Selasa, 24 April 2018

Psikologi Pendidikan



PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si

R. 316

KATA PENGANTAR
          Alhamdulillahhirobbil alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Alam nabi besar muhammad saw.
      Pertama saya sangat berterima kasih kepada dosen Psikologi pendidikan yaitu Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si yang telah memberikan berbagai ilmunya selama empat bulan perkuliahan dengan 15 kali pertemuan.

      Alhamdulillah tulisan ini penulis ketik dan bahan di kumpulkan selama empat bulan, ini merupakan penjelasan dari dosen Psikologi pendidikan dan Ringkasan Makalah selama perkuliahan akhlak psikologi pendidikan
, semoga bermanfaat.

Penulis:


SYAHRUL RAMADHAN
(11160110000004)
Komplek Grand Puri Laras, Blok H. No. 94, Jln, Legoso raya, Pisangan, ciputat, kota tanggerang selatan, banten.
Tanggal: Selasa, 19 Desember 2017
Waktu: 15.55 WIB.
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2017

Kelompok...2
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
·         Perkembangan = > menunjukan pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri baru.
·         Tahap perkembangan dalam psikopen tergantung mereka memberi teori perkembangan. Rosseau membagi tahap menjadi 4:
a.       Masa bayi (0-2 tahun) => bayi mengalami dunia langsung lewat inderanya, tidak ada pemikiran, mereka hanya merasakan panas, dingin, enak atau sakit. Mereka menggunakan gramatika sendiri ketika berkomunikasi dengan orang dewasa
b.      Masa anak awal (2-12 tahun) => bayi sudah bisa berjalan, berbicara, makan sendiri, dan berlari kesana kemari, anak masih melekat pada hal-hal yang konkrit. Mereka belum mampu memakai hal-hal yang bersifat abstrak.
c.       Masa anak-anak akhir (12-15 tahun) => ini anak tahap prasosial => dia hanya mempertahankan apa yang berguna bagi dirinya sendiri sedikit saja yang memiliki kepedulian untuk menjaga hubungan dengan orang lain.
d.      Masa dewasa usia (15- akhir hidup) => mulai merasa malu beradapan denagn lawan jenis karena kesadarannya terhadap perasaan seksual yang meningkat, mereka lebih membutuhkan orang lain, kognitif mereka juga berkembang hanya memahami konsep2 abstrak
·         Faktor yang mempengaruhi perkembangan:
a.       Faktor yang berasal dari dalam diri individu, bakat/bawaan/sifat keturunan/dorongan insting/ekonomi
b.      Faktor yang berasal dari luar individu, makan/iklim/kebudayaan/ekonomi
c.       Faktor umum, intelegensi/jenis kelamin/kesehatan/ras
·         Prinsip perkembangan:
a.       Tidak pernah berhenti (never ending proces)
b.      Saling memengaruhi
c.       Mengikuti pola arah tertentu
d.      Terjadi pada tempo yang berlainan
e.       Berjalan dengan norma dimulai dari tahap bayi, anak-anak, anak, remaja, dewasa dan masa tua.
f.       Memiliki ciri khusus.

Kelompok....3
PERKEMBANGAN PSYCO-FISIK SISWA
·         Perkembangan psiko-fysik:
a.       Usia (2,3 – 3,5 tahun) =>
1.      Motorik kasar => berjalan dengan baik, berlari lurus kedepan, ayam melompat
2.      Motorik halus => meniru sebuah lingkungan, tulisan cakar ayam, dapat makan menggunakan sendok, menyusun beberapa kotak.
b.      Usia (3,5 – 4,5 tahun) =>
1.      Motorik kasar => berjalan dengan 80 % langkah orang dewasa,  berlari 1/3 kecepatan orang dewasa, melengkap dan menangkap bola besar, tetapi lengan masih kaku.
2.      Motorik halus => menguncing baju, meniru bentuk sederhana, membuat gambar sederhana.
c.       Usia (4,5 – 5,5 tahun) =>
1.      Motorik kasar => menyeimbangkan badan diatas satu kaki, berlari jauh tanpa jatuh, dapat berenang dalam air yang dangkal
2.      Motorik halus => menggunting, menggambar orang, meniru angka dan huruf sederhana, membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak.
·         Perkembanagn kognitif siswa => yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari & memikirkan lingkungan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh piaget.
1.      Tahap sensori motorik (0-2 tahun)
2.      Tahap pra operasional (2-7 tahun)
3.      Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
4.      Tahap operasional formal (11 tahun-dewasa)
·         Perkembangan bahasa siswa:
a.       Bahasa => alat komunikasi antar anggota masyarakat yang dihasilkan oleh Alat ucap manusia (mulut)
b.      Tahap-tahap perkembangan bahasa anak => menangis, celotek atau ocehan, isyarat melalui gerakan anggota badan.
c.       Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak => kesehatan, kecerdasan, jenis kelamin, keluarga, keinginan, dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dgn teman sebaya, kepribadian.
·         Perkembangan sosioemosional => kemampuan anak untuk mengelola emosi dirinya dengan orang lain yang berkenaan dengan hati dan kemampuan antar sesama manusia serta kemampuan untuk mengelola emosi sendiri maupun orang lain sehingga ia bisa berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebaya.
·         Perkembangan sosial anak ditandai denagn hal-hal tersebut:
1.      Masih merasa dekat dengan orang tua, sennag dalam berkeluarga
2.      Hormat dan segan kepada guru
3.      Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sifat egosentris mulai hilang
4.      Belajar berdiri sendiri, bila perlu membela diri
5.      Kurang sabar terhadap anak kecil
6.      Belum mengetahui “ kelak denagn hormat”
·         Perkembangan moral siswa:
a.       Prakonvensional moralitis => orientasi kepatuhan & hukuman, orientasi hedonistik => instrumental.
b.      Konvensional => orientasi anak yang baik, orientasi keteraturan dan otoritas.
c.       Pasca konvensional => orientasi kontrol sosial => legalistik => orientasi kata hati.

Kelompok...4
DEFINISI KONSEP BELAJAR
·         Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri manusia, diri tidak baik menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.
·         Tujuan belajar:
1.      Untuk mendapat pengetahuan
2.      Penanaman konsep & ketrampilan
3.      Pembentukan sikap
·         Faktor yang mempengaruhi belajar:
1.      Faktor dalam diri sendiri => jasmani dan rohani
2.      Faktor lingkungan => sekolah, keluarga, masyarakat.
·         Proses belajar, 3 tahap:
1.      Siswa merasakan adanya kebutuhan, ex: ingin meningkatkan prestasinya, baik dalam diri/dorongan dari luar.
2.      Siswa menyadari bahwa cara-cara belajar yang selama ini biasa ia gunakan ternyata tidak memadai lagi untuk meningkatkan prestasinya, ia mmeerlukan pola sambutan baru.
3.      Mencoba melakuakn cara-cara/pola  sambutan yang telah diketahui dan dipilihnya itu dalam praktik, mungkin ia gagal/ternyata berhasil mencapai prestasi yang diinginkannya.
·         Fase-fase proses belajar:
1.      Fase informasi (penerimaan materi)
2.      Fase transformasi (pengubahan materi)
3.      Fase evaluasi.

Kelompok...5
TEORI-TEORI DALAM BELAJAR
·         Behaviorisme => model psikologi yang menganggap bahwa studi psikologi harus berfokus pada perilaku yang dapat di amati saja => Experimen, watson, parlor, skinner dan tokoh lainnya. Menurut ini semua perilaku merupakan hasil proses belajar yang dilakukan individu dari lingkungannya.
Proses belajar individu bisa melalui cara-cara:
1.      Pengkondisian (pembiasaan)
2.      Mengamati & meniru
3.      Belajar melalui hadiah & hukuman
Contoh: seperti seorang anak yang selalu menangis ketika sesuatu dan menangisnya itu dengan bergulung-gulung karena itu dapat mendatangkan hadiah abginya. Dan dia selalu menggunakan itu ketika menginginkan sesuatu.
·         Kognitif
       Psikologi kognitif sebagai studi tentang kognisi. kognisi berasal dari bahasa latin cognitio, yang berarti ‘pengetahuan’. Dalam ilmu psikologi, psikologi kognitif adalah model psikologi yang berfokus pada pikran, keyakinan, harapan, dan sikap, serta bagaimana aspek-aspek tersebut memengaruhi perilaku manusia.
Contoh: ibu wardhani berfikir bahwa anaknya sangat cerda. Pikiran bahw aanaknya sangat cerdas membuat ibu wardani memiliki harapan yang snagat besar bahwa anaknya akan sukses di sekolah.
       Para ahli psikologi kognisi meyakini bahwa interpretasi  atau bagaimana kita memaknai peristiwa dalam kehidupan kita, menentukan keadaan emosi kita. Jadi, menurut mereka yang menuntukan kondisi emosi kita bukan semata-mata peristiwa yang kita alami, namun cara kita memaknai peristiwa tersebut . tokoh pendekatan ini yaitu Albert Ellish dan Aaron Beck.
Contoh: Dua orang anak bernama Anto dan joko. Anto mendapat nilai matematika 8 dia mersa bangga karena sebelumnya dia belum pernah mendapat nilai 8 lalu dia tunjukan kepada teman-temannya. Sedangkan joko merasa kecewa mendapat nilai 8 karena biasanya ia mendapat nila 10 untuk mata pelajaran kegemarannya ini.
       Contoh ini memperlihatkan bahwa dalam peristiwa yang sama, ketika dua anak tersebut memperoleh nilai 8 pada saat yang sama untuk mata pelajaran yang sama, respon yang yang muncul berbeda.[1]
       Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, metal manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak dan tak dapat di ukur dan tak dapat dan di terangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti: Motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya.
       Meskipun pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap aliran behaviorisme. Hanya, menurut para ahli psikologi kognitif, aliran behaviorisme itu tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi. Sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah cipta berfikir, mempertimbangkan pilihan dan menganbil keputusan. Selain ini, aliran behaviorisme juga tidak mau tahu urusan ranah rasa.
       Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifal jasmaniyah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.  Secara lahiriyah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniyah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons dan stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena  dorongan mental yang diatur oleh otaknya.[2]
·         Bagaimana kita memahami peristiwa akan menentukan kondisi emosi kita => anto dan joko dapat nilai matematika sama yaitu 80. Pelajarannya sama, tapi respon yang dihasilkan berbeda, anto biasanya sering mendapat 100, ketika dapat 80 dia merasa kecewa, sedangkan joko baru pertama itu dalam pelajaran matematika ia mendapat 80 dia bahagia sekali.
·         Prisnsip behaviorisme:
1.      Kegiatan manusia bukan mental tetapi hasil dari refleksi terhadap stimulus yang ada. Peristiwa belajar => melatih refleksi yang ada.
2.      Lahir tanpa warisan kecerdasan, bakat, perasaan, kecerdasan lahir setelah kontakl denagn alam, pintar tergantung bagaimana pendidikan
Kritikan :
a.       Menyalin pelajaran, apa nanti sekarang atau besok ? kognitif buka behaviors
b.      Kebiasaan belajar dapat ditiadakan oleh kemauan. Bljr seharian diperpustakaan dan makan permen, nah ketika puasa belajar setengah ahri.
·         Peristiwa belajar bukan banyak behaviorisme tapi kebanyakan kognitif.
·         Humanistik => manusia memiliki potensi positive dan mampu mengendalikan kehidupannya sendiri => Menurut pendekatan ini, hidup sesorang selalu diarahkan untuk mencapai tujuan terbaik dalam hidupnya, yaitu dapat mengaktualisasikan diri => tokoh abraham moshlow & carl rogers.
Ex: fendi memanda dirinya mampu jadi pemain baik internasional => nanti akan bahagia maka ia memutuskan dia kan belajar dengan rajin.

Kelompok...6
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN BELAJAR
·         Inteligensi merupakan suatu istilah yang populer. Hampir semua orang sudah mengenal istilah ini, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita mendengar seseorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (inteligen) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak inteligen) dan istilah lainnya seperti pandai, cakap, pintar cerdas dan lainnya. Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman Cicero[3] yaitu kira-kira dua ribu tahun
·         Teori tentang inteligensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jonel Pol pada tahun 1951
·         Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional
       Pada Abad XV, di Cina telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi para pelamar jabatan sebagai pegawai negara. Untuk itu dapat diterima sebagai pegawai, para pelamar harus mengikuti ujian tertulis mengenai pengetahuan Confucian Classic dan mengenai kemampuan menulis puisi dan komposisi karangan. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus ujian tingkat distrik yang berlangsung sehari semalam. Kemudian harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa kemampuan menulis prosa dan sajak. Dalam ujian kedua ini hanya 10% dari sisa peserta yang dapat lulus. Akhirnya barulah ujian tingkat akhir diadakan di Peking dimana dianatara para peserta terakhir ini hanya lulus sekitar 3% saja. Para lulusan ini dapat diangkat menjadi mandarin dan boleh bekerja sebagai pegawai negara. Dengan demikian, dari ketiga tahap ujian tersebut, hanya 5 diantara 100.000 pelamar saja yang pada akhirnya dapat mencapai status mandarin. Apa yang dilakukan oleh para penguasa Cina pada saat itu dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip pengukuran yang berkembang lebih akhir dan masih dipegang sampai sekarang ini. Baru pada abad XIX ujian semacam itu mulai dihilangkan sejalan dengan pesatnya kemajuan universitas-universitas.[4]
       Penelitian Galton (1870) dan Vandenberg (1962) mengemukakan bahwa faktor genetika mempunyai pengaruh yang relatif tinggi terhadap kemampuan inteligensi anak. Sebaliknya, lingkungan sebagaimana dikatakan oleh J.P. Chaplin sangat mempengaruhi organisme individu, termasuk inteligensi.[5]
       Sementara itu, menurut Wiramihardja sumber inteligensi adalah: (1). Genetika (2). Lingkungan dan (3). Genetika-Lingkungan. Genetika atau bersifat genetis, artinya memiliki sumber asal yang bersifat turunan, sedangkan lingkungan adalah segala hal yang terjadi di lingkungan yang memberikan dampak terhadap sisi kognitif kehidupan kejiwaan kita. Genetika-Lingkungan adalah sintetis dari lingkungan dan genetis yaitu landasan intelegensi yang terjadi akibat adanya pengaruh lingkungan. Sejak awal, hal ini menampilkan kontroversi mengenai peranan alam-pembinaan, nature-nurture issues. Penelitian spektakuler pernah dilakukan oleh William Stern yang menhasilkan kesimpulan bahwa kecerdasan orang ditentukan 49% turunan dan 51% lingkungan. Tapi, sangat di sayangkan, bahwa penelitian itu dilakukan ketika psikologi hanya percaya pada adanya pengaruh keturunan dan lingkungan saja, belum menemukan faktor sintesis antara turunan-lingkungan.[6]
       Penelitian spektakuler dari William Stern merupakan acuan fenomenal yang menemukan kapasitas intelektual kurang lebih 49% ditentukan warisan dan 51% hasil pendidikan. Jadi, orang memiliki IQ tinggi bisa jadi berkat warisan yang baik, misalnya orang tua yang cerdas, tetapi bisa juga karena belajar dengan baik.[7]
      Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[8] dalam kuliahnya mengatakan bahwa jika genetik pintar maka anak akan pintar. Maka mengapa di daerah Jawa dalam menacari jodoh itu ada tiga yang harus menjadi perhatian yaitu, Bibit, Bebet, Bobot.[9] Karena juga kualitas ummat ditentukan gen. Kenapa orang tua mencari yang baik-baik? karena di dalam diri manusia ada gen yang baik dan ada gen yang tidak baik, 90% gen yang baik bertemu dengan 10% gen yang tidak baik, belum tentu gen yang akan di hasilkan adalah gen yang baik apalagi jika gen tidak baik bertemu dengan yang tidak baik, tentu menjadi tidak baik. Walaupun gennya baik 90% dan yang buruk 10% belum tentu gen yang lahir baik karena bisa saja yang dimunculkan oleh Allah adalah yang tidak baik, sehingga kita kadang melihat ada yang bapaknya ganteng, ibunya cantik, tapi anaknya makan dan minum menggunakan selang. Ini karena kekuasaan Allah SWT. Hak prerogatif Allah, Oleh sebab itu, kita harus bermunajat kepada Allah sebagaimana yang diajarkan dalam al-Qur’an.
       Goelman (2002), menyatakan bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor lingkungan, faktor biologis, dan faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, dan kecerdasan emosi. Selain itu Goelman (2002) juga mengatakan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam menentukan prestasi individu, 80% sisanya di tentukan oleh faktor-faktor lain termasuk kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi menurut Ary Ginanjar Agustian (2008) adalah kemampuan peserta didik untuk merasa dan menentukan strategi apa yang akan dilakukan untuk mengatasi emosi yang ada dalam dirinya.[10]
       Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[11] dalam kuliahnya menyatakan bahwa hubungan IQ dengan prestasi adalah :
1.      Orang yang memiliki IQ tinggi maka akan mendapatkan prestasi yang baik.
2.      Seseorang yang memiliki IQ yang baik akan mampu menyelesaikan persoalan serumit apapun baik di lingkungan akademik maupun di lingkungan sosialnya.
3.      Seseorang yang memiliki IQ yang baik akan mudah dalam menyelesaikan studinya.
4.      Akan mudah mendapatkan pekerjaan.
5.      Akan mudah mendapatkan uang.
6.      Seorang yang memiliki IQ yang baik akan memiliki ketahanan dalam rumah tangga.
       Individu yang memiliki inteligensi yang baik akan mengubah perilaku yang dapat diterima di lingkungannya sehingga membuat individu tersebut memiliki rasa percaya diri karena dapat berinteraksi dan diterima oleh lingkungannya. Mangun Harjana (2005) mengungkapkan salah satu faktor yang mendukung kepercayaan diri adalah faktor sosial, yakni seseorang akan percaya diri karena dapat berinteraksi dengan orang lain.
      Gardner (dalam sandtrock, 2007: 156) menyebutkan salah satu tipe inteligensi adalah keterampilan intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri, kepercayaan diri, kontrol diri, disiplin diri, harga diri, dan pengenalan konsep diri.[12]
       Sebelum membicarakan hubungan Inteligensi dengan otak, maka kita harus mengetahui fungsi otak kiri dan otak kanan kita.
Fungsi otak kiri:
-          Berfikir Logis
-          Verbal
-          Inferensi
-          Membentuk hubungan
-          Sistem “mistis”
Belahan otak kiri menekankan pada:
-          Kata-kata
-          Logika
-          Angka
-          Matematika
-          urutan
Fungsi otak kanan:
-          Manipulasi objek
-          Respon-respon emosi
-          Peraba
-          Estetis
-          Kreativitas
Belahan otak kanan menekankan:
-          Ritme
-          Irama
-          Musik
-          Gambar
-          Imajinasi
      Keterkaitan antara otak dengan inteligensi yaitu, yang menggerakkan kaki, tangan, menulis, dan membaca semua adalah otak.  Dan otak merupakan sumber kecerdasan (secara fisiologi). Kenapa kita marah? karena otak kita tidak kita pakai, sehingga ada perkataan “tidak punya otak kamu”. Otak secara benda ada tetapi secara fungsi tidak dipergunakan.
     Dalam suatu laboraturium, dalam sebuah otak ada sinaps, sinaps ini ketika diberikan stimulus yang bagus maka dia akan tersambung, semakin banyak sambungan maka akan semakin bagus. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang baik maka fungsi otak selalu digunakan
      Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[13] dalam kuliahnya menyatakan  bahwa seseorang yang memiliki inteligensi yang baik akan cepat dan mudah memproses informasi. Sebagai contoh: guru memberikan soal matematika dan peserta didik disuruh menjawab, anak-anak 5x6 berapa?
       Peserta didik yang memiliki kemampuan inteligensi yang baik akan cepat memproses informasi itu dan langsung menjawab “30”.
Contoh lain: guru memberikan soal, 7+7-4 berapa ?.
      Perserta didik yang memiliki intelegensi yang baik akan menjawab dengan cepat dan tepat, dan menjawab “10”.
       Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[14] dalam kuliahnya menyatakan bahwa dalam kerja memori (Working Memory), ada yang namanya short memory, dan ada yang dinamakan long memory. Ketika suatu informasi disampaikan maka dia akan tersimpan di dalam short memory, tetapi jika informasi itu disampaikan secara berulang-ulang maka akan tersimpan di dalam long memory.
      Seseorang yang memiliki kemampuan inteligensi yang baik atau memiliki tingkat inteligensi yang cerdas maka informasi yang dia dapat dia akan menyimpan di dalam long memory bukan di dalam short memory, karena jika suatu informasi tersimpan di dalam short memory paling lambat tiga hari maka informasi itu akan hilang dan ketika dipanggil lagi maka tidak akan teringat lagi. Tetapi jika tersimpan di dalam long memory akan bertahan lama dan ketika dipanggil maka dia akan segera mengingat kembali informasi itu.
a.       Faktor Bawaan atau Keturunan
b.      Faktor Lingkungan
c.       Stabilitas Inteligensi dan IQ
        Inteligensi bukanlah IQ. Inteligensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes inteligensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari inteligensi). Stabilitas inteligensi tergantung perkembangan organik otak.
d.      Faktor Gizi
e.       Faktor Kematangan Piage =>  Seorang psikolog dari Swiss membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu: periode sensori motorik (0-2 tahun), periode pra operasional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan periode operasional formal (11-16 tahun).
f.       Faktor pembentukan pendidikan dan latihan yang bersifat  kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana
·         David Wechsler => Tes tersebut terbit pada tahun 1939 dan dinamai Wechsler Bellevue Intelegent Scale (WBIS), disebut juga skala W-B. Alasan Wechsler mengembangkan skala W-B adalah kenyataan bahwa tes inteligensi yang digunakan untuk orang dewasa saat itu hanya merupakan perluasaan dari tes inteligensi anak-anak dengan menambahkan soal yang sejenis yang lebih sukar. pertama, untuk umur 16 tahun ke atas, yaitu Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) dan kedua untuk anak-anak yaitu Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC)
·         Teori Multiple Inteligensi (Kecerdasan Majemuk)  => Teori ini di perkenalkan pada tahun 1983 oleh J.P. Guilford dan Pof. howard Gardner.
1.      Verbal-linguistik
2.      Logis-matematis
3.      Visual-spasial
4.      Kinesttetik-jasmani
5.      Musikal
6.      Interpersonal
7.      Interpersonal
8.      naturalis
10.  Kecerdasan spiritual
     Multipel inteligensi yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ)[15]


Kelompok....7
PEMAHAMAN TENTANG BAKAT
·         Bakat =>
1.       kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dam ketrampilan.
2.      Kemmapuan bawaan yang perlu dilatih dan dikembangkan
3.      Suatu potensi yang muncul setelah latihan dan pengembangan
4.      Kemampuan nonintelektual dan kemmapuan intelektual (bakat umum & bakat khusus)
·         Bakat berbeda dengan kemampuan, kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
·         Bakat umum => kemampuan non intelektual
·         Bakat khusus => kemampuan intelektual
·         Faktor yang mempengaruhi bakat:
1.      Kebutuhan dan kecendrungan kebudayaan
2.      Hasil interaksi dari pengaruh lingkungan
3.      Kemampuan kreatif
4.      Struktur otak
5.      IQ
·         Cara mengukur bakat:
1.      Melakukan tes =>
a.       Tes kuder
b.      Tes kreativitas
c.       Tes intelegensi
d.      Tes prestasi belajar
2.      Denagn mengajukan pertanyaan:
a.       Membuat angket
b.      Bertanya kepada guru
c.       Bertanya kepada orang tua
d.      Bertanya kepada orang tua
e.       Bertanya kepada teman sebaya
3.      Memahami =>
a.       Konsep tentang bakat
b.      Ciri-ciri anak berbakat
c.       Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
d.      Apa yang dikerjakan anak
·         Mengoptimalkan bakat pada siswa:
1.      Step 1 => mengetahui bakat dari amsing-masing siswa
2.      Step 2 => arahkan siswa kepada bakatnya
3.      Step 3 => kembangkan bakat kodrati yang umum pada siswa
·         Sebaiknya guru memberikan:
1.      Tantangan
2.      Proses
3.      Umpan balik
4.      Kenyamanan
·         Dari pada memberikan:
1.      Tekanan
2.      Produk
3.      Penilaian
4.      keresahan

Kelompok...8
KESULITAN BELAJAR
·         Kesulitan belajar => beragam gangguan dalam menyimak berbicara, membaca, menulis dan berhitung.
·         Faktor-faktor kesulitan belajar
a.       Faktor internal => hal-hal atau keadaan dalam diri siswa psyiko-fisik siswa: 
1.      Yang bersifat kognitif => ranah cipta => rendahnya kapasitas intelegensi
2.      Yang bersifat afektif = ranah rasa => labilnya emosi dan sikap
3.      Psikomotor => ranah rasa => terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)
Fisiologi => factor fisik pada anak itu, seorang anak yang sakit => susah menjalani proses pembelajaran., kurang pendengaran, penglihatan dll.
Psikologi => 
1.      IQ 110-140 => potensi untuk memahami pelajaran denagn cepat.
2.      IQ 90-110 => tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi
3.      IQ 90 atau dibawah 60 => mengalami kesulitan dalam belajar.
b.      Faktor eksternal => hal-hal atau keadaan dari luar diri siswa:
1.      Lingungn keluarga =>  ketidak harmonisan org tua
2.      Lingkungan => perkampungan dan masyarakat => kumuh, tman.
3.      Lingkungan sekolah => letak gedung dekt pasar.
·         Diagnosis kesulitan belajar:
1.      Melakukan observasi kelas
2.      Memeriksa penglihatan atau pendengaran siswa
3.      Mewawancarai orang tua
·         Alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar:
1.      Analisis hasil diagnosis
2.      Melaksanakan program perbaikan
3.      Menyusun program perbaikan
4.      Mengadakan re-evolusi dan re-diagnostik
5.      Menentukan kecakapan bidang bermasalah
·         Ciri-ciri kesulitan belajar dan gangguannya:
a.       Gangguan persepsi visual:
-          Melihat huruf dan angka berbeda dengan yang ditulis, sering terbalik ketika menulis kembali
-          Sering tertingal huruf dalam menulis => ibu – ubi.
b.      Gangguan auditory:
-          Sulit membedakan bunyi
-          Bingung dengan bunyi dari berbagai penjuru => diskusi.
c.       Ganguan belajar bahasa:
-          Sulit memahami yang dikatakan orang lain
-          Sulit mengatakan apa yang dipikirkan
d.      Gangguan persepsual motorik:
-          Motorik halus => sulit mewarnai, menggunting, menempel
-          Canggung dan kaku dalam gerakannya
e.       Hiperaktivitas:
-          Sukar mengontrol aktivitas dan selalu bergerak (tidak bisa diam)
-          Berpindah2 dari satu tugas ketugas lain tanpa menyelesaikannya




[1] Luis Nuryanti, Op., Cit., hal. 13-15
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pensisikan suatu Pendekatan Baru, (Bandung: remaja rosdakarya, 1995) cetakan pertama, hlm. 109
               [3] Cicero atau Marcus Tullius Cicero, lahir 3 Januari 106 SM-7 Desember 43 M. Ia ini adalah tokoh romawi klasik tokoh pada bidang filsafat dan retorika dll. Dan dia ini pemikirannya diannggap lebih dekat dengan aliran Platonisme, dan banyak mengambil pendapat dari Plato (C. Rowe, et al., Sejarah Pemikiran Politik Yunani. Terj. A. Ananda, et al, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), p. 562.
              [4] Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal 90-91.
              [5] Syamsu Yusuf & A. Juntika Nur Ihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 174
                       [6] Umi Rohmah, “Tes Intelegensi dan Pemanfaatannya Dalam Dunia Pendidikan”, Jurnal cendekia, (Vo. 9, No. 1, Januari-juni/2011), hal. 128
                       [7] Ibid., hal. 128
                       [8] Dosen Psikologi Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
                     [9] Bibit, adalah berasal dari keluarga mana dan seperti apa. Bebet, adalah kesiapan seseorang dalam memberi nafkah keluarga, ini masuk dalam aspek ekonomi alias harta. Bobot, adalah kualitas seseorang dalam arti yang luas, meliputi aspek pendidika, akhlak dan agama. Tapi orang tua sekarang lebih melihat strata pendidikan.

                       [10]  Nisa Marhaeni, “Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus 1 Kecamatan Wates Kabupaten kulon Progo tahun ajaran 2015/2016”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Edisi 4, tahun ke-5/2016), hal. 336
                       [11]  Dosen Psikologi Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
                       [12]  Ade Wijaya, Skripsi:” hubungan Antara Tingkat Intelegensi dengan Kepercayaan Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu”, (Bengkulu:  FKIP Universitas Bengkulu , 2014), hal. 43
                        [13]  Dosen Psikologi Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah.
                      [14]  Dosen Psikologi Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah jakarta.
                  [15] Handy Susanto, “Penerapan Multiple Intellegences dalam sitem pembelajaran”, Jurnal Pendidikan penabur, (Vol. XXV, No. 04, Juli/ 2005), hal. 60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...