FAHRI HAMZAH: KITA JANGAN MUNAFIK
Pada saat ILC.
Oleh: Syarul Ramadhan (Mahasiswa PAI Semester 4)
Tempat dan waktu: KOmplek Grand Puri Laras, Kota Tangsel, Banten. Waktu
07.35 WIB, Tanggal: Kamis, 12 April 2018.
Kelemahan bangsa kita adalah kita
tidak bias melihat persoalan secara lebioh luas, dan tentang problem system di Negara
kita, setiap saya bicara bahwa pendekatan yang kita lakukan itu harus
pendekatan system, saya terlalu banayk melihat termasuk ahli-ahli hukum
termasuk ahli tata Negara kadang-kadang, itu pendekatannya itu terlalu jajmen
personal dan moral gitu dan ityu menyebabkan kita tak kunjung memperbaiki
system, Mahar itu tak bias dihindari dari system politik jaman seklarang, dan kalau ada partai politik mengatakan tidak
ada, tidak ada itu bohong itu, nggak ada itu, itu kita mmebohongi diri kita
sendiri, supaya nanti tidak ada yang kampanye moral disini, sebab moral tidak
saya Bahasa, kita soal system.
Kita terjebak oleh system llau kita
mau menghindar dan mengatakan tidak ada padahjal ada, itukan dusta namanya, ini
namanya hipokrit atau munafik saya kira. System pembiayaan politiknya memang
memaksakan orang untuk apa namanya membiayai dirinya, disemua level permainan,
jadi pidato pak prabowo itu sebuah kejujuran, bahwa terpaksa kita berbicara tentang
bukan isi kepala orang tapi isi tas orang, dompet orang, ada partai-partai yang
tadinya didirikan oleh orang kaya, tiba-tiba jatuh miskin karena partai partai
itu mesin pemakan uang pakling buas, paling ganas dia, karena itu demokrasi
yang kita biayai ini adalah pesta rakyatgitu, karena itu mustahil murah,
kecuali kalo kita mau menata system yang lebih murah makanya dulu ada pendulum ekstrim yang mau dianbil supaya
pemilihnya dilajkukan oleh DPRD, tapi byukan nggak ada pesta, ada tetapi pestanya
hanya segelintir orang dan mungkin kita tiodak suka gitu.
Jadi, keterjebakan system inilah
yang membuat kita tidak bias keluar dari persoalan dan berulang-ulang, dan kita
menganggap progresi dalam Negara kita ini tidak pernah terjadi gitu dan itu
merupakan suatu kenaahan dalam bernegara karena performen kita tidak bias ukur,
kalao kita lihat missal tuikang batu, masang batu dan satu batu kita bayat 1000
rupiah, jika pasang 200 maka dia kita kasih 200 ribu.
Negara itu jadi susah diukur gitu,
progresinya sehingga sampai hari ini masalhn yang sama berulang-ulang dan kita
tidak mengerti mesti salahkan siapa? Karena opersoalan yang sama berulang-ulang
bahkan kita mulai bertepuk tangan terhdap keberulang itu sebagai bentuk
prestasi, banyak hari ini , bagaimana caranya menghentikan infpor beras itu? Kenapa
Negara tidak bias dinilai kemampuannya menghentikan beras, am,pai-sampai ada
menteri bilang, “itu adalah cibnta presiden terhadap rakyatnya”, kapanm kita
mau mengehnatikan kourupsi? Tidak ada. Kita mengulang-ulang korupsi, iaykan? Danm
itukita mulai tepuk tanagn padahal itu kebodohan, sama denga amaharini,
maharini kita sudah tahu dari awal kalao kita tdak mngatursystem pembiayaan
politik, amka system pembiayan politik itu menjadi liar lalu ada timan-timang.
Ckita harus meregulais system yang
tidka emmungkinkan uang-uangh illegal masuk dalam poluitik, sekarang dari
ppresiden sampai kepala desa itu uang illegal tidak bias dihindari, kita ini
petarung-petarung dilapangan, darah kita politik ini darah ahram semua, dan
abnyak dan itu tidka mau kita pecahakan.
Ada dua system yang kita lihat
didunia inikan, kita emmakai system Etropa barat yang membiayai politiknya oleh
Negara, atau system amerika yang dimana privete membiayai politik dengan audit
yang lebih ketat. Kalau saya csaya cenderung, yang walaupun amerika menyesalkan
system pembiayan individu(privete) sampai melibatkan mavuia-mavia di wolstreet.
Kita juga harusnya brani membiayai poliik, sehingga kemudian kontestasi dalam
partai politik mulai diselenggarakan saya menyedihkan banyak partai kader yang
tidak berani mencalonkan kadernya karena tidak ada satupun dari akdrnya yang
ebrnmai unjuk tangan saya berani membiayai ini, dan terpaksa mencari orang
lainj dan yang di cari itu pasti orang yang munafik, yang diabggap punya uang,
jadi tadi kalau ada calon-calon itu mengungkapkan “oh..saya tidak dimintai maha”.
Coba lihatorang itu pasti orang miskin, jadi jangan sok anda punya moral, anda
karena kere makanya tidak dimintai uang. Itu persoalan gituloh, ajdi matri kita
melihat secara Ver jadi jangan melouihat ini itu sebagai identivikasi yang
subyektif terhadap moral tapi ada satu system ynag kita selengarakan dan kita
semua emmeliharanmya, sehingga kita semua tidak jelas, syubhat semua, mana yang
baik dan amna yang tidak.
Saya kira pendeklatan ini, kita
semua adalah korban. Pak nyala dan pak prabowo itu sahabat yang baik saya kira,
saya dampibngi pak nayal hitungann suara, 30 hari saya nggak tidur. Teman2 PJKS
dan pak nyala kerja sama di jawa timur. Untuk datangkan alat bukti. Pak prabowo
juga orang baik, yang kalo bia dari awal saaya akan cari uang untuk membiayai
kader kader saya untuk maju, begitu padanaagan pak prabowo, tapi kita juga
harus jujur, pak prabowokan bukan penguasa, ruang-ruang rakyat menyenpit,
sehingga dia mulai menegrti bahwa politik uini saya tidak bias membiayai
sendiri, meskipun itu dating dari niat yang mulia supaya orang yang diatanya
itu isi otajknya bukan isi dompetnya, dan beliau mengatakan yang sebenarnya.
Jadi, kita ini rusak persodaraan
ikita, rusak persaahbatan kita, saling mencurigai, akrena kita korban system. Biatya politik kita ini biaya
sendiri, nanti kalo sudah maju dengan biaya senduiri. Tetangga bilang “untung
dia terpilih katanya atau kalah dulu, kata tetangga kasian dia itu, habis
hartanya dijual memang banyak harta yang dijual ,”. Saya ini jadi Anggota DPR,
sudah 3 kali menag, pada musim kmapnay coba cek harta saya pasti ada yang saya
jual, pasti ada yang saya korbankan, mobilnya tanahnya, mau minta siapa? Negara
nggak menyiapkan ini kok, tetangga2nyabilang”kasian dia ini hartanya, kalo
kalah ini, ada yang gila itu” nanti kalau mennag, syukurlah kalo dia bias cari
modal, cari tmabahan, apa itu balikin modal? Itu kreatifitas nyari uang, dan
kreativitas cari uang itu korupsi, jadi korupsi itu tidak dihilangkan menurut
saya karena ada yangt yang berkepintingan makin abnayk korupsi saya semakin sibuk dan pekerjaan
makin tidak selesai dan uang rakyat diporotin untuk memebrantas korupsi yang
nggak selesai-selesai itu, seperti bebrburu dikebun bianatang, coba ini
dipangkas dari ujung. Ndak ada yang berani memangkas persoalan ini dari ujung,
kita ini, sebenarnya tidak mau emnyelesaikan masalh dan beban berulang ulang
dan yang bayar itu rakyat.
Rakyat kita dipertontonkan dengan
drama ini dan kita anggap kita sudah cukup. Rakyat puas dengan drama seperti
ini, ada saling serang ada saling tangkap, ccai maki dan itu pesta pora bunuh diir bangsa
indoensia. Diabad 21 ini.
Sebagai wakil ketua, DPR sendiri ada
ide nggak untuk merubah system ini? Saya menginstruksi mentri keuangan sebagiai
anggota sudah 4x suapaya berani sikap tetnagtang pembioayaan politik tapi
takut, sekarang tahun ini akan kita nikamti pertama kali, ada kenaikan ddari
150 menjadi 1000, ada lompatan itu. Lumayan sekarang tapi menurut saya itu
kecil, pembiayaan politik itu harus bida di uku dan saya kira kita bias ngukur,
biaya demokrasi kita, kapan biaya itu normakl dan wajar bagi semua orang? Sehingga
ketika orang itu amsuk dal;am dunia politik apakagh orang ini punya
kredibilityas, punya cita-cita dan keinginan untuk membantu amsyarakat atau
tidfak, bukan karena kepentingan lain, kalaupun itu Negara mau mebnghitumg
secara tuntas, jangan dibnirakan ini dipasar bebas
Bisa
nggak dibikin RUUnya? Saya waktu itu ada rapat dengan teman2 LGO termasuk ,
saya meminta mereka saya bias mengajukan UU, tolong bikin undang2 tentang
pembiayan politik yang tuntas dari A sampai Z, saya akan memeprjuaangkan sodara
diparlemen. Tapi saya khawatir banayk orang yang memang nggak mau maslah
selesai biar tetap ramai kita. Jadi kita anggap Negara itu skses akalu banayk
amasalah, karena bangsa kita gak ngerti anatara SUKSES DAN SIBUK.
Jadi orang sibuk tapi gagal dianggap
sukses, orang nggak sibuk tapi sanatai dianggap gagal, saya ametafor, ada dua
desa, disebelah kiri ada kepala desa setiap amalm dia nggak tidur, komnversi
pers tiap malam nggak tidurm, nangkap malingmatanya samapi bengkak, wah
terkenal dia, tapi sebelah ada kepala desaabis sholat isya dia tidur besok pagi
slaman smaa rakyatnya, gagal dia karena nggak keliatan sibuuk.
Saya khawatir bangsa ini bahwa yang
emmbuat sibuk dan berulang-ulang itu kita angap sukses, sementara yang tadi
itutdak namapak tidak sukses karena nggak keren nnggak sibuk, coba liat di ILC,
temanyakan masalah-masalah yang tidak pernah diselesaikan. Dan memang tidak mau
diselesaikan, saya tidak menuduhj seolah2 ILC ini juga ikut dalam keterlibatan
ini, ILC juga kan korban terpaksa emngangkat tem aini berulang Karen atidak
diselesaikan oleh Negara, optyim,is OTAK KITA CUKUP OPTIMIS UNTUK SELESAIKAN
INI.
Demikian......................................
SYAHRUL RAMADHAN MUHAMMAD ZEIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar