PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si
R. 316
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil alamin, segala
puji bagi Allah tuhan semesta Alam, dan sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Alam nabi besar muhammad saw.
Pertama saya sangat
berterima kasih kepada dosen Psikologi pendidikan yaitu Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si yang telah memberikan berbagai ilmunya selama empat bulan
perkuliahan dengan 15 kali pertemuan.
Alhamdulillah tulisan ini penulis ketik dan
bahan di kumpulkan selama empat bulan, ini merupakan penjelasan dari dosen
Psikologi pendidikan dan Ringkasan Makalah selama perkuliahan akhlak psikologi
pendidikan
,
semoga bermanfaat.
Penulis:
SYAHRUL RAMADHAN
(11160110000004)
Komplek Grand Puri Laras, Blok H. No. 94, Jln, Legoso raya,
Pisangan, ciputat, kota tanggerang selatan, banten.
Tanggal: Selasa, 19 Desember 2017
Waktu: 15.55 WIB.
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2017
Kelompok...2
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
·
Perkembangan = > menunjukan pada keseluruhan proses perubahan
dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat
dan ciri-ciri baru.
·
Tahap perkembangan dalam psikopen tergantung mereka memberi teori
perkembangan. Rosseau membagi tahap menjadi 4:
a.
Masa bayi (0-2 tahun) => bayi mengalami dunia langsung lewat
inderanya, tidak ada pemikiran, mereka hanya merasakan panas, dingin, enak atau
sakit. Mereka menggunakan gramatika sendiri ketika berkomunikasi dengan orang
dewasa
b.
Masa anak awal (2-12 tahun) => bayi sudah bisa berjalan,
berbicara, makan sendiri, dan berlari kesana kemari, anak masih melekat pada
hal-hal yang konkrit. Mereka belum mampu memakai hal-hal yang bersifat abstrak.
c.
Masa anak-anak akhir (12-15 tahun) => ini anak tahap prasosial
=> dia hanya mempertahankan apa yang berguna bagi dirinya sendiri sedikit
saja yang memiliki kepedulian untuk menjaga hubungan dengan orang lain.
d.
Masa dewasa usia (15- akhir hidup) => mulai merasa malu
beradapan denagn lawan jenis karena kesadarannya terhadap perasaan seksual yang
meningkat, mereka lebih membutuhkan orang lain, kognitif mereka juga berkembang
hanya memahami konsep2 abstrak
·
Faktor yang mempengaruhi perkembangan:
a.
Faktor yang berasal dari dalam diri individu, bakat/bawaan/sifat
keturunan/dorongan insting/ekonomi
b.
Faktor yang berasal dari luar individu,
makan/iklim/kebudayaan/ekonomi
c.
Faktor umum, intelegensi/jenis kelamin/kesehatan/ras
·
Prinsip perkembangan:
a.
Tidak pernah berhenti (never ending proces)
b.
Saling memengaruhi
c.
Mengikuti pola arah tertentu
d.
Terjadi pada tempo yang berlainan
e.
Berjalan dengan norma dimulai dari tahap bayi, anak-anak, anak,
remaja, dewasa dan masa tua.
f.
Memiliki ciri khusus.
Kelompok....3
PERKEMBANGAN PSYCO-FISIK SISWA
·
Perkembangan psiko-fysik:
a.
Usia (2,3 – 3,5 tahun) =>
1.
Motorik kasar => berjalan dengan baik, berlari lurus kedepan,
ayam melompat
2.
Motorik halus => meniru sebuah lingkungan, tulisan cakar ayam,
dapat makan menggunakan sendok, menyusun beberapa kotak.
b.
Usia (3,5 – 4,5 tahun) =>
1.
Motorik kasar => berjalan dengan 80 % langkah orang dewasa, berlari 1/3 kecepatan orang dewasa, melengkap
dan menangkap bola besar, tetapi lengan masih kaku.
2.
Motorik halus => menguncing baju, meniru bentuk sederhana, membuat
gambar sederhana.
c.
Usia (4,5 – 5,5 tahun) =>
1.
Motorik kasar => menyeimbangkan badan diatas satu kaki, berlari
jauh tanpa jatuh, dapat berenang dalam air yang dangkal
2.
Motorik halus => menggunting, menggambar orang, meniru angka dan
huruf sederhana, membuat susunan yang kompleks dengan kotak-kotak.
·
Perkembanagn kognitif siswa => yaitu semua proses psikologi yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari & memikirkan lingkungan
tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh piaget.
1.
Tahap sensori motorik (0-2 tahun)
2.
Tahap pra operasional (2-7 tahun)
3.
Tahap operasional konkret (7-11 tahun)
4.
Tahap operasional formal (11 tahun-dewasa)
·
Perkembangan bahasa siswa:
a.
Bahasa => alat komunikasi antar anggota masyarakat yang
dihasilkan oleh Alat ucap manusia (mulut)
b.
Tahap-tahap perkembangan bahasa anak => menangis, celotek atau
ocehan, isyarat melalui gerakan anggota badan.
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak =>
kesehatan, kecerdasan, jenis kelamin, keluarga, keinginan, dorongan untuk berkomunikasi
serta hubungan dgn teman sebaya, kepribadian.
·
Perkembangan sosioemosional => kemampuan anak untuk mengelola
emosi dirinya dengan orang lain yang berkenaan dengan hati dan kemampuan antar
sesama manusia serta kemampuan untuk mengelola emosi sendiri maupun orang lain
sehingga ia bisa berinteraksi dengan baik dengan teman-teman sebaya.
·
Perkembangan sosial anak ditandai denagn hal-hal tersebut:
1.
Masih merasa dekat dengan orang tua, sennag dalam berkeluarga
2.
Hormat dan segan kepada guru
3.
Dapat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, sifat egosentris mulai
hilang
4.
Belajar berdiri sendiri, bila perlu membela diri
5.
Kurang sabar terhadap anak kecil
6.
Belum mengetahui “ kelak denagn hormat”
·
Perkembangan moral siswa:
a.
Prakonvensional moralitis => orientasi kepatuhan & hukuman,
orientasi hedonistik => instrumental.
b.
Konvensional => orientasi anak yang baik, orientasi keteraturan
dan otoritas.
c.
Pasca konvensional => orientasi kontrol sosial => legalistik
=> orientasi kata hati.
Kelompok...4
DEFINISI KONSEP BELAJAR
·
Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi dalam diri
manusia, diri tidak baik menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
bisa menjadi bisa.
·
Tujuan belajar:
1.
Untuk mendapat pengetahuan
2.
Penanaman konsep & ketrampilan
3.
Pembentukan sikap
·
Faktor yang mempengaruhi belajar:
1.
Faktor dalam diri sendiri => jasmani dan rohani
2.
Faktor lingkungan => sekolah, keluarga, masyarakat.
·
Proses belajar, 3 tahap:
1.
Siswa merasakan adanya kebutuhan, ex: ingin meningkatkan
prestasinya, baik dalam diri/dorongan dari luar.
2.
Siswa menyadari bahwa cara-cara belajar yang selama ini biasa ia
gunakan ternyata tidak memadai lagi untuk meningkatkan prestasinya, ia
mmeerlukan pola sambutan baru.
3.
Mencoba melakuakn cara-cara/pola
sambutan yang telah diketahui dan dipilihnya itu dalam praktik, mungkin
ia gagal/ternyata berhasil mencapai prestasi yang diinginkannya.
·
Fase-fase proses belajar:
1.
Fase informasi (penerimaan materi)
2.
Fase transformasi (pengubahan materi)
3.
Fase evaluasi.
Kelompok...5
TEORI-TEORI DALAM BELAJAR
·
Behaviorisme => model psikologi yang menganggap bahwa studi
psikologi harus berfokus pada perilaku yang dapat di amati saja =>
Experimen, watson, parlor, skinner dan tokoh lainnya. Menurut ini semua
perilaku merupakan hasil proses belajar yang dilakukan individu dari lingkungannya.
Proses belajar individu bisa melalui cara-cara:
1.
Pengkondisian (pembiasaan)
2.
Mengamati & meniru
3.
Belajar melalui hadiah & hukuman
Contoh: seperti
seorang anak yang selalu menangis ketika sesuatu dan menangisnya itu dengan
bergulung-gulung karena itu dapat mendatangkan hadiah abginya. Dan dia selalu
menggunakan itu ketika menginginkan sesuatu.
·
Kognitif
Psikologi kognitif sebagai studi tentang
kognisi. kognisi berasal dari bahasa latin cognitio, yang berarti
‘pengetahuan’. Dalam ilmu psikologi, psikologi kognitif adalah model psikologi
yang berfokus pada pikran, keyakinan, harapan, dan sikap, serta bagaimana
aspek-aspek tersebut memengaruhi perilaku manusia.
Contoh:
ibu wardhani berfikir bahwa anaknya sangat cerda. Pikiran bahw aanaknya sangat
cerdas membuat ibu wardani memiliki harapan yang snagat besar bahwa anaknya
akan sukses di sekolah.
Para ahli psikologi kognisi meyakini
bahwa interpretasi atau bagaimana kita
memaknai peristiwa dalam kehidupan kita, menentukan keadaan emosi kita. Jadi, menurut
mereka yang menuntukan kondisi emosi kita bukan semata-mata peristiwa yang kita
alami, namun cara kita memaknai peristiwa tersebut . tokoh pendekatan ini yaitu
Albert Ellish dan Aaron Beck.
Contoh:
Dua orang anak bernama Anto dan joko. Anto mendapat nilai matematika 8 dia
mersa bangga karena sebelumnya dia belum pernah mendapat nilai 8 lalu dia
tunjukan kepada teman-temannya. Sedangkan joko merasa kecewa mendapat nilai 8
karena biasanya ia mendapat nila 10 untuk mata pelajaran kegemarannya ini.
Contoh ini memperlihatkan bahwa dalam
peristiwa yang sama, ketika dua anak tersebut memperoleh nilai 8 pada saat yang
sama untuk mata pelajaran yang sama, respon yang yang muncul berbeda.[1]
Pendekatan psikologi kognitif lebih
menekankan arti penting proses internal, metal manusia. Dalam pandangan para
ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak dan tak dapat di ukur dan tak
dapat dan di terangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti: Motivasi,
kesengajaan, keyakinan, dan sebagainya.
Meskipun pendekatan kognitif sering
dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, tidak berarti psikologi
kognitif anti terhadap aliran behaviorisme. Hanya, menurut para ahli psikologi
kognitif, aliran behaviorisme itu tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi.
Sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah cipta berfikir,
mempertimbangkan pilihan dan menganbil keputusan. Selain ini, aliran
behaviorisme juga tidak mau tahu urusan ranah rasa.
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar
pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifal
jasmaniyah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam
hampir setiap peristiwa belajar siswa.
Secara lahiriyah, seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis,
misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniyah (dalam hal ini mulut dan
tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan tetapi, perilaku
mengucapkan kata-kata yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons
dan stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.[2]
·
Bagaimana kita memahami peristiwa akan menentukan kondisi emosi
kita => anto dan joko dapat nilai matematika sama yaitu 80. Pelajarannya
sama, tapi respon yang dihasilkan berbeda, anto biasanya sering mendapat 100,
ketika dapat 80 dia merasa kecewa, sedangkan joko baru pertama itu dalam
pelajaran matematika ia mendapat 80 dia bahagia sekali.
·
Prisnsip behaviorisme:
1.
Kegiatan manusia bukan mental tetapi hasil dari refleksi terhadap
stimulus yang ada. Peristiwa belajar => melatih refleksi yang ada.
2.
Lahir tanpa warisan kecerdasan, bakat, perasaan, kecerdasan lahir
setelah kontakl denagn alam, pintar tergantung bagaimana pendidikan
Kritikan :
a.
Menyalin pelajaran, apa nanti sekarang atau besok ? kognitif buka
behaviors
b.
Kebiasaan belajar dapat ditiadakan oleh kemauan. Bljr seharian
diperpustakaan dan makan permen, nah ketika puasa belajar setengah ahri.
·
Peristiwa belajar bukan banyak behaviorisme tapi kebanyakan
kognitif.
·
Humanistik => manusia memiliki potensi positive dan mampu
mengendalikan kehidupannya sendiri => Menurut pendekatan ini, hidup sesorang
selalu diarahkan untuk mencapai tujuan terbaik dalam hidupnya, yaitu dapat
mengaktualisasikan diri => tokoh abraham moshlow & carl rogers.
Ex: fendi memanda dirinya mampu jadi pemain baik internasional
=> nanti akan bahagia maka ia memutuskan dia kan belajar dengan rajin.
Kelompok...6
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN BELAJAR
·
Inteligensi merupakan suatu istilah yang populer. Hampir semua
orang sudah mengenal istilah ini, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita
mendengar seseorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (inteligen)
dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak inteligen) dan istilah
lainnya seperti pandai, cakap, pintar cerdas dan lainnya. Istilah inteligen
sudah lama ada dan berkembang dalam masyarakat sejak zaman Cicero[3]
yaitu kira-kira dua ribu tahun
·
Teori tentang inteligensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman
dan Wynn Jonel Pol pada tahun 1951
·
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional
Pada Abad XV, di Cina telah berlangsung
usaha untuk mengukur kompetensi para pelamar jabatan sebagai pegawai negara.
Untuk itu dapat diterima sebagai pegawai, para pelamar harus mengikuti ujian
tertulis mengenai pengetahuan Confucian Classic dan mengenai kemampuan
menulis puisi dan komposisi karangan. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya
lulus ujian tingkat distrik yang berlangsung sehari semalam. Kemudian harus
mengikuti ujian berikutnya yang berupa kemampuan menulis prosa dan sajak. Dalam
ujian kedua ini hanya 10% dari sisa peserta yang dapat lulus. Akhirnya barulah
ujian tingkat akhir diadakan di Peking dimana dianatara para peserta terakhir
ini hanya lulus sekitar 3% saja. Para lulusan ini dapat diangkat menjadi
mandarin dan boleh bekerja sebagai pegawai negara. Dengan demikian, dari ketiga
tahap ujian tersebut, hanya 5 diantara 100.000 pelamar saja yang pada akhirnya
dapat mencapai status mandarin. Apa yang dilakukan oleh para penguasa Cina pada
saat itu dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip pengukuran yang berkembang
lebih akhir dan masih dipegang sampai sekarang ini. Baru pada abad XIX ujian
semacam itu mulai dihilangkan sejalan dengan pesatnya kemajuan
universitas-universitas.[4]
Penelitian Galton (1870) dan Vandenberg
(1962) mengemukakan bahwa faktor genetika mempunyai pengaruh yang relatif
tinggi terhadap kemampuan inteligensi anak. Sebaliknya, lingkungan sebagaimana
dikatakan oleh J.P. Chaplin sangat mempengaruhi organisme individu, termasuk
inteligensi.[5]
Sementara itu, menurut Wiramihardja
sumber inteligensi adalah: (1). Genetika (2). Lingkungan dan (3).
Genetika-Lingkungan. Genetika atau bersifat genetis, artinya memiliki
sumber asal yang bersifat turunan, sedangkan lingkungan adalah segala
hal yang terjadi di lingkungan yang memberikan dampak terhadap sisi kognitif
kehidupan kejiwaan kita. Genetika-Lingkungan adalah sintetis dari
lingkungan dan genetis yaitu landasan intelegensi yang terjadi akibat adanya
pengaruh lingkungan. Sejak awal, hal ini menampilkan kontroversi mengenai
peranan alam-pembinaan, nature-nurture issues. Penelitian spektakuler
pernah dilakukan oleh William Stern yang menhasilkan kesimpulan bahwa
kecerdasan orang ditentukan 49% turunan dan 51% lingkungan. Tapi, sangat di
sayangkan, bahwa penelitian itu dilakukan ketika psikologi hanya percaya pada
adanya pengaruh keturunan dan lingkungan saja, belum menemukan faktor sintesis
antara turunan-lingkungan.[6]
Penelitian spektakuler dari William
Stern merupakan acuan fenomenal yang menemukan kapasitas intelektual kurang
lebih 49% ditentukan warisan dan 51% hasil pendidikan. Jadi, orang memiliki IQ
tinggi bisa jadi berkat warisan yang baik, misalnya orang tua yang cerdas,
tetapi bisa juga karena belajar dengan baik.[7]
Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[8]
dalam kuliahnya mengatakan bahwa jika genetik pintar maka anak akan pintar.
Maka mengapa di daerah Jawa dalam menacari jodoh itu ada tiga yang harus
menjadi perhatian yaitu, Bibit, Bebet, Bobot.[9]
Karena juga kualitas ummat ditentukan gen. Kenapa orang tua mencari yang
baik-baik? karena di dalam diri manusia ada gen yang baik dan ada gen yang
tidak baik, 90% gen yang baik bertemu dengan 10% gen yang tidak baik, belum
tentu gen yang akan di hasilkan adalah gen yang baik apalagi jika gen tidak
baik bertemu dengan yang tidak baik, tentu menjadi tidak baik. Walaupun gennya
baik 90% dan yang buruk 10% belum tentu gen yang lahir baik karena bisa saja
yang dimunculkan oleh Allah adalah yang tidak baik, sehingga kita kadang
melihat ada yang bapaknya ganteng, ibunya cantik, tapi anaknya makan dan minum
menggunakan selang. Ini karena kekuasaan Allah SWT. Hak prerogatif Allah, Oleh
sebab itu, kita harus bermunajat kepada Allah sebagaimana yang diajarkan dalam
al-Qur’an.
Goelman (2002), menyatakan bahwa IQ
bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang,
tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor
lingkungan, faktor biologis, dan faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat,
dan kecerdasan emosi. Selain itu Goelman (2002) juga mengatakan bahwa IQ hanya
mempunyai peran sekitar 20% dalam menentukan prestasi individu, 80% sisanya di
tentukan oleh faktor-faktor lain termasuk kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi
menurut Ary Ginanjar Agustian (2008) adalah kemampuan peserta didik untuk
merasa dan menentukan strategi apa yang akan dilakukan untuk mengatasi emosi
yang ada dalam dirinya.[10]
Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[11]
dalam kuliahnya menyatakan bahwa hubungan IQ dengan prestasi adalah :
1.
Orang yang memiliki IQ tinggi maka akan mendapatkan prestasi yang
baik.
2.
Seseorang yang memiliki IQ yang baik akan mampu menyelesaikan
persoalan serumit apapun baik di lingkungan akademik maupun di lingkungan
sosialnya.
3.
Seseorang yang memiliki IQ yang baik akan mudah dalam menyelesaikan
studinya.
4.
Akan mudah mendapatkan pekerjaan.
5.
Akan mudah mendapatkan uang.
6.
Seorang yang memiliki IQ yang baik akan memiliki ketahanan dalam
rumah tangga.
Individu yang memiliki inteligensi yang
baik akan mengubah perilaku yang dapat diterima di lingkungannya sehingga
membuat individu tersebut memiliki rasa percaya diri karena dapat berinteraksi
dan diterima oleh lingkungannya. Mangun Harjana (2005) mengungkapkan salah satu
faktor yang mendukung kepercayaan diri adalah faktor sosial, yakni seseorang
akan percaya diri karena dapat berinteraksi dengan orang lain.
Gardner (dalam sandtrock, 2007: 156)
menyebutkan salah satu tipe inteligensi adalah keterampilan intrapersonal,
yaitu kemampuan memahami diri sendiri, kepercayaan diri, kontrol diri, disiplin
diri, harga diri, dan pengenalan konsep diri.[12]
Sebelum membicarakan hubungan
Inteligensi dengan otak, maka kita harus mengetahui fungsi otak kiri dan otak
kanan kita.
Fungsi otak
kiri:
-
Berfikir Logis
-
Verbal
-
Inferensi
-
Membentuk hubungan
-
Sistem “mistis”
Belahan otak kiri menekankan pada:
-
Kata-kata
-
Logika
-
Angka
-
Matematika
-
urutan
Fungsi otak kanan:
-
Manipulasi objek
-
Respon-respon emosi
-
Peraba
-
Estetis
-
Kreativitas
Belahan otak kanan menekankan:
-
Ritme
-
Irama
-
Musik
-
Gambar
-
Imajinasi
Keterkaitan antara otak dengan
inteligensi yaitu, yang menggerakkan kaki, tangan, menulis, dan membaca semua
adalah otak. Dan otak merupakan sumber
kecerdasan (secara fisiologi). Kenapa kita marah? karena otak kita tidak kita
pakai, sehingga ada perkataan “tidak punya otak kamu”. Otak secara benda ada
tetapi secara fungsi tidak dipergunakan.
Dalam suatu
laboraturium, dalam sebuah otak ada sinaps, sinaps ini ketika diberikan
stimulus yang bagus maka dia akan tersambung, semakin banyak sambungan maka
akan semakin bagus. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang baik maka fungsi
otak selalu digunakan
Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[13]
dalam kuliahnya menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki inteligensi yang baik akan cepat dan mudah memproses
informasi. Sebagai contoh: guru memberikan soal matematika dan peserta didik
disuruh menjawab, anak-anak 5x6 berapa?
Peserta didik yang memiliki kemampuan
inteligensi yang baik akan cepat memproses informasi itu dan langsung menjawab
“30”.
Contoh lain:
guru memberikan soal, 7+7-4 berapa ?.
Perserta didik yang memiliki intelegensi
yang baik akan menjawab dengan cepat dan tepat, dan menjawab “10”.
Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[14]
dalam kuliahnya menyatakan bahwa dalam kerja memori (Working Memory), ada yang namanya short memory, dan ada yang dinamakan long memory. Ketika suatu informasi disampaikan maka dia akan
tersimpan di dalam short memory,
tetapi jika informasi itu disampaikan secara berulang-ulang maka akan tersimpan
di dalam long memory.
Seseorang yang memiliki kemampuan
inteligensi yang baik atau memiliki tingkat inteligensi yang cerdas maka
informasi yang dia dapat dia akan menyimpan di dalam long memory bukan di dalam short
memory, karena jika suatu informasi tersimpan di dalam short memory paling lambat tiga hari maka informasi itu akan hilang
dan ketika dipanggil lagi maka tidak akan teringat lagi. Tetapi jika tersimpan
di dalam long memory akan bertahan
lama dan ketika dipanggil maka dia akan segera mengingat kembali informasi itu.
a.
Faktor Bawaan atau Keturunan
b.
Faktor Lingkungan
c.
Stabilitas Inteligensi dan IQ
Inteligensi bukanlah IQ. Inteligensi
merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah
hasil dari suatu tes inteligensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai
kelompok dari inteligensi). Stabilitas inteligensi tergantung perkembangan
organik otak.
d.
Faktor Gizi
e.
Faktor Kematangan Piage =>
Seorang psikolog dari Swiss membuat empat tahapan kematangan dalam
perkembangan intelektual, yaitu: periode sensori motorik (0-2 tahun), periode
pra operasional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan
periode operasional formal (11-16 tahun).
f.
Faktor pembentukan pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap
fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas
sarana
·
Tes Binet => Setelah dilakukan eksperimen dan revisi berulang
kali, akhirnya para ahli psikologi sepakat adanya satu
ukuran dalam inteligensi yang dinamakan Intelligence Question atau IQ.
IQ diperoleh melalui hasil pembagian anatara umur mental atau Mental Age
(MA) dengan umur kalender atau Chronologi cale Age (CA). Hasil pembagian
kemudian dikalikan 100.
·
David Wechsler => Tes tersebut terbit pada tahun 1939 dan
dinamai Wechsler Bellevue Intelegent
Scale (WBIS), disebut juga skala W-B. Alasan Wechsler mengembangkan skala
W-B adalah kenyataan bahwa tes inteligensi yang digunakan untuk orang dewasa
saat itu hanya merupakan perluasaan dari tes inteligensi anak-anak dengan
menambahkan soal yang sejenis yang lebih sukar. pertama, untuk umur 16 tahun ke
atas, yaitu Wechsler Adult Intelligence
Scale (WAIS) dan kedua untuk anak-anak yaitu Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC)
·
Teori Multiple Inteligensi (Kecerdasan Majemuk) => Teori ini di
perkenalkan pada tahun 1983 oleh J.P. Guilford dan Pof. howard Gardner.
1.
Verbal-linguistik
2.
Logis-matematis
3.
Visual-spasial
4.
Kinesttetik-jasmani
5.
Musikal
6.
Interpersonal
7.
Interpersonal
8.
naturalis
10.
Kecerdasan spiritual
Multipel inteligensi yang mencakup delapan
kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ)[15]
Kelompok....7
PEMAHAMAN TENTANG BAKAT
·
Bakat =>
1.
kemampuan alamiah untuk
memperoleh pengetahuan dam ketrampilan.
2.
Kemmapuan bawaan yang perlu dilatih dan dikembangkan
3.
Suatu potensi yang muncul setelah latihan dan pengembangan
4.
Kemampuan nonintelektual dan kemmapuan intelektual (bakat umum
& bakat khusus)
·
Bakat berbeda dengan kemampuan, kemampuan adalah daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
·
Bakat umum => kemampuan non intelektual
·
Bakat khusus => kemampuan intelektual
·
Faktor yang mempengaruhi bakat:
1.
Kebutuhan dan kecendrungan kebudayaan
2.
Hasil interaksi dari pengaruh lingkungan
3.
Kemampuan kreatif
4.
Struktur otak
5.
IQ
·
Cara mengukur bakat:
1.
Melakukan tes =>
a.
Tes kuder
b.
Tes kreativitas
c.
Tes intelegensi
d.
Tes prestasi belajar
2.
Denagn mengajukan pertanyaan:
a.
Membuat angket
b.
Bertanya kepada guru
c.
Bertanya kepada orang tua
d.
Bertanya kepada orang tua
e.
Bertanya kepada teman sebaya
3.
Memahami =>
a.
Konsep tentang bakat
b.
Ciri-ciri anak berbakat
c.
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
d.
Apa yang dikerjakan anak
·
Mengoptimalkan bakat pada siswa:
1.
Step 1 => mengetahui bakat dari amsing-masing siswa
2.
Step 2 => arahkan siswa kepada bakatnya
3.
Step 3 => kembangkan bakat kodrati yang umum pada siswa
·
Sebaiknya guru memberikan:
1.
Tantangan
2.
Proses
3.
Umpan balik
4.
Kenyamanan
·
Dari pada memberikan:
1.
Tekanan
2.
Produk
3.
Penilaian
4.
keresahan
Kelompok...8
KESULITAN BELAJAR
·
Kesulitan belajar => beragam gangguan dalam menyimak berbicara,
membaca, menulis dan berhitung.
·
Faktor-faktor kesulitan belajar
a.
Faktor internal => hal-hal atau keadaan dalam diri siswa
psyiko-fisik siswa:
1.
Yang bersifat kognitif => ranah cipta => rendahnya kapasitas
intelegensi
2.
Yang bersifat afektif = ranah rasa => labilnya emosi dan sikap
3.
Psikomotor => ranah rasa => terganggunya alat-alat indera penglihatan
dan pendengaran (mata dan telinga)
Fisiologi => factor fisik pada anak itu, seorang anak yang sakit
=> susah menjalani proses pembelajaran., kurang pendengaran, penglihatan
dll.
Psikologi =>
1.
IQ 110-140 => potensi untuk memahami pelajaran denagn cepat.
2.
IQ 90-110 => tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga
pencapaiannya tidak terlalu tinggi
3.
IQ 90 atau dibawah 60 => mengalami kesulitan dalam belajar.
b.
Faktor eksternal => hal-hal atau keadaan dari luar diri siswa:
1.
Lingungn keluarga =>
ketidak harmonisan org tua
2.
Lingkungan => perkampungan dan masyarakat => kumuh, tman.
3.
Lingkungan sekolah => letak gedung dekt pasar.
·
Diagnosis kesulitan belajar:
1.
Melakukan observasi kelas
2.
Memeriksa penglihatan atau pendengaran siswa
3.
Mewawancarai orang tua
·
Alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar:
1.
Analisis hasil diagnosis
2.
Melaksanakan program perbaikan
3.
Menyusun program perbaikan
4.
Mengadakan re-evolusi dan re-diagnostik
5.
Menentukan kecakapan bidang bermasalah
·
Ciri-ciri kesulitan belajar dan gangguannya:
a.
Gangguan persepsi visual:
-
Melihat huruf dan angka berbeda dengan yang ditulis, sering
terbalik ketika menulis kembali
-
Sering tertingal huruf dalam menulis => ibu – ubi.
b.
Gangguan auditory:
-
Sulit membedakan bunyi
-
Bingung dengan bunyi dari berbagai penjuru => diskusi.
c.
Ganguan belajar bahasa:
-
Sulit memahami yang dikatakan orang lain
-
Sulit mengatakan apa yang dipikirkan
d.
Gangguan persepsual motorik:
-
Motorik halus => sulit mewarnai, menggunting, menempel
-
Canggung dan kaku dalam gerakannya
e.
Hiperaktivitas:
-
Sukar mengontrol aktivitas dan selalu bergerak (tidak bisa diam)
-
Berpindah2 dari satu tugas ketugas lain tanpa menyelesaikannya
[1] Luis Nuryanti, Op., Cit., hal. 13-15
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pensisikan suatu Pendekatan Baru, (Bandung:
remaja rosdakarya, 1995) cetakan pertama, hlm. 109
[3]
Cicero atau
Marcus Tullius Cicero, lahir 3 Januari 106 SM-7 Desember 43 M. Ia ini adalah
tokoh romawi klasik tokoh pada bidang filsafat dan retorika dll. Dan dia ini
pemikirannya diannggap lebih dekat dengan aliran Platonisme, dan banyak
mengambil pendapat dari Plato (C. Rowe, et al., Sejarah Pemikiran Politik
Yunani. Terj. A. Ananda, et al, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001),
p. 562.
[9]
Bibit, adalah berasal
dari keluarga mana dan seperti apa. Bebet, adalah kesiapan seseorang
dalam memberi nafkah keluarga, ini masuk dalam aspek ekonomi alias harta. Bobot,
adalah kualitas seseorang dalam arti yang luas, meliputi aspek pendidika,
akhlak dan agama. Tapi orang tua sekarang lebih melihat strata pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar