Selasa, 01 Mei 2018

Prof. Rocky Gerung: Kitab Suci Adalah fiksi


Prof. Rocky Gerung: Kitab Suci Adalah fiksi
ILC, selasa (10/4/2018)
Oleh: Syahrul Ramadhan (Mahasiswa PAI)
Waktu: 23:05 WIB
Tempat: Komplek Grand Puri Laras
Tanggal: Jumat, 13, april 2018
            Asal usul masalah ini adalah soal; fiksi atau fakta, dan itu sebenarnya permulaan yang buruk karena waktu kitasebut fiksi dikepala kita adalah fiktif. Fiction itu kata benda yaitu literature, selalu ada pengertian literature, tapi karena dia diucapkan dalam satui forum politik maka dia dianggap msebagai buruk. Fiksi itu sanagt bagus, dia adalaha energy untuk mengaktifkan imajinasi itu fungsi dari fiksi itu, dan kita hidup dalam dunia fiksi lebih banyak dari pada dunia realtitas, Fiksi lawannya realitas bukan fakta, jadi kalo anda bil;ang fiksi kata itu menjadi buruk, maka kita menginginkan anak-anak kita tidak lagi membaca fiksi. Karena udah dua bulan ini kata fiksi ini menjadi kata yang buruk. Kitab suci fiksi atau bukan? Kalau bahwa fiktif itu mengaktifkan imajinasi kitab suci ityu adalah fiksi karena belum selesai atau belum tiba itu, babat tanah jawa itu fiksi anda sebut apa saja.
            Jadi, ada fuksi fiksi untuk menjadi imajinasi menuntunkita untuk menjadi lebih imanjinatif, sekarang kata itu dibunuh, dibunuhh oleh politisi.
            Bias nggak fiksi itu menjadi tum,buhan untuk prediksi? Lebih dari itu, bahkan bukan hanya untuk prediksitapi untuk destinasi, anda percaya pada fiksi dan anda dituntun oleh kepercayaan itu, bagaimana caranya? Itu fungsi kitab suci, anda percaya kitab suci? Kenapa andaabaikian sifat fiksional dari kitab suci? Kan itu bukan factual atau belum terjadi dan anda dituntunoleh dalil-dalil dalam kitab suci bukan lagim prediksi itu.
            Fiksi itu baik, yang buruk itu fiktif, bias bedain nggak itu? Diada-adain di akal-akalin, kalo saya bilang kitab suci itu fiktif wah besok saya dipenjara itu, tapi kalau saya bilang itu fiksi saya punya argument karena saya berharap pada eskatologi dari kitab suci.
            Tunggu prof. saya kurang paham saya ini, kitab suci sebagai hal yang fiksi itu penuh tabnda Tanya? Kalau saya Tanya kitab suci itu fiksi atau fakta and amau jawab apa? Fakta? Nggak. Jadi, kesalahan kita, kita memakai kata fiksi itu untuik dibuat nggak baik, seolah-olah fiksi itu buruk.
            Bentar prof. pak roky, kalau biacar kitab suci kita bicara keyakinan tapi klau bicara buku, saya masih bias memahami. Kitab suci trus prof. katakana itu fiksi, saya agak keberatan? Saya terangkan 2 menit dulu sehingga potensi anda bertanya itu bagus,  kenaopa kata fiksi itu takut anda ucapkan terhadap kitab suci? Karena selama ini kata fiksi itu dibebanui oleh kebohongan seolah-olah fiksi itu bohong, tadi saya katakana bohong itu fiktif, itu angka fiktif “bohong”tapi fiksi itu energy untuk tiba ke telos yang didepan itu, kitab suci ingin tiba di telos, atau ujung dari kitab suci itu adalah harapan, janji dan itu sifatnya fiksi, baik atau buruk? Baik. Kalau mau debat itu tentang Factual atau fiktif? Bukan fiksi atau fakta. Mahabarata itu fiksi bukan fiktif.
            Pak rocky, saya mau mennaggapi pernyataan anda tentang fiksi itu, pada titik tertentu saya pahami, argument tentang ini anda bnagun dari argument kitab suci yang mana? Hati2, dalam agama kami islam, fiksi yang anda katakana dalam kenyataannya terbukti dalam kehidupan kami sebagai muslim jadi dia bukan fiksi lagi tapi dia sudah menjadi sebuah fakta. Anda tadi minta kitab suci yang mana, saya tidak jawab, saya tidak mau bicara kitab suci yang lain maka saya tidak menyebut kitab suci lain bagi saya kitab suci itu Al-Qur’an dalam agama saya saya tidak mau menyebut yang lain, anda mengatakan kitab suci itu seakan-sekaan menyamakan semua kitab suci. Tapi saya bertanya pada bagian yang mana anda maksud, seklai lagi saya menyampaikan apa yang saya pahami. Waktu saya memilih kata kitab suci dengan sendirinya saya menghindari menyebut nama kitabnya, seharusnya anda paham itu, bagi saya fiksi itu kreatif sama dengan orang beragama dia menunggu eskatonnya menunggu telosnya itu, anda ucapkan doa sebenarnya anda masuk dalam energy fiksional kana da pupuk harapan bahwa dengan untaian ddoa itu anda akan tiba di tempat yang indah begitu fiksi bekerja, lalu bisakagh itu disebut keyakinan? Bias, di dalam agama fiksi itu adala keyakinan dalam literature  fiksi adalah Energi untuk mengaktifkan imajinasi, kimianya sama orang berdoa sama baca novel kimianya sama, jenis hormone yang diproduksi sama itu soalnya, jadi itu pengantar dari kekacuan public yang dibuat oleh politisi.
            Kedua, soal adu mem di medsos jokowi vs prabowo, saya ikuti itu rekasi presiden terhadap pidato prabowo, tetapi ada yang palsu dari caar presiden bereaksi itu, dia pasti palsu karena dia bereaksi terhadap pidato, jadi presiden tidak berpidato  dia bereaksi terhadap pidato, rekasi pertama trerhadap kaos dengan hestek tadi 2019 ganti presiden, loh hestek itu adalah fiksi, ngapain bereaksi terhadap fiksi???? è Ini saya kira memunculkan pertanyataan di medsos “Kitab suici fiksi, ternyata hal yang fiksi di lakukan oleh relawan 212???
            Hestek, kan belum terjadi 2019, pergantian presiden, siapa yang ngajarin presiden bereaksi terhadap presiden? Reaksi terhadap fiksi yang fiksi juga akhirnya, jadi kita akan melihat bahw aorang yang terllau keras terhadap sesuatu yang fiksional itu ada problem dalam stabilitas psikisnya itu.
            Fiksi yang pak rocy bilang terhadap reaksi presiden itu adalah agenda setting, sebenarnya pada dasarnya saya apahami, pak roky gerung pada kritikan anda kami pahami sebagian tapi ada juga yang perlu anda dengarkan setidkanya kami tidak bodoh-bodoh amat di mata anda.
            Presiden turun ke sawah di suka bumi, lalu saya  imajinasikan, waktu bung karno bertemu petani dia turun dari dokarnya dia bicara dengan pertain itu, tentang hakikat hidup bertani, dari istu dia dapat ideology yang disebut marhainisme itu (adalah ideology perjuangan bagi golongan masyarakat yang dimiskinkan oleh kolonialisme, impreralisme, feodalisme dan kapitalisme. Untuk dapat memahami marhaenisme menurut soekarno harus menguasai dua pengetahuan:
1.      Pengetahuan tentang situasi dan kondisi Indonesia
2.      Kedua pengetahuan tentang marxisme
Soekarno telah bilang siapaun tidak bias dan dapat memahami marhaenisme jikalau tidak memahami marxisme terlebih dahulu. Berdasarkan hal itu maka dapat disimpulkan dengan alasan yang kuat pula bahwa marhaenisme adalah marxisme yang disesuaikan dengan kondisi dalam amsyarakat Indonesia sendiri. Ketika soekarno mencermati marxisme, bung karno menemukan bahwa marxisme terdiri dari 2hal yang harus di bedakan; filsafat materialism dan historis materialism. Bung karno menilai filsafat materialism yang atheis tidak sesuai dengan kehidupan Indonesia. Menurut soekarno historis-materilaisme dapat digunakan sebagai metode berfikir untuk menganalisa kehidupan social di Indonesia. Historis-materilaisme bukanlah merupakan ajaran atau ideology tetapi semata-mata merupakan teori social yang dapat dipergunakan untuk menganalisa keadaan social. Marhaenisme adalah ideology bung karno secara keseluruhan yaitu suatu ideology yang membela rakyat Dario penindasan dan pemerasan kapitalisme, kolonialisme/imperalisme serta feodalisme dalam rangka emmbangun amsyarakat indoensia yang aduilo dan makmur. (dianbil dari skripsi s1 ilmu politik fisip usu medan). Ini muncul pertanyaan kenapa ideology kita tidak Marhainisme? Kenapa ideology kita dekomrasi yang neo liberalism?
            Lanjut pak rocky, saya nggak taau pak jokowi ngomong apa sama petani, turn dari motor. Pak arya tadi bilang dia bukan ahlu ekonomi, ahli statistic trus adu datya ya ngapain saya dengar gitu?, slide power poin and atadi, Biasanya orang yang sering pake power poin biasanya tidak ada power dan nggak puinya poin sebenarnya. Kompilasi itu kata yang plaing buruk dalam metodologi karena kita  comot kanan kiri llau dalam info grafis dalam infio grafis kalo dia kompilasi pasti ada info yang di sembunyikan  itu akibatnya kompilasi itu seccara metdologi.
SEKARANG INI POLITEIMENT, YAITU POLITIK YANG DIKEMAS DALAM BENTUK ENTERTAIMENT, tetapi kalo terus sekaranmg ini, kita kehilangan bicara yang substansial.  Jadi politik tidak harus nunggu 5 tahun dari hari pertama presiden terpilih oposisi sudah berjalan, jadi kao itu ekspresi oposisi apa yang keliru? Fobi itu adalah ketakutan yang diwariskan oleh nenek moyang kita karena hiduop  di masa itu sangat terncam oleh binatang buas. Jadi fobi itu jejak dalam DNA kita, positif untuk emncegah kita diterkam binatang buas, raksi apa ini? Kita bebruru itu raksi dari foby dalam arkeolgi, untuk menghilangkan itu. Jadi, hestek itu bukan binatang buas, jadi dia yang ebbruru hestek itu adalah pemburu yang dungu.
            Ini udah malam saya cari acar untuk nutup ini, fiksi yang plaing saya suka, fiksi yang dibuat kopingho, kopingho itu nggak pernah pergi ke cina tapi dia bias menggambarkan antropologi cina, leskiping cina dan ilmu silat cina itu demikian lengkap dan smepurna sehingga kita terbawa oleh imajinasi. Fiksi itu berbekas, dalam satu adegan silat, kopinho tulis “ menyerang dengan pedangnya sebelum tubuh bedebah itu jatuh ke bumi”, waktu saya smp, secepat apa pedangnya sehinga dia menyarungkan pedangnya baru tubuh bedah itu jatuh ke bumi.

TANGGAPAN DARI GUS NUR
Pak rocky gerung, pak roky sudah dilaporkan oleh Guntur romli, abu janda, dan sebaginya. Saya akan coba hati2 biar kata2 saya proporsional dan normal. Satu sisi abu janda, Guntur romli dll, yang melaporkan pak rocky gerung nggak slah, silahkan melapor walaupun dalam tanda petik ada kepentingan, dari sisi pak rocky gerung saya tidak kenal beliau, saya penikmat pikiran berlian beliau, saya dengar dari teman yang cvalid pak rocky gerung itu seoarng atheis.
Satu dimensi yang satunya kitab suci itu emmang fiksi, kembali ke akar kata fiksi ketik google,fiksi secara standar makna atau arti, fiksi Wikipedia, fiksi adalah sebuah prosa naratif yang bersifat imajiner, meskipun imajiner tetapi karya fiktif tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisir hubungan antara manusia dengan manusia. Kebenaran dalam sebuah dunia  fiksi adalah keyakinan yang sesuai pandangan pengarang terhadap  masalah hidup dan kehidupan, kebenaran dalam karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi hukum, moral, agama, logika dan sebagainya. => definisi di wekipedia.
Kalau dari sisi benar, kitab suci itu benar, untungnya pak rocy gerung itu tidak menyebut kitab suci secara spesifik, beliau tidak nyebut quran, injil, satu sisi benar, saya ambil contoh, ini bulan rajab, perjalanan isra dan mikraj, inikan fiksi. Jadi nabi menceritakan kepada umat islam mekkah saat itu, mahasuci Allah yang menjalankan hambanya jdari masjidil haram mekkah menuju aqsa palestin, yang kata rasul itu hanya beberapa menit saja. Dulu nggak ada pesawat. Itukan fiksi, nabi musa dengan tongkat membelah laut, nabi Ibrahim tidak terbakar, ini fiksi. Mekkah dan Palestine secepat itu gimana? Ternyata fiksi ini mengandung kebenaran, rasul mengendarai Barqun (Al-Baqarah:20) yakadul barqu yakadu absoruhum, secepat kilat/sekelapan mata (BArqun) kalau di tumpangi maka berubah makna menjadi Burogh, kendaraan yang ditumpangi rasul, kecepatan 3000k/detik. As-sajada ayat 5 => durasi di dunia dan akhirat 1000 tahun di dunia itu cuman 24 jam di akhirat. Sidratul muntaha => miliaran bintang, galaxy, bintang2 di langit itu ada yang 200 juta bumi ini besarnya, jadi bumi ini memang mahluk kecil, itu fiksi lawan katanya fiktif, oke  di satu sisi memang kitab suci itu fiksi, emngandung firman, cerita. Tapi, rocy gerung bisa tidak benar masuk kesini, fiksi itu tidak benar bagaimana, fiksi itu juga satu senyawa yang bisa saja terjadi  dan bisa saja tidak terjadi pak prabowo nanti 2030 indonesia bubar inikan fiksi, bisa terjadi bisa saja tidak terjadi, sedangkan Al-Qur’an yang saya imani quran di dalamnya sesuatu yang pasti terjadi.
Jadi gimana posisimu gus nur? Kan rocy gerung tidak menyebut kitabnya, jadi tidak mesti kitab suci Al-Qur’an, kitab suci yang lain mungkin saya setuju banyak unsur fiksinya (fiksi dalam arti bisa terjadi dan bisa tidak) tapi di Qur’an kami imanai, fiksi dalam al-qur’an itu sesuatu yang pasti.
Dari sini, jadi abu janda Guntur romli dll, silahkan saja dilaporkan, masalahnya kan memang mereka punya kepentingan, mereka kalo ada sesuatu yang, mereka gampang sekala nuduh orang anti NKRI, radikal, intoleran, penistaan, anti pancasila itu Bahasa-bahsa mereka, termasuk pak fasial ibu dari PDI mereka punya kepentingan semua, dari sisi prof, roky nya wallahu alam pendukung pak prabiwo atau tdk punya kepentingan atau tidak, saya ngak bela siapa-siapa, saya tempatkan posisinya. Kalau rocky gerung katakan  kitab suci itu fiktif, waah saya mau di barisan depan itu saya yang laporkan, beda fiksi dengan fiktif itu.
Fiksi itu suatu yang belum terjadi, akan terjadi, nanti terjadi dan itu mengandung kebenaran. Cuman agak sedikit masalah fiksi itu di sandingkan dengan kitab suci, sedikit salahnya karena memang beliau tidak nyebut kitab sucinya secara spesifik. Fiksi itu lawan katanya fiktif, janji pak jokowi itu fiktif, banyak janji tak di tepati, janji lama belum ditepati sudah merancang janji-janji baru.

USTAD, ADI HIDAYAT, LC, MA
Al-Qur’an memberikan pandangan untuk kehati-hatian dalam berkomentar, jangan cepat berkomentar, keterangan nol dokumen ini menunjukan sesuatu maaf hal yang tidak konkrit, keterangan tanpa dalil, tanpa bukti, hakl yang bisa, itu menunjukan rendahnya kehatia-hatian, rendahnya ilmu pengetahuan, dan rendah hubungan kepada alllah, surah 49 ayat ke.6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian. [al-Hujurât/49:6].
            Datang bawa berita, menyimpang dan tidak seperti biasanya, maka cek dulu secara sempurna jangan dulu berkomentar, kalimat “tabayyanu” usaha yang serius, siapa dia, latar belakang keilmuwannya, gurunya dll, baru berikan pendapat. Kaidah mantiq: bedakan dunia nasehat dan dunia pemikiran. Kalau dunia nasehat kaidahnya:
انظر ما قال ولا تنظر من قال
undzur maa qoola walaa tandzur man qoola
“Lihat apa yang disampaikan namun jangan lihat siapa yang menyampaikan.”[1]
Lihat pada apa yang di sampaikan, jangan melihat siapa yang menyamapikan, meskipun nasehat itu dating dari orang yang status sosialnya dating di bawah kita, mungkin hanya pegawai biasa, jalanan. Tapi dalam dunia pemikiran harus di balik:
UNDZUR MAN QOLA WALA TANDZUR MAA QOLA
Jangan langsung dengarkan dan simpulkan apa yang di bicarakan, tapi lihat siapa yang bicara itu.
Ada pendapat, pemikiran, pernyataan missal “Kitab suci adalah fiksi” ini pendapat. Pemikiran itu masuk dari informasi yang di dapat, pengethuan di ramu oleh akal, jadi konsepsi pemikiran. Gambaran, saya sebut kuning, apa itu? Bendera, meninggal, kebakaran, di sungai, emas, betul. Wajar memiliki perbedaan karena setiap orang mendapat informasi yang tidak sama, kalau informasi masuk sama, maka di pastika 99% sama dan identic pendapatnya. Tapi sumber beda, informasi lahir beda.
Kitab suci, pernah dia baca kitab suci, pertanyaannya kitab suci apa yang dia baca? Orang itu baca Al-Qur’an tidak? Atau jangan2 keyakinannya beda. Yang di abaca Bible, dia menyimpulkan macam2, hasil bacaan ini kitab suci ini kitab suci yang di abaca. Kalau di abaca Qur’an maka mustahil dia temukan fiksi dalam Al-Qur’an. Qur’an cerita nabi adam? Fiksi itu itidak nyata, Nabi adam ada tidak? Ada. Kalau anda mengatakan nabi adam fiksi maka andapun fiksi, karena nabi adam itu mansuia pertama, nabi Ibrahim fiksi? Ada. Kalau nabi Muhammad bukan fiksi maka semua yang di bawa juga bukan fiksi. Maka orang ini tidak bicara Al-Qur’an, kalau dia tidak bicara Al-Qur’an ngapain kita perdebatkan? Jadi kritisi dulu apa yang sedang di bicarakan.
Bagaimana yang bicara itu muslim?  Itu dia jarang baca Al-Qur’an karena mustahil orang itu ahli quran  bisa menyimpulkan quran itu fiksi. Bukankah dalam quran ada yang belum kita dapatklan? Inianda belum paham dan kurang informasi, persoalannya anda yang belum pelajari.
Ayat-ayat qur’an memaksimalkan rasionalitas afala ta’qilun, afala tata jakkiruun, analisis qur’an, semua ayat qur’an merenungkan dan menggali. I qur’an mustahil bertentangan dengan qur’an, yang ada 2:
1.      Semua keterangan quran diberikan oleh logika
2.      Keterangan qur’an terlampau logis, saking logisnya akal kitatidak bisa mennagkapnya.
Tunjukan saya bahwa matahari itu ada sinarnya, jika siang hari ada matahari bisakah anda melihat sinarnya? Bisa menatap langsung sinarnya? Matahari ada sinar? Anda mau lihat kelihatan nggak? Nggak, saya mau lihat tidak lihat, bukan karena tidak ada sinarnya tapi skaing terangnya sinarnya sampai saya ngga bisa lihat, saking terangnya kebenaran al-qur’an akal anda perlu yakin dulu, hiqma yakin dulu. Jadi kalau peci nggak cukup dengan kepala jangan kepalanya yang di potong, cari peci lain agar sesuai dengan ukurannya.
Kaidah Qur’an “Jalikal kita bula raibafih” => kitab ini tidak ada keraguan, lanut 23 wainkuntum fi raibimimma nanjalna => al-baqarah 1 dan 23.
Jadi yaqin dulu, sebab awal dari kegagalan atau kesesatan itu adalah keragu-raguan.
Banyak membahas sesuatu yang sudah jelas, maka akan melahirkan ketidak jelasan.

USTADZ FELIX SIAUW
Hablumminallah, hablumminannas, hablumminan nafs (diri sendiri). Al-qur’an tidak sama dengan karya manusia. Karya, fiksi (berdasarkan hayalan/imajinasi, bisa ajdi betul dan bisa jadi tidka betul), non fiksi (berdasarkan penelitian/kejadian nyata/ auto biografi), fiktif (kebohongan). Al-Qur’an fiksi itu kesalahan, kategori Al-Qur’an fiksi sesuai karangan manusia itu ada beberapa bahaya, sebagaimana muktazilah ketika sebut Al-Qur’an mahluk, ulama yang mendukung yaitu: yang namnya kholik adalah satu selain itu mahluk. Ini bahaya, Al-Qur’an mahluk Allah, jadi  setiap mahluk punya keterbatasan, punya kelemahan dan akan berakhir, dia bisa salah dan bisa benar. Al-Qur’an tidak ada kesalaha, Al-Qur’an fiksi itu jatuh novel fiksi, ini dari ranah Allah emnajdi ranah manusia. Ulama ASWAJA al-Qur’an itu kalamullah (potensi haq, yakini). Al-qur’an bukan fiksi.
Secara konteks, coba lihat latar belakang orang, berdasarkan islam atau tidak. Baik yang melapor atau dilaporkan tidak berada dalam kebenaran, yang melapor hanya urusan politik, dan yang dilaporkankan pun tidak berada pada kebenaran.

BUYA YAHYA
Apakah boleh kita berfikir bahwa kitab suci adalah fiksi? Orang tersebut tidak mengatakan Al-Qur’an itu fiksi, tapi mengatakan kitab suci itu fiksi, pake kitab suci dalam menilai harus adil. Jangan dikit2 nista agama. Orang itu jelaskan makna fiksi, fiksi bukan fiktif, beliau sendiri jelaskan fiksi sesuai dengan penjelasanya, fiksi bukan dusta, artinya yang sudah jelaskan dengan definisnya jangan kita katakana penista agama, karena definisi fiksi di jelaskan. Dia menepis makna fiksi denagn makna yang selama ini di pahami,untk bangkitkan imajanasi, jadi kalimat belum masuk ranah penistaan karena dia mendefiniskan makna fiksi itu sendiri.
Kalau dia benar-benar memebla agama seharusnya kemarin-kemarin lebih marah, ayat almaidah begini, azan gebigini, jangan angina-anginan seperti ini, lagi nggak cocok sama saya saya hantam.
Ini di lacak sesuai sesuai dengan ahli Bahasa, kecuali dia nyebut nama kitab suci, dan fiksi sesuai dengan kita pahami, tapi diakan sudha jelaskan disitu. Paling tidak, dia arahakan itu untuk kitab sucinya sendiri. Pemahaman selama ini adalah bahwa fiksi itu hayalan, menurut orang itu bukan itu suatu imajanasi yang nantinya terjadi dan akan jadi fakta.
KONTROVERSI KITAB SUCI
Tanggapan Prof. Rocky Gerung.
Dari 3 pertanyaan sisi sebelah kiri, saya sudah curiga ini akan berakhir pada deli, saya tau konsekwensinya, dan itu konsekwensi yang bodoh. Saya jengkel karena kata fiksi itu di hina oleh public, di hina oleh politisi dan saya mau luruskan, jadi karena jengkel saja, bukan akrena kemarahan. Serin kali kita menerima sesuatu tanpa mendalami persoalan, saya terakngkan perbedaan fakta, fiktif, dan fiksi itu.
Kitab suci apa ini? Itu pertanyaan dungu, kalau dia politisi tidka boleh menanya persoalan privat ke saya, menanyakan kitab suci spesifik itukan nurani orang, privat orang. Artnya dia nggak ngerti itu politisi, jadi ada etik dalam pergaulan demokrasi orang nggak boleh bawa privat, agma anda apa, kitab suci anda apa.
Saya melihat Negara itu tidak bisa mengatur percakapan antar warga Negara, sehingga blok-blok gitu, jadi yang nggak toleransi itu Negara, nggak urusi ini dia sibuk denagn segala macam hal, sehingga wilayah kebudayaan membeku.
Pisahkan agama denagn politik, pak rocy gimana? Sebagian orang anggap tidak mungkin di pisahkan, karena ada beberapa dalil dalam agama yang mencampuri urusan privat tapi itu adalah hal yang akan mengganggu kita, jadi urusan syurga yang sangat suci, jangan di bawa ke bumi dan politik.
Kalau Negara gagal mengfungsikan akal sehat, maka kampus harus menganbil alih tapi kemudian dianggap saya hanya mengkritik dan tidak memberi solusi, loh kata kritik itu artinya mengurai, membongkar, solusi artinya mengutuhkan, jadi bukan tugas saya mencari solusi.
Knp krtikik jokowi saja? Sby dulu? Sebenarnya kritik saya terhadap SBY sangat tajam, trapi orang nggak mau lihat, saya aksih pidato tajam sekali satu jam itu, saya kasih kuliah umu, tajam sekali waktu itu, apa yang tidak saya krtisi.
MD 3 => saya krtisi, DPR itu utusan saya ke perlement, jadi saya bisa panggil ulang, dan ketika mau di pangggil maka merek abikin itu MD tiga. DPR => mengemis suara rakyat, begitu sampe sana malah kuat, dasarnya apa? IMUNITAS, yah yang meski imunitas itu saya, masa anjing saya gonggongi saya, itu yang disebut Watch dog, dia harus menggonggongi pemerintah, bukan menggonggongi saya sebagai pemilihnya.
Pilpres 2019? Elaktabilitas 2, jokowi dan prabowo, 2014 pak rocy dmn? Kalau secara ideology dll, kita pro orang yang Civil society, (jokowi). Jokowi JK di Tanya oleh wartawan tentang Hak asasi mansuia ? Llau timnya menajwab JK ngomong, HAM bukan prioritas kami, lalu saya berhenti mendukung.
Ada figur calon? Saya tidak bicara figur, kalau figur berarti kita sudah tahu jalannya, kita bicara jalannya bukan figurnya, sebab kalau sudah ada jalannya nanti figure akan ketemu.
15 tahun nggak ambil gaji? Iya, saya kaish asisten, kaish kampus, ngapain ambil saya nggak miskin. Lebih dari cukup hidup saya, yang penting saya nggak miskin. Kalau miskin saya minta gaji saya 15 tahun. Saya memang suka naik gunung, Himalaya, papua. Sumber ekonomi? Saya ceramah, perusahaan. Sya tidak masalahkan dia mau ajdi politik hebat atau bagaimana, yang penting saya punya pengetahuan, kalau ambil silahkan, tidak perlu tau dia mau jadi apa, itu utrusan dia, maling kek, bajingan kek, sopan kek. Saya hanya bertanggung jawab ketika dalilnya dia pertahankan di depan saya dalam perdebatan setelah itu buan urusan saya. Pendidik maling juga lebih berguna, ambil saja, saya nggak ada untungnya dengan kehidupan orang, satu detik setelah wacana debat saya.
Saya teman baik denagn ahok dari dulu, hanya saja waktu ada penggusuran itu saya tidak setuju, karena dengan dalih dan logikanya nggak benar, mau di pindahkan ke tempat baru, mereka itukan punya cita sebenarnya bukan hanya tenmpat tinggal dan kehidupan, cita-cita hidup itu yang penting, jadi bukan hanya bikin gedung baru dan buatin gedung, karena di tempat yang di gusur itu akar kebudayaan dan cita-cita mereka.
Saya nggak tau kenapa ayah saya dan ibu saya berunding memberi nama Rocy, yah saya kira itu dulu jaman colonial masih ada hubungan dengan belanda. Rocky itu nama marga, gerung artyinya mengupas, tajam, yah itu ndak masalah, saya pake nama lain juga nggak masalah.













[1]Undzur ma qala wa la tandzur man qala,” kurang lebih artinya perhatikan apa yang dikatakan, jangan memperhatikan siapa yang mengatakan. Begitulah pesan seorang sahabat Nabi yang mendapat julukan sebagai pintu gerbang ilmu, Ali bin Abi Thalib Ra. Sebuah pesan agar dalam usaha mencari kebenaran, hendaknya kita memusatkan diri pada substansi kebenaran, bukan pada siapa yang mengucapkannya.
Malam itu untuk ketiga kalinya maling pendusta itu tertangkap basah oleh Abu Hurairrah ketika sedang beraksi mencuri makanan milik kaum muslimin.
Kata Abu Hurairah “Sungguh akan aku bawa menghadap Rasulullah saw. Ini adalah kali yang ketiga kau datang. Padahal kau telah berjanji tidak akan kembali, tapi ternyata kau balik lagi.”
Kata orang itu, “Lepaskanlah aku, akan aku ajari kau beberapa kalimat yang Allah memberikan manfaat pada kalimat-kalimat itu.”
“Apa itu?”.
“Jika engkau hendak tidur, bacalah ayat kursi. Karena Allah akan menjagamu sampai kau bangun, dan syetan tak akan berani mendekatikmu.”
Lalu Abu Hurairahpun membebaskannya. Besok Rasulullah saw bertanya kepada Abu Hurairah tentang tawanannya semalam. Kata Abu Hurairah, “Wahai Rasulullah, dia menyangka bahwa dia telah mengajariku beberapa kalimat yang bermanfaat bagiku, maka aku bebaskan dia.”
“Apa itu?” kata Nabi.
“Dia berkata padaku agar aku membaca ayat kursi sebelum tidur. Dan apabila aku membacanya, maka aku akan dijaga oleh Allah sampai subuh dan tidak akan ada seytan yang mendekatiku,” jawab Abu Hurairah.
“Ketahuilah, sesungguhnya dia telah berkata jujur padamu padahal sebenarnya dia itu pendusta. Tahukah kau siapa orang yang kau ajak bicara selama tiga malam ini, hai abu Hurairah?”
“Tidak.”
“Dia itu adalah setan.” (Hr. Bukhari)
Lihat kisah dalam hadits di atas, bagaimana setan mengetahui fadilah ayat kursi, padahal itu sama sekali tidak ada gunanya bagi dirinya. Malah Abu Hurairah yang memanfaatkan apa yang diajarkan setan kepadanya. Begitulah setan, terkadang dia mengetahui sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, tapi tidak ada manfaatnya bagi dirinya sendiri. Demikian pula dengan manusia. Terkadang seseorang mengetahui hal-hal yang baik dan berguna bagi dirinya, namun ia tidak mengamalkannya. Lalu ilmunya diambil oleh orang lain dan bermanfaat.
Orang-orang model beginilah yang disinyalir oleh Allah swt dalam firman-Nya, “Apakah kalian menyuruh orang-orang untuk berbuat baik sementara kalian melupakan diri kalian sendiri padahal kalian membaca al Kitab?” (Al Baqoroh 44).
Dalam ayat lain Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan? Besar sekali kebencian di sisi Allah kalau kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (Ash-Shoff 2-3)
Namun meskipun mereka “cuma pintar ngomong”, bukan berarti kita tidak boleh mengambil perkataan mereka. Selama itu tidak melenceng dari al-Qur’an dan sunnah, boleh saja kita mendengarkan apa yang mereka katakan. Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Undzur maa qoola, walaa tandzur man qoola” Lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan kau melihat siapa yang mengatakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...