“7 (TUJUH) GOLONGAN YANG DI NAUNGI ALLAH DI HARI KIAMAT”.
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ
الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ،
إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
Sodara-sodara kaum
muslimin rahimakumullah.
Salah satu dari
rukun iman yang keenam mengajarkan kepada kita untuk beriman dengan adanya hari
akhir. Hari yang dimulai dengan kehancuran alam ini yang dalam istilah keren
nya di sebut The last day of the worlds Dimana air laut tampuh kedarat,
planet-planet bertabrakan, gunung-gunung meletus, bumi gempa lalu semua yang
bernama hidup mati, terjadilah kebangkitan dalam mati itu dalam kehidupan yang
disebut kehidupan akhira. Pada kehidupan akhirat itulah Allah jelaskan dalam
surah abasa ayat 34:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ
أَخِيهِ . وَأُمِّهِ
وَأَبِيهِ . وَصَاحِبَتِهِ
وَبَنِيهِ . لِكُلِّ
امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
Artinya:
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari
istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan
yang cukup menyibukkannya.” (Qs. Abasa: 34-37).
Hari
yang dimana setiap orang akan lari dari sodaranya, dari bunya dan bapaknya,
dari istrinya dan anak-anaknya. Setiap orang pada hari itu disibukkan oleh
persoalannya sendiri-sendiri. Sehingga sangat boleh jadi hari itu orang tua
tidak lagi sempat memikirkan anaknya, seorang suami tidak lagi sempat
memikirkan istrinya. Tiap orang sibuk dengan persoalannya sendiri-sendiri untuk
mempertanggung jawabkan kegiatan hidup ketika di dunia ini. Dalam keadaan
semacam itu dimana orang disibukkan dengan persoalan dengan persoalannya
masing-masing.
Ada
7 golongan manusia yang mereka tenang-tenang saja, orang lain bingung mereka
kalem, orang lain kepanasan mereka mendapat keteduhan. Siapa mereka? Bersumber
dari sebuah hadis dimana rasulullah saw. Bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي
ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ:
اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ
بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ
تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دعته
امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ
يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Artinya:
“Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan ‘Arsy Allah Ta’ala
dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan Allah Ta’ala. Yaitu:
Pemimpin yang adil, Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta’ala,
Seorang yang hatinya senantiasa bergantung di masjid, Dua orang yang saling
mencintai karena Allah Ta’ala. Mereka berkumpul karena Allah dan
mereka pun berpisah juga karena Allah Ta’ala. Seorang yang diajak
wanita untuk berbuat yang tidak baik, dimana wanita tersebut memiliki kedudukan
dan kecantikan, namun ia mampu mengucapkan, “Sungguh aku takut kepada Allah”.
Seorang yang bersedekah dan dia sembunyikan sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. Seorang yang mengingat
Allah dalam keadaan sendirian sehingga kedua matanya meneteskan air mata”.
Pertama,
اْلإِمَامُ الْعَادِلُ (Imam yang adil).
Siapasih
pemimpin itu dan apa artinya adil?. Sodara hadirin, secara umum yang dinamakan
adil ituبَىْنَ الأَمْرَىْنِ اَتَّوَا سُتْ orang yang pandai mengambil sikap jalan tengah
dari dua persoalan yang di hadapinya. Biasanya tidak berat ke kanan dan juga
tidak berat ke kiri. Orang yang tidak hanya sekedar menuntut kewajiban
seseorang tapi juga bisa memberikan hak kepada orang itu, itu juga disebut
adil. Lalu pemimpin itu siapa? Setiap kita adalah pemimpin yang besar kecilnya
kepemimpinan kita bergantung kepada apa yang kita pimpin dan sudah barang tentu
bahwa setiap pemimpin akan dimintakan pertanggung jawaban dari apa yang
dipimpinnya.
Oleh karena
itu pemimpin merupakan suatu amanah, jabatan disamping dia merupakan amanah
juga merupakan nikmat dan nikmat itu akan bergantung pandai atau tidak kita
mensyukurinya. Beberapa contoh dalam sejarah kita lihat, seorang bernama umar
bin abdul aziz pada saat beliau secara aklamasi dipilih jadi pemimpin, dipilih
jadi presiden. Ucapan yang pertama keluar dari mulutnya إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. Coba bayangkan ini dipilih jadi pemimpin,
diangka jadi presiden bukan Alhamdulillah malah Innalillahi,
kenapa? Karena dia menganggap bahwa jabatan itu adalah amanah menyianyiakan
amanah berarti khianat dan khianat ini adalah dosa besar. Pantas jikalau Allah
SWT. peringatkan bahwa nikmat akan jadi azab kalau kita tidak pandai
mensyukurinya:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs. Ibrahim:
7).
Kalau kau pandai mensyukuri aku tambah nikmatku tapi kalau
kamu tidak pandai bersyukur awas azab ku sangat pedih. Jadi berdasarkan logika
dari ayat ini bisa kita katakana orang kaya bisa masuk syurga karena hartanya
pun orang kaya banyak yang masuk neraka juga gara-gara hartanya bergantung
syukur apa tidak. Orang alim bisa masuk syurga karena ilmunya pun orang alim
bisa masuk neraka karena ilmunya. Pejabat itu bisa masuk syurga karena
jabatannya pun bisa terjungkal ke neraka juga karena jabatannya bergantung
syukur apa tidak.
Setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintakan pertanggung
jawaban. Dan yang memebri saksi nanti diakhirat bukan orang lain tapi anggota
tubuh kita sendiri, dalam surah yasin Allah jelaskan:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ
وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Pada hari ini Kami tutup
mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah
kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Qs. Yasin: 65).
Adakan di surah yasin itu? Ayat berapa? Pokoknya yasin dah,
daripada repot-repot pokoknya yasin itu aja biar urusan lancer. Pada hari itu
kami kunci mulut mereka jadi tidak pandai lagi mulut ini bicara. وَتُكَلِّمُنَا
أَيْدِيهِمْ dan tangan-tangan mereka yang akan bicara kepada kami, وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ kaki-kaki
mereka akan memberikan kesaksian بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ terhadap apa saja yang pernah mereka lakukan dalam kehidupan di
dunia ini.
Nha, lalu masalahnya kita mesti berlaku adil
sama siapa saja sih? Ada 3 hal pokok yang kita harus berlaku adil:
Pertama, adil kepada
Allah. Artinya apa? Mendahulukan hak Allah dari kepentingan pribadi, kalau
sudah datang waktu sholat ashar, lagi sedang-sedang enak latian folly
berhentilah dulu sebentar sholat kita, adil kepada Allah.
Kedua, adil sesama
mahluk. Adil kepada manusia, adil kepada binatang, adil kepada alam yang kalo
prinsip keadilan itu kita langgar itu akan membawa efek bagi kita sendiri.
Manusia sekarangkan tidak adil kepada alam, misalnya apa? Hutan di tebangi
secara liar, gunung-gunung menjadi gundul akibatnya ketika turun hujan terjadi
erosi, banjir melanda kemana-kemana, tanah longsor terjadi.
Ketiga, adil kepada
diri sendiri. Bagaimana pengertian-Nya? Mata ini punya hak untuk tidur,
begadaaang mulu tiap malam, tidak adil kepada mata itu. Ini yang ketawanya
paling kenceng pasti tukang begadang inih.
Kedua,
وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ
(anak muda yang beribadah kepada Allah).
Anak
muda yang tekun beribadah kepada Allah, anak muda yang rajin ibadah. Kenapa kok
nabi bilang anak muda bukan orang tua. Apa orang tua yang rajin ibadah Allah
gak seneng? Tentulah Allah sennag. Cuman Allah lebih sennag lagi kalo ada anak
muda yang rajin ibadah, sebab apa? Kondisi psikologis kalau ada orang tua rajin
ibadah itumah pantes, emang udah waktunya. Lagian kalo udah 70-an masih bandel
aja kapan mau tobat. Tapi kalo ada anak muda darahnya masih mengalir dengan
panas, dia masih berusaha mencari bentuk-bentuk kepribadian dalam dirinya, dia
masih terpengaruh oleh lingkungan tapi dia sanggup memblokir itu di salurkannya
di jalan Allah dia tekun beribadah. Allah cinta betul pemuda semacam itu.
Pak
ibadah itu apasih? Apa mesti kemana-kemana bawa tasbeh, mungkin. Apa mesti pake
peci terus, bisa ajdi. Apa mesti kemana-kemana pake sarung, tidak juga.
Ibadahkan artinya luas, segala perbuatan yang diperintah dan karenanya
bertujuan mencapai ridha Allah itu bernama ibadah. Menuntut ilmu, ibadah. Taat
kepada orang tua ibadah. Jadi tidak sekedar sujud, baca Al-Quran seluruh aspek
kehidupan manusia yang diperintah Allah dan bertujuan mendapat ridho Allah itu
bernilai ibadah.
Masa
muda itu masa yang paling indah sampe orang kulon berkata bahw atidak ada masa
yang lebih selain masa muda. Tapi masa muda yang katanya indah itu sebentar,
sebentar seklai. Kalau kita tidak pandai memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya
boleh jadi dia akan hilang tanpa ada artinya buat hari depan. Jangan sepertio pepatah
katanya Kelapa muda katanya kupas-kupasin kelapa tua tinggal batoknya
semasih muda puas-puasin udah tua tinggal bongkoknya. Iyalah kalo di
puas-puasin ibadah. Puas-puasin dalam arti yang positif boleh, mumpung masih
muda puas-puasin menuntut ilmu, mumpung masih muda puas-puasin ibadah.
Puas-puasin dalam arti yang positif tentu saja bagus. Tapi kalo sudah
puas-puasin dalam arti menghambur umur untuk
sesuatu yang mubajir, bergadang di pinggir-pinggir jalan lalu mulai
berkenalan dengan morfin, narkotik, terperangkap oleh budaya-budaya modern yang
menyesatkan, terpancing oleh model-model baru yang kelihatannya menarik padahal
tidak bermanfaat. Entoh pada akhirnya akan mendatangkan penyesalan pada diri
kita sendiri.
Banyak
kreasi-kreasi positif yang sesuai dengan jiwa remaja ketimbang mengadakan
sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Pemuda yang taat beribadah kepada Allah,
nilai positifnya apa? Dia punya sandaran vertika; kepada Allah, jiwanya besar,
jiwanya mandiri dan ini yang kita perlukan pemuda yang siap jadi pelopor,
pemuda yang sanggup mandiri dan bukan membanggakan keturunan leluhurnya kata
pepatah generasi yang baik adalah generasi yang punya kejayaan masa lalu dan
buat mereka sendiri mampu membuat kejayaan yang baru. Artinya nenek
moyangnya memang orang-orang terhormat tapi dia mampu mandiri, mederitakan
kehormatan bagi dirinya sebalinya generasi yang paling jelek adalah generasi
pemalas yang kalo orang lain kelihatannya lebih hebat dia sebut-sebut nenek
moyangnya, “lu sih belum apa-apa bapak gue dong, bapak gua katanya. Lu sih
belum apa-apa om gu saya dong, kakek saya dong”. Kerjaannya cuman membanggakan
leluhur dia sendiri tidak ada apa-apa nya. Ini generasi paling jelek, kalau
orang lain kelihatan lebih hebat dia sebut leluhurnya sementara dia sendiri nol
nilainya.
Ketiga, وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ
(seseorang yang hatinya selalu terpaut kepada masjid).
Apa arti
terpaut kepada masjid? Apa orang yang gak pernah keluar dari masjid tentu saja
bukan apa gunanya di dalam masjid kalau kerjaannya cuman tidur doang. Maksud
terpaut kepada masjid ini hatinya sellau berfikir bagaimana memkamurkan masjid.
Jasadnya boleh saja ada di kantor, di pasar, di sawah, tapi hasil dari usahanya
dia sellau berfikir bagaimana memkamurkan masjid. Sebab masjid merupakan central
of activity pusat daripada kegiatan ummat.
Sebab di
masjid itu terjadi dua komunikasi, Bahasa kerennya two communication dua komunikasi hablumminallah wahablumminannas, berhubungan dengan Allah dan
berhubungan dengan manusia bisa terlaksana di masjid. Berhubungan dengan Allah
jelas saya sholat misalnya. Berhubungan dengan sesama manusia jelas saja lewat
musyawwarah, majelis ta’lim. Memakmurkan masjid sebagai rumah Allah, sebab
dalam hadis Qudsi Allah berfirman:
إِنَّ
بُيُوْتِي فَيْ أَرْضِيْ الْمَسَاجِدِ، وَإِنَّ زُوَارِيْ فِيْهَا عُمَارُهَا
Artinya:
“Rumahku di permukaan bumi adalah masjid-mesjid dan orang-orang yang
memakmurkan masjid adalah tetamuku”.
Kalau Allah memerintahkan kita
menghormati tamunya sendiri, Allah mengajarkan kita hormatilah tamumu. Sekarang
kita yang emnjadi tamunya Allah dengan datang kemesjid dan memakmurkan masjid
Allah lebih tahu emnghormati tamunya.
Keempat, وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا
عَلَيْهِ (Dua orang yang saling
mencintai karena Allah Ta’ala. Mereka berkumpul karena
Allah dan mereka pun berpisah juga karena Allah Ta’ala).
Bersodara
karena Allah bukan karena orang punya pangkat tinggi lalu kita temani bukan
karena orang kaya lalu kita dekati tapi karena Allah. Kamu di jalan Allah mari
kamu sodara saya, kamu keluar dari jalan Allah maaf sajalah bawalah dirimu
sendiri saya akan emmbawa diri saya, lebih baik sendiri daripada berteman
jahat. Maksudnya apa ini? Sederhana dalam benci, sederhana dalam cinta,
ukurannya karena Allah. Al-Quran mengisyaratkan:
……وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا
وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ
وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ
Artinya: “……….. Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.”
(Al-Baqarah: 216).
Sangat boleh jadi kata Allah kamu menyenangi sesuatu padahal
akibatnya tidak baik bagi kamu dan sangat boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal akibatnya baik bagi kamu. Nah, Mario kita lihat kalo orang bersaudara
cuma karena temannya itu punya pangkat tinggi. Saya yakin kalau temannya
pensiun persaudaraan akan selesai sampai di situ. Kalau kita mencari teman
karena dia kaya suatu saat dia jatuh bangkrut miskin persaudaraan akan selesai
sampai di situ tapi kalau karena Allah yang bisa memisahkan kita apabila orang
sudah keluar dari jalur yang di ridhoi Allah SWT.
Oleh karena itu mari kita menjalin persaudaraan dalam bentuk
yang ideal yang diajarkan oleh islam nilai persaudaraan yang diikat oleh akidah
kalaupun harus benci, bencilah sederhana tidak abis-abisan ngebenci orang,
kalaupun harus cinta, cintailah sederhana. Boleh jadi yang hari ini paling kita
benci besok kita senangi, mungkin hari ini yang kita cintai besok menjadi yang
kita benci, sederhana saja tidak usah berlebih-lebihan. Kalau nilai
persaudaraan bisa kita wujudkan tali persaudaraan yang di ikat oleh keimanan
maka dari persaudaraan semacam itu in sya Allah kita bisa bebruat banyak untuk
kepentingan diri, keluarga, masyarakat.
Kelima, رَجُلٌ دعته امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ
أَخَافُ اللهَ (seorang
laki-laki yang dipanggil oleh perempuan cantik, laki-laki normal di panggil
oleh perempuan cantik, untuk apa? Diajak melakukan yang negative tidak ada
orang yang tahu tempatnya sepi, tapi dia berkata إِنِّيْ
أَخَافُ اللهَ رَبُّ الْعَالَمِىْنَ maaf saja saya takut kepada Alalh).
Orang
yang bermoral nanti diakhirat akan langsung dilindungi oleh Allah tidak mudah
jatuh oleh bujuk rayu, tidak mudah terpesona oleh wajah-wajah yang menggiurkan.
Seperti dalam sejarah terkenal itu nabi yusuf A.S. kenalkan nabi yusuf? Nabi yusuf
itu bekerja di istana kitfir, kitfir ini punya itri namanya zulaikha orangnya
cantik. Diam-diam zulaikha ini rupanya naksir sama yusuf. Satu hari suaminya
tidak ada dirumah pintu di kunci-kunciin setelah semua pintu terkunci dia
panggil nabi yusuf, “hai yusuf, sini!”. Kata yusuf, “mau ngapain?, jawab
zulaikha, “pokoknya sini!”, Tanya yusuf, “iya mau ngapain?”, jawab zulaikha, ya
kaya orang-orang, ngapain sih!”. Sebenarnya zulaikha senang pada yusuf dan
yusuf pun demikian, وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا
zulaikha menyennagi yusuf, yusufpun menyennagi zulaikha. Tapi apa? لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ andai kata yusuf
tidak melihat peringatan Allah, “yusuf ini letter es, ini bukan pekarangan ente
dilarang parker disini”. Sehingga walaupun tidak ada yang tahu tidak ada yang
melihat nabi yusuf selamat dari bujuk rayu zulaikha.
Mempertahankan
nilai-nilai moral di tengah kemajuan zaman, memang merupakan pekerjaan yang
tidak ringan merupakan pekerjaan yang sangat berat aka nada saja cobaan.
Gangguan yang kita temui disepanjang perjalanan hidup ini tapi sebaiknya kalau
orang tidak lagi menjunjung tinggi moralitas hidup menurut selera
sendiri-sendiri ya kita lihatlah kebudayaan kumpul kebo yang di awali dengan
free sex yang mengarah pasa saman liven alias hidup bersama tanpa nikah. Memang
sebab boleh jadi macam-macam, mungkin karena broken home, merasa tidak
diperhatikan dirumah, ibu bapak suibuk lalu anak mencari kesibukan sendiri,
mungkin karena tekanan ekonomi dalam kehidupan miskin lalu ada yang menawarkan
pekerjaan, lalu tidak Tanya dilemparkan ke lembah hitam, mungkin juga karena
pengaruh pergaulan dari lingkungan yang baik-baik lalu berteman dengan yang
tidak baik. Hanyut dalam arus pergaulan, mungkin juga pengaruh kebudayaan. Tapi
apapun pengaruhnya yang jela semuanya berangkat dari rapuhnya pegangan orang
terhadap nilai-nilai agama sebab sembari bernilai moral tinggi tidak lain agama
intinya. Intinya apa? Intinya tidak lain orang yang beragama itu meyakini bahwa
kemanapun dia pergi, dimanapun dia berada Allah selalu melihat yang dilakukan:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.
Artinya: ”Hendaklah
engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau
tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Itu yang kita pelajari
dalam ihsan, engkau beribadah kepada Allah seolah-olah kau melihat Allah,
kalaupun Allah tidak engkau lihat tapi yakinlah Allah melihatmu. Jadi kalau
saya sendiri yang kedua itu Allah. Di bujuk rayu oleh cewe cakep, “udahlah bang
gak ada orang cuman berdua ni”, jawab cowoknya, “nggak kita nggak berdua,
bertiga!”, kata si cewek, “berdua bang” kata cowoknya, “bertiga!”, Tanya si
cewek, “yang ketiga siapa?”, jawab cowok, “Lu, gue, Allah! Tiga”. Di kantor dia
mau korupsi gasak-gusuk cari apa yang seharusnya menjadi hak orang lain, tapi
dia tidak sendiri dia berdua dengan Allah.
Mersakan kehadiran Allah
dekat dalam hidup. Nilai moral semacam ini, menyelamatkan masyarakat. Karena
itu untuk adek-adek remaja sebenarnya, yang paling mahal dalam dirimu adalah
harga diri kalau itu sudah terjual dan tergadai apalagi yang bisa kamu
banggakan dalam hidup ini. Titel yang berenteng, barangkali harta yang banyak,
tidak akan banyak manfaatnya kalau sudah dimulai dari kehancuran harga diri.
Jagalah itu baik-baik, pelihara nilai-nilai moral, makin pandai kau jaga diri
in sya Allah makin mahal hargamu dalam pandangan manusia lebih-lebih dalam
pandangan Allah. Pantas kalau pepatah mengatakan: suatu bangsa akan tegak
kalau dia masih mempunyai nilai moral bila hancur moral itu hancur jugalah dari
ketegakkan bangsa itu sendiri.
Keenam, رَجُلٌ
ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
(seseorang
yang mengingat Allah dalam kesunyian lalu berlinang air mata).
Tengah
malam dia bangun bertahajjud kepada Allah, gemersik tikar tersentuh tangan lalu
berlinang air mata, tengah malam dia bangun bertahajjud kepada Allah, gemersik
tikar tersentuh tangan lalu lambaiyan tangan malaikat maut, menyerenggut
terbayang segala dosa dan kesalahan lalu air matapun tanpa terasa berurai
membasahi pipi.
Orang
yang mengingat Allah dalam kenyanyian. Hadirin, tidak ada orangnya itu yang
tidak punya dosa. Coba saya mau Tanya, yang kumpul disini ada nggak orang yang
nggak punya dosa? Tidak ada. Dan memang orang yang baik itu bukan orang yang
tidak punya dosa sebab tidak ada orangnya yang tidak punya dosa, orang yang
baik adalah orang yang apabila melakukan kesalahan/dosa dia segera sadar
dijadikannya itu sebagai pelajaran untuk tidak di ulangi lagi pada masa yang
akan datang. Dengan kata lain mengingat Allah dalam kesunyian itu artinya
bertaubat.
Inikan
anak muda sekarang ini kalau diajak bicara taubat, “ah, taubat mah urusan 70
keatas pak! Kita ini masih lama”. Padahal masalah tobat bukan masalah tua,
masalah tobat adalah masalah dosa, masalah dosa adalah masalah manusia sejak
dia akil balig sampai dengan kehidupannya yang sekarang sengaja atau tidak
sengaja besar atau kecil, ringan atau berat, tiap kita mesti mempunyai yang
namanya dosa. Allah maha menerima taubat sepanjang nafas belum sampai di
kerongkongan, jika nafas sudah sampai di tenggorokan baru kita mau melaksanakan
yang namanya tobat. Para ulama mengatakan:
لاَ صَغِيْرَةَ مَعَ الْاِسْتِمْرَارَ
وَلاَ كَبِيْرَةَ مَعَ الْاِسْتِغْفَارِ
Artinya: “Tidak ada dosa kecil apabila
dilakukan terus-menerus,
Dan tidak ada dosa besar apabila diiringi dengan istighfar.”
Permohonan ampun kepada Allah, jadi jangan menganggap, “ah
ini dosa kecil”. Di tumpuk-tumpuk lah jadi gede juga. Tidak ada dosa yang kecil
jikalau dikerjakan terus menerus dan tidak ada dosa yang besar kalau di iringi
dengan istigfar. Dalam kehidupan ini, apabila dosa sudah ditumpuk, maksiat
merajalela, mungkarot menjadi-jadi, Allah tidak akan segan-segan menurunkan
azab. Azab itu bisa dalam bentuk bencana alam, banjir namanya, kebakaran
merajalela namanya, gempa bumi, bendungan pecah, atom bocor. Sebab apa? Al-Quran memberikan jaminan:
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ
وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ……
Artinya: “………. Dan tidaklah (pula)
Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (Qs. Al-anfal: 33).
Jadi hakekatnya kita ini berhutang jasa kepada para ulama yang rajin sujud, lantaran
mereka barangkali azab tidak diturunkan oleh Allah. Kalau sudah melihat banyak
mungkarot dan maksiat, mengingat Allah dalam kesunyian, tengah malam waktu yang
bermustajabah terutama 1/3 malam akhir situasinya lain. hati bergetar, segala
kekeliruan yang pernah kita lakukan lalu terbayang dan air mata tanpa terasa,
tanpa di undang bahkan berurai membasahi pipi, ya Allah alangkah nikmatnya
suasana macam itu. Menciptkan perasaan dekat dengan Allah, terwujud kedamaian
batin, ini yang banyak di cari orang sekarang. Pergi ke goa-goa menyendiri.
Al-Quran punya resep:
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ…..
Artinya: “Orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’du: 28)
Ketahuilah dengan banyak mengingat Allah hati menjadi
tenang, jiwa menjadi lapang. Sekaranglah kita merenungi dosa kita, nanti kalo
sudah kiamat, akhirat, yang tinggal hanya penyesalan, dan ada yang berkata:
يَا
لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا
Artinya: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah
tanah". (Qs. An-naba: 40).
Oh celaka andai kata bisa balik jadi tanah saja dulunya
jangan jadi orang, kalau dulu kita jadi tanah gak tanggung jawab apa-apa. Ini
jadi orang mesti tanggung jawab, ini bagaimana ini. Ada yang berkata:
مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ. هَلَكَ
عَنِّي سُلْطَانِيَهْ
Artinya: “Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah
hilang kekuasaanku daripadaku". (Qs. Al-haaqa: 29).
Ternyata harta yang saya bangga-banggakan tidak emmbawa manfaat
hari ini, ternyata jabatan yang pernah saya duduki telah merusak saya hari ini.
Tinggal lagi penyesalan karena kelalaian memanfaatkan waktu hidup dalam
kehidupan dunia ini.
Ketujuh, رَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ
يَمِيْنُه (seseorang
bersedekah lalu dia ikhlas dengan sedekahnya tangan kirinya tidak tahu apa yang
diberikan oleh tangan kanannya).
Orang yang pemurah, orang yang menyadari bahwa apapun yang dia
punya dalam hidup ini hanya sekedar titipan , fungsinya lalu seperti keran yang
menyimpan air tapi di salurkan lagi kepada yang memerlukannya. Alangkah
nikmatnya kalau Allah memberikan kepercayaan kepada kita untuk menjadi penyalur
distributor rezeki. Kalau kita ingat kemari, berfikir kearah itu tidak akan
saying lagi, “enak saja yang peras keringat gue, banting tulang gue, sampean
datang-datang mau minta”. Mungkin rezeki dia cuman lewat tangan kita. Tidak ada
orang yang jatuh bangkrut lantaran bersikap pemurah dan tidak ada orang yang
kaya raya lantaran dia bakhil alias pelit bin kikir alias medit.
Dalam kitab riyadussholihin tiap pagi di alam ini turun dua
malaikat yang sebelah kanan dan yang sebelah kiri. Sebelah kanan berdoa اَلَّلهُمَّ اَعْطِىْ مُنْفِقَه هَلَكَ ya
Allah kepada orang-orang yang suka memberi, kepada orang-orang yang pemurah,
berilah kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka berikan.
Lalu malaikat yang satu berdo’a: ya Allah kepada orang-orang yang مُمْتِك bakhil, kikir, berilah mereka kerusakan dan
kebinasaan dengan harta mereka. Maka liat sajalah orang kaya tapi
pelit. Ada saja jalan-jalan yang emmbuat duitnya bakalan jadi keluar dan gak
ada pahalanya. Apa kena musiba, lalu berobat sekian juta, apa kemalingan. Ada
saja duitnya keluar yang tidak ada pahalanya. Inilah prinsipnya Allah mencintai
orang pemurah dalam hadis qudsi:
اُحِبُّ
الْغَنيْ السَّحِيْ وَحُبيْ لِلْفَقِيْرِ السَّحِيْ أَشَد
Artinya:
“Aku cinta pada orang-orang kaya yang pemurah tapi aku lebih cinta orang fakir
yang pemurah.”
Islam mengakui hak milik pribadi
tapi harus berfungsi social. Di dalam harta yang kita miliki itu adahaknya
masjid, ada haknya yatim, ada haknya madrasah. Dan Allah SWT bisa merubah
nikmat menjadi azab kalau kita tidak pandai mensyukurinya. Bersyukur kalau di
berikan harta, artinya mempergunakan harta itu sesuai dengan kehendak yang
memberinya. Allah memebrikan harta kepada kita, apa yang Allah kehendaki supaya
harta itu berfungsi social, milik pribadi silahkan tapi berfungsi social.
Kita terus ternag saja umat islam
ini bukan tidak pandai menggali potensi tapi tidak pandai mengintralisir
potensi. Apa tidak ada orang islam yang kaya? Banyak, tapi yang belum banyak
yang mau berbuat atas nama dan untuk kepentingan agamanya. Kalau buat
pribadinya berani bukan main, itulah yang sering di ungkapkan orang pembangunan
pesantren terlunta, asrama yatim piyatu
tidak terurus. Ada orang yang membangun masjid, meletakkan batu pertama sekaligus
batu terakhir, setelah itu لَا
يَمُوْتُ وَلَايَحْيَا mau di bilang hidup
tidak keliatan, mau di bilang mati pun tidak ketahuan kuburnya.
Kurangnya kesadaran akan arti
amanah dan titipan dari Allah, lahirlah Qorun-qorun abad ke-20. Sodara tahu
sejarah Qorun? Saking kayaknya Qorun itu, kunci gudang hartanya itu onta yang
bawa. Itu baru kunci. Ada orang bertanya, اَنَّ لَكَ
هَذَا يا قَرُوْنَ hartamu begini banyak dari mana kamu dapatkan?
Jawab Qorun, “Ya saya usaha, apa hubungannya sama tuhan”. Apa yang terjadi
lantaran kekurangajarannya melupakan nikmat Qorun dan seluruh hartanya di
tenggelamkan Allah oleh gempa bumi. Makanya kalo orang sekarang macul ketemu
harta apa katanya?, “gue dapat harta karun”. Peninggalan si Qorun itu
barangkali dahulunya.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Oleh karena itu, jikalau kita diberi harta oleh allah, pandailah
bersyukur dan jadilah orang yang ikhlas dalam bersedekah. Nah, inilah pertemuan
kita kali ini, walaupun singkat, mudah-mudahan kita termasuk salah satu
diantara 7 golongan, yang di akhirat nanti langsung emndapat perlindungan dari
Allah.
Terima kasih banyak atas segala perhatian dan mohon maaf atas
segala kekurangan.
۞ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
وَبَرَ كَا تُهُ ۞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar