Prof. Rocky Gerung: Kitab Suci Adalah fiksi
ILC, selasa (10/4/2018)
Oleh: Syahrul Ramadhan (Mahasiswa PAI)
Waktu: 23:05 WIB
Tempat: Komplek Grand Puri Laras
Tanggal: Jumat, 13, april 2018
Asal usul masalah ini adalah soal;
fiksi atau fakta, dan itu sebenarnya permulaan yang buruk karena waktu
kitasebut fiksi dikepala kita adalah fiktif. Fiction itu kata benda yaitu
literature, selalu ada pengertian literature, tapi karena dia diucapkan dalam
satui forum politik maka dia dianggap msebagai buruk. Fiksi itu sanagt bagus,
dia adalaha energy untuk mengaktifkan imajinasi itu fungsi dari fiksi itu, dan
kita hidup dalam dunia fiksi lebih banyak dari pada dunia realtitas, Fiksi
lawannya realitas bukan fakta, jadi kalo anda bil;ang fiksi kata itu
menjadi buruk, maka kita menginginkan anak-anak kita tidak lagi membaca fiksi.
Karena udah dua bulan ini kata fiksi ini menjadi kata yang buruk. Kitab suci
fiksi atau bukan? Kalau bahwa fiktif itu mengaktifkan imajinasi kitab suci ityu
adalah fiksi karena belum selesai atau belum tiba itu, babat tanah jawa itu
fiksi anda sebut apa saja.
Jadi, ada fuksi fiksi untuk menjadi
imajinasi menuntunkita untuk menjadi lebih imanjinatif, sekarang kata itu
dibunuh, dibunuhh oleh politisi.
Bias nggak fiksi itu menjadi
tum,buhan untuk prediksi? Lebih dari itu, bahkan bukan hanya untuk prediksitapi
untuk destinasi, anda percaya pada fiksi dan anda dituntun oleh kepercayaan
itu, bagaimana caranya? Itu fungsi kitab suci, anda percaya kitab suci? Kenapa
andaabaikian sifat fiksional dari kitab suci? Kan itu bukan factual atau belum
terjadi dan anda dituntunoleh dalil-dalil dalam kitab suci bukan lagim prediksi
itu.
Fiksi itu baik, yang buruk itu
fiktif, bias bedain nggak itu? Diada-adain di akal-akalin, kalo saya bilang
kitab suci itu fiktif wah besok saya dipenjara itu, tapi kalau saya bilang itu
fiksi saya punya argument karena saya berharap pada eskatologi dari kitab suci.
Tunggu prof. saya kurang paham saya
ini, kitab suci sebagai hal yang fiksi itu penuh tabnda Tanya? Kalau saya Tanya
kitab suci itu fiksi atau fakta and amau jawab apa? Fakta? Nggak. Jadi,
kesalahan kita, kita memakai kata fiksi itu untuik dibuat nggak baik, seolah-olah
fiksi itu buruk.
Bentar prof. pak roky, kalau biacar
kitab suci kita bicara keyakinan tapi klau bicara buku, saya masih bias
memahami. Kitab suci trus prof. katakana itu fiksi, saya agak keberatan? Saya
terangkan 2 menit dulu sehingga potensi anda bertanya itu bagus, kenaopa kata fiksi itu takut anda ucapkan
terhadap kitab suci? Karena selama ini kata fiksi itu dibebanui oleh kebohongan
seolah-olah fiksi itu bohong, tadi saya katakana bohong itu fiktif, itu angka
fiktif “bohong”tapi fiksi itu energy untuk tiba ke telos yang didepan itu,
kitab suci ingin tiba di telos, atau ujung dari kitab suci itu adalah harapan,
janji dan itu sifatnya fiksi, baik atau buruk? Baik. Kalau mau debat itu
tentang Factual atau fiktif? Bukan fiksi atau fakta. Mahabarata itu fiksi bukan
fiktif.
Pak rocky, saya mau mennaggapi
pernyataan anda tentang fiksi itu, pada titik tertentu saya pahami, argument
tentang ini anda bnagun dari argument kitab suci yang mana? Hati2, dalam agama
kami islam, fiksi yang anda katakana dalam kenyataannya terbukti dalam
kehidupan kami sebagai muslim jadi dia bukan fiksi lagi tapi dia sudah menjadi
sebuah fakta. Anda tadi minta kitab suci yang mana, saya tidak jawab, saya
tidak mau bicara kitab suci yang lain maka saya tidak menyebut kitab suci lain
bagi saya kitab suci itu Al-Qur’an dalam agama saya saya tidak mau menyebut
yang lain, anda mengatakan kitab suci itu seakan-sekaan menyamakan semua kitab
suci. Tapi saya bertanya pada bagian yang mana anda maksud, seklai lagi saya
menyampaikan apa yang saya pahami. Waktu saya memilih kata kitab suci
dengan sendirinya saya menghindari menyebut nama kitabnya, seharusnya anda
paham itu, bagi saya fiksi itu kreatif sama dengan orang beragama dia menunggu
eskatonnya menunggu telosnya itu, anda ucapkan doa sebenarnya anda masuk dalam
energy fiksional kana da pupuk harapan bahwa dengan untaian ddoa itu anda akan
tiba di tempat yang indah begitu fiksi bekerja, lalu bisakagh itu disebut
keyakinan? Bias, di dalam agama fiksi itu adala keyakinan dalam literature fiksi adalah Energi untuk mengaktifkan
imajinasi, kimianya sama orang berdoa sama baca novel kimianya sama, jenis
hormone yang diproduksi sama itu soalnya, jadi itu pengantar dari kekacuan
public yang dibuat oleh politisi.
Kedua, soal adu mem di medsos jokowi
vs prabowo, saya ikuti itu rekasi presiden terhadap pidato prabowo, tetapi ada
yang palsu dari caar presiden bereaksi itu, dia pasti palsu karena dia bereaksi
terhadap pidato, jadi presiden tidak berpidato
dia bereaksi terhadap pidato, rekasi pertama trerhadap kaos dengan
hestek tadi 2019 ganti presiden, loh hestek itu adalah fiksi, ngapain
bereaksi terhadap fiksi???? è Ini saya kira memunculkan pertanyataan di medsos “Kitab suici
fiksi, ternyata hal yang fiksi di lakukan oleh relawan 212???
Hestek, kan belum terjadi 2019,
pergantian presiden, siapa yang ngajarin presiden bereaksi terhadap presiden?
Reaksi terhadap fiksi yang fiksi juga akhirnya, jadi kita akan melihat bahw
aorang yang terllau keras terhadap sesuatu yang fiksional itu ada problem dalam
stabilitas psikisnya itu.
Fiksi yang pak rocy bilang terhadap
reaksi presiden itu adalah agenda setting, sebenarnya pada dasarnya saya
apahami, pak roky gerung pada kritikan anda kami pahami sebagian tapi ada juga
yang perlu anda dengarkan setidkanya kami tidak bodoh-bodoh amat di mata anda.
Presiden turun ke sawah di suka bumi,
lalu saya imajinasikan, waktu bung karno
bertemu petani dia turun dari dokarnya dia bicara dengan pertain itu, tentang
hakikat hidup bertani, dari istu dia dapat ideology yang disebut marhainisme
itu (adalah ideology perjuangan bagi golongan masyarakat yang
dimiskinkan oleh kolonialisme, impreralisme, feodalisme dan kapitalisme. Untuk
dapat memahami marhaenisme menurut soekarno harus menguasai dua pengetahuan:
1.
Pengetahuan tentang situasi dan kondisi Indonesia
2.
Kedua pengetahuan tentang marxisme
Soekarno
telah bilang siapaun tidak bias dan dapat memahami marhaenisme jikalau tidak
memahami marxisme terlebih dahulu. Berdasarkan hal itu maka dapat disimpulkan
dengan alasan yang kuat pula bahwa marhaenisme adalah marxisme yang disesuaikan
dengan kondisi dalam amsyarakat Indonesia sendiri. Ketika soekarno mencermati
marxisme, bung karno menemukan bahwa marxisme terdiri dari 2hal yang harus di
bedakan; filsafat materialism dan historis materialism. Bung karno menilai
filsafat materialism yang atheis tidak sesuai dengan kehidupan Indonesia.
Menurut soekarno historis-materilaisme dapat digunakan sebagai metode berfikir
untuk menganalisa kehidupan social di Indonesia. Historis-materilaisme bukanlah
merupakan ajaran atau ideology tetapi semata-mata merupakan teori social yang
dapat dipergunakan untuk menganalisa keadaan social. Marhaenisme adalah
ideology bung karno secara keseluruhan yaitu suatu ideology yang membela rakyat
Dario penindasan dan pemerasan kapitalisme, kolonialisme/imperalisme serta
feodalisme dalam rangka emmbangun amsyarakat indoensia yang aduilo dan makmur.
(dianbil dari skripsi s1 ilmu politik fisip usu medan). Ini muncul pertanyaan
kenapa ideology kita tidak Marhainisme? Kenapa ideology kita dekomrasi yang neo
liberalism?
Lanjut pak rocky, saya nggak taau
pak jokowi ngomong apa sama petani, turn dari motor. Pak arya tadi bilang dia
bukan ahlu ekonomi, ahli statistic trus adu datya ya ngapain saya dengar gitu?,
slide power poin and atadi, Biasanya orang yang sering pake power poin biasanya
tidak ada power dan nggak puinya poin sebenarnya. Kompilasi itu kata yang
plaing buruk dalam metodologi karena kita
comot kanan kiri llau dalam info grafis dalam infio grafis kalo dia
kompilasi pasti ada info yang di sembunyikan
itu akibatnya kompilasi itu seccara metdologi.
SEKARANG
INI POLITEIMENT, YAITU POLITIK YANG DIKEMAS DALAM BENTUK ENTERTAIMENT, tetapi
kalo terus sekaranmg ini, kita kehilangan bicara yang substansial. Jadi politik tidak harus nunggu 5 tahun dari
hari pertama presiden terpilih oposisi sudah berjalan, jadi kao itu ekspresi
oposisi apa yang keliru? Fobi itu adalah ketakutan yang diwariskan oleh nenek
moyang kita karena hiduop di masa itu
sangat terncam oleh binatang buas. Jadi fobi itu jejak dalam DNA kita, positif
untuk emncegah kita diterkam binatang buas, raksi apa ini? Kita bebruru itu
raksi dari foby dalam arkeolgi, untuk menghilangkan itu. Jadi, hestek itu bukan
binatang buas, jadi dia yang ebbruru hestek itu adalah pemburu yang dungu.
Ini udah malam saya cari acar untuk
nutup ini, fiksi yang plaing saya suka, fiksi yang dibuat kopingho, kopingho
itu nggak pernah pergi ke cina tapi dia bias menggambarkan antropologi cina,
leskiping cina dan ilmu silat cina itu demikian lengkap dan smepurna sehingga
kita terbawa oleh imajinasi. Fiksi itu berbekas, dalam satu adegan silat,
kopinho tulis “ menyerang dengan pedangnya sebelum tubuh bedebah itu jatuh ke
bumi”, waktu saya smp, secepat apa pedangnya sehinga dia menyarungkan pedangnya
baru tubuh bedah itu jatuh ke bumi.
TANGGAPAN DARI GUS NUR
Pak rocky gerung, pak roky sudah dilaporkan oleh Guntur romli, abu
janda, dan sebaginya. Saya akan coba hati2 biar kata2 saya proporsional dan
normal. Satu sisi abu janda, Guntur romli dll, yang melaporkan pak rocky gerung
nggak slah, silahkan melapor walaupun dalam tanda petik ada kepentingan, dari
sisi pak rocky gerung saya tidak kenal beliau, saya penikmat pikiran berlian
beliau, saya dengar dari teman yang cvalid pak rocky gerung itu seoarng atheis.
Satu dimensi yang satunya kitab suci itu emmang fiksi, kembali ke
akar kata fiksi ketik google,fiksi secara standar makna atau arti, fiksi
Wikipedia, fiksi adalah sebuah prosa naratif yang bersifat imajiner,
meskipun imajiner tetapi karya fiktif tetaplah masuk akal dan mengandung
kebenaran yang dapat mendramatisir hubungan antara manusia dengan manusia.
Kebenaran dalam sebuah dunia fiksi
adalah keyakinan yang sesuai pandangan pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan, kebenaran dalam
karya fiksi tidak harus sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata,
misalnya kebenaran dari segi hukum, moral, agama, logika dan sebagainya. =>
definisi di wekipedia.
Kalau dari sisi benar, kitab suci itu benar, untungnya pak rocy
gerung itu tidak menyebut kitab suci secara spesifik, beliau tidak nyebut quran,
injil, satu sisi benar, saya ambil contoh, ini bulan rajab, perjalanan isra dan
mikraj, inikan fiksi. Jadi nabi menceritakan kepada umat islam mekkah saat itu,
mahasuci Allah yang menjalankan hambanya jdari masjidil haram mekkah menuju
aqsa palestin, yang kata rasul itu hanya beberapa menit saja. Dulu nggak ada
pesawat. Itukan fiksi, nabi musa dengan tongkat membelah laut, nabi Ibrahim tidak
terbakar, ini fiksi. Mekkah dan Palestine secepat itu gimana? Ternyata fiksi
ini mengandung kebenaran, rasul mengendarai Barqun (Al-Baqarah:20) yakadul
barqu yakadu absoruhum, secepat kilat/sekelapan mata (BArqun) kalau di tumpangi
maka berubah makna menjadi Burogh, kendaraan yang ditumpangi rasul, kecepatan
3000k/detik. As-sajada ayat 5 => durasi di dunia dan akhirat 1000 tahun di
dunia itu cuman 24 jam di akhirat. Sidratul muntaha => miliaran bintang,
galaxy, bintang2 di langit itu ada yang 200 juta bumi ini besarnya, jadi bumi
ini memang mahluk kecil, itu fiksi lawan katanya fiktif, oke di satu sisi memang kitab suci itu fiksi,
emngandung firman, cerita. Tapi, rocy gerung bisa tidak benar masuk
kesini, fiksi itu tidak benar bagaimana, fiksi itu juga satu senyawa yang bisa
saja terjadi dan bisa saja tidak terjadi
pak prabowo nanti 2030 indonesia bubar inikan fiksi, bisa terjadi bisa saja
tidak terjadi, sedangkan Al-Qur’an yang saya imani quran di dalamnya sesuatu
yang pasti terjadi.
Jadi gimana posisimu gus nur? Kan rocy gerung tidak menyebut
kitabnya, jadi tidak mesti kitab suci Al-Qur’an, kitab suci yang lain mungkin
saya setuju banyak unsur fiksinya (fiksi dalam arti bisa terjadi dan bisa
tidak) tapi di Qur’an kami imanai, fiksi dalam al-qur’an itu sesuatu yang
pasti.
Dari sini, jadi abu janda Guntur romli dll, silahkan saja
dilaporkan, masalahnya kan memang mereka punya kepentingan, mereka kalo ada
sesuatu yang, mereka gampang sekala nuduh orang anti NKRI, radikal, intoleran,
penistaan, anti pancasila itu Bahasa-bahsa mereka, termasuk pak fasial ibu dari
PDI mereka punya kepentingan semua, dari sisi prof, roky nya wallahu alam
pendukung pak prabiwo atau tdk punya kepentingan atau tidak, saya ngak bela
siapa-siapa, saya tempatkan posisinya. Kalau rocky gerung katakan kitab suci itu fiktif, waah saya mau di
barisan depan itu saya yang laporkan, beda fiksi dengan fiktif itu.
Fiksi itu suatu yang belum terjadi, akan terjadi, nanti terjadi dan
itu mengandung kebenaran. Cuman agak sedikit masalah fiksi itu di sandingkan
dengan kitab suci, sedikit salahnya karena memang beliau tidak nyebut kitab
sucinya secara spesifik. Fiksi itu lawan katanya fiktif, janji pak jokowi itu fiktif,
banyak janji tak di tepati, janji lama belum ditepati sudah merancang
janji-janji baru.
USTAD, ADI HIDAYAT, LC, MA
Al-Qur’an memberikan pandangan untuk kehati-hatian dalam
berkomentar, jangan cepat berkomentar, keterangan nol dokumen ini menunjukan
sesuatu maaf hal yang tidak konkrit, keterangan tanpa dalil, tanpa bukti, hakl
yang bisa, itu menunjukan rendahnya kehatia-hatian, rendahnya ilmu pengetahuan,
dan rendah hubungan kepada alllah, surah 49 ayat ke.6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ
فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا
عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang
kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah
dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas
dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan
kalian. [al-Hujurât/49:6].
Datang bawa
berita, menyimpang dan tidak seperti biasanya, maka cek dulu secara sempurna
jangan dulu berkomentar, kalimat “tabayyanu” usaha yang serius, siapa dia,
latar belakang keilmuwannya, gurunya dll, baru berikan pendapat. Kaidah mantiq:
bedakan dunia nasehat dan dunia pemikiran. Kalau dunia nasehat kaidahnya:
انظر ما قال
ولا تنظر من قال
undzur maa qoola walaa tandzur man qoola
“Lihat apa yang disampaikan namun jangan lihat siapa yang menyampaikan.”[1]
undzur maa qoola walaa tandzur man qoola
“Lihat apa yang disampaikan namun jangan lihat siapa yang menyampaikan.”[1]
Lihat
pada apa yang di sampaikan, jangan melihat siapa yang menyamapikan, meskipun
nasehat itu dating dari orang yang status sosialnya dating di bawah kita, mungkin
hanya pegawai biasa, jalanan. Tapi dalam dunia pemikiran harus di balik:
UNDZUR MAN
QOLA WALA TANDZUR MAA QOLA
Jangan
langsung dengarkan dan simpulkan apa yang di bicarakan, tapi lihat siapa yang
bicara itu.
Ada pendapat,
pemikiran, pernyataan missal “Kitab suci adalah fiksi” ini pendapat. Pemikiran itu
masuk dari informasi yang di dapat, pengethuan di ramu oleh akal, jadi konsepsi
pemikiran. Gambaran, saya sebut kuning, apa itu? Bendera, meninggal, kebakaran,
di sungai, emas, betul. Wajar memiliki perbedaan karena setiap orang mendapat
informasi yang tidak sama, kalau informasi masuk sama, maka di pastika 99% sama
dan identic pendapatnya. Tapi sumber beda, informasi lahir beda.
Kitab
suci, pernah dia baca kitab suci, pertanyaannya kitab suci apa yang dia baca? Orang
itu baca Al-Qur’an tidak? Atau jangan2 keyakinannya beda. Yang di abaca Bible,
dia menyimpulkan macam2, hasil bacaan ini kitab suci ini kitab suci yang di
abaca. Kalau di abaca Qur’an maka mustahil dia temukan fiksi dalam Al-Qur’an.
Qur’an cerita nabi adam? Fiksi itu itidak nyata, Nabi adam ada
tidak? Ada. Kalau anda mengatakan nabi adam fiksi maka andapun fiksi, karena
nabi adam itu mansuia pertama, nabi Ibrahim fiksi? Ada. Kalau nabi Muhammad bukan
fiksi maka semua yang di bawa juga bukan fiksi. Maka orang ini tidak bicara
Al-Qur’an, kalau dia tidak bicara Al-Qur’an ngapain kita perdebatkan? Jadi kritisi
dulu apa yang sedang di bicarakan.
Bagaimana
yang bicara itu muslim? Itu dia jarang
baca Al-Qur’an karena mustahil orang itu ahli quran bisa menyimpulkan quran itu fiksi. Bukankah dalam
quran ada yang belum kita dapatklan? Inianda belum paham dan kurang informasi,
persoalannya anda yang belum pelajari.
Ayat-ayat
qur’an memaksimalkan rasionalitas afala ta’qilun, afala tata jakkiruun,
analisis qur’an, semua ayat qur’an merenungkan dan menggali. I qur’an mustahil
bertentangan dengan qur’an, yang ada 2:
1.
Semua keterangan
quran diberikan oleh logika
2.
Keterangan qur’an
terlampau logis, saking logisnya akal kitatidak bisa mennagkapnya.
Tunjukan
saya bahwa matahari itu ada sinarnya, jika siang hari ada matahari bisakah anda
melihat sinarnya? Bisa menatap langsung sinarnya? Matahari ada sinar? Anda mau
lihat kelihatan nggak? Nggak, saya mau lihat tidak lihat, bukan karena
tidak ada sinarnya tapi skaing terangnya sinarnya sampai saya ngga bisa lihat,
saking terangnya kebenaran al-qur’an akal anda perlu yakin dulu, hiqma yakin
dulu. Jadi kalau peci nggak cukup dengan kepala jangan kepalanya
yang di potong, cari peci lain agar sesuai dengan ukurannya.
Kaidah
Qur’an “Jalikal kita bula raibafih” => kitab ini tidak ada keraguan, lanut
23 wainkuntum fi raibimimma nanjalna => al-baqarah 1 dan 23.
Jadi
yaqin dulu, sebab awal dari kegagalan atau kesesatan itu adalah keragu-raguan.
Banyak
membahas sesuatu yang sudah jelas, maka akan melahirkan ketidak jelasan.
USTADZ FELIX
SIAUW
Hablumminallah,
hablumminannas, hablumminan nafs (diri sendiri). Al-qur’an tidak sama dengan
karya manusia. Karya, fiksi (berdasarkan hayalan/imajinasi, bisa ajdi betul dan
bisa jadi tidka betul), non fiksi (berdasarkan penelitian/kejadian nyata/ auto
biografi), fiktif (kebohongan). Al-Qur’an fiksi itu kesalahan, kategori Al-Qur’an
fiksi sesuai karangan manusia itu ada beberapa bahaya, sebagaimana muktazilah
ketika sebut Al-Qur’an mahluk, ulama yang mendukung yaitu: yang namnya kholik
adalah satu selain itu mahluk. Ini bahaya, Al-Qur’an mahluk Allah, jadi setiap mahluk punya keterbatasan, punya
kelemahan dan akan berakhir, dia bisa salah dan bisa benar. Al-Qur’an tidak ada
kesalaha, Al-Qur’an fiksi itu jatuh novel fiksi, ini dari ranah Allah emnajdi
ranah manusia. Ulama ASWAJA al-Qur’an itu kalamullah (potensi haq, yakini). Al-qur’an
bukan fiksi.
Secara
konteks, coba lihat latar belakang orang, berdasarkan islam atau tidak. Baik yang
melapor atau dilaporkan tidak berada dalam kebenaran, yang melapor hanya urusan
politik, dan yang dilaporkankan pun tidak berada pada kebenaran.
BUYA YAHYA
Apakah
boleh kita berfikir bahwa kitab suci adalah fiksi? Orang tersebut tidak mengatakan
Al-Qur’an itu fiksi, tapi mengatakan kitab suci itu fiksi, pake kitab suci
dalam menilai harus adil. Jangan dikit2 nista agama. Orang itu jelaskan makna
fiksi, fiksi bukan fiktif, beliau sendiri jelaskan fiksi sesuai dengan penjelasanya,
fiksi bukan dusta, artinya yang sudah jelaskan dengan definisnya jangan kita katakana
penista agama, karena definisi fiksi di jelaskan. Dia menepis makna fiksi denagn
makna yang selama ini di pahami,untk bangkitkan imajanasi, jadi kalimat belum
masuk ranah penistaan karena dia mendefiniskan makna fiksi itu sendiri.
Kalau
dia benar-benar memebla agama seharusnya kemarin-kemarin lebih marah, ayat
almaidah begini, azan gebigini, jangan angina-anginan seperti ini, lagi nggak
cocok sama saya saya hantam.
Ini di
lacak sesuai sesuai dengan ahli Bahasa, kecuali dia nyebut nama kitab suci, dan
fiksi sesuai dengan kita pahami, tapi diakan sudha jelaskan disitu. Paling tidak,
dia arahakan itu untuk kitab sucinya sendiri. Pemahaman selama ini adalah bahwa
fiksi itu hayalan, menurut orang itu bukan itu suatu imajanasi yang nantinya
terjadi dan akan jadi fakta.
KONTROVERSI
KITAB SUCI
Tanggapan Prof.
Rocky Gerung.
Dari
3 pertanyaan sisi sebelah kiri, saya sudah curiga ini akan berakhir pada deli,
saya tau konsekwensinya, dan itu konsekwensi yang bodoh. Saya jengkel karena
kata fiksi itu di hina oleh public, di hina oleh politisi dan saya mau
luruskan, jadi karena jengkel saja, bukan akrena kemarahan. Serin kali kita
menerima sesuatu tanpa mendalami persoalan, saya terakngkan perbedaan fakta,
fiktif, dan fiksi itu.
Kitab
suci apa ini? Itu pertanyaan dungu, kalau dia politisi tidka boleh menanya
persoalan privat ke saya, menanyakan kitab suci spesifik itukan nurani orang,
privat orang. Artnya dia nggak ngerti itu politisi, jadi ada etik dalam
pergaulan demokrasi orang nggak boleh bawa privat, agma anda apa, kitab suci
anda apa.
Saya
melihat Negara itu tidak bisa mengatur percakapan antar warga Negara, sehingga
blok-blok gitu, jadi yang nggak toleransi itu Negara, nggak urusi ini dia sibuk
denagn segala macam hal, sehingga wilayah kebudayaan membeku.
Pisahkan
agama denagn politik, pak rocy gimana? Sebagian orang anggap tidak mungkin di
pisahkan, karena ada beberapa dalil dalam agama yang mencampuri urusan privat
tapi itu adalah hal yang akan mengganggu kita, jadi urusan syurga yang sangat
suci, jangan di bawa ke bumi dan politik.
Kalau
Negara gagal mengfungsikan akal sehat, maka kampus harus menganbil alih tapi
kemudian dianggap saya hanya mengkritik dan tidak memberi solusi, loh kata
kritik itu artinya mengurai, membongkar, solusi artinya mengutuhkan, jadi bukan
tugas saya mencari solusi.
Knp krtikik
jokowi saja? Sby dulu? Sebenarnya kritik saya terhadap SBY sangat tajam, trapi
orang nggak mau lihat, saya aksih pidato tajam sekali satu jam itu, saya kasih
kuliah umu, tajam sekali waktu itu, apa yang tidak saya krtisi.
MD 3
=> saya krtisi, DPR itu utusan saya ke perlement, jadi saya bisa panggil
ulang, dan ketika mau di pangggil maka merek abikin itu MD tiga. DPR =>
mengemis suara rakyat, begitu sampe sana malah kuat, dasarnya apa? IMUNITAS,
yah yang meski imunitas itu saya, masa anjing saya gonggongi saya, itu yang
disebut Watch dog, dia harus menggonggongi pemerintah, bukan menggonggongi saya
sebagai pemilihnya.
Pilpres
2019? Elaktabilitas 2, jokowi dan prabowo, 2014 pak rocy dmn? Kalau secara ideology
dll, kita pro orang yang Civil society, (jokowi). Jokowi JK di Tanya oleh
wartawan tentang Hak asasi mansuia ? Llau timnya menajwab JK ngomong, HAM bukan
prioritas kami, lalu saya berhenti mendukung.
Ada figur
calon? Saya tidak bicara figur, kalau figur berarti kita sudah tahu jalannya,
kita bicara jalannya bukan figurnya, sebab kalau sudah ada jalannya nanti figure
akan ketemu.
15
tahun nggak ambil gaji? Iya, saya kaish asisten, kaish kampus, ngapain ambil
saya nggak miskin. Lebih dari cukup hidup saya, yang penting saya nggak miskin.
Kalau miskin saya minta gaji saya 15 tahun. Saya memang suka naik gunung, Himalaya,
papua. Sumber ekonomi? Saya ceramah, perusahaan. Sya tidak masalahkan dia
mau ajdi politik hebat atau bagaimana, yang penting saya punya pengetahuan,
kalau ambil silahkan, tidak perlu tau dia mau jadi apa, itu utrusan dia, maling
kek, bajingan kek, sopan kek. Saya hanya bertanggung jawab ketika
dalilnya dia pertahankan di depan saya dalam perdebatan setelah itu buan urusan
saya. Pendidik maling juga lebih berguna, ambil saja, saya nggak ada untungnya
dengan kehidupan orang, satu detik setelah wacana debat saya.
Saya
teman baik denagn ahok dari dulu, hanya saja waktu ada penggusuran itu saya
tidak setuju, karena dengan dalih dan logikanya nggak benar, mau di pindahkan
ke tempat baru, mereka itukan punya cita sebenarnya bukan hanya tenmpat tinggal
dan kehidupan, cita-cita hidup itu yang penting, jadi bukan hanya bikin gedung
baru dan buatin gedung, karena di tempat yang di gusur itu akar kebudayaan dan
cita-cita mereka.
Saya
nggak tau kenapa ayah saya dan ibu saya berunding memberi nama Rocy, yah saya
kira itu dulu jaman colonial masih ada hubungan dengan belanda. Rocky itu nama
marga, gerung artyinya mengupas, tajam, yah itu ndak masalah, saya pake nama
lain juga nggak masalah.
[1] “Undzur
ma qala wa la tandzur man qala,”
kurang lebih artinya perhatikan apa yang dikatakan, jangan memperhatikan siapa
yang mengatakan. Begitulah pesan seorang sahabat Nabi yang mendapat julukan
sebagai pintu gerbang ilmu, Ali bin Abi Thalib Ra. Sebuah pesan agar dalam
usaha mencari kebenaran, hendaknya kita memusatkan diri pada substansi
kebenaran, bukan pada siapa yang mengucapkannya.
Malam
itu untuk ketiga kalinya maling pendusta itu tertangkap basah oleh Abu
Hurairrah ketika sedang beraksi mencuri makanan milik kaum muslimin.
Kata Abu Hurairah “Sungguh akan aku bawa
menghadap Rasulullah saw. Ini adalah kali yang ketiga kau datang. Padahal kau
telah berjanji tidak akan kembali, tapi ternyata kau balik lagi.”
Kata orang itu, “Lepaskanlah aku, akan aku
ajari kau beberapa kalimat yang Allah memberikan manfaat pada kalimat-kalimat
itu.”
“Apa itu?”.
“Jika engkau hendak tidur, bacalah ayat kursi.
Karena Allah akan menjagamu sampai kau bangun, dan syetan tak akan berani
mendekatikmu.”
Lalu Abu Hurairahpun membebaskannya. Besok
Rasulullah saw bertanya kepada Abu Hurairah tentang tawanannya semalam. Kata
Abu Hurairah, “Wahai Rasulullah, dia menyangka bahwa dia telah mengajariku
beberapa kalimat yang bermanfaat bagiku, maka aku bebaskan dia.”
“Apa itu?” kata Nabi.
“Dia berkata padaku agar aku membaca ayat kursi
sebelum tidur. Dan apabila aku membacanya, maka aku akan dijaga oleh Allah
sampai subuh dan tidak akan ada seytan yang mendekatiku,” jawab Abu Hurairah.
“Ketahuilah, sesungguhnya dia telah berkata
jujur padamu padahal sebenarnya dia itu pendusta. Tahukah kau siapa orang yang
kau ajak bicara selama tiga malam ini, hai abu Hurairah?”
“Tidak.”
“Dia itu adalah setan.” (Hr. Bukhari)
Lihat kisah dalam hadits di atas, bagaimana
setan mengetahui fadilah ayat kursi, padahal itu sama sekali tidak ada gunanya
bagi dirinya. Malah Abu Hurairah yang memanfaatkan apa yang diajarkan setan
kepadanya. Begitulah setan, terkadang dia mengetahui sesuatu yang bermanfaat
bagi orang lain, tapi tidak ada manfaatnya bagi dirinya sendiri. Demikian pula
dengan manusia. Terkadang seseorang mengetahui hal-hal yang baik dan berguna
bagi dirinya, namun ia tidak mengamalkannya. Lalu ilmunya diambil oleh orang
lain dan bermanfaat.
Orang-orang model beginilah yang disinyalir
oleh Allah swt dalam firman-Nya, “Apakah kalian menyuruh orang-orang untuk
berbuat baik sementara kalian melupakan diri kalian sendiri padahal kalian
membaca al Kitab?” (Al Baqoroh 44).
Dalam ayat lain Allah berfirman, “Wahai orang-orang
yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan? Besar
sekali kebencian di sisi Allah kalau kalian mengatakan apa-apa yang tidak
kalian kerjakan.” (Ash-Shoff 2-3)
Namun meskipun mereka “cuma pintar ngomong”,
bukan berarti kita tidak boleh mengambil perkataan mereka. Selama itu tidak
melenceng dari al-Qur’an dan sunnah, boleh saja kita mendengarkan apa yang
mereka katakan. Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Undzur maa qoola, walaa
tandzur man qoola” Lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan kau melihat siapa
yang mengatakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar