Prof. Mahfud MD Dukung kapolri tito karnafian cawapres
Nonton di you tube dipublikasikan tanggal 1 april 2018 di tayangkan
di Metro pagi Primetime sedangkan prof. mahfud di Surabaya dengan layatr
medcom.id
Oleh:Syahrul Ramadhan (mahasiswa PAi semester 4)
Tanggal: Rabu 11 April 2018, Grand Puri Laras
Pernyataan prof. mahfud ketika di
datangi oleh sejumlah wartawan setellah seminar ditanya :”bagaimana kesiapan
prof. mahfud menjadi wakil presiden?” “darimana saya bilang?” “muncul di
survey-survey dan pembahasan elite politik di warung kopi juga banyak, llau
drai pada saya membahas diri saya “itu pak tito karnafian tu bagus, waktu itu
saya abis seminar dengan pak tito karnafian”.tentang melawan radikalisme, fisik
pak tito, non fisik uualama2, saya sebeklumbnya menyebut banyak nama, sri puji astute,
TGB dll. Menurut saya semuanya bagus, ini kemajuan demokrasi kita.
Apakah nama2 ini klebih baik dari
anda prof? ya, saya harus berkata seperti itu, masa saya bilang saya lebih baik
dari yang lain, dan belum ada yang nawarin jugakan, itu baru wacana. Semua boleh,
sekarang tinggal nunggu saja keputusan paprpol dan presiden yang sah menjadi
calon.
Tapi nama anda sudagh masuk loh
prof. ke bursa PDI, apakah ada pendekatan dari prof. atau nunggu? Alhamdulillah
kalau sudah amsuk, kalo pendekatan yang resmi belum.
Prof. calon presiden yang ideal
menurut anda seperti apa? Pertama kesetiannya kepada NKRI, soal kemmapuan
tehnis dan skill profesionalitasnya mungkin bias diasah waktu dekat, tapi
kesetian terhadap ideology Negara itu harus ada dulu, jadi presiden dan wakil
presiden itu dulu syartanya, kesetianm kepada NKRI dan Pnacasila, yang
lain-lainkan bias dikerjakan barang-barabng, ekonomi, kebudayaan, infra
struktur itukan bias di cari ahli-ahlinya ditingkat cabinet. Presiden dan wakil
presiden itu saja tapi juga harus punya konsep yang jelas tentang NKRI ini
bukan hanya nyatakan setia tanpa konsep yang jelas.
Prof. jika anda ditawari parpol atau
yang lain untuk menjadi wakil presiden, anda mau atau tidak? Karena saya tidak
ditawari, saya tidak akan menjawab kepada anda, tapi nanti jika ditawari saya
akan jawab langsung kepada yang bersangkutan, kan tidak etis kalau saya jawab
sekarang? Andakan tidak berhak untuk nawar.
Ada gaya aktif/pro aktif da nada gaya
pasif bagi figure politik, prof. sendiri bagaimana pasif menunggu di dekati
partai politik atau anda aktif pada partai polkitik? Saya pasif, ini serius. Knp?
Karena soal pimpinan nasional itu adalah soal yang sangat serius sehingga saya
tidak berani nawar-nawar diri bahwa saya ini pantas, dll. Itu berisiko secara
moral, oleh karena itu saya tidak mendekatai parpol saya tidak membuat baliho
dan saya juga tidak menggalang dukungan, biar saja mengalir apa adanya, saya
pasif saja, saya tida ingin (pasif saja) tetapi bukan tidak mau, mau atau
tidaknya itu nanti kalo sudah konkret tawarannya, lalu kita diskusikan, itu
nanti terserah presiden dan parpol-parpol lain yang mengusung.
Prof. lihat survey dan social media
banyak juga memberikan komentar positif wacana prof. mahfud sebagai calonj
presiden? Saya tadi, alhadulilah artinya begini, pada zaman ini masyarakt sudah
bias menyebut nama naman calon pemimpinnya, soal jadi atau tidak itu urusan
keduia, coba bayangkan dulu sebelum,
revormasi, anda tidak boleh sembarang nyebut nama calon, presiden ini dll. Karena
dulu sdah diatur sebelumnya, jadi tanggapan saya, maka itu tidak boleh di
halangi, biar saja berlanjut.
Kebutuhan Negara, cawapres, dari
kategori mana? Apakah dari militer atau dari amana, ulama, rasionalis,
nasionalais atau apa? Kalo dari sudut profesi tidak enting, ekonom, ahli hukum
tehnokrat itu tidak terllalu pentinmg yang penting kesetiannya terhadap Negara kesatuann
ini, kemudian sikapnya pada kebersamaan dan pluralisnme itu diterima oleh
masyarakat, bukan hanya kleim sepihak, jadikan isu pluralism sebagai jualan
politik, tapi visi kedepan, saya kira tidak ada itu keharusan, itu harus
militer, polisi, ekonom dsb. Itu tidak terlalu penting, tapi penerimaan
masyarakat yang terbesar terhadap calon itu, itu menurut saya harus lebih di
utamakan.
Komentar bahwa suasan tahun politik
ini panas, trus antar golongan, lalu ada wacana majukan saja yang rasionalis
dan religious, bagamaiana? Bagus juga, akrena dulu sebenarnya, konsep Negara kita
itu merupakan kompromi dari keinginan Negara
agamadan nefara sejuler, itu. Kemudian sepakati Indonesia, nasionalis religious,
nasionalisme dan religiutas,. Itulah ebbanya indoensia secara ideology => Negara
kebangsaan berketuhanan atau beragama. Nah, kepemimpinan seperti itu
dipentingkan didalam 2019, sejak dulu itu diperbioncangkan, ketika mengabaikan
itu Negara akan gaduh.
Kalo anda komentar cara
sosialisasi, ada psikologhi, mistis melihat
masa depan, ada yang negatif ada yang positif itu bagaimana? Saya optimistis,
karena sebutan waktu 2030 bubar itu tidak ada dasarnya, kalo 2030 secara ilmiah
maka akan maju, tetapi bahwa Indonesia bubar
tidak usah nunggu 2030 jika dikelola tidak benar, apa?
a.
Kebersattuan
kita
b.
Keadilan
dan hukum
c.
Kesenjangan
ekonomi
Kalau
itu semua diatasi in sha Allah Indonesia ini akan terus ada, malah 2045 masa
emas Indonesia karena pada saat itu 100 tahun Indonesia, saya ikut aliran yang
optimis. Meskipun tentu yang pessimis itu sebagai worning yah boleh saja,
tapimenurut saya nggak perlu nakut-nakuti juga.
Motivasi anda menyebut nama lain apa
prof? karena merekapunya pendukung masng-masing, dan nama2 muncul itu terpenuhi
syarat. Akan mengerucut sendiri di dalam poluituik, semua calon punya potensi.
Nama0-nama yang anda sebut unik,
karena tidak dari kendaraan partai politik, bgaimana? Pakah arah mengherucut? Ya..
itu terserah presiden dan parpol, karena menurut institusi pasangan calon presiden dan wakil presiden
ituklan harus diajukan oleh parpol atau
gabungan parpol berkualisi, nah apakah melurut ke parpol atau orang professional
tapi kita lihat saja sepenuhnya mereka bersama calon presiden kan harus kerja
sama, presiden dan wapres dan parpol
pendukung.
Psikoloogi politik, figure seperti
apa yang dibutuhkan amsyarakat? Sekarang, primordial kesukuan itu sudah luntur,
tidak ada orang berfikir harus jawa, harus luar jawa, harus ini, Indonesia timur
tidak penting, kita sudah meyatu, misalnay kedepan itu nanti masyarakat Indonesia
itu tidak ada menjadi suku asli, missal saya suku Madura istri saya suku jawa
anak saya sudah punya istri dari sunda yang punya darah padang, itu nanti akan
hilang sendiri. Masalah religious dan nasionalis itu tidak bias diabaikan jika
diabaikan itu akan emmbuat gaduh. Kita sudah menyatu hilangkan “Sukuisme” demi
persatuan kesatuan Indonesia.
Ada berbagai calon [pake identitas
politik sebagai salah satu cara untuk mendompleng popularitas? Agak kurang
sehat, kalo hanya identitas missal agama silahkan kalo itu karena natara
nasionalis dan kegamaan itu tidak bias di lepaskan, slahkan saja,. Tetapi jangan
dengan nada permusuhan, agama ayo tegakkan keadilan, demokrasi yang bagus,
semua gama saya setuiju, missal orang islam hayio kita adakan dan kembangkan
musyawwarah, bagus, orang Kristen saya ingin tegakkan nilai-nilai luhur dari
injil, boleh saja tapi klao mengancam
tidak boleh.
Prof. jika melihat dari situasi
sekarang dimana isu-isu agama nanti juga dibawa? Yah memnag sekarang mulai,
bahwa si ini anti ini dan ini islam bangat, itu harus di hindari mari kita pilih
pimpinan secara ver, nah itu tugas
aparat keamanan dan KPU menjamin itu secara baik, tapi kalau pilkada bahwa
sekarang ini nati pridolisme tapi sejkranmag nampaklnya baik-baik saja, nggak
seperti yang kita khawatirkan seperti 2016 pilgub Jakarta.
Demikian....................
SYARUL RAMADHAN MUHAMMAD ZEIN (SYARUL MZ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar