“Pandangan mengenai Nyanyian paduan suara IAIN Sala Tiga Dalam
acara paskah di Gereja”
Oleh: Syahrul Ramadhan
NIM: 11160110000004
Sebelum saya memberkan pandangan mengenai
berita yang viral saat ini dimana PSM SMC IAIN Salatiga yang tampil menyanyikan
lagu di GKJ Sidomukti Salatiga, terlebih dahulu kita pahami latar dan
kejadiannya sebelum saya memberikan pandangan mengenai peristiwa itu. Dari
berbagai pendapat bahwa kegiatan itu terselenggara atas Undangan dari pihak GKJ
melalui salah seorang pembina lagu rohaninya yang juga kebetulan sebagai
pelatih PSM SMC dan juga kegiatan itu terselenggara karena kepentingan
pertemanan Antara SMC dan UKM Musik kampus lainnya termasuk UKSW. Pada awalnya
SMC diminta untuk mengisi dan mengikuti acara dari awal sampai akhir tetapi SMC
menolak karena memahami posisinya yang hanya sebagai pengisi sesi hiburan dan
bukan sebagai peserta ibadah. Dan semua anggota PSM SMC putri ketika tampil
tetap menggunakan busana muslimah sebagaimana arahan dari pembina. Dan di pastikan
tidak ada kegiatan aktivitas ibadah atau peribadatan yang dilakukan oleh para
anggota PSM SMC melainkan semata-mata bentuk kegiatan social sebagai wujud
toleransi keberagaman yang mereka pahami.
Dari berbagai informasi itu saya
berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh PSM SMC IAIN sala tiga itu sudah
sewajarnya, jika ada pendapat mengharamkan itu dan ada yang memakruhkannya
tidak masalah, semua pendapat itu benar karena secara ilmu social kebenaran itu
relative.
Tapi begini, dalam melihat peristiwa
ini saya menggunakan dengan dua sudut pandang yaitu sudut pandang sosiologi dan
Agama.
Pertama, Jika melihat
dari sudut pandang sosiologi kemasyarakatan apa yang dilakukan oleh PSM SMC IAIN
sala tiga itu wajar dan lumrah sebagai suatu bangsa dan masyarakat dan saya
kira jika mereka menolak undangan tersebut maka akan muncul kecemburuan social dimana
akan melahirkan asumsi bahwa sekolah tinggi islam kurang toleransi dalam hal social,
toh ini juga undangannya hanya sebagai pengisi acara bukan sebagai peserta
ibadah di gereja tersebut. Dan sebagai muslim dan muslimah 7yang hidup di negara
yang majemuk, sikap yang ditunjukan oleh IAIN sala tiga sangatlah wajar saya
kira.
Kedua, jika melihat
dari sudut pandang Agama, ayat yang berbicara mengenai Toleransi terhadap agama
lain yaitu surah Al-kafirun surah ke-109 juz 30 terdiri dari 6 ayat, kita lihat
asbabun nuzul surah ini.
Kaum
kafir Quraisy berusaha keras membujuk dan memengaruhi Rasulullah saw. agar
mengikuti ajaran mereka. Mereka menawarkan harta kekayaan yang sangat banyak,
agar beliau menjadi orang terkaya di kota Mekah. Kepada beliau dijanjikan akan
dikawinkan dengan wanita yang paling cantik, baik gadis maupun janda yang
beliau kehendaki. Dalam upaya membujuk Rasulullah saw., mereka mengatakan,
“Inilah wahai Muhammad yang kami sediakan untukmu, agar kamu tidak memaki dan
menghina tuhan kami dalam satu tahun!” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, “Saat ini, aku belum bisa menjawab. Aku akan menunggu wahyu dari
Allah Tuhanku lebih dahulu.” Sejalan dengan peristiwa ini, maka Allah
Subhanahu wata’ala menurunkan wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berupa surah Al-Kafirun. Yaitu sebagai jawaban penolakan
terhadap tawaran mereka. Tawaran yang menurut ukuran orang umum sangat
menggiurkan. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak terperangkap
bujuk rayu mereka, dan tetap mempertahankan dakwah islamiah.
Di samping itu, diturunkan pula ayat ke-64 dari surah Az-Zumar.
قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ
تَأۡمُرُوٓنِّيٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ ٦٤
Katakanlah: "Maka apakah kamu
menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak
berpengetahuan?”
Ayat
tersebut mempertegas pula kewajiban untuk menolak dan menjauhi bujuk rayu
orang-orang pandir (tolol), yaitu mereka yang menyembah berhala.
Jadi,
jika melihat dari asbabun nuzul ayat ini dari sudut pandang agama apa yang
dilakukan oleh PSM SMC IAIN Sala tiga bukan berbentuk dan dalam ranah ibadah
tapi social, beda ceritanya jika mereka ikut melakukan penyembahan pada saat
itu atau ritual ibadah, jadi berhubungan dengan orang yang berbeda dengan kita
tetap dinamakan toleransi selama itu bukan mencakup masalah ibadah, jika sudah
kearah ibadah dan penyembahan maka itulah batas toleransi dalam islam.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar