Senin, 09 April 2018

Pendapat saya mengenai PSM SMC IAIN Sala Tiga dalam acara Paskah di Gereja



“Pandangan mengenai Nyanyian paduan suara IAIN Sala Tiga Dalam acara paskah di Gereja”
Oleh: Syahrul Ramadhan
NIM: 11160110000004
            Sebelum saya memberkan pandangan mengenai berita yang viral saat ini dimana PSM SMC IAIN Salatiga yang tampil menyanyikan lagu di GKJ Sidomukti Salatiga, terlebih dahulu kita pahami latar dan kejadiannya sebelum saya memberikan pandangan mengenai peristiwa itu. Dari berbagai pendapat bahwa kegiatan itu terselenggara atas Undangan dari pihak GKJ melalui salah seorang pembina lagu rohaninya yang juga kebetulan sebagai pelatih PSM SMC dan juga kegiatan itu terselenggara karena kepentingan pertemanan Antara SMC dan UKM Musik kampus lainnya termasuk UKSW. Pada awalnya SMC diminta untuk mengisi dan mengikuti acara dari awal sampai akhir tetapi SMC menolak karena memahami posisinya yang hanya sebagai pengisi sesi hiburan dan bukan sebagai peserta ibadah. Dan semua anggota PSM SMC putri ketika tampil tetap menggunakan busana muslimah sebagaimana arahan dari pembina. Dan di pastikan tidak ada kegiatan aktivitas ibadah atau peribadatan yang dilakukan oleh para anggota PSM SMC melainkan semata-mata bentuk kegiatan social sebagai wujud toleransi keberagaman yang mereka pahami.
            Dari berbagai informasi itu saya berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh PSM SMC IAIN sala tiga itu sudah sewajarnya, jika ada pendapat mengharamkan itu dan ada yang memakruhkannya tidak masalah, semua pendapat itu benar karena secara ilmu social kebenaran itu relative.
            Tapi begini, dalam melihat peristiwa ini saya menggunakan dengan dua sudut pandang yaitu sudut pandang sosiologi dan Agama.
Pertama, Jika melihat dari sudut pandang sosiologi kemasyarakatan apa yang dilakukan oleh PSM SMC IAIN sala tiga itu wajar dan lumrah sebagai suatu bangsa dan masyarakat dan saya kira jika mereka menolak undangan tersebut maka akan muncul kecemburuan social dimana akan melahirkan asumsi bahwa sekolah tinggi islam kurang toleransi dalam hal social, toh ini juga undangannya hanya sebagai pengisi acara bukan sebagai peserta ibadah di gereja tersebut. Dan sebagai muslim dan muslimah 7yang hidup di negara yang majemuk, sikap yang ditunjukan oleh IAIN sala tiga sangatlah wajar saya kira.
Kedua, jika melihat dari sudut pandang Agama, ayat yang berbicara mengenai Toleransi terhadap agama lain yaitu surah Al-kafirun surah ke-109 juz 30 terdiri dari 6 ayat, kita lihat asbabun nuzul surah ini.
Kaum kafir Quraisy berusaha keras membujuk dan memengaruhi Rasulullah saw. agar mengikuti ajaran mereka. Mereka menawarkan harta kekayaan yang sangat banyak, agar beliau menjadi orang terkaya di kota Mekah. Kepada beliau dijanjikan akan dikawinkan dengan wanita yang paling cantik, baik gadis maupun janda yang beliau kehendaki. Dalam upaya membujuk Rasulullah saw., mereka mengatakan, “Inilah wahai Muhammad yang kami sediakan untukmu, agar kamu tidak memaki dan menghina tuhan kami dalam satu tahun!” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Saat ini, aku belum bisa menjawab. Aku akan menunggu wahyu dari Allah Tuhanku lebih dahulu.” Sejalan dengan peristiwa ini, maka Allah Subhanahu wata’ala menurunkan wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  berupa surah Al-Kafirun. Yaitu sebagai jawaban penolakan terhadap tawaran mereka. Tawaran yang menurut ukuran orang umum sangat menggiurkan. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak terperangkap bujuk rayu mereka, dan tetap mempertahankan dakwah islamiah.
            Di samping itu, diturunkan pula ayat ke-64 dari surah Az-Zumar.
قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّيٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ ٦٤
Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?”
Ayat tersebut mempertegas pula kewajiban untuk menolak dan menjauhi bujuk rayu orang-orang pandir (tolol), yaitu mereka yang menyembah berhala.
Jadi, jika melihat dari asbabun nuzul ayat ini dari sudut pandang agama apa yang dilakukan oleh PSM SMC IAIN Sala tiga bukan berbentuk dan dalam ranah ibadah tapi social, beda ceritanya jika mereka ikut melakukan penyembahan pada saat itu atau ritual ibadah, jadi berhubungan dengan orang yang berbeda dengan kita tetap dinamakan toleransi selama itu bukan mencakup masalah ibadah, jika sudah kearah ibadah dan penyembahan maka itulah batas toleransi dalam islam.

SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...