mencakup 3 tahap:
1.      Pengembangan program => program tahuan, semester/catur wulan, bulanan, harian.
2.      Pelaksanaan pembelajaran => proses interaksi peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik.
3.      Evaluasi => penialian akhir.
·        Impelemnatsi tidak lepas dari faktor-faktor yang emmepngaruhi yaitu:
1.      Karakteristik kurikulum => ruang lingkup bahan ajar, tujuan, fungsi, dll.
2.      Strategi implementasi => diskusi, seminar, penataran.
3.      Karakteristik penggunan kurikulum => pengetahuan, ketrampilan.
·        Urgensi kurikulum:
a.  peran konservatif => tanggung jawab sekolah mewariskan nilai-nilai budaya masyarakat kepada siswa
b. peran kreatif => sekolah punya tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal  baru sesuai tuntutan zaman
c. peran krisis dan evaluatif => menyeleksi nilai atau budaya baru yang mana harus dimiliki anak didik.
·        Fungsi kurikulum:
a.      Fungsi pendidikan umum => mempersiapkan pendidik agar menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab
b.      Suplementasi => kurikulum sebagai alat pendidikan untuk memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut
c.      Eksplorasi => siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, memungkinkan mereka akan belajar tanpa paksaan
d.      Keahlian => untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahliannya yang didasarkan minat dan bakat siswa.
Kelompok....3
LANDASAN FILOSOFI PENYUSUNAN KURIKULUM
·        Filosofis (filsafat) berarti cinta akan kebijaksanaan (love of wisdom) => orang belajar filsafat agar ia menjadi bijak, pengetahuan di dapat dengan berfikir secara sistematis, logis dan mendalam.
·        Filsafat => upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sisitematis dan komperehensif tentang alam semesta dan kedudukan manusia di dalamnya
·        Will durant dalam hamdani membagi ruang lingkup filsafat:
a.      Logika => percakapan menlaar dan berpikir secara tepat
b.      Estetika => membhaas keindahan bagaimana di bentuk dan dirasakan.
c.      Etika => penilaian moral, baik, buruk, tanggung jawab
d.      Politik => mempelajari tema2: politik, kebebasan, keadilan hak, milik, hukum pemerinahan
e.      Metafisik => berkaitan dnegan proses analitis atas hakikat fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya.
·        Manfaat filsafat pendidikan => pada dasarnya filsafat pendidikan adalah dari pemikiran-pemikiran filsafat untuk memecahkan permasalahn pendidikan. Nasution mengidentifikasikan beberapa manfaat filsafat pendidikan:
a.      Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan di bawa kemana anak-anak melalui pendidikan dis ekolah ? mendidik anak-anak kearah yang di cita-citakan oleh masyarakat, bangsa & negara.
b.      Mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang harus di capai
c.      Filsafat dan tujuan pendidikan memberikan kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan
d.      Tujuan pendidikan memungkinkan pendidik menilai usahanya hingga mencapai tujuan itu tercapai?
e.      Tujuan pendidikan memberikan motivasi dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.
·        Filsafat dan tujuan pendidikan. Hummel mengemukakan ada 3 hal yang harus di perhatikan dalam mengembangkan tujuan pendidikan:
1.      Autonomy => emmebrikan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan yang prima pada setiap individu dan kelompok untuk dapat mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
2.      Equisty => pendidikan harus dapat emmberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat utk dapat berpartissipasi dalam kebudayaan dan ekonomi
3.      Survival => pendidikan bukan saja harus dapat menjamin terjadinya pewarisan dan memperkaya kebudayaan dari generasi ke generasi akan tetapi juga harus memberikan pemahaman saling ketergantungan antara manusia
·        filsafat sebagai sistem nilai (value system) harus menjadi dasar dalam menentukan tujuan pendidikan. Artinya, pandangan dalam hidup atau sistem nilai yang dianggap baik oleh suatu amsyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus di capai.
·        Sistem nilai bangsa amerika, misal adalah liberalis-demokratis, maka dengan demikian tujuan pendidikan di amerika adalah membentuk manusia yang liberlais-demokratis
·        Di indonesia sistem berlaku adalah pancasila, oleh sebab itu membentuk manusia yang pancasila merupakan tujuan dan arah dari segala ikhtiar berbagai level dan jenis pendidikan.
·        Menurut bloom (1965) tujuan pendidikan di golongkan dalam tiga klrafikasi:
1.      Domain kognitif => berhubungan dnegan pengembangan intelektual dan kecerdasan.
2.      Efektif => berhubungan dengan pengembangan sikap dan bidang psikomotor berhubungan dengan ketrampilan.
·        Filsafat sebagai proses berfikir. Filsafat dikatakan proses berfikir. Namun, apakah setiap berfikir dapat dikatakan berfilsafat? Tidak. Berfikir filosofis adalah berfikir yang memiliki ciri-ciri tertentu. Sidi gazalba seperti di kutip uyoh sadulloh cirinya:
a.      Radikal => berfikir sampai ke akar, sampai pada konsekuensi terakhir.
b.      Sistematis => logis yang bergerak selangka demi selangkah dan penuh kesadaran.
c.      Universal => tidak berfikir secara khusus, yang khusus pada bagian-bagian tertentu melainkan mencakup keseluruhan secara sistematis dan logis sampai ke akar-akarnya.
·        Kurikulum dan filsafat pendidikan => tujuan penidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa. Ex: indonesia dijajah belanda, amka kurikulum beriorentasi pada politik belanda.
·        Aliran-aliran filsafat pendidikan:
a.      Idealisme => kebenaran itu datangnya dari yang maha kuasa. “manusia tidak bisa melihatnya secara lengkap apalagi menciptakannya => memnadang pengetahuan itu datangnya dari kekeuasaan yang maha tinggi.
b.      Realisme => pada dasarnya manusia dapat menemukan dan mengenal realitas sebagai hukum-hukum universal. Menurut aliran ini :”sesuatu itu merupakan kebenaran manakala dibuktikan melalui pengalaman manakala tidak dapat dibuktikan bukanlah kebenaran”.
c.      Pragmatisme => kenyataan pada hakikatnya berada pada hubungan sosial, antara manusia dengan manusia lainnya berkat hub. Sosial itu manusia dapat memperbaiki mutu kehidupannya
d.      Eksistensialis => individu setiap manusia memiliki kelemahan2 namun setiap individu itud apat memperbaiki dirinya sendiri sesuai dengan norma-norma dan keyakinan yang ditentukannya sendiri.
·        Kurikulum yang cenderung bersifat idealis akan berbeda denagn kurikulum yang beriorentasi kepada aliran realis dan pragmatis. Namun pada pengembangan tidak perlu fanatik pada satua lairan. Pendidikan moral agama =. Idealis, natural science => sifat realisme.

Kelompok...4
LANDASAN SOSIOLOGIS
·        Pendidikan tidak lepas dari kurikulum karena kurikulum itu sebgaai pondasi bagi pendidikan agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan efesien
·        Sejak jaman dahulu masyarakat hanya bisa hidup dan berkembang terus melalui kebudayaan sehingga dkebudayaan, masyarakat tidak ada. Sebaliknya tanpa masyarakaat kebudayaan tidak ada. Penyebab krisis di masyarakat seringkali dikaitkan dengan pendidikan dan sekolah, karena fungsi pendidikan untuk memelihara dan mengembangkan kebudayaan
·        Suatu masyarakat dikatakan modern dan sehat jika semua intitusi si masyarakat melaksanakan tugas masing-masing dengan baik untuk mencapai tujuan bersama tsb. Umumnya, tujuan masyarakat bersama itu ialah mencapai kehidupan yang harmonis bagi setiap indiviu dan warga masyarakat yang disatukan oleh kesamaan pandangan hidup.
·        Seorang yang hidup terpisah dari kelompok sosialnya tidak memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau tingkahlaku kultural lain sebagai bagian dari nilai-nilai budaya masyarakat.
·        Walaupun masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang berbeda, tetapi tanpa kebudayaan tidak ada masyarakat, dan tanpa tidak ada kebudayaan
·        Riset berbasis kultural oleh klinebers (1964) mereviu bbrapa faktor yang menyebabkan seseorang gagal memandang sesuatu secara akurat:
1.      Kita memersepsi sesuatu berdasarkan latihan yang telah kita peroleh dan pengalaman masa lampau
2.      Kita memnadang sesuatu berdasarkan harapan
3.      Kiat memnadang sesuatu berdasarkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan
4.      Kita melihat sesuatu atas pengaruh org lain.
·        Kebudayaan mencakup ciptaan, norma, kepercayaan, tradisi, loyalitas, tingkah laku, moral, kontrol diri, dan harapan juga nilai-nilai, bahasa, cita2, aspirasi.
·        Struktur kebudayaan 3 elemen:
1.      Budaya Universal => semua nilai-nilai kepercayaan dan adat istiadat yang dianut semua warga suatu masyarakat. Percaya pada tuhan yang maha esa bukan animisme/atheisme dan menganut ekonomi keluarga, bukan kapasitas atau komunisme.
2.      Budaya Khusus => Biasa ditemui pada masyarakat multikultural dan kompleks, sangat jarang masyarakat yang kompleks memiliki satu kebudayaan (homogen)
3.      Budaya alternatif => berbeda, malahan bisa bertentangan dengan kebudayaan universal yang berlaku umum di masyarakat atau dengan budayaan khusus. Budaya alternatif sama denagn budaya khusus, tetapi biasanya berbeda dgn budaya universal. Ada satu karakter penting yang dimiliki budaya alternatif: elemen alternatif, berbeda dengan elemen universal & elemen khusus karena suatu pilihan baru yang biasa juga disebut suatu moralitas baru.
·        Klineberg ttg persepsi manusia mengungkap bahwa:
1.      Kita memnadang sesuatu dipengaruhi latihan yang di peroleh dari pengalaman terdahulu.
2.      Kita melihat suatu menurut keinginan atau harapan kita
3.      Kita memandu sesuatu dipengaruhi org lain tertentu, sehingga berpengaruh pada pengambilan keputusan sehari-hari
·        Vygotshy melanjutkan bahwa interaksi antar orang dilingkungan sosialnya mendorong proses yang meningkatkan perkembangan kemmapuan kognitif manusia.
·        Sasaran sekolah ialah pembentuk siswa sebagai manusia seutuhnya. Untuk mencapai itu, tdk memadai jika kurikulum hanya fokus pada pengembangan intelektual siswa saja, tetapi harus mencakip internalisasi dan pengalaman siswa terhadap nilai-nilai yang terefleksi pada kepribadian dan tingkah laku sehari-hari. Sekolah dua responsbility:
1.      Pengembangan kemmapuan akademik
2.      Pendidikan karakter siswa
·        Karena lingkungan sosial bersifat dinamik bukan statis sosiologi kurikulum harus memodifikasi terus menerus. Perubahan-perubahan itu:
1.      Perubahan masyarakat
2.      Perubahan sekolah => walaupun sekarang alat bantu belajar moderen tapi media itu cenderung masih sbgai instrumen utk mengajar dari pada membelajarkan siswa, blum ada perbaikan sistem pendidikan yang ampuh untuk mengoptimalkan pembelajaran. Pembelajaran masih bernuansa teacher-centere dll, yaitu ruang kelas yang masih beriorentasi teaching dari pada learning, siswa jadi objek dari pada subyek pembelajaran.
3.      Pengembangan kurikulum.
Kelompok....5
LANDASAN PSIKOLOGIS KURIKULUM
·        Secara psikologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan2 baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilkinya sesuai dengan tahapan perkembanagn nya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus memerhatikan kondisi psikologis.
·        Pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologi. Atau studi kasus.
·        Study psikoanalitik dilakuakn oleh sigmund freud beserta para pengikutnya. Study ini lebih banyak diarahakan mempelajari perkembangan anak pada masa-masa sebelumnya, terutama pada masa anak-anak (balita).
·        Metode sosiologi digunakan oleh robert havighurts, ia mmempelajari perkembanagn anak dilihat dari tuntutan akan tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam masyarakat. Motode lain yang sering digunakan utk mengakaji perkembanagn anak adalah study kasus => studi seperti ini telah dilakukan oleh jean piaget tentang perkembanagn kognitif anak.
·        Pentingnya pemahaman tentang masa perkembangan ini disebabkan bbrp alasan:
1.      Setiap anak didik memiliki tahapan perkembangan tertentu.
2.      Perkembangan merupakan periode yang snagat menentukan untuk keberhasilan dan kesuksesan hidup mereka.
3.      Akan memudahkan dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.
·        Ada dua konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembangan kognitif dari piaget, yaitu (a). konsep tentang fungsi dan (b). konsep tentang struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk setiap orang.
·        Struktur merupakan seperangkat ketrampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang digunakan untuk emmahami lingkungan.
·        Menurut piaget perkembangan kognitif ada 4 fase:
1.      Sensorimotor (0-2 tahun) => mengukuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar sebagaimana menimbulkan efek tertuntu tanpa memahami apa yang sedang ia lakukan  kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan itu. Kemampuan ank dalam berbahasa pada masa ini belum muncul, interaksi dengan lingkungan dilakukan melalui gerakan-gerakan. Menyentuh, bergerak, dan sebagainya. Piaget percaya bahwa asal mula tumbuhnya struktur mental adalah aksi atau tindakan. Artinya, apabila seorang anak melihat, merasakan, atau menggerakan suatu benda, maka ia kan memaksa otaknya untuk membangun program-program mental untuk menguasai atau menanganinya. Diperkirakan semakin baik pengalaman-pengalaman anak, maka akan semakin baik pula perkembangan intelektual anak tersebut.
2.      Praoperasional (2-7 tahun), ditandai:
a.      Adanya kesadarn dalam diri anak tentang suatu objek, anak sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda.
b.      Pada fase ini kemampuan ank dalam berbahasa mulai berkembang
c.      Fase operasional ini dinamakan juga fase intuisi, sebab pada masa ini ank mulai mengetahui perbedaan antara objek-objek sebagai suatu bagian dari individuatau kelasnya. Misalkan perbedaan antara bentuk tunggal dan bentuk jamak.
d.      Pandangan dunia. Pada fase ini bersifat “animistic” artinya bahwa segala sesuatu yang bergerak di dunia ini adalah ‘hidup” misalkan bulan bergerak.
e.      Pada fase ini pengalaman dan pemahaman anak terhadap situasi lingkungan sangat dipengaruhi oleh sifatnya yang “egosentric” ia akan beranggapan bahwa cara pandang orang lain terhadap objek sama seperti dirinya.=> ex: sebuah permainan harus mengikuti peraturan dia.
3.      Operasional konkret (7-11 tahun)
1.      Pada masa ini pikiran anak terbatas pada objek2 yang ia jumpai dari pengalaman-pengalaman langsung. Anak berfikir tentang objek2 benda secara langsung misal ttg warna, berat, dan strukturnya.
2.      Pada masa ini selain kemampuan yang telah dimiliki masa sebelumnya. Anak mempunyai tambahan kemampuan yang disebut dengan system of operations (satu langkah satu fikir) => kemampuan ini kelak akan menjadi dasar terbentuknya intelegensi. Menurut piaget, intelegensi bukan sifat yang biasanya digambarkan dengan skor IQ, intelegensi adalah suatu proses, yaitu tahapan langkah operasional tertentu yang mendasari semua pikiran dan pengetahuan manusia, disamping merupakan proses pembentukan pemahaman.
Kemampuan kognitif yang dimiliki anak pada fase ini:
a.      Conservation ( pengekalan ) => kemampuan anak dalam memahami aspek=aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah. => benda tidak akan berubah secara sembarangan.
b.      Addition of classes (penambahan golongan benda) => kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan benda-benda. Dari tinggi kerendah, ayam, itik, bebek => bagian dari unggas.
c.      Multification of classes => pelipatan golongan benda, yakni ekmampuan yang melibatkan pengetahuan cara mempertahankan dimensi-dimensi benda seperti warna bunga dan jenis bunga untuk emmbentuk gabungan golongan benda, seperti mawar merah, mawar putih.
4.      Operasional formal (12-14 tahun keatas).
a.      Pada masa ini pola pikir anak sudah sistematik dan meliputi proses-proses yang kompleks.
b.      Aktivitas proses berfikir pada fase ini mulai menyerupai berfikir orang dewasa.
c.      Tanpa mempertimbangkan psikologi ana.k, maka dapat dipastikan kurikulum yang disusun tidak akan efektif
·        Psikologi belajar => pengembangan kurikulum tidak akan lepas dari teori belajar. Sebab, pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori tentang belajar sebagai sebuah proses perubahan tingkah laku. Namun semau teori berpangkal pada pandnagan hakikat manusia.
a.      Menurut jhon locke => manusia organisme yang pasif. Dengan teori tabularasas-nya, locke menganggap bahwa manusia itu seperti kertas putih. Hendak ditulis apa tergantung yang menulis, melahirkan aliran => belajar behavioristik-elementeristik => KTPSP => guru menyampaikan, murid =pasif, k.13 active learning.
b.      Berbeda dgn Leibniz => manusia adalah organisme yang aktif. Manusia sumber dari pada seluruh kegiatan, pada hakikatnya manusia bebas untuk berbuat, manusia bebas untuk membuat pilihan dalam setiap situasi.
·        Dalam psikologi belajar ada ebebrapa aliran yang masing-masing mempunyai konsep belajar =>
1.      Psikologi daya => dalam diri manusia terdapat berbagai daya. Daya-daya tersebut harus dilatih agar dapat berfungsi denagn baik, seperti mengingat, berfikir, merasakan, berkehendak, dan sebagainya. Sebagai implikasinya => kurikulum harus menyediakan berbagai berbagai mata pelajaran yang dapat menembangkan daya-daya itu.
2.      Teori mental state => menurut J. Herbart jiwa manusia sesungguhnya terdiri atas kesan-kesan atau tanggapan yang amsuk melalui alat indra, berasosiasi satu sama lain, utk kemudian membentuk mental atau kesadaran manusia. Kesan tersebut akan tertanam semakin dalam melalui pelatihan. => pandnagan ini bersifat materialistik. Sebagai implikasinya => kurikulum disusun dari sejumlah mata pelajaran yang mengandung pengetahuan yang luas, disusun berpisah namun akan berasosiasi => akan menghasilkan manusia intelektual.
3.      Psikologi behaviorisme => kesan dna ingatan adalah kegiatan organisme. Manusia tdk dapat diamati, tetapi kelakuan ajsmaniyalah yang dapat diamati. Belajar => pembentukan hubungan antara stimulus dan respon => tergantung latihan yang diadakan. Sebagai implikasinya => dengan mepelajari kelakuan manusia, dapat disusun suatu program yang serasi dan memuaskan. Serasi => menyampaikan kembali ilmu yang didapat.
4.      Teori koneksionisme => doktrin pokok => hubungan antara stimulus dan respon => oleh Thorndike melalui S-R Bond Theory dgn hukumbljr sbb:
a.      Hukum latihan => apabila dilatih hubungan tersebut akan menguat.
b.      Hukum pengaruh => kuat atau lemahnya hubungan tersebut tergantung pada pengaruhnya memuaskan atau tidak.
c.      Hukum kesiapan => mempengaruhi kepuasaan dan kegagalan dalam belajar.

Pada umumnya aliran ini:
a.       lingkungan mempengaruhi kelakuan belajar individu
b.      Kurang memperhatikan proses pengenalan dan berfikir
c.      Mengutamakan pengalaman masa lalu.
Sebagai impliasinya =>  kurikulum disusun berdasarkan lingkungan, yg dapat menimbulkan respon atau tingkah laku yg diharapkan.
5.      Psikologi gesalt => keseluruhan bukanlah penjumlahan bagian-bagian, melainkan suatu kesatuan yang bermakna. Prinsip belajarnya:
a.      Belajar dimulai dari satu keseluruhan menuju bagian-bagian tersebut
b.      Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian tersebut.
c.      Bagian-bagian dilihat dalam hubungan keseluruhan berkat individuasi => biologi akan berpengaruh apa pada fisika?
d.      Belajar memerlukan pemahaman
e.      Belajar memerlukan organisasi pengalaman yang kontinu
Sebagai implikasinya => kurikulum disusun atas dasar keseluruhan yang emmungkinkan siswa berinteraksi dengan lingkungan dan menimbulkan pemahaman kepada mereka.
Kelompok...6
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
·        Pengembangan kurikulum hakikatnya adalah penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.
·        Menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin capai.
·        Model pengembanagn kurikulum menurut Rapl Tyler:
Langkah-langkah yang harus ditempuh:
a.      Menentukan tujuan yang akan di capai melalui kegiatan pendidikan yang akan dilakukan
b.      Menentukan pilihan bentuk proses pembelajaran menuju pencapaian tujuan yang akan di capai
c.      Menentukan pengaturan atau organisasi materi kurikulum
d.      Menentukan cara untuk menilai hasil belajar
Tyler menyatakan dalam menentukan tujuan pendidikan hendaknya jangan hanya diperhitungkan pendapat para ahli disiplin ilmu melainkan juga kebutuhan dan minat anak dan masyarakat yang sesuai dengan falsafah pendidikan.
·        Model menurut hilda taba => pada dasarnya hilda taba setuju dengan pendahulunya, yaitu Ralp Tyler hanya bedanya, taba membuat deretan kegiatan sebagai rincian untuk masing-masing tahapan. Langkah-langkah hilda taba:
a.      Menentukan tujuan pendidikan dengan langkah-langkah:
1.      Merumuskan tujuan umum
2.      Mengklarifikasi tujuan-tujuan
3.      Merinci tujuan-tujuan berupa pengetahuan (fakta, ide, konsep) dan berfikir.
4.      Merumuskan tujuan dalam bentuk yang spesifik.
b.      Mengidentifikasi dan menyeleksi pengalaman belajar dengan langkah-langkah:
1.      Mengidentifikasi minat dan kebutuhan siswa
2.      Mengidentifikasi dan menyesuaikan dengan kebutuhan sosial
3.      Menentukan lulusan dan kedalam pembelajaran
4.      Menentukan keseimbangan antara ruang lingkup dan kedalaman
c.      Mengorganisasikan bahan kurikulum dan kegiatan belajar:
1.      Mennetukan organisasi kurikulum
2.      Menentukan ukuran materi kurikulum
3.      Melakukan pengintegrasian kurikulum
4.      Menentukan focus pelajaran
d.      Mengevaluasi hasil pelaksanaan kurikulum:
1.      Menentukan criteria penilaian
2.      Menyusun program evaluasi yang komprehensif
3.      Tekhnik mengumpulkan data
4.      Interpretasi dan evaluasi
5.      Menerjemahkan evaluasi kedalam kurikulum.
·        Model Harold B. Alberty => langakh-langkah pengembangan saja, menambahkan beberapa unsur penting yang harus ditekan dalam kurikulum:
a.      Menentukan falsafah => merumuskan denagn jelas => tujuan ini perlu diperinci dan harus sesuai dgn nilai masyarakat dan negara.
b.      Menentukan ruang lingkup materi pembelajaran => konsep, prinsip, masalah serta batas-batas unit.
c.      Menentukan kegiatan pembelajaran =>  kegiatan peserta didik => kreatif dan konstruktif forum dan diskusi
d.      Menentukan  sumber belajar dan alat belajar => berisihi bahan referensi.
e.      Menentukan evaluasi
f.       Menyusun panduan atau petunjuk tentang cara menggunakan unit sumber
·        Perbedaan 3 ini:
1.      Tyler => perencanaan dan point2 umum saja
2.      Taba => lebih rinci, penyempurnaan, implikasi dan eksperimen
3.      Al-berty => pengembangan saja.
Kelompok...7
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
·         Guru menurut freire. Freire menepatkan guru dan murid pada posisi yang sama. Guru menurut freire adalah seorang yang berada dalam proses pendidikan yang demokratis, yaitu mempunyai kepercayaan kepada siswanya sebagai mahluk yang tidak hanya mampu mendiskusikan masalah, tetapi juga mmapu mengatasi masalah. Maksudnya, dalam proses belajar mengajar hendaknya ada hubungan dialog. Seorang guru harus menjadi fasilitator, motivator, dan dinamisator bagi siswanya agar tercipta suasana komunikatif dalam proses belajar mengajar. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengenbangkan dirinya.
·         Siswa menurut freire. Anak didik adalah mahluk yang memiliki nasib dan amsa depan pendidikan masing-masing sehingga peran seorang pendidik dalam pendidikan adalah mengarahkan mereka sesuai dengan potensi dan bakat yang dimilikinya. Dengan kata lain, anak didik adalah mahluk yang dilahirkan sebagai sosok-sosok dengan kebebasan dan kemerdekaan untuk mewujudkan eksitensinya dirinya secara terbuka dan mandiri. Maka belajar merupakan  suatu gerakan menuju kesadaran kritis, belajar merupakan proses yang bersifat aktif. Sikap kritis manusia sama sekali tidak dapat dihasilkan oleh pendidik yang bergaya bank (banking education). Sikap kritisa dalam belajar pada anak didik menurut freire:
1.      Pembaca harus mengetahui peran dirinya => mempelajari sebuah teks secara serius memerlukan analisa terhadap sebuah bidang kajian yang ditulis oleh yang mempelajarinya. Belajar adalah sebuah bentuk penemuan kembali (reinventing), penulisan ulang (rewriting)  penciptaan kembali (recreating) dan ini tugas subjek, bukan objek. Bertanya dalam hati yang dimulai dengan terus menerus mengamati kebenaran yang tersembunyi dibalik fakta yang dipaparkan dalam teks.
2.      Pada dasarnya praktik belajar adalah bersikap terhadap dunia. Orang yang sedang belajar tidak boleh menghentikan rasa ingin tahunya terhadap orang lain dan kehidupan nyata.
3.      Kapan saja mempelajari sesuatu kita dituntut menjadi lebih akrab dengan bibliografi yang telah kita baca
4.      Dialektika, ini melibatkan pengalaman sosio-historis dan ideologi penulis, yang tentu tidak sama dengan pengalaman pembaca
5.      Perilaku belajar menuntut rasa rendah hati (sense of modesty). Teks yang kita baca tidak selalu mudah untuk dipahami. Dengan sikap rendah hati dan kritis kita lantas mengetahui bahwa teks tersebut bisa jadi berada diluar kemampuan kita untuk memahaminya, sehingga teks itu menjadis ebuah tantangan tersendiri.
·         Nadhler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk menegrti dan emmahami suatu proses secara mendasar dan menyuruh.
B. kurikulum Humanistik.
·         Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dpat membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya, untuk perkembangan individu peserta didik itu selanjutnya. Pada kurikulum ini, guru diharapkan mengatahui respon peserta didik terhadap kegiatan mengajar.
C. karakteristik Kurikulum Humanitik.
·         Kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens karena dengan sekuens murid-murid kurang mempunyai kesempatan untuk memperluas untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek perkembangannya.
·         Robert S. Zais (1976) mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum:
1.      The Administrative (line-staff) model. Atau garis komandu “dari atas kebawah” maksudnya inisiatif pengembanagn kurikulum dari ats kebawah berasal dari pejabat tinggi (kemdiknas) kemudian secara struktural dilaksanakan ditingkat bawah.
2.      The Grass-Roots Model => Inisiatif pengembangan kurikulum dalam model ini berada di tanagn guru-guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah.
3.      The demonstration Model +. Model ini menurut sejumlah guru dalam satu sekolah untuk mengorganisasikan dirinya dalam memperbaharui kurikulum
4.      Beauchamp’s System model
5.      Taba’s inverted model => mengembangkan lima langkah.
6.      Roger’s interpersonal relations model
7.      The systematic action-research model tiga faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan natar manusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu
8.      Emeging Technical Model => dari tiga variasi model =>
a.       model analisis tingkah laku => melatih kemampuan anak dari mulai sederhana bertahap.
b.       model analisis => menjabarkan tujuan-tujuan khusus secara khusus,
c.       dan model berdasarkan komputer.
Kelompok...8
KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
A. Pengertian Komponen Kurikulum
            Komponen menurut KBBI adalah bagian dari keseluruhan. Kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru bisa dikatakan baik. Kurikulum di suatu  sekolah (the curiculum) mungkin mempunyai komponen kurikulum yang berbeda dari kurikulum di sekolah lain, karena perbedaan di dalam menafsirkan komponen kurikulum. Namun perbedaan tersebut harus dapat dipisahkan antara perbedaan prinsip dan perbedaan yang tidak prinsip.
B. Jenis-Jenis Komponen Kurikulum
1.      Komponen tujuan
Bangsa yang menganut paham demokrasi sebagai falsafah hidupnya (democracy as a way of life) akan menekan sistem pendidikan yang memiliki empat kemampuan;
a)      Self realization (mewujudkan dan mengembangkan bakat)
b)      Human relationship (hubungan antar insani)
c)      Economic efficlency (efisiensi ekonomi)
d)     Civic responsibility (tanggung jawab warga negara)
Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal (TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA) maupun pendidikan nonformal (lembaga khusus, pesantren). Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok pembahasan, sedangkan tujuan pembelajaran khusus adalah tujuan dari setiap sub pokok pembahasan. Di dalam kurikulum 2004 atas kurikulum berbasis kompetensi dikenal dengan istilah Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran, Kompetensi Dasar (KD), dan indikator. Bedanya, kalau tujuan harus “dicapai” oleh peserta didik, sedangkan kompetensi harus “dikuasai” oleh peserta didik. Istilah “dikuasai” mengandung implikasi yang lebih berat bagi guru dibandingakan dengan istilah “dicapai”.
2.      Komponen Isi/materi
Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a)      Logika, yaitu pengetahuan tentang benar- salah, berdasarkan prosedur keilmuan
b)      Etika, yaitu pengetahuan baik-buruk, nilai, dan moral
c)      Estetika, yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seni.
Pengembangan isi kurikulum harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a)      Mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari
b)      Berorientasi pada standar kompetensi lulusan mata pelajaran, dan kompetensi dasar.
3.      Komponen Proses
Komponen proses disebut juga komponen metode 11, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik. Guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar media pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum. Untuk memilih metode, guru dapat melihat beberapa pendekatan yaitu berpusat pada mata pelajaran, pada peserta didik dan berorientasi pada kehidupan bermasyarakat.
4.      Komponen Evaluasi
Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Kumpulan mata pelajaran kegiatan dan pengalaman anak di dalam maupun diluar sekolah.
C. Komponen Pengembangan Kurikulum
1.      Kebijakan Umum dalam Kegiatan Belajar-Mengajar
Contoh dari kebijakan umum dalam konteks sekolah adalah kebijakan dalam kegiatan belajar-mengajar, persamaan kesempatan, pengembangan staf, atau kebutuhan khusus. Contoh dari kebijakan khusus di sekolah, misalnya penggunaan seragam, kunjungan sekolah, pengelolaan sumber belajar, dan pengelolaan keuangan.
2.      Program Kegiatan
3.      Rencana Pengembangan Sekolah
4.      Organisasi dan Struktur Kurikulum
5.      Skema Kerja
Skema kerja merepresentasikan apa yang telah dibuat dalam penentuan keputusan tentang struktur dan organisasi kurikulum.
6.      Penilaian, Perekaman, dan Pelaporan
7.      Petunjuk Teknis
Petunjuk teknis atau guidelines berfungsi dalam menjawab pertanyaan “bagaimana”. Contohnya, andaikan guru memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, bagaimanapun juga ia berkewajiban menyampaikan ilmu tersebut kepada siswa.
8.      Perencanaan Jangka Pendek dan Menengah
Perencanaan jangka menengah sering  digunakan dalam kelompok tim tahunan.
9.      Strategi Monitoring
Kelompok..... 9
INOVASI KURIKULUM
A. Pengertian Inovasi
·         Inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu permasalahan. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” berupa ide, gagasan, benda atau mungkiin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatu yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut inovation, atau dapat juga tidak benar-benar baru sebab sebelumnya sudah ada dalam konteks sosial yang lain yang kemudian disebut discovery.Jadi dengan demikian, inovasi itu dapat terjadi melalui proses inovation atau melalui proses discovery.
B. Hambatan- Hambatan Inovasi
·         Ibrahim (1988) mencatat ada enam faktor utama yang dapat menghambat suatu inovasi yaitu:
1.      Estimasi yang tidak tepat
Adanya pertimbangan implementasi inovasi, kurang adanya hubungan anggota team pelaksana, kurang adanya persamaan pendapat tentang tujuan yang ingin dicapai, tidak adanya koordinasi antar petugas yang terlibat. Untuk mencegah adanya hambatan diatas, maka proses penyusunan perencanaan inovasi perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan melibatkan koordinasi.
2.      Konflik dan Motivasi
Adanya perasaan iri dari pihak atau anggota tim inovasi dan dapat ditimbulkan juga oleh motivasi, misalnya motivasi yang lemah dari orang-orang yang terlibat yang justru memegang kunci.
3.      Inovasi tidak berkembang
Pendapat yang rendah, faktor geografis, seperti tidak memahami kondisi alam, letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau oleh alat transformasi, serta kurang nya sarana komunikasi.
4.      Masalah finansial
Sering terjadi kegagalan inovasi dikarenakan dana yang tidak memadai. Beberapa faktornya adalah: bantuan dana yang sangat minim, kondisi ekonomi masyarakat secara keseluruhan, penundaan bantuan dana.
5.      Penolakan dari kelompok penentu
Seperti golongan elite, tokoh masyarakat dalam suatu sistem sosial.
6.      Kurang adanya hubungan sosial
Harus diciptakan dengan melakukan pertukaran pikiran secara continue antara sesama anggota team.
C. Jenis-Jenis Inovasi Kurikulum
1.      Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing  satuan pendidikan. Dengan memerhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
2.      Penyelenggaraan Sekolah Lanjutan Pertama Terbuka (SLTPT)
SLTP Terbuka merupakan sekolah menengah umum Tingkat pertama yang kegiatan belajarnya dilaksanaka sebagian besar diluar gedung sekolah, menggunakan paket belajar berupa modul dan pemanfaatan media elektrinik seperti radio.
3.      Pengajaran Melalui Modul baik Formal maupun Non Formal
4.      Pembelajaran Melalui Komputer
Melalui komputer siswa dapat belajar sendiri.
D. Inovasi Kurikulum Indonesia
            Seperti perubahan tujuan kurikulum, penyesuaian materi dan waktu, dan strategi pembelajaran, serta sistem penilaian. Dilakukan percobaan-percobaan pada sekolah tertentu. Jika menunjukkan hasil yang baik, maka selanjutnya dituangkan untuk digunakan di seluruh Indonesia.
Beberapa pertimbangan inovasi kurikulum di Indonesia:
1.      Relevansi yaitu masih adanya ketidaksesuaian antara kurikulum yang digunakan dengan kebutuhan dilapangan.
2.      Mutu pendidikan di Indonesia sangat rendah. Mutu pendidikan Indonesia masih dibawah Malaisya dan Singapura, bahkan Filiphina dan Thailand. Padahal tahun 1970-an, orang-orang Malaysia belajar ke Indonesia.
3.      Masalah pemerataan pembangunan pendidikan di Indonesia sampai saat ini memang masih kurang merata.
4.      Masalah keefektifan dan efisiensi pendidikan. Keefektifan berkenaan dengan keampuhan pelaksanaan kurikulum, metodologi, evaluasi, guru, pengawasan. Masalah efisiensi berkenaan dengan manajemen kurikulum itu sendiri, keterbatasan dana dan daya. Dalam efesiensi menyangkut juga aspek waktu, yaitu penggunaan waktu dalam setiap pelajaran.
Setelah bentuk atau wujud inovasi kurikulum itu ada, kemudian dilaksanakan dalam situasi yang sebenarnya. Untuk itu, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:
1.      Faktor guru (pendidik)
2.      Faktor peserta didik (siswa)
Inteligensia, kemampuan motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan.
3.      Faktor program pembelajaran
Pedoman dalam implementasi kurikulum di sekolah. Hasil inovasi kurikulum pada akhirnya disusun dalam program pembelajaran.
4.      Faktor fasilitas
5.      Faktor lingkungan sosial masyarakat
Banyak kegiatan inovasi kurikulum yang tidak didukung oleh masyarakat berakibat terhentinya pelaksanaan inovasi.
E. Inovasi Kurikulum 2013
1.      Keunggulan kurikulum 2013
a)      Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (konstektual) peserta didik dapat mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya.
b)      Kurikulum 2013 yang berbasis karakter
c)      Ada bidang-bidang studi atau pada pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
2.      Asumsi kurikulum 2013
Asumsi merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikan, konsistensi dan validitas. Sedikitnya terdapat 5 asumsi yang mendasari kurikulum 2013:
a)      Banyak sekolah yang memiliki sedikit guru yang profesional. Karena itu, penerapan kurikulum berbasis kompetensi menuntut peningkatan kemampuan profesional guru.
b)      Banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.
c)      Peserta didik bukanlah kertas putih melainkan individu yang memiliki potensi.
d)     Peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi.
e)      Kurikulum harus berisi kompetensi-kompetensi potensialsebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian yang mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.

Kelompok...10

KURIKULUM DAN TEKHNOLOGI

A. Kurikulum dan Teknologi

       Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projector, film slide, dan motion film, mesin pengajaran, komputer, CD-rom dan internet.[1]
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).
Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan bantuan komputer, dan lain-lain.
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan media, atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan instruksional. Pandangan pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih diarahkan pada bagaimana mengajarkannya, bukan apa yang diajarkan. Adapun pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada penerapan tahapan instruksional.
       Pada tahun 1960, B.F Skinner menganjurkan efisiensi dalam belajar, yaitu cara mengajar yang memberikan lebih banyak subjek kepada peserta didik yang lebih banyak.[2]

B. Beberapa Ciri Kurikulum Teknologis

       Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan, memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
1.      Tujuan: tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-keterampilan yang dapat diamati atau diukur.
2.      Metode: Pengajaran bersifat individual, tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Penegasan tujuan: para siswa diberi penjelasan tentang pentingnya bahan yang harus dipelajari. Sebagai tanda menguasai bahan mereka harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan dari suatu program.
b.      Dalam kegiatan belajarnya mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar ataupun perilaku-perilaku yang dinyatakan dalam tujuan program. Mereka belajar dengan cara memberikan respons secara cepat terhadap persoalan-persoalan yang diberikan.
c.       Pengetahuan tentang hasil: kemajuan siswa dapat segera diketahui oleh siswa sendiri, sebab dalam model kurikulum ini umpan balik selalu diberikan.
d.      Organisasi bahan ajar: Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan objektif. Urutan dari objektif-objektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
e.       Evaluasi: kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit ataupun semester, fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.[3]
Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan, kurikulum teknologis tidak terlepas dari beberapa keterbatasan atau kelemahan. Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi) juga bahan-bahan ajar yang bersifat afektif. Beberapa percobaan menunjukkan kemampuan siswa untuk mentransfer hasil belajar cukup rendah. Pengajaran teknologis sukar untuk dapat melayani bakat-bakat siswa belajar dengan metode-metode khusus. Metode mengajar mereka cenderung seragam.[4]

C. Pengembangan Kurikulum dan Teknologi

            Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria, yaitu:
1.      Prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain.
2.      Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangam dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.
Pengembangan pengajaran yang betul-betul berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Inilah hambatan utama pengembangan kurikulum ini, terutama bagi sekolah atau daerah-daerah yang kemampuan finansialnya masih rendah.
Pemecahan masih dapat dilakukan dengan menerapkan model kurikulum teknologis yang lebih menekankan pada teknologi sistem dan kurang menekankan pada teknologi alat. Model ini di Indonesia dikenal dengan nama Satuan Pelajaran dalam lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah atau Satuan Acara Perkuliahan pada Perguruan Tinggi, sebagai bagian dari Sistem Instruksional atau Desain Instruksional.
Pengembangan kurikulum teknologis terutama yang menekankan teknologi alat, perlu mempertimbangkan beberapa hal.
1.      formulasi perlu dirumuskan terlebih dahulu apakah pengembangan alat atau media tersebut benar-benar diperlukan. Hal ini menyangkut pasaran.
2.      spesifikasi, diperlukan adanya spesifikasi dari alat atau media yang akan dikembangkan, baik dilihat dari segi kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya. Spesifikasi juga meliputi spesifikasi lingkungan tempat belajar, standar perilaku belajar, serta keterampilan-keterampilan untuk mencapai tujuan.
3.      prototipe, sekuens-sekuens pengajaran perlu diujicobakan dalam bentuk prototipe-prototipe, demikian juga format-format media, dan organisasi.
4.      percobaan pertama, unit-unit pengajaran diujicobakan pada sejumlah sampel siswa untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahannya.
5.       mencoba hasil, hasil dari pengembangan dicoba diterapkan di dalam sistem pengajaran yang berlaku. Proses pelaksanaan, hasil dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dicatat sebagai umpan balik bagi penyempurnaan selanjutnya.[5]
Kelompok....11
KURIKULUM DAN POLITIK
A.    Politik Pendidikan Sebagai Kajian Akademis
·         Roger F. Soltau dalam Introduction to politis, “Ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara, dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu; hubungan negara dan warga negaranya  serta dengan negara-negara lainnya.[6]
·         Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata politik diartikan sebagai berikut.
1.      Pengetahuan tentang ketatanegaraan atau kenegaraan, yaitu mengenai sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan.
2.      Segala urusan dan tindakan, kebijaksanaan,siasat.
·         Dalam kamus bahasa Arab, ada beberapa istilah yang bisa di pergunakan dalam pengertian pendidikan, yaitu ta’lim, ta’bid, tarbiyah, tadris, dll.
·         Kemudian di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
·         Dari beberapa pengertian tersebut, kita mendapati ada persamaan dan perbedaan antara politik dan pendidikan. Persamaannya, politik dan pendidikan sama-sama berkaitan urusan manusia hidup di dunia, sama-sama sebagai salah satu alat atau jalan manusia untuk mencapai tujuannya, dan manusia sama sekali tidak bisa di katakan apolitis  dan tidak berpendidikan secara total. Manusia sekecil apapun tetap berpolitis dan tetap berpendidikan. Perbedaannya, politik lebih berkaitan dengan pencapaian posisi manusia dalam wilayah atau sebuah kekuasaan, baik itu skala besar ataupun skala kecil, sementara pendidikan lebih kepada pencapaian manusia memeperoleh pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan untuk persiapan hidup ke depan atau terjun dalam masyarakat yang lebih luas.
·         Politik dan pendidikan sebenarnya tak bisa di pisahkan, ini setidaknya mengacu dari pernyataan beberapa kalangan filsuf luar negeri kontemporer, modern, dan posmodren, salah satunya Michael Foucault, yang yang mengatakan bahwasanya tidaklah mungkin memisahkan keberadaan pengetahuan dengan meninggalkan kekuasaan. Sebaliknya, tak mungkin memisahkan kekuasaan bisa berjalan tanpa pengetahuan.kekuasaan bekerja di dalam proses pembentukan pengetahuan yang merupakan sebuah bentuk kebudayaan. Ada filsuf lain, Francis Bacon, yang mengatakan pengetahuan adalah kekuasaan. Juga, Bourdie mengatakan bahwasanya pendidikan hanya jembatan untuk bicara tentang budaya dalam sebuah struktur. Ini berarti pendidikan dilihat sebagai proses untuk memantapkan struktur yang ada.[7]
·         Ki Supriyoko di dalam salah satu tulisannya memberikan jabaran dan batasan wilayah kajian dari politik pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1.      Politik pendidikan adalah metode yang digunakan untuk memengaruhi pihak lain untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.      Politik pendidikan berbicara mengenai bagaimana metode untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya tentang anggaran pendidikan, kebijakan pemerintah, dan partisipasi masyarakat.
3.      Politik pendidikan berbicara mengenai sejauh mana pencapaian pendidikan sebagai pembentuk manusia Indonesia yang berkualitas, penyangga ekonomi nasional, dan pembentuk bangsa yang berkarakter.
4.      Politik pendidikan serupa pengertiannya dengan politik ekonomi, politik kebudayaan.
·         Itu harus dibedakan dengan pendidikan politik yang pengertian dan wilayahnya sebagai berikut:  
1.      Pendidik politik adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik bagi perannya di dunia politik.
2.      Pendidik politik lebih berorientasi pada bagaimana peserta didik menjadi manusia yang melek politik.
3.      Pendidikan politik lebih banyak berbicara mengenai usaha untuk ‘’ memelekpolitikkan’’ peserta didik bisa dicapai secara efektif, misalnya saja tentang sistem pengajaran, metode pengajaran, kurikulum pendidikan dan sebagainya.
4.      Pendidikan politik lebih banyak berbicara mengenai sejauh mana sistem pemerintah, hak dan kewajiban warga negara, pemilu dan sebagainya.
5.      Pendidikan politik setara pengertiannya dengan pendidikan ekonomi, pendidikan agama, sebagainya.[8]
B.     Dasar dan Tujuan Pendidikan Nasional
·         Sudah jelas dasar diadakan pendidikan nasional tidak lain sumbernya adalah Pancasila dan UUD 1945. Dalam pembukaan Undang- undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.            Kaliamat ‘’mencerdaskan kehidupan bangsa’’ telah menjadi fondasi kita bersama dalam wadah Indonesia yang merdeka di tahun 1945. H. Soedijarto menilai jika kalimat ‘’ mencerdaskan kehidupan bangsa ‘’ belum terwujud. Ia mencontohkan beberapa fenomena sebagai bukti belum cerdasnya kehidupan bangsa tersebut, antara lain:
1.      Ketidakmampuan kita untuk tidak kekurangan air bersih dan bahan makanan di musim kering.
2.      Ketidakmampuan kita mengatasi banjir dan tanah longsor di musim hujan,
3.      Ketidakmampuan kita menemukan obat bagi penyakit yang berulang mewabah di Indonesia, seperti demam berdarah.
4.      Ketergantungan kita kepada hasil teknologi negara lain.
5.      Ketidakmampuan kita untuk menemukan, mengelola, dan memanfaatkan sumber daya alam bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
·         Menurut UU No. 4 Tahun 1950 tentang dasar- dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, tujuan pendidikan dan pengajaran ialah untuk membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air ( pasal 3).[9]
1.      Kecakapan berkaitan dengan kecerdasan seseorang dalam memperoleh pengetahuan  bukan sekedar teori, melainkan praktik, bukan saja cerdas pengetahuan sekolah, melainkan juga cerdas melihat situasi dan kemudian memberikan solusi berbagai permasalahan yang adac di masyarakat.
2.      demokratis berkaitan dengan hasil pendidikan nasional, memiliki kecerdasan moral, keterampilan dengan rasa kemanusiaan, keadilan,
3.      bertanggung jawab dari sudut ekonomis. Bukan saja memerhatikan kesejahteraan personal, keluarga, atau golongannya, melainkan juga masyarakat sekitarnya dan bangsa atau tanah airnya secara menyeluruh.   
C.     Hubungan Politik dan Pendidikan
·         Keduanya sering dilihat sebagai bagian- bagian yang terpisah, yang satu sama yang lain tidak memiliki hubungan apa- apa. Padahal, keduanya bahu – membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu Negara
·         Lembaga – lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat di negara tersebut. Begitu juga sebaliknya, lembaga- lembaga dan proses politik di suatu negara membawa dampak besar pada karakteristik pendidikan di negara tersebut.
·         Di dunia islam, keterkaitan antara pendidik dan politik terlihat jelas. Sejarah peradaban islam banyak di tandai oleh kesungguhan para ulama dan umarah dalam memperhatikan persoalan pendidikan dalam upaya memperkuat posisi social politik kelompok dan pengikutnya.
·         Rasyid (1994) menimpulkan bahwa dalam sejarah perkembangan islam, institusi politik ikut mewarnai corak pendidikan yang dikembangkan. Keterlibatan para penguasa dalam kegiatan pendidikan dalam waktu itu, menurut Rsyid, tidak hanya sebatas dukungan moral kepada para peserta didik, melainkan juga dalam bidang administrasi, keuangan, dan kurikulum (1994:3). Dia menulis sebagai berikut. “Tanpa otoritas politik, syariat Islam sulit bahkan mustahil ditegakan. Kekuasaan adalah saran untuk mempertahankan syiar Islam… Pendidikan bergerak dalam usaha menyadarkan umat untuk menjalankan syariat. Umat tidak akan mengerti syariat tanpa pendidikan. Bila politik (kekuasaan) berfungsi mengayomi dari atas, maka pendidikan melakukan pembenahan lewat arus bawah (Rasyid, 1994:15)”
·         Keterkaitan antara pendidikan dan politik berimplikasi pada semua dataran, baik pada dataran filosofis maupun dataran kebijakan. Misalnya, filsafat pendidiakn di suatu Negara sering kali merupakan refleksi prinsip ideologis yang diadopsi oleh Negara tersebut. Di Indonesia, misalnya filsafat pendidikan nasional adalah artikulasi pedagogis dari nilai- nilai yang terdapat pada Pancasila dan Undang Dasar 1945. Pada dataran kebijakan, sangat sulit memisahkan antara kebijakan- kebijakan pendidikan yang di buat oleh pemerintah di suatu Negara dengan persepsi dan kepercayaan politik yang ada pada pemerinah tersebut.
·         Masing- masing pemerintah menempatkan prioritas pendidikan yang berbeda- beda dan menyukai kebijakan- kebijakan yang merefleksikan pandangan dasar dan kepentingan –kepentingan mereka. Dari waktu ke waktu pemerintah membuat kebijakan –kebijakan pendidikan atas dasar petimbangan- pertimbangan politik.[10]
D.    Fungsi Politik Instisusi Pendidikan
·         Berbagai aspek pembelajaran, terutama kurikulum dan bahan- bahan bacaan, sering kali diarahkan pada kepentingan politi tertentu. Eliot (1959: 1046)
·         Eliot menambahkan bahwa salah satu komponen terpenting pendidikan, kurikulum, misalnya dapat menjadi media sosial politik. Menurutnya kurikulum di suatu lembaga pendidikan memiliki tiga sumber utama:
1.      Pendapat kelompok profesional pendidikan
2.      Kebutuhan akan dana.
3.      Aktifitas kelompok – kelompok berpengaruh, seperti asosiasi industri, perserikatan dan beberapa organisasi kebangsaan yang memiliki semangat patriotik.
·         Di banyak negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik sangat menyadari fungsi pendidikan dalam mencapai tujuan –tujuan politik. Mereka melakukan berbagai cara untuk mengontrol sistem pendidikan dan menitipkan pesan –pesan politik melalui metode dan bahan ajar pendidikan.
·         Stabilitas atau transformasi politik banyak ditentukan oleh faktor pendidikan. Manakala terjadi transformasi radikal dalam sistem politik, misalnya setelah revolusi Prancis dan Rusia, salah satu langkah utama yang dilakukan oleh para penguasa di sana adalah menata sistem pendidikan.
·         Di Indonesia, misalnya daya tahan rezim Soeharto selama 32 tahun banyak melibatkan kebijaka- kebijakan kontroversial dalam bidang pendidikan, baik menyangkut pengelolaan maupun kurikulum dan kegiatan pembelajaran. Misalnya,
1.      kebijakan tentang kurikulum Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
2.      kebijakan tentang seragam sekolah, khususnya tentang hak mengenakan jilbab bagi siswi di sekolah umum.
·         Jika selama masa Orde Baru otoritas pendidikan di kabupaten dan kota hanya merupakan perpanjangan tangan dari otoritas pendidikan pusat dan provinsi, maka pada era reformasi sekarang ini otoritas pendidikan kabupaten dan kota dituntut lebih aktif dan kreatif dalam menata sistem pendidikan masing- masing.
·         Pihak Departement Pendidikan Nasional juga telah mengembangkan konsep community based education. Saat ini sekolah- sekolah telah dibentuk Komite Sekolah dan Komite Madrasah telah dibentuk Komite Madrasah yang keanggotaanya merupakan perwakilan dari para stakeholder. Untuk mem-back up pemerintah provinsi,kavbupaten dan kota dalam mendesain dan mengembangkan program- program pendidikan, maka di beberapa provinsi sudah dibentuk Dewan Pertimbangan Pendidikan Daerah yang keanggotaanya terdiri dari para pakar pendidikan yang ada di daerah.  [11]
KURIKULUM DAN ISU-ISU SOSIAL
·         Suatu perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, dimana laki-laki dan perempuan dibedakan berdasarkan peranya masing-masing yang dikontruksikan berdasarkan kultur setempat yang berkaitan dengan kedudukan, sifat, peran dan fungsi di masyarkat, itulah yang disebut dengan Gender. Lain halnya dengan sex atau jenis kelamin merupakan kedudukan laki-laki dan perempuan yang dibedakan berdasarkan ciri biologisnya.[12]
·         James Adam memberi definisi terorisme adalah penggunaan atau ancaman kekerasan fisik oleh individu atau kelompok untuk tujuan-tujuan poitik atau untuk kepentingan atau untuk melawan kekuasaan yang ada.[13]
·         Hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berprilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya[14] Hak sendiri mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:[15]
a. Pemilik hak;
b. Ruang lingkup penerapan hak;
c. Pihak yang bersedia dalam penerapan hak.
Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak. Dengan demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi.
·         Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 disebutkan bahwa : “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.[16]
1.                   Kurikulum sebagai ruang ketimpangan Gender
·         Diawali dengan teori feminis. Teori feminis adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Istilah feminis pertamkali dijelaskan oleh Francois Marie Charles Fourier pada tahun 1837. Fourier sangat mendukung hak-hak perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Fourier berbicara perempuan sebagai individu, bukan sebagai setengah pasangan manusia.
·         Pada abad ke 15 sendiri sudah muncul Christine de Pizan yang menulis ketidakadilan yang dialami oleh perempuan. Pizan menentang keras praktik kebencian terhadap wanita dan stereotip terhadap perempuan dalam budaya abad pertengahan yang didominasi oleh laki-laki. Pada 1759, untuk pertama kali juga istilah “hak” (rights) perempuan diperkenalkan oleh Mary Wollstonecraft. Salah satu buku Wollstonecraft yang melahirkan istilah “hak” berjudul “A Vindication of the Rights of Woman (1792).
·         Mulai dari zaman dahulu yakni pada zaman RA. Kartini. Dimana pada masa beliau, perempuan sangatlah dikekang dan dibatasi haknya terutama dalam hal memperoleh pendidikan.
·         pada Undang-Undang 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memuat pasal-pasal yang mendukung kesetaraan pendidikan yang menjamin hak perempuan untuk memperoleh pendidikan.
·         Dalam upaya kesetaraan Gender:
1.      Kurikulum sebagai jantung pendidikan
2.      Guru sebagai implementasi dan sering interaksi dengan siswa.[17]



[1]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1988), hal. 96.
[2]Ibid, hal. 148.
[3]Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1988), hal. 98.
[4]Ibid, hal. 98.
[5]Ibid, hal. 100.
[6] Mirriam Budiharjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1971), hlm. 10-11
[7] Y. Dedy Pradipto, Belajar Sejati versus Kurikulum Nasiopnal, ( Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 24.
[8] Ki Supriyanto, Hakikat Politik Peendidikan Nasional, dalam Ali Muhdi Amnur (ed), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2007), hlm. 5.
[9] Ibid., hal. 45.
[10]  M. Sirozi, Politik Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 20.
[11] Ibid., hal. 43
[12] Dewi Oktaviani, dkk, Kurikulum sebagai Ketimpangan Gender” diambil dari http://www.accademia.edu/29960320/kurikulum_sebagai_Ruang_Ketimpangan_Gender pada tgl 27 Desember 2017. Pukul 16.00 WIB.
[13] A. Masyhur Effendi dan Taufani S. Evandri, HAM dalam dimensi/ Dinamika Yuridis/, sosial, politik dan proses penyusunan/ Aplikasi Hak Asasi Manusia dalam masyarakat, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hal 221.
[14] TIM ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasai Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media, 2003) hal 199.
[15]Ibid. Hal 199.

[16] Tim ICCE UIN Jakarta . Op., cit., hal. 201.
[17] Dewi Oktaviani, dkk, Kurikulum sebagai Ketimpangan Gender” diambil dari http://www.accademia.edu/29960320/kurikulum_sebagai_Ruang_Ketimpangan_Gender pada tgl 27 Desember 2017. Pukul 16.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...