Sabtu, 28 Juli 2018

Nabi Musa & Fir'aun


‘NABI MUSA & FIR’AUN”
اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
            Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
            Nabi musa A.S. adalah salah seorang nabi yang termasuk di dalam kelompok ulul azmi, lima diantara yang terbesar. Beliau mendapatkan gelar kalimullah, artinya rasul yang pernah diajak dialogh langsung oleh allah swt.
Seperti yang kita maklum bahwa di jaman nabi yusuf A.S. beliau membawa serta seluruh keluarganya untuk tinggal di mesir, maka berkembang biaklah keturunan bani Israel di mesir sampe di jaman pemerintahan Ramses II yang merasa khawatir dengan semakin banyak dan berkembangnya keturunan bani israel di mesir akan menghabiskan dan menghancurkan kekuasaan daripada kerajaannya. Ramses II inilah yang kita kenal sebagai Fir’aun di jaman nabi musa A.S. maka terjadilah kemudian kebijaksanaan yang tidak bijaksana, orang-orang tua dari bani Israel dikerjakan secara paksa, membangun bangunan-bangunan merjusuar dan kemudian bayi-bayi dari bani Israel di bunuh, orang tuanya disuruh kerja paksa. Bayi laki-lakinya di bunuh dengan target agar bani Israel hapus dari permukaan bumi ini, tetapi kehendak Allah pasti juga terjadilah. Maka lahirlah nabi musa A.S. yang kelahirannya disembunyikan oleh orang tuanya dari pengetahuan umum. Namun, bagaimanapun disembunyikan kekhawatiran itu datang juga di hati ibu nabi musa A.S. Allah kemudian memberikan ilham kepada ibu nabi musa, “Masukan anakmu kedalam satu peti, hanyutkan ke sungai nil. Itu dilakukan oleh ibu nabi musa A.S. di masukannya bayi musa ini kedalam peti, ditutup rapat-rapat, di hanyutkan di sungai nil, kemudian ibu tadi memerintahkan sodara perempuannya untuk mengikuti kemana peti ini hanyut di bawa arus sungai nil.
Adapun peti ini hanyut di bawa oleh sungai nil, memasuki istana firaun, maka permaisuri/istri daripada firaun melihat peti hanyut itu diperintahkan tentaranya untuk mengambil peti tadi. Manakala peti terbuka, berisi bayi laki-laki yang sangat mungil, sangat bergembiralah istri daripada firaun dan di usulkannya kepada suaminya agar bayi laki-laki tadi diambil saja, dijadikan sebagai anak angkat di pelihara dan dibesarkan dalam istana. Firaun menerima usul daripada istrinya. Maka sejak sat itu, di jaga, dipelihara dan di besarkanlah nak musa A.S di lingkungan istana firaun laknatullah alaik.
Begitulah ia memasuki masa remajanya, tumbuh sebagai anak angkat daripada fir’aun dengan segala fasilitas yang serba cukup di dalam istana fir’aun. Sampai pada masanya dimana ia menyadari, bahwa ia sebenarnya bukan dari keturunan orang-orang mesir tapi dari keturunan bani Israel.
Sehingga suatu hari ketika ia keluar dari istana ia bertemu dengan orang yang bertengkar, satu dari keturunan bani Israel dan satu lagi dari orang mesir. Musa membantu orang Israel ini melerai perkelahian tapi kemudian nabi musa memukul orang mesir tadi dan memang hebat sekali pukul, mati. Sodara-sodara tidak sengaja nabi musa itu, hanya memukul memberikan peringatan, tapi mati. Ini disembunyikan oleh nabi musa, tapi  bagaimanapun disembunyikan akhirnya toh tahu, apalagi fir’aun sejak awal sudah mendapat firasat, “jangan-jangan inilah yang banyak di ramalkan oleh dukun-dukunku, ahli nujumku di istanaku, bahwa akan lahir anak laki-laki dari keturunan bani Israel yang akan menghancurkan kekuasanku, memusnahkan kerajaanku, jangan-jangan ini orangnya”. Sejak pertama menemukan bayi musa, fir’aun punya firasat kearah itu, tapi karena kalah dengan desakan istrinya, maka diterimalah musa untuk dibesarkan  di dalam lingkungan istana.
Sehingga akhirnya oleh karena perasaan bersalah ini, nabi musa melarikan diri dari istana fir’aun. Setelah nyata-nyata dia keturunan bani Israel keluarlah nabi musa dari mesir menuju madyan.
Di dalam pengembarannya sodara-sodara. Di satu lembah nabi musa ketika itu, belum menjadi nabi. Pemuda musa ketika itu sedang beristirahat dan dari kejauhan dilihatnya orang berdesak-desakan rupanya adalah pengembala-pengembala kambing yang aka mengambil air dari dalam sumur. Mereka berdesak-desakan berebut karena sumur Cuma satu yang ngambil air kelewat banyak. Diantara desakan-desakan itu, nabi musa melihat dua orang wanita kakak beradik minggir saja tidak ikut berdesak-desakan. Nabi musa menghampiri dua wanita tadi. “kamu sedang apa disini?, jawab kedua wanita itu “kami sebenarnya ingin mengambil air”, Tanya nabi musa, “kenapa tidak ikut berdesak-desakan?” jawab keduanya “itulah soalnya mereka laki-laki semua, gagah perkasa pula, kalau kami ikut berdesak-desakan bagaimana jadinya kami. Biarlah kami mengalah sehingga sampai mereka selesai semuanya baru kami akan mengambil air”. Mengertilah nabi musa bahwa wanita kakak beradik ini demikian halus ahlaknya, nggak mau berdesak-desakan sama laki-laki. Budi pekertiannya sedemikian luhur, “nungguin ajadah nanti juga beres, kalau semua udah kan pada minggir kita tidak usah bedesak-desakan”.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Menyadari kodrat kewanitaannya, sehingga berdesak-desakan itu saja bisa mengurangi  citranya sebagai wanita. “biarlah nanti juga selesai”. Bukan malah ikut ngerangsak, “enak neh bedesakan ma orang laki nih, lumayan ini”. Sepintas itu saja sudah cukup bagi nabi musa untuk menilai ahlak dari wanita itu tadi. Kata nabi musa “oh kalau kamu nunggu begini saja lama, sudah sini saya tolongin”, diambil embernya, nabi musa ikut berdesakan karena nabi musa memang kuat badannya. Tidak lama kemudian dapatlah air dan di sodorkan kepada wanita itu. Si wanita segera tahu bahwa pemuda ini begitu baik budi pekertinya mau menolong orang yang dalam kesusahan. Dan akhirnya wanita itu berkata, “bagaimana kalo kamu ikut saja kerumah saya, bapak saya sudah tua senang hatinya kalo kamu ikut kerumah kenalan sma bapak saya”, kata nabi musa “Ayolah”.
Berangkatlah mereka dan dalam perjalanan si wanita ini berjalan duluan dan nabi musa di belakang. Kemudian nabi musa bilang “eh, sebentar-sebentar saya duluan kamu belakangan”, kenapa rupanya? Angina nakal tertiup menghembus pakaian si wanita sehingga memberikan gambaran yang agak jelas tentang warna, bentuk, postur badan si waniat itu tadi. Sekarang musa yang menunjukan budi pekerti yang luhur. Gak mentang-mentang ditiup angin lalu berdalih “nah, mumpung nih, rezeki nih kapan lagi nyari yang begini”. Jadi kedua-duanya sudah menunjukan satu ahlak yang sangat luhur.
Manakala sampai dirumah kedua wanita kakak beradik ini dan diceritakan halnya bahwa dia di tolong oleh seorang pemuda, inilah orangnya. Sangat bersuka citalah hati orang tua kedua wanita itu tadi. Lalu usul si wanita itu tadi, “pak kitakan disini banayk punya kambing, gak ada yang bnatuin ngembala dan bapak sudah tua. Kalo ini orang kita minta tinggal disini aja gimana pak?” jawab ayahnya “ya terserah kamulah”. Akhirnya nabi musa tinggal disana. Menurut satu riwayat 8 tahun ikut mengembalakan kambing dan orang tua tadi tidak lain adalah nabi syuaib A.S. yang akhirnya kemudian nabi musa di kawinkan dengan wanita itu tadi.
Setelah berumah tangga, nabi musa ingat kembali bahwa ia sesungguhnya keluar dari mesir karena menghindarkan diri. Bahwa kaumnya bani israell di mesir tertintas di bawah kekuasaan firaun yang dzolim. Dikerjakan secara paksa, wanita di permalukan, bayi laki-laki di bunuh. Tergerak hatinya, iya dia sudah enak, punya mertua bijaksana, punya istri cantik, hidup tenang sebagai pengembala kambing, tapi nurani kebangsaannya memberontak, “saya tidak boleh bersenang-senang sementara bangsa saya ditindas, saya tidak boleh menari diatas bangkai sodara saya, saya tidak boleh tersenyum diats penderitaan sodara-sodara saya. Sodara-sodara saya bani Israel merintih di bawah penindasan firaun, saya harus  membebaskan mereka”. Lalu di ceritakan hal ini kepada mertuanya, “tua, saya mau kembali ke mesir”, kata mertuanya, “untuk apa musa?”, jawab musa, “untuk menyelamatkan sodara-sodara saya bani Israel yang masih dalam cengraman kedzoliman rezim fir’aun, saya harus emmbebaskan mereka”, kata mertuanya, kalo memang itu tekadmu nak, berangkatlah, bapak mengirimu dengan do’a”.
Berangkatlah nabi musa dengan istrinya. Sampe ketika beliau sedang beristirahat di satu lembah. Dari kejauhan beliau melihat ada api menyala, beliau berkata kepada istrinya, “kamu tunggu disini tidak lama saya akan kembali, saya akan menghampiri api itu”. Berangkatlah nabi musa kearah api menyala tadi. Makin di dekatin makin terang sinarnya, sampe kemudian terdengar suara:
يَا مُوسَىٰ . إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ ۖ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى . وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ .
"Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). (Qs. Thaha: 11-13).
Wahai musa akulah tuhanmu, bukalah terompahmu sesungguhnya engkau berada di satu lembah yang disucikan bernama lembah tuwa. Aku telah memilihmu musa dan sekarang dengarlah apa yang diwahyukan kepadamu. Dan pada saat itulah turun wahyu pertama dan resmilah nabi musa diangkat menjadi rasul oleh Allah SWT. di satu lembah di bukit tursina. Apa wahyu pertama yang turun? Bunyinya:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي……..
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku…….” (Qs. Thaha: 14).
Sesunggunya aku ini benar-benar tuhanmu musa, tidak ada Allah selain daripadaKu, maka hendaknya engkau hanya beribadah menyembah kepadaku. Ini umum sodara semua rasul yang diutus Allah inilah ajaran prinsipnya, أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا akulah Allah tuhanmu tidak ada tuhan lain selain Allah. Semua rasul membawa ajaran ini, oleh sebab itu bukan hanya sekedar percaya kepada tuhan saja yang penting, “sudahlah, sudahlah, pokoknya yang penting percaya kepada tuhan!”. Iya tuhan yang mane? Sebab kalau sekedar percaya kepada tuhan semua agama percaya kepada tuhan. Begitulah orang hindu percaya kepada tuhan, tapi tuhan menurut mereka trimurti, wisnu siwa, brahma. Orang budha percaya kepada tuhan, tapi tuhan dalam pandangan mereka ada tuhan kecil namanya hinayana ada tuhan besar namanya Mahayana. Orang majusi juga percaya kepada tuhan tapi tuhan dalam pandangan mereka ada tuhan kebaikan namanya ahriman da nada tuhan kejahatan namanya akuramasta. Orang nasrani juga percaya kepada tuhan tapi tuhan kata mereka dalam bentuk trinitas yaitu, tuhan anak, tuhan bapak, ruhul qudus. Ini semua tuhan dalam pandangan mereka.
Jadi, kalo sekedar percaya kepada tuhan dan percaya kepada tuhan saja, tuhan yang mana? Itu yang berprinsip. Sebab salah kita dalam mempercayai tuhan kita akan terjebak dalam penyakit kalau tidak kufur ya syirik dan dua-duanya itu Booaapak moyang nya dosa. Sebab itu islam menyelamatkan kita masyarakat manusia:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ……..
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu….” (Qs. Al-Baqarah: 21).
Hai manusia, tuhanmu yang perlu kamu sembah itu hanyalah tuhan yang telah menciptakanmu dan itu tidak lain adalah Allah yang  وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ yang tidak beranak dan tidak pula diperanakan dan Allah yang لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ Allah yang tidak serupa dengan siapapun dialah Allah itu. Begitu wahyu yang diberikan kepada nabi adam, nuh, Ibrahim, yusuf bahkan kepada musa . إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا  akulah tuhanmu, tidak ada tuhan melainkan aku, maka kepadakulah kamu hanya menyembah, ini wahyu yang pertama turun dan sudah berisi tauhid.
Jadi hakekatnya agama yahudi sodara, adalah agama tauhid, agama monoteis, agama yang mengajarkan hanya ada satu tuhan untuk seluruh alam dan tuhan itu adalah Allah SWT. sebab itu syahadat orang yahudi bunyinya begini: Sema yesraelyahwe elo heno yahwe ekhot”. Nah ini syahadat orang yahudi, itu perbedaan Bahasa suryani ibrani dengan Bahasa arab, kita Ismak dia Syema kita Ahad dia Ekhot. Maksudnya jelas, dengarlah wahai orang Israel tuhan kita ialah tuhan yang esa. Esa artinya tunggal yang tidak beranak dan tidak diperanakan. Kalo masih beranak dan kalau masih diperanakkan jangan esa disebut, sebab dia masih berbilang dan maha suci Allah dari sifat berbilang.
Jadi asas dari 25 rasul itu tauhid inti ajarannya, setelah tauhidلِذِكْرِي  وَأَقِمِ الصَّلَاةَ dan dirikanlah sholat untuk mengingat aku. Jadi sholatpun diwajibkan kepada nabi musa, cuman tekhnisnya yang berbeda. Bagaimana sholat di jaman nabi musa, bagaimana sholat di jaman nabi sulaiman, bagaimana sholat di jaman nabi Muhammad. Prinsipnya sama yaitu sholat hanya saja tekhnisnya yang berbeda. Di jaman nabi sulaiman konon sholat itu berdiri saja dan riwayat bahwa nabi sulaiman meninggal dalam keadaan berdiri, artinya apa? Dalam keadaan sholat bukan berdiri ngejedok kaya kita nungguin bis, bukan. Yang jelas sholat itu setiap nabi hanya tekhnis yang berbeda.
Jadi ini sudah aqidah dan syariat, akulah Allah tuhanmu tidak ada tuhan selain aku ini akidahnya, lalu syariatnya dirikanlah sholat untuk mengingat aku. إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang, ini juga sudah merupakan urusan beriman, percaya kepada hari akhir.
Sodara-sodara kaum muslimin rahima kumullah.
Setelah mendpat wahyu ini turunlah perintah Allah kepada nabi musa. Apa kata Allah? Dijelaskan dalam Al-Qur’an:
اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ
Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas”. (Qs. Thaha: 43).
Sekarang musa berangkatlah kamu kesana musa, hadapi fir’aun sampaikan dakwah ini. Dia telah melampui batas, إِنَّهُ طَغَىٰ dia sudah berlebih-lebihan. Jadi sodara-sodara dwi fungsi sudah, kalo pada mulanya nabi musa berniat kembali ke mesir hanya untuk membebaskan kaumnya bani Israel, sekarang malah bertambah tidak hanya sekedar itu malah lebih utama adalah menyampaikan risalah, menyampaikan misi kerasulannya, menyebarkan tauhid, mengumandangkan syariat, bertambhalah tugas nabi musa. Sebagai pejuang bangsa juga sebagai mujahid. Pada mulanya pejuang bangsa toh, artinya nabi musa kembali kepada firaun di mesir tujuannya tadi Cuma untuk membebaskan bani Israel kaumnya. Tapi di tengah jalan dia mendapat wahyu, berangkat kepada firaun, menyadarkan dia, canangkan tauhid, sampaikan syariat. Lebih daripada pejuang bnagsa ia juga pejuang agama. Kadang-kadang ada pejuang agama tapi tidak pejuang bangsa, kadang-kadang ada pejuang bangsa tapi tidak pejuang agama.
Sodara-sodara kaum muslimin.
Ya idealnya memang kedua-duanya, yah pejuang agama yang pejuang bangsa juga. Mendapat tugas seperti ini, apa permohonan nabi Musa A.S? dijelaskan di dalam Al-Quran:
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي . وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي . وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي . يَفْقَهُوا قَوْلِي . وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي . هَارُونَ أَخِي . اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي .
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku”. (Qs. Thaha: 25-31).
Ini pondasi dasar, memulai perjuangan dengan pondasi ini. Apa permohonan nabi musa?
Pertama, رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي ya Allah lapangkan hati saya menghadapi musuh dengan jiwa lapang itu penting, sebab kalo kita menghadapi musuh dengan jiwa sempit kita sudah kalah sebelum berperang. Menghadapi musuh dengan jiwa lapang artinya masih berharap kalo-kalo dia mau mengikuti ajaran ini. Jadi, tahap pertama datang bukan orang yang mau membasmi, tapi sebagai orang yang mau menyelamatkan, ini perlu jiwa yang lapang. Sebab, dakwah nabi musa yang pertama yaitu menyadarkan firaun dulu, setelah disadarkan dengan kata-kata tidak kena juga, di sadarkan dengan bukti berupa mukjizat, masih bandel juga, musa mohon dikirim bencana, masih nggak mempan juga, abis dah!.
Jadi ada tahapan, kemungkinan firaun bisa menerima. Sama juga dengan bayi, bayi itu kalau baru lahir kedunia broll, kasih susu mak nya dulu, gede dikit kasih bubur, gedean lagi nasi ulek dah, udah gede betul kasih nasi, udah gede bangat? Jengkol jijilin. Jadi ada semacam tahapan, kalau begitu lahir di kasih jengkol kan abis tuh bocah!. Peringatan dulu, jika tidak bisa ya bukti dengan mukjizat, hadapkan dengan sihir menang mukjizat, masih tidak mempan juga dikirmkan azab, di kirimkan bencana. Masih tidak mempan juga, sudah di tenggelamkan Allah di lautan merah. Itu akan kita ceritakan kemudian nanti.
Jadi permohonan nabi musa, ya Allah lapangkan hatui saya dalam menghadapi firaun ini, firaun dan kawan-kawannya, hamman dan lain-lain. Dan jangan lupa firaun itu Cuma ya hakekat tapi juga symbol, hakekatnya memang ada yang namnya firaun itu, symbol karena firaun sellau berkembang di setiap jaman di setiap waktu firaun selalu ada. Cuman liciknya firaun ini kemana dia pindah kesitu dia ganti nama, orang sering lupa padahal isinya firaun. Namanya bisa Hitler, namanya bisa Mushollini, namanya bisa stalin tapi isinya tetap firaun, kemana dia dia tinggal di situ dia gnati nama. Firaun itu symbol dari kekuasaan yang terlepas dari control iman, symbol yang menjadi kekuasaan yang menyebabkan orang lupa diri dan lupa daratan.
Sebenarya mah Firaun mulanya hanya seorang raja toh, raja doang dia. Cuman karena kelewatan jadi raja, kagak mau turun-turun akhirnya dia menganggap tidak ada yang lebih tinggi daripadanya. Apalagi ketika nabi musa datang mengajarkan ada tuhan yang sebenarnya yaitu Allah. Maka firaun sampai kepada puncak kekurangajarannya memproklamirkan diri sebagai tuhan. Firaun berkata:
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ
Artinya: “(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yangpaling tinggi". (Qs. An-Naziat: 24).
Perkataaan ini bukan karena kebodohannya memang, tapi karena gengsi kekuasannya. Nah, gengsi kekuasaan ini sering menyebabkan orang over acting. Fir’aun bukan bodoh, bukan. Fir’aun bukan tidak tahu kalau musa itu benar, tahu dia. Fir’aun bukan tidak mengerti kalau itu Mukjizat, tau. Tapi karena gengsi kekuasaan, “guekan raja, masa di depan rakyat nunduk sama musa, gengsi dong!”. Coba lihat gengsi kekuasaan sering membuat orang mau menginjak-nginjak kebenaran, mau membohongi hati nuraninya sendiri, mau membohongi Qolbinya, hatinya. Padahal itu sudah, orang kalau sudah hatinya sendiri di bohongi apalagi orang lain. sudah manusia paling kejam itu.
Cuman karena gengi kekuasaan saja, gengsi kekuasaan kadang menganggap remeh kecil nabi musa. Kadang merasa besar di hadapan rakyatnya, masa harus tunduk kepada dakwah musa “ntar dulu, apa yang ada sama musa, diakan hanyut gue yang ngangkat!”. Iya toh? Peristiwa di sungai nil itu, aku yang besarkan di istanaku. Gengsi kekuasaan sering membuat orang Over Acting, dia tahu bahwa itu benar, tapi tidak pernah mau mengikutinya, kenapa? Gengsi kekuasan. Inilah watak firaun, oleh Karen aitu nabi musa mohon ya allah klapangkan hati saya menghadapi orang macam firaun ini.
Kedua, وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي dan mudahkan urusan saya. Orang yang berjuang itu sodara setelah taktik dan strategi dibicarakan segala persiapan fisik dipersiapkan. Jangan lupa, ya Allah mudahkan urusan saya. Sebab sepanjang yang bisa kita lakukan hanyalah bersuha-berusaha dan berusaha. Kepastian, ketentuan, hak prerogative Allah azza wajalla. Kalo Allah memberikan kemudahan, satu dunia orang mau menghadang no problem. Kalo Allah sudah memberikan kemudahan satu dunia orang mendatangkan kesulitan tidak ada gunanya itu.
Karena sudah terbayang oleh musa. Pertama, fakor psikologis. Bagaimanapun firaun itu bapak angkat sendiri, orang kalau nasehatin orang lain barangkali tidak terlalu jadi beban moral, tapi kalau sudah menasehati orang yang pernah mengasuh dan membesarkan dia itukan bebal moral, sulit posisi ini, apalagi kekuasaan mutlak berada di tangannya, tentaranya gagah perkasa.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Ketiga, permohonan nabi musa yaitu   احْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي وَ bukahlah kebekuan lidahku. Satu riwayat menjelaskan bahwa nabi musa memang agak gagap kalo bicara, riwayat lain menjelaskan bahwa beliau agak sedikit cadel, tapi yang jelas minta agar dibukakan kebekuan lidah. Ini mengandung satu pelajaran, bahwa cara menyampaikan sesuatu akan sangat menentukan sesuatu itu sendiri. Sesuatu yang baik kalo salah kita mengucapkannya, salah kita menceritakannya, salah kita menyampaikannya jadinya tidak baik kesan orang. Ini soal ucapan, soal hati itu Allah saja yang tahu, tapi orangkan sebelum tahu hati ini, omongan dulu yang di dengar, tingkah lakunya dulu yang dilihat. Maka ini diminta oleh nabi musa A.S. Misi risalah ini berat, menyampaikan pesan ilahi ini tidak ringan. Kalo saja ngomong akan menimbulkan kesalah pengertian, oleh sebab itu bukalah kebekuan lidah saya ini. Supaya lancar bicara untuk menyampaikan yang haq, menghancurkan yang bathil.
Cara kita menyuguhkan sesuatu itu sangat menentukan sesuatu itu sendiri. Sodara datang kerumah saya, yang saya suguhkan cuman segelas teh pahit dan singkong goring. Tapi kalo dengan kata-kata yang menyentuh enak di dengar telinga, nggak berasa itu singkong goreng. Sebaliknya, di sugukan makanan mahal, mewah, lezat tapi caranya kasar, omongannya nggak enak di dengar, “makan deh sikat, abisin. Gue tau lu lapar, abisin dah!”. Rasanya biar lapar juga nahan-nahan kita, apa itu? Bukan makanannya yang nggak enak, bukan kita nggak doyan, bukan. Caranya itu loh, caranya. Islam ini agama yang baik, kalo disampaikan dengan kata yang tidak baik akan timbul, “oh, islam kok gitu yah”. Nah, ini yang tidak diinginkan oleh nabi musa A.S.
Kita begitulah dalam kehidupan ini kadang mendengar ceramah berurai air mata, histeris, bisa gembira, kenapa? Kepandaian orang yang menyampaikannya, bicaranya dua, tiga jam rasanya cuman dua atau tiga menit, baru sebentar tau-taunya udah selesai. Ada yang ceramah seperempat jam rasanya kaya 3 jam, dalam hati bebisik “udadah, udah, udah.”
Jadi احْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي وَ Targetnya apa? يَفْقَهُوا قَوْلِي  agar mereka memahami, tentu lawannya agar mereka tidak salah mengerti, agar mereka tidak salah paham. Sebab kalo misi ini salah paham, dakwah tidak nyambung. Maka ini doa banyak diamalkan, di baca oleh orang-orang mimbar yang sering pidato. Lapang hati melihat kerumunan orang banyak nggak dag-dig-dug, nggak kena demam mimbar, udara dingin tapi badan keringat baju basah.
Keempat, وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي dan jadikanlah bagiku seorang pembantu dari keluargaku sendiri. Siapa? هَارُونَ أَخِي dia tidak lain adalah sodaraku harun. اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي akan saya limpahkan kepadanya segala beban-beban yang saya derita. Artinya? Orang berjuang perlu teman, gak bisa sendirian, bagaimanapun hebatnya kita, kita tetap memerlukan bantuan daripada orang lain. sendiri memang lebih baik daripada berteman orang jahat, tapi berdua lebih baik daripada sendiri, makin banyak makin baik. Untuk persoalan yang besar memerlukan kebersamaan, begitulah nabi musa memberikan contoh. Saya tidak bisa berjuang sendiri, saya minta di bantu oleh sodara saya harun, jadikan dia pembantu saya, tempat saya membagi suka dan duka dalam perjuangan ini, tempat saya bercerita, tempat saya mengeluh, tempat saya melarikan persoalan. Sebab beban hati itu akan berkurang kalo ada tempat kita bercerita.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Berangkatlah nabi musa ke mesir, kemudian mulai menyampaikan dakwahnya kepada fir’aun laknatullah alaik. Fir’aun mendengar musa datang kembali, kemudian terjadilah forum dakwah ini. Apa kata fir’aun?, “musa kamu kemana saja?”, jawab nabi musa, “saya pergi ke madyan”, Tanya firaun, “apa yang kamu lakukan?”, di jawab oleh musa, “begini, begini”. Kata fir’aun, “kamu melarikan diri?”, jawab musa, “pada mulanya iya”, kata fir’aun, “dan apa sekarang apa maksud kamu datang kembali ke mesir?”, jawab nabi musa, “semula saya ingin membebaskan kaum saya bani Israel, lalu saya kemudian menerima wahyu dari allah di tugaskan, diperintahkan oleh Allah untuk datang menemui tuan, menyadarkan tuan dari kesesatan selama ini”. Kata fir’aun, “siapa Allah itu musa?”, jawab musa, “Allah itu tuhan saya dan tuhan tuan juga dan tuhan seluruh Alam ini”. Kata fir’aun, “eh, baru ini musa, saya baru denger ini ada yang begini ni. Tuhanlah pake nggak kelihatan, tuhanlah cuman atu, yang tuhannya banyak aja masih kelaparan. Kata firaun, “dimana tuhanmu?”, jawab nabi musa, “tuhan saya bersemayan di Arsy tempat yang sangat tinggi”, kata fir’aun, “hey haman (kepada perdana mentrinya) bikin menara yang tinggi”. Rakyat di kerja paksa bikin menara tinggi, naik fir’aun keatasnya melepas panah dari atas. Menurut satu riwayat panah itu di tangkap oleh malaikat di tubleskan ke ikan dan di kembalikan lagi ke firaun dimana kondisi panah itu berlumuran darah dan di tangkap lagi oleh fir’aun dan dia pidato kepada rakyatnya, “hey, lihatin neh, tuhan musa udah saya panah nih, mati!”.
Dengan segala macam cara dan dalih firaun mengingkari dakwah nabi musa. Kata fir’aun, “Baiklah musa kalo kamu memang benar apa buktinya?, kamu sanggup menandingi tukang-tukang sihir saya? Ayo kumpul tukang sihir”. Di kumpulkan tukang-tukang sihir, dilemparkan tali-tali kecil, berupah jadi ular mengejar musa. Musa oleh Akllah di firmankan, lemparkan tongkatmu musa, musa melemparkan  tongkatnya dan berubah menjadi ular besar yang menerkan ular-ular kecil tadi habis ular dari tukang-tukang sihir itu tadi. Begitu hebat mukjizat yang diberikan allah kepada nabi musa dan fir’aun tahu itu mukjizat, tapi dia ingkar juga. Tidak mau beriman, sudah nyata bukti, sudah jelas saksi, dia tetap saja tidak mau beriman dan ingkar. Akhirnya nabi musa memohon kepada Allah:
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
Artinya: “Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesunguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami -- akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". (Qs. Yunus: 88).
Wahai Allah, sungguh engkau telah memberikan kepada fir’aun dan para pembesarnya زِينَةً segala macam perhiasan  dan segala macam harta benda di dalam kehidupan dunia ini.  رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ semuanya hanya menyebabkan mereka sesat dari jalanmu, ya Allah binasakanlah mereka di dalam hartanya dan tutuplah pintu hatinya dan mereka tidak akan beriman sampai mereka melihat azab yang sangat pedih. Sudah dibuktikan, dakwah baik-baik tidak mempan, bukti berupa mukjizat tidak kena. Sampai di kirimkan dengan teguran berbagai macam bencana masih tidak juga beriman.
Akhirnya nabi musa menyelamatkan kaumnya terlebih dahululah, kaumnya bani Israel di bebaskan dari perbudakan di bawah oleh musa keluar dari fir’aun, mesir. Dikejar oleh firaun dan dalam pengejaran ini sampailah nabi musa di tepian laut merah. Buntu, depan laut belakang tentara firaun. Maju, kecebur, mundur kepergek musuh dan nggak ada pilihan lain. dan dalam kondisi seperti ini Allah berfirman kepada musa, “lemparkanlah tongkatmu ke laut hai musa”. Musa melemparkan tongkatnya kelaut dan terjadilah mukjizat. Laut terbelah dan jalan muncul kepermukaan laut, lewat musa di jalan itu, firaun terus mengejar dan ketika musa sampai ketepian sebelah sana, firaun masih ditengah jalan, laut menutup kembali, hilang di telan air laut. Firaun dan seluruh tentaranya tenggelam di lautan merah, mati.
Pada saat kondisi seperti itulah fir’aun dalam menghadapi sakratul maut, napas cengak-cengak hampir putus dileher berkata dia: اَمَنْتُ بِرَبِّىْ مُوْسَ وهَارُوْنَ kalo beginimah saya juga percaya dah ama tuhan, percaya dah ama tuhan nya musa dan harun. Kata malaikat maut, “kemarin kemana mas?”, Sudah gini hari mau percaya, terlambat, terlambat. Akhirnya fir’aun mati. Mati, tapi badannya utuh, Allah berjanji:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً…….
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu……”. (Qs. Yunus: 92).
Kami selamatkan badanmu firaun agar menjadi pelajaran bai orang-orang sesudah kamu nanti. Oleh rakyat mesir, “oh raja kita ini, ketemu, ketemu, hidup? Mati. Kemudian sesuai tradisi raja waktu itu di mumilah badannya, diawetkan, tersimpan di museum Negara mesir.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah
Jadi satu hal yang bisa kita ambil pelajaran dari riwayat perjalanan dakwah nabi musa ini, bahwa dalam dakwah menyampaikan risalah memang bukan jalan lurus dan licin bertabur bunga di kanan kirinya. Dakwah menyampaikan pesan agama jalannya berliku, berbelok, menanjak, menurun, banyak onak dan duri di sekelilingnya. Yang paling makan hati adalah apabila sudah berdakwah kepada penguasa yang zalim. Bagaimanapun dia punya kekuasaan, dia punya tentara, dia bisa menghitamkan yang putih dan dia bisa memutihkan yang hitam. Kalo bukan iman yang menjadi landasan moral dalam perjuangan orang akan mudah frustasi. Kalo berdakwah kepada rakyat kecil resiko kurang, kalau berdakwah kepada para penguasa resiko kurang, kalo berdakwah kepada kelompok-kelompok yang tidak memegang kekuasaan resiko kurang, tapi kalau sudah kelompok memegang kekuasaan, yang tersinggung gengsi kekuasaannya, disitulah resikonya sedemikian besar. Ini yang di hadapi oleh nabi musa, A.S.
Tapi yang dijalaninya dengan tabah dengan tekun karena memang kebenaran bisa di tekan tapi satu hal yang jelas kebenaran sama sekali tidak bisa dikalahkan. Buat sementara dia bisa ditekan, tapi lambat atau cepat dia pasti akan muncul kepermukaan. Dan kebenaran jugalah yang akan tampil sebagai pemenangnya.
Sebenarnya kurang apa firaun? Kekuasaan mutlak berada di tangannya, seluruh mentri-mentri nya adalah pendukungnya belaka, rakyat di suruh patuh dan taat kepadanya, dia penguasa tunggal di mesir. Semenatra kaum bani Israel di bawah penjajahannya, di bawah kesewenangannya dan bahkan ketika nabi musa mendakwahkannya fir’aun sempat mengungkap jasa. “Musa, kok kamu sekarang bisa begitu, gak ingat dulu, kamu hanyut di sungai nil istri saya kan yang ngangkat dan saya yang besarkan di istana saya. Kok sekarang kamu bisa ngelawan saya sih? Ini biasa“. Apa jawab nabi musa? “eh, kenimatan yang kau berikan kepada saya belum seberapa ketimbang penghianatanmu kepada kaum saya, bani Israel. Jangan menyangka firaun kalo saya kamu bikin sennag saya akan emnghianati bangsa saya sendiri? Tidak!. Sama seklai tidak, semua kesenangan yang kamu berikan tidak akan menutup mata saya dari kondisi yang dio hadapi oleh umat saya, mereka menderita, mereka tersiksa, mereka merana. Haruskah saya melupakan mereka karena saya sudah tinggal di istanamu, engkau besarkan saya, padahal engkau membesarkan saya bukan karena kemauanmu tapi karena desakan daripada istrimu.
Jangan ngitung-ngitung fir’aun andai kata jasamu ada kepada saya, belum seberapa ketimbang penghianatanmu kepada bangsa saya bani Israel”. Disitu nabi musa menunjukan sifat nasionalisme yang sangat tinggi, rasa nasionalisme yang sangat mendalam. Kadang-kadang kan orang seperti di jaman belanda karena diangkat jadi tuan tanah bangsa sendiri di injek-injek. Karena diangkat centeng sedikit, udah bukan main dah. Bangsa sendiri di injak-injak. Sama saja fir’aun, “lo makan disini, gede disini, masa lupa kacang sama kulitnya? kasaranya begini “lu bisa beginih musa gue yang ngerawatin lo!”. Musa menjawab, “betul firaun, tapi apalah artinya semua itu ketimbang penghinaan yang kamu berikan kepada bangsa saya, saya tidak mungkin menari-nari diatas bangkai umat saya, saya tidak mungkin bersenang-senang  diatas penderitaan kaum saya, dan saya tidak mungkin senyum diatas penderitaan kaum saya”. Denagn tidak melupakan jasamu saya tidak akan merubah pendirian saya, saya ingin membebaskan penjajahan, saya ingin membebaskan bani Israel dari belenggu penindasan. Bila kamu tidak mau mendengar dakwah yang saya sampaikan, tidak mau bertuhan Allah dan tetap dengan kesombonganmu sekarang ini, kelah berjalanlah dengan keyakinanmu saya akn tetap membebaskan bani Israel.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah
Itulah jalan dakwah, jalan menyampaikan risalah agama, risalah islam, sekali lagi bukan jalan lurus bertabur bunga, tapi agama memberikan ajaran بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً sampaikan dariku walau sepotong ayat. Tugas ini memang mulia, tapi berat, tugas ini memang terhormat tapi penuh resiko ya kalo menyampaikan asal sekedar menyampaikan, “udahlah, udah yang penting sudah menyampaikan”. Bukan sekedar itu, ada semacam tanggung jawab moral, maka kondisi dasar yang dilakukan oleh nabi musa, permohonan yang tadi itu, ya Allah lapangkan hati saya, jlan ini meniku, menanjak, banyak halangan, tantangan, rintangan dan fitnahan.
Mudahkan urusan saya ini ya Allah karena mennatang kekuasaan fir’aun ini bukan perkara ringan, bukan urusan main-main, kekuasaannya mutlak, otoriter pula, dictator murni fir’aun. Mudahkan urusan saya menempuh jalan ini ya Allah karena tidak mungkin menurut otak, mana bisa kata kebiasaan, imposible kata rasio, kalau Allah mau memudahkan semua jalan akan terbuka dengan mudah. Tapi kalo Allah mempersulit bagaimanapun matangnya perhitungan, strategi, taktik rencana, program, planning jikalau Allah mempersulit jalan itu akan jadi buntu jadinya.
Oleh karena itu persiapan zohir harus di imbangi dengan persiapan batin, untuk menegakkan sesuatu yang haq, menghancurkan sesuatu yang batil dan segala macam tantangan di hadapi oleh nabi musa. Dimana fir’aun berkata, “kamu mau menyampaikan risalah? Kamu piunya bukti? Apa buktimu?”. Tongkat dilempar jadi ular tangan di masukan dalam sakunya lalu keluar sinar lebih terang dari lampu merkuiri, sehingga fir’aun silau di buatnya, “sudah-sudah musa masukan tanganmu lagi”. Dia tahu, dia sadar itu bukan sihir tapi lagi-lagi gengsi kekuasaan sehingga pantas kalau nabi pernah bersabda. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.(HR. Abu Daud no. 4344, Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
 Menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. Tapikan ini berat sodara-sodara, sulit. Apalagi belum apa-apa udah ngeri, “uwadah, udadah, udadah, jangan”. Itu sebabnya اشْرَحْ لِي صَدْرِي lapangkan hati saya. Saya tidak punya pentingan apa-apa, tapi kalau sudah punya kepentingan pribadi itu sudah handicap itu yang sering jadi jurang pemisah Antara kita dengan orang yang kita sampaikan kebenaran tadi.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Maka relevan benar doa yang diajarakan rasul kepada kita:
اَلَّلهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقَّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَه . وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلَا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَه
            Ya Allah tunjukan kepada saya bahwa yang benar itu benar dan berikan kepada saya kekuatan untuk mengikutinya dan tunjukan kepada saya bahwa yang salah itu salah dan berikan saya kekuatan menghindarinya. Kenapa? Orang sering tahu itu benar tapi tidak berdaya mengikutinya, seperti fir’aun tahu bahwa musa itu benar, Abu jahal dan abu lahab tau bahwa nabi Muhammad itu benar. Abrahah juga tahu bahwa nabi Ibrahim itu benar. Namrud juga tahu bahwa ibrahim itu benar, tapi mereka tidak berdaya mengikuti kebenaran, karena gengsi kekuasaannya. Kadang kita tahu itu salah, tapi karena dilakukan oleh orang yang punya kekuasaan kita lalu tidak berdaya menghindarinya dan malah terjebak ikut-ikutan salah. Lalu menghibur-hibur diri, “sudahlah, sudahlah tidak ada gading yang tidak retak”.
Bukankah dengan demikian kita sudah meligimitir kesalahan, tahu itu benar dan mampu mengikutinya itu nikmat, tapi tau itu benar tapi tidak mampu mengikutinya itu mendatangkan siksaan batin. Tahu itu salah dan mampu menegur itu nikmat, tapi tahu itu salah namun tidak mampu menegur dan larut ikut salah itu mendatangkan tekanan batin.
Tahu kebenaran itu penting, tapi terketuk hati untuk mengikuti kebenaran itu lebih penting. Semua kita tau toh islam itu benar, tapi semua yang tahu islam itu benar maukah mengikuti ajaran islam? Tidak!. Semua orang tahu kalo judi itu batil, itu tidak baik. Tapi dia tidak berdaya untuk menghindarkannya tapi terjebak oleh penyakitan tadi.
Sodara-sodara kaum muslimin yang saya cintai.
Oleh karena itu tidak ada satu ucapan yang lebih baik, dalam istilah Al-Quran itu Allah menjelaskan:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: “Siapakahyang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?". (Qs. Fushilat: 33).
Ucapan siapakah yang lebih baik dalam hidup ini selain daripada مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ selain daripada ucapan orang-orang yang menyeru ke jalan Allah. Orang-orang yang menyadarkan kepada Agama. Ini jalan Allah mari ikut, ini jalan syetan mari tinggalkan. وَعَمِلَ صَالِحًا tidak cukup sekedar berdakwah mengajak orang kejalan Allah dia juga beramal sholeh, ia bangun rumah sakit, ia bangun madrasah, ia bangun masjid, وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ seraya berkata saya termasuk orang yang berserah diri kepada Allah, menyerukan manusia ke jalan agama, beramal sholeh, dakwah bil hal kata orang sekarang. Kemudian mereka berkata, kami adalah sekelompok orang yang sudah berserah diri kepda Allah, segalanya di serahkan kepada Allah. Lahirlah kedamaian rohani, ketegaran pribadi dalam dia menjalankan tugasnya. ketentraman batin di dalam dia melaksanakan tugasnya. Kalau tidak? Makan hati, “yah tu orang gue ajak baik-baik, sembahyang napa gue di musuhin!”. Dipikirin-dipikirin, kurus dah!, ampek aja dah!. Soal orang mau beriman atau tidak itu bukan urusan kita, tugas kita hanya sekedar menyampaikan… اَلَّلهُمَّ اِنِّىْ قَدْ بَلَغْتُya Allah sudah saya sampaikan, ya Allah sudah saya peringatkan kalo toh sudah tetap begitu juga, sudah saya sampaikan ya Allah. Kalopun masih begitu juga, sudah saya sampaikan ya Allah. Disana kelapangan lalu tumbuh. Jadi dengan kata lainkita hanya berusaha, hidayah adalah di tangan Allah. Oleh sebab itu kita ini termasuk yang bersyukur telah mendapatkan limpahan hidayah ini. Kalo kita lihat firaun, hawan, bala tentaranya dan lain-lain. kurang apa? Mereka lihat mukjizat, mereka saksikan kebesaran Allah.
Di dunia juga saja sudah di kirim bencana, teguran kepada mereka. Entoh juga tidak beriman dan mula-mula, strategi nabi musa, mula-mula diajak ngomong, ngobrol, tukar pikiran. Allah itu itu begini-begini, kata fir’aun, “ah, tidak bisa”, padahal itu iyah, begitu-begitu, tapi masih tidak percaya juga, di buktikan mukjizat, tongkat jadi ular, tangan bisa mengeluarkan sinar. Masih ingkar juga, keluar doanyaini, doa yang ada dalam surah Yunus ayat 88, 99:
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
Artinya: “Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesunggunya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami -- akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih".
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “AlIah berirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui".
Ya Allah, cukup deh. Seruan udah di sampaikan, peringatan sudah diberikan, mukjizat sudah mereka lihat tapi masih juga tidak mau beriman. Habisin aja dah, habisin. Di kasih perhiasan dunia, إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا di kasih harta, kesennagan dunia, bikin susah, habisin aja dah. وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ hatinya mpekin aja dah, udah di patri udah nggak mempen apa-apa, sudahlah ya Allah, فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ rasanya mereka memang nggak mau beriman, kalau belum melihat ajab yang sangat pedih. Dan emmang, begitu masuk dan tenggelam di air laut, begitu nafas mau di tenggorokan baru mau beriman, terlambatlah sudah.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Bagaimana akhir dari perjalanan nabi musa ini in sya Allah akan kita bicarakan pada pertemuan berikutnya. Terima kasih atas segala perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...