‘NABI MUSA & FIR’AUN”
اَلْحَمْدُ
ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ
وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ
أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Sodara-sodara kaum
muslimin rahimakumullah.
Nabi musa A.S.
adalah salah seorang nabi yang termasuk di dalam kelompok ulul azmi, lima
diantara yang terbesar. Beliau mendapatkan gelar kalimullah, artinya rasul yang
pernah diajak dialogh langsung oleh allah swt.
Seperti yang kita maklum bahwa di jaman nabi yusuf A.S. beliau
membawa serta seluruh keluarganya untuk tinggal di mesir, maka berkembang
biaklah keturunan bani Israel di mesir sampe di jaman pemerintahan Ramses II
yang merasa khawatir dengan semakin banyak dan berkembangnya keturunan bani
israel di mesir akan menghabiskan dan menghancurkan kekuasaan daripada
kerajaannya. Ramses II inilah yang kita kenal sebagai Fir’aun di jaman nabi
musa A.S. maka terjadilah kemudian kebijaksanaan yang tidak bijaksana,
orang-orang tua dari bani Israel dikerjakan secara paksa, membangun
bangunan-bangunan merjusuar dan kemudian bayi-bayi dari bani Israel di bunuh,
orang tuanya disuruh kerja paksa. Bayi laki-lakinya di bunuh dengan target agar
bani Israel hapus dari permukaan bumi ini, tetapi kehendak Allah pasti juga
terjadilah. Maka lahirlah nabi musa A.S. yang kelahirannya disembunyikan oleh
orang tuanya dari pengetahuan umum. Namun, bagaimanapun disembunyikan kekhawatiran
itu datang juga di hati ibu nabi musa A.S. Allah kemudian memberikan ilham
kepada ibu nabi musa, “Masukan anakmu kedalam satu peti, hanyutkan ke sungai
nil. Itu dilakukan oleh ibu nabi musa A.S. di masukannya bayi musa ini kedalam
peti, ditutup rapat-rapat, di hanyutkan di sungai nil, kemudian ibu tadi
memerintahkan sodara perempuannya untuk mengikuti kemana peti ini hanyut di
bawa arus sungai nil.
Adapun peti ini hanyut di bawa oleh sungai nil, memasuki istana
firaun, maka permaisuri/istri daripada firaun melihat peti hanyut itu
diperintahkan tentaranya untuk mengambil peti tadi. Manakala peti terbuka,
berisi bayi laki-laki yang sangat mungil, sangat bergembiralah istri daripada
firaun dan di usulkannya kepada suaminya agar bayi laki-laki tadi diambil saja,
dijadikan sebagai anak angkat di pelihara dan dibesarkan dalam istana. Firaun
menerima usul daripada istrinya. Maka sejak sat itu, di jaga, dipelihara dan di
besarkanlah nak musa A.S di lingkungan istana firaun laknatullah alaik.
Begitulah ia memasuki masa remajanya, tumbuh sebagai anak angkat
daripada fir’aun dengan segala fasilitas yang serba cukup di dalam istana
fir’aun. Sampai pada masanya dimana ia menyadari, bahwa ia sebenarnya bukan
dari keturunan orang-orang mesir tapi dari keturunan bani Israel.
Sehingga suatu hari ketika ia keluar dari istana ia bertemu dengan orang
yang bertengkar, satu dari keturunan bani Israel dan satu lagi dari orang
mesir. Musa membantu orang Israel ini melerai perkelahian tapi kemudian nabi
musa memukul orang mesir tadi dan memang hebat sekali pukul, mati. Sodara-sodara
tidak sengaja nabi musa itu, hanya memukul memberikan peringatan, tapi mati.
Ini disembunyikan oleh nabi musa, tapi
bagaimanapun disembunyikan akhirnya toh tahu, apalagi fir’aun sejak awal
sudah mendapat firasat, “jangan-jangan inilah yang banyak di ramalkan oleh
dukun-dukunku, ahli nujumku di istanaku, bahwa akan lahir anak laki-laki dari
keturunan bani Israel yang akan menghancurkan kekuasanku, memusnahkan
kerajaanku, jangan-jangan ini orangnya”. Sejak pertama menemukan bayi musa,
fir’aun punya firasat kearah itu, tapi karena kalah dengan desakan istrinya,
maka diterimalah musa untuk dibesarkan
di dalam lingkungan istana.
Sehingga akhirnya oleh karena perasaan bersalah ini, nabi musa
melarikan diri dari istana fir’aun. Setelah nyata-nyata dia keturunan bani
Israel keluarlah nabi musa dari mesir menuju madyan.
Di dalam pengembarannya sodara-sodara. Di satu lembah nabi musa
ketika itu, belum menjadi nabi. Pemuda musa ketika itu sedang beristirahat dan
dari kejauhan dilihatnya orang berdesak-desakan rupanya adalah
pengembala-pengembala kambing yang aka mengambil air dari dalam sumur. Mereka
berdesak-desakan berebut karena sumur Cuma satu yang ngambil air kelewat
banyak. Diantara desakan-desakan itu, nabi musa melihat dua orang wanita kakak
beradik minggir saja tidak ikut berdesak-desakan. Nabi musa menghampiri dua
wanita tadi. “kamu sedang apa disini?, jawab kedua wanita itu “kami sebenarnya
ingin mengambil air”, Tanya nabi musa, “kenapa tidak ikut berdesak-desakan?”
jawab keduanya “itulah soalnya mereka laki-laki semua, gagah perkasa pula,
kalau kami ikut berdesak-desakan bagaimana jadinya kami. Biarlah kami mengalah
sehingga sampai mereka selesai semuanya baru kami akan mengambil air”.
Mengertilah nabi musa bahwa wanita kakak beradik ini demikian halus ahlaknya,
nggak mau berdesak-desakan sama laki-laki. Budi pekertiannya sedemikian luhur,
“nungguin ajadah nanti juga beres, kalau semua udah kan pada minggir kita tidak
usah bedesak-desakan”.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Menyadari kodrat kewanitaannya, sehingga berdesak-desakan itu saja
bisa mengurangi citranya sebagai wanita.
“biarlah nanti juga selesai”. Bukan malah ikut ngerangsak, “enak neh bedesakan
ma orang laki nih, lumayan ini”. Sepintas itu saja sudah cukup bagi nabi musa
untuk menilai ahlak dari wanita itu tadi. Kata nabi musa “oh kalau kamu nunggu
begini saja lama, sudah sini saya tolongin”, diambil embernya, nabi musa ikut
berdesakan karena nabi musa memang kuat badannya. Tidak lama kemudian dapatlah
air dan di sodorkan kepada wanita itu. Si wanita segera tahu bahwa pemuda ini
begitu baik budi pekertinya mau menolong orang yang dalam kesusahan. Dan
akhirnya wanita itu berkata, “bagaimana kalo kamu ikut saja kerumah saya, bapak
saya sudah tua senang hatinya kalo kamu ikut kerumah kenalan sma bapak saya”,
kata nabi musa “Ayolah”.
Berangkatlah mereka dan dalam perjalanan si wanita ini berjalan
duluan dan nabi musa di belakang. Kemudian nabi musa bilang “eh,
sebentar-sebentar saya duluan kamu belakangan”, kenapa rupanya? Angina nakal
tertiup menghembus pakaian si wanita sehingga memberikan gambaran yang agak
jelas tentang warna, bentuk, postur badan si waniat itu tadi. Sekarang musa
yang menunjukan budi pekerti yang luhur. Gak mentang-mentang ditiup angin lalu
berdalih “nah, mumpung nih, rezeki nih kapan lagi nyari yang begini”. Jadi
kedua-duanya sudah menunjukan satu ahlak yang sangat luhur.
Manakala sampai dirumah kedua wanita kakak beradik ini dan
diceritakan halnya bahwa dia di tolong oleh seorang pemuda, inilah orangnya.
Sangat bersuka citalah hati orang tua kedua wanita itu tadi. Lalu usul si
wanita itu tadi, “pak kitakan disini banayk punya kambing, gak ada yang bnatuin
ngembala dan bapak sudah tua. Kalo ini orang kita minta tinggal disini aja
gimana pak?” jawab ayahnya “ya terserah kamulah”. Akhirnya nabi musa tinggal
disana. Menurut satu riwayat 8 tahun ikut mengembalakan kambing dan orang tua
tadi tidak lain adalah nabi syuaib A.S. yang akhirnya kemudian nabi musa di kawinkan
dengan wanita itu tadi.
Setelah berumah tangga, nabi musa ingat kembali bahwa ia
sesungguhnya keluar dari mesir karena menghindarkan diri. Bahwa kaumnya bani
israell di mesir tertintas di bawah kekuasaan firaun yang dzolim. Dikerjakan
secara paksa, wanita di permalukan, bayi laki-laki di bunuh. Tergerak hatinya,
iya dia sudah enak, punya mertua bijaksana, punya istri cantik, hidup tenang
sebagai pengembala kambing, tapi nurani kebangsaannya memberontak, “saya tidak
boleh bersenang-senang sementara bangsa saya ditindas, saya tidak boleh menari
diatas bangkai sodara saya, saya tidak boleh tersenyum diats penderitaan
sodara-sodara saya. Sodara-sodara saya bani Israel merintih di bawah penindasan
firaun, saya harus membebaskan mereka”.
Lalu di ceritakan hal ini kepada mertuanya, “tua, saya mau kembali ke mesir”,
kata mertuanya, “untuk apa musa?”, jawab musa, “untuk menyelamatkan
sodara-sodara saya bani Israel yang masih dalam cengraman kedzoliman rezim
fir’aun, saya harus emmbebaskan mereka”, kata mertuanya, kalo memang itu
tekadmu nak, berangkatlah, bapak mengirimu dengan do’a”.
Berangkatlah nabi musa dengan istrinya. Sampe ketika beliau sedang
beristirahat di satu lembah. Dari kejauhan beliau melihat ada api menyala,
beliau berkata kepada istrinya, “kamu tunggu disini tidak lama saya akan
kembali, saya akan menghampiri api itu”. Berangkatlah nabi musa kearah api
menyala tadi. Makin di dekatin makin terang sinarnya, sampe kemudian terdengar
suara:
يَا
مُوسَىٰ . إِنِّي
أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ ۖ
إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى . وَأَنَا
اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰ .
"Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah
kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku
telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). (Qs.
Thaha: 11-13).
Wahai musa akulah tuhanmu, bukalah terompahmu sesungguhnya engkau
berada di satu lembah yang disucikan bernama lembah tuwa. Aku telah memilihmu
musa dan sekarang dengarlah apa yang diwahyukan kepadamu. Dan pada saat itulah
turun wahyu pertama dan resmilah nabi musa diangkat menjadi rasul oleh Allah
SWT. di satu lembah di bukit tursina. Apa wahyu pertama yang turun? Bunyinya:
إِنَّنِي
أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي……..
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku…….” (Qs. Thaha: 14).
Sesunggunya aku ini benar-benar tuhanmu musa, tidak ada Allah
selain daripadaKu, maka hendaknya engkau hanya beribadah menyembah kepadaku. Ini
umum sodara semua rasul yang diutus Allah inilah ajaran prinsipnya, أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا akulah Allah tuhanmu
tidak ada tuhan lain selain Allah. Semua rasul membawa ajaran ini, oleh sebab
itu bukan hanya sekedar percaya kepada tuhan saja yang penting, “sudahlah,
sudahlah, pokoknya yang penting percaya kepada tuhan!”. Iya tuhan yang mane?
Sebab kalau sekedar percaya kepada tuhan semua agama percaya kepada tuhan.
Begitulah orang hindu percaya kepada tuhan, tapi tuhan menurut mereka trimurti,
wisnu siwa, brahma. Orang budha percaya kepada tuhan, tapi tuhan dalam
pandangan mereka ada tuhan kecil namanya hinayana ada tuhan besar namanya
Mahayana. Orang majusi juga percaya kepada tuhan tapi tuhan dalam pandangan
mereka ada tuhan kebaikan namanya ahriman da nada tuhan kejahatan namanya
akuramasta. Orang nasrani juga percaya kepada tuhan tapi tuhan kata mereka
dalam bentuk trinitas yaitu, tuhan anak, tuhan bapak, ruhul qudus. Ini semua
tuhan dalam pandangan mereka.
Jadi, kalo sekedar percaya kepada tuhan dan percaya kepada tuhan
saja, tuhan yang mana? Itu yang berprinsip. Sebab salah kita dalam mempercayai
tuhan kita akan terjebak dalam penyakit kalau tidak kufur ya syirik dan
dua-duanya itu Booaapak moyang nya dosa. Sebab itu islam menyelamatkan kita
masyarakat manusia:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ……..
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu….” (Qs. Al-Baqarah: 21).
Hai manusia, tuhanmu yang perlu kamu sembah itu hanyalah tuhan yang
telah menciptakanmu dan itu tidak lain adalah Allah yang وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
كُفُوًا أَحَدٌ لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ yang tidak beranak dan tidak pula diperanakan dan Allah
yang لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ Allah yang tidak
serupa dengan siapapun dialah Allah itu. Begitu wahyu yang diberikan kepada
nabi adam, nuh, Ibrahim, yusuf bahkan kepada musa . إِنَّنِي
أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا
akulah tuhanmu, tidak ada tuhan melainkan aku, maka kepadakulah
kamu hanya menyembah, ini wahyu yang pertama turun dan sudah berisi tauhid.
Jadi hakekatnya agama yahudi sodara, adalah agama tauhid, agama
monoteis, agama yang mengajarkan hanya ada satu tuhan untuk seluruh alam dan
tuhan itu adalah Allah SWT. sebab itu syahadat orang yahudi bunyinya begini: Sema
yesraelyahwe elo heno yahwe ekhot”. Nah ini syahadat orang yahudi, itu
perbedaan Bahasa suryani ibrani dengan Bahasa arab, kita Ismak dia Syema
kita Ahad dia Ekhot. Maksudnya jelas, dengarlah wahai orang
Israel tuhan kita ialah tuhan yang esa. Esa artinya tunggal yang tidak beranak
dan tidak diperanakan. Kalo masih beranak dan kalau masih diperanakkan jangan
esa disebut, sebab dia masih berbilang dan maha suci Allah dari sifat
berbilang.
Jadi asas dari 25 rasul itu tauhid inti ajarannya, setelah tauhidلِذِكْرِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ dan dirikanlah sholat
untuk mengingat aku. Jadi sholatpun diwajibkan kepada nabi musa, cuman
tekhnisnya yang berbeda. Bagaimana sholat di jaman nabi musa, bagaimana sholat
di jaman nabi sulaiman, bagaimana sholat di jaman nabi Muhammad. Prinsipnya
sama yaitu sholat hanya saja tekhnisnya yang berbeda. Di jaman nabi sulaiman
konon sholat itu berdiri saja dan riwayat bahwa nabi sulaiman meninggal dalam
keadaan berdiri, artinya apa? Dalam keadaan sholat bukan berdiri ngejedok kaya
kita nungguin bis, bukan. Yang jelas sholat itu setiap nabi hanya tekhnis yang
berbeda.
Jadi ini sudah aqidah dan syariat, akulah Allah tuhanmu tidak ada
tuhan selain aku ini akidahnya, lalu syariatnya dirikanlah sholat untuk
mengingat aku. إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ
sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang, ini juga sudah merupakan urusan beriman,
percaya kepada hari akhir.
Sodara-sodara kaum muslimin rahima kumullah.
Setelah mendpat wahyu ini turunlah perintah Allah kepada nabi musa.
Apa kata Allah? Dijelaskan dalam Al-Qur’an:
اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ
إِنَّهُ طَغَىٰ
Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia
telah melampaui batas”. (Qs. Thaha: 43).
Sekarang musa berangkatlah kamu kesana musa, hadapi fir’aun
sampaikan dakwah ini. Dia telah melampui batas, إِنَّهُ
طَغَىٰ dia sudah berlebih-lebihan. Jadi sodara-sodara dwi fungsi
sudah, kalo pada mulanya nabi musa berniat kembali ke mesir hanya untuk membebaskan
kaumnya bani Israel, sekarang malah bertambah tidak hanya sekedar itu malah
lebih utama adalah menyampaikan risalah, menyampaikan misi kerasulannya,
menyebarkan tauhid, mengumandangkan syariat, bertambhalah tugas nabi musa.
Sebagai pejuang bangsa juga sebagai mujahid. Pada mulanya pejuang bangsa toh,
artinya nabi musa kembali kepada firaun di mesir tujuannya tadi Cuma untuk
membebaskan bani Israel kaumnya. Tapi di tengah jalan dia mendapat wahyu,
berangkat kepada firaun, menyadarkan dia, canangkan tauhid, sampaikan syariat.
Lebih daripada pejuang bnagsa ia juga pejuang agama. Kadang-kadang ada pejuang
agama tapi tidak pejuang bangsa, kadang-kadang ada pejuang bangsa tapi tidak
pejuang agama.
Sodara-sodara kaum muslimin.
Ya idealnya memang kedua-duanya, yah pejuang agama yang pejuang
bangsa juga. Mendapat tugas seperti ini, apa permohonan nabi Musa A.S?
dijelaskan di dalam Al-Quran:
قَالَ
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي . وَيَسِّرْ
لِي أَمْرِي . وَاحْلُلْ
عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي . يَفْقَهُوا
قَوْلِي . وَاجْعَلْ
لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي . هَارُونَ
أَخِي . اشْدُدْ
بِهِ أَزْرِي .
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan
mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya
mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari
keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku”. (Qs.
Thaha: 25-31).
Ini pondasi dasar, memulai perjuangan dengan pondasi ini. Apa
permohonan nabi musa?
Pertama, رَبِّ
اشْرَحْ لِي صَدْرِي ya Allah lapangkan hati
saya menghadapi musuh dengan jiwa lapang itu penting, sebab kalo kita
menghadapi musuh dengan jiwa sempit kita sudah kalah sebelum berperang.
Menghadapi musuh dengan jiwa lapang artinya masih berharap kalo-kalo dia mau
mengikuti ajaran ini. Jadi, tahap pertama datang bukan orang yang mau membasmi,
tapi sebagai orang yang mau menyelamatkan, ini perlu jiwa yang lapang. Sebab,
dakwah nabi musa yang pertama yaitu menyadarkan firaun dulu, setelah disadarkan
dengan kata-kata tidak kena juga, di sadarkan dengan bukti berupa mukjizat,
masih bandel juga, musa mohon dikirim bencana, masih nggak mempan juga, abis
dah!.
Jadi ada tahapan, kemungkinan firaun bisa menerima. Sama juga dengan
bayi, bayi itu kalau baru lahir kedunia broll, kasih susu mak nya dulu, gede
dikit kasih bubur, gedean lagi nasi ulek dah, udah gede betul kasih nasi, udah
gede bangat? Jengkol jijilin. Jadi ada semacam tahapan, kalau begitu lahir di
kasih jengkol kan abis tuh bocah!. Peringatan dulu, jika tidak bisa ya bukti dengan
mukjizat, hadapkan dengan sihir menang mukjizat, masih tidak mempan juga
dikirmkan azab, di kirimkan bencana. Masih tidak mempan juga, sudah di
tenggelamkan Allah di lautan merah. Itu akan kita ceritakan kemudian nanti.
Jadi permohonan nabi musa, ya Allah lapangkan hatui saya dalam
menghadapi firaun ini, firaun dan kawan-kawannya, hamman dan lain-lain. Dan jangan
lupa firaun itu Cuma ya hakekat tapi juga symbol, hakekatnya memang ada yang
namnya firaun itu, symbol karena firaun sellau berkembang di setiap jaman di
setiap waktu firaun selalu ada. Cuman liciknya firaun ini kemana dia pindah
kesitu dia ganti nama, orang sering lupa padahal isinya firaun. Namanya bisa
Hitler, namanya bisa Mushollini, namanya bisa stalin tapi isinya tetap firaun,
kemana dia dia tinggal di situ dia gnati nama. Firaun itu symbol dari kekuasaan
yang terlepas dari control iman, symbol yang menjadi kekuasaan yang menyebabkan
orang lupa diri dan lupa daratan.
Sebenarya mah Firaun mulanya hanya seorang raja toh, raja doang
dia. Cuman karena kelewatan jadi raja, kagak mau turun-turun akhirnya dia
menganggap tidak ada yang lebih tinggi daripadanya. Apalagi ketika nabi musa
datang mengajarkan ada tuhan yang sebenarnya yaitu Allah. Maka firaun sampai
kepada puncak kekurangajarannya memproklamirkan diri sebagai tuhan. Firaun
berkata:
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ
Artinya: “(Seraya) berkata:
"Akulah tuhanmu yangpaling tinggi". (Qs. An-Naziat: 24).
Perkataaan ini bukan karena kebodohannya memang, tapi karena
gengsi kekuasannya. Nah, gengsi kekuasaan ini sering menyebabkan orang over
acting. Fir’aun bukan bodoh, bukan. Fir’aun bukan tidak tahu kalau musa itu
benar, tahu dia. Fir’aun bukan tidak mengerti kalau itu Mukjizat, tau. Tapi
karena gengsi kekuasaan, “guekan raja, masa di depan rakyat nunduk sama musa,
gengsi dong!”. Coba lihat gengsi kekuasaan sering membuat orang mau menginjak-nginjak
kebenaran, mau membohongi hati nuraninya sendiri, mau membohongi Qolbinya,
hatinya. Padahal itu sudah, orang kalau sudah hatinya sendiri di bohongi
apalagi orang lain. sudah manusia paling kejam itu.
Cuman karena gengi kekuasaan saja, gengsi kekuasaan kadang
menganggap remeh kecil nabi musa. Kadang merasa besar di hadapan rakyatnya,
masa harus tunduk kepada dakwah musa “ntar dulu, apa yang ada sama musa, diakan
hanyut gue yang ngangkat!”. Iya toh? Peristiwa di sungai nil itu, aku yang
besarkan di istanaku. Gengsi kekuasaan sering membuat orang Over Acting, dia
tahu bahwa itu benar, tapi tidak pernah mau mengikutinya, kenapa? Gengsi
kekuasan. Inilah watak firaun, oleh Karen aitu nabi musa mohon ya allah
klapangkan hati saya menghadapi orang macam firaun ini.
Kedua, وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي dan mudahkan urusan
saya. Orang yang berjuang itu sodara setelah taktik dan strategi dibicarakan
segala persiapan fisik dipersiapkan. Jangan lupa, ya Allah mudahkan urusan
saya. Sebab sepanjang yang bisa kita lakukan hanyalah bersuha-berusaha dan
berusaha. Kepastian, ketentuan, hak prerogative Allah azza wajalla. Kalo Allah
memberikan kemudahan, satu dunia orang mau menghadang no problem. Kalo Allah
sudah memberikan kemudahan satu dunia orang mendatangkan kesulitan tidak ada
gunanya itu.
Karena
sudah terbayang oleh musa. Pertama, fakor psikologis. Bagaimanapun firaun itu
bapak angkat sendiri, orang kalau nasehatin orang lain barangkali tidak terlalu
jadi beban moral, tapi kalau sudah menasehati orang yang pernah mengasuh dan
membesarkan dia itukan bebal moral, sulit posisi ini, apalagi kekuasaan mutlak
berada di tangannya, tentaranya gagah perkasa.
Sodara-sodara
kaum muslimin rahimakumullah.
Ketiga, permohonan
nabi musa yaitu احْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي وَ bukahlah kebekuan lidahku. Satu riwayat menjelaskan
bahwa nabi musa memang agak gagap kalo bicara, riwayat lain menjelaskan bahwa
beliau agak sedikit cadel, tapi yang jelas minta agar dibukakan kebekuan lidah.
Ini mengandung satu pelajaran, bahwa cara menyampaikan sesuatu akan sangat
menentukan sesuatu itu sendiri. Sesuatu yang baik kalo salah kita
mengucapkannya, salah kita menceritakannya, salah kita menyampaikannya jadinya
tidak baik kesan orang. Ini soal ucapan, soal hati itu Allah saja yang tahu,
tapi orangkan sebelum tahu hati ini, omongan dulu yang di dengar, tingkah
lakunya dulu yang dilihat. Maka ini diminta oleh nabi musa A.S. Misi risalah
ini berat, menyampaikan pesan ilahi ini tidak ringan. Kalo saja ngomong akan
menimbulkan kesalah pengertian, oleh sebab itu bukalah kebekuan lidah saya ini.
Supaya lancar bicara untuk menyampaikan yang haq, menghancurkan yang bathil.
Cara
kita menyuguhkan sesuatu itu sangat menentukan sesuatu itu sendiri. Sodara
datang kerumah saya, yang saya suguhkan cuman segelas teh pahit dan singkong
goring. Tapi kalo dengan kata-kata yang menyentuh enak di dengar telinga, nggak
berasa itu singkong goreng. Sebaliknya, di sugukan makanan mahal, mewah, lezat
tapi caranya kasar, omongannya nggak enak di dengar, “makan deh sikat, abisin.
Gue tau lu lapar, abisin dah!”. Rasanya biar lapar juga nahan-nahan kita, apa
itu? Bukan makanannya yang nggak enak, bukan kita nggak doyan, bukan. Caranya
itu loh, caranya. Islam ini agama yang baik, kalo disampaikan dengan kata yang
tidak baik akan timbul, “oh, islam kok gitu yah”. Nah, ini yang tidak diinginkan
oleh nabi musa A.S.
Kita
begitulah dalam kehidupan ini kadang mendengar ceramah berurai air mata,
histeris, bisa gembira, kenapa? Kepandaian orang yang menyampaikannya,
bicaranya dua, tiga jam rasanya cuman dua atau tiga menit, baru sebentar
tau-taunya udah selesai. Ada yang ceramah seperempat jam rasanya kaya 3 jam,
dalam hati bebisik “udadah, udah, udah.”
Jadi
احْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي وَ Targetnya apa? يَفْقَهُوا
قَوْلِي agar mereka memahami,
tentu lawannya agar mereka tidak salah mengerti, agar mereka tidak salah paham.
Sebab kalo misi ini salah paham, dakwah tidak nyambung. Maka ini doa banyak
diamalkan, di baca oleh orang-orang mimbar yang sering pidato. Lapang hati melihat
kerumunan orang banyak nggak dag-dig-dug, nggak kena demam mimbar, udara dingin
tapi badan keringat baju basah.
Keempat, وَاجْعَلْ
لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي dan jadikanlah bagiku
seorang pembantu dari keluargaku sendiri. Siapa? هَارُونَ
أَخِي dia tidak lain adalah sodaraku harun. اشْدُدْ
بِهِ أَزْرِي akan saya limpahkan kepadanya segala beban-beban yang saya
derita. Artinya? Orang berjuang perlu teman, gak bisa sendirian, bagaimanapun
hebatnya kita, kita tetap memerlukan bantuan daripada orang lain. sendiri
memang lebih baik daripada berteman orang jahat, tapi berdua lebih baik
daripada sendiri, makin banyak makin baik. Untuk persoalan yang besar
memerlukan kebersamaan, begitulah nabi musa memberikan contoh. Saya tidak bisa
berjuang sendiri, saya minta di bantu oleh sodara saya harun, jadikan dia
pembantu saya, tempat saya membagi suka dan duka dalam perjuangan ini, tempat
saya bercerita, tempat saya mengeluh, tempat saya melarikan persoalan. Sebab
beban hati itu akan berkurang kalo ada tempat kita bercerita.
Sodara-sodara
kaum muslimin rahimakumullah.
Berangkatlah
nabi musa ke mesir, kemudian mulai menyampaikan dakwahnya kepada fir’aun
laknatullah alaik. Fir’aun mendengar musa datang kembali, kemudian terjadilah
forum dakwah ini. Apa kata fir’aun?, “musa kamu kemana saja?”, jawab nabi musa,
“saya pergi ke madyan”, Tanya firaun, “apa yang kamu lakukan?”, di jawab oleh
musa, “begini, begini”. Kata fir’aun, “kamu melarikan diri?”, jawab musa, “pada
mulanya iya”, kata fir’aun, “dan apa sekarang apa maksud kamu datang kembali ke
mesir?”, jawab nabi musa, “semula saya ingin membebaskan kaum saya bani Israel,
lalu saya kemudian menerima wahyu dari allah di tugaskan, diperintahkan oleh
Allah untuk datang menemui tuan, menyadarkan tuan dari kesesatan selama ini”.
Kata fir’aun, “siapa Allah itu musa?”, jawab musa, “Allah itu tuhan saya dan
tuhan tuan juga dan tuhan seluruh Alam ini”. Kata fir’aun, “eh, baru ini musa,
saya baru denger ini ada yang begini ni. Tuhanlah pake nggak kelihatan,
tuhanlah cuman atu, yang tuhannya banyak aja masih kelaparan. Kata firaun,
“dimana tuhanmu?”, jawab nabi musa, “tuhan saya bersemayan di Arsy tempat yang
sangat tinggi”, kata fir’aun, “hey haman (kepada perdana mentrinya) bikin
menara yang tinggi”. Rakyat di kerja paksa bikin menara tinggi, naik fir’aun
keatasnya melepas panah dari atas. Menurut satu riwayat panah itu di tangkap
oleh malaikat di tubleskan ke ikan dan di kembalikan lagi ke firaun dimana
kondisi panah itu berlumuran darah dan di tangkap lagi oleh fir’aun dan dia
pidato kepada rakyatnya, “hey, lihatin neh, tuhan musa udah saya panah nih,
mati!”.
Dengan
segala macam cara dan dalih firaun mengingkari dakwah nabi musa. Kata fir’aun,
“Baiklah musa kalo kamu memang benar apa buktinya?, kamu sanggup menandingi
tukang-tukang sihir saya? Ayo kumpul tukang sihir”. Di kumpulkan tukang-tukang
sihir, dilemparkan tali-tali kecil, berupah jadi ular mengejar musa. Musa oleh
Akllah di firmankan, lemparkan tongkatmu musa, musa melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular besar
yang menerkan ular-ular kecil tadi habis ular dari tukang-tukang sihir itu
tadi. Begitu hebat mukjizat yang diberikan allah kepada nabi musa dan fir’aun
tahu itu mukjizat, tapi dia ingkar juga. Tidak mau beriman, sudah nyata bukti,
sudah jelas saksi, dia tetap saja tidak mau beriman dan ingkar. Akhirnya nabi
musa memohon kepada Allah:
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ
آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ
وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ
الْأَلِيمَ
Artinya: “Musa berkata: "Ya
Tuhan kami, sesunguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka
kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami --
akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka
tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". (Qs. Yunus: 88).
Wahai
Allah, sungguh engkau telah memberikan kepada fir’aun dan para pembesarnya زِينَةً segala macam perhiasan dan segala macam harta benda di dalam
kehidupan dunia ini. رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ semuanya hanya
menyebabkan mereka sesat dari jalanmu, ya Allah binasakanlah mereka di dalam
hartanya dan tutuplah pintu hatinya dan mereka tidak akan beriman sampai mereka
melihat azab yang sangat pedih. Sudah dibuktikan, dakwah baik-baik tidak mempan,
bukti berupa mukjizat tidak kena. Sampai di kirimkan dengan teguran berbagai
macam bencana masih tidak juga beriman.
Akhirnya
nabi musa menyelamatkan kaumnya terlebih dahululah, kaumnya bani Israel di
bebaskan dari perbudakan di bawah oleh musa keluar dari fir’aun, mesir. Dikejar
oleh firaun dan dalam pengejaran ini sampailah nabi musa di tepian laut merah.
Buntu, depan laut belakang tentara firaun. Maju, kecebur, mundur kepergek musuh
dan nggak ada pilihan lain. dan dalam kondisi seperti ini Allah berfirman
kepada musa, “lemparkanlah tongkatmu ke laut hai musa”. Musa melemparkan
tongkatnya kelaut dan terjadilah mukjizat. Laut terbelah dan jalan muncul
kepermukaan laut, lewat musa di jalan itu, firaun terus mengejar dan ketika
musa sampai ketepian sebelah sana, firaun masih ditengah jalan, laut menutup
kembali, hilang di telan air laut. Firaun dan seluruh tentaranya tenggelam di
lautan merah, mati.
Pada
saat kondisi seperti itulah fir’aun dalam menghadapi sakratul maut, napas
cengak-cengak hampir putus dileher berkata dia: اَمَنْتُ
بِرَبِّىْ مُوْسَ وهَارُوْنَ kalo beginimah
saya juga percaya dah ama tuhan, percaya dah ama tuhan nya musa dan harun. Kata
malaikat maut, “kemarin kemana mas?”, Sudah gini hari mau percaya, terlambat,
terlambat. Akhirnya fir’aun mati. Mati, tapi badannya utuh, Allah berjanji:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ
لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً…….
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu……”. (Qs. Yunus:
92).
Kami selamatkan badanmu firaun agar menjadi pelajaran bai
orang-orang sesudah kamu nanti. Oleh rakyat mesir, “oh raja kita ini, ketemu,
ketemu, hidup? Mati. Kemudian sesuai tradisi raja waktu itu di mumilah
badannya, diawetkan, tersimpan di museum Negara mesir.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah
Jadi satu hal yang bisa kita ambil pelajaran dari riwayat
perjalanan dakwah nabi musa ini, bahwa dalam dakwah menyampaikan risalah memang
bukan jalan lurus dan licin bertabur bunga di kanan kirinya. Dakwah
menyampaikan pesan agama jalannya berliku, berbelok, menanjak, menurun, banyak
onak dan duri di sekelilingnya. Yang paling makan hati adalah apabila sudah
berdakwah kepada penguasa yang zalim. Bagaimanapun dia punya kekuasaan, dia
punya tentara, dia bisa menghitamkan yang putih dan dia bisa memutihkan yang
hitam. Kalo bukan iman yang menjadi landasan moral dalam perjuangan orang akan
mudah frustasi. Kalo berdakwah kepada rakyat kecil resiko kurang, kalau
berdakwah kepada para penguasa resiko kurang, kalo berdakwah kepada
kelompok-kelompok yang tidak memegang kekuasaan resiko kurang, tapi kalau sudah
kelompok memegang kekuasaan, yang tersinggung gengsi kekuasaannya, disitulah
resikonya sedemikian besar. Ini yang di hadapi oleh nabi musa, A.S.
Tapi yang dijalaninya dengan tabah dengan tekun karena memang kebenaran
bisa di tekan tapi satu hal yang jelas kebenaran sama sekali tidak bisa
dikalahkan. Buat sementara dia bisa ditekan, tapi lambat atau cepat dia pasti
akan muncul kepermukaan. Dan kebenaran jugalah yang akan tampil sebagai
pemenangnya.
Sebenarnya kurang apa firaun? Kekuasaan mutlak berada di tangannya,
seluruh mentri-mentri nya adalah pendukungnya belaka, rakyat di suruh patuh dan
taat kepadanya, dia penguasa tunggal di mesir. Semenatra kaum bani Israel di
bawah penjajahannya, di bawah kesewenangannya dan bahkan ketika nabi musa
mendakwahkannya fir’aun sempat mengungkap jasa. “Musa, kok kamu sekarang bisa
begitu, gak ingat dulu, kamu hanyut di sungai nil istri saya kan yang ngangkat
dan saya yang besarkan di istana saya. Kok sekarang kamu bisa ngelawan saya
sih? Ini biasa“. Apa jawab nabi musa? “eh, kenimatan yang kau berikan kepada
saya belum seberapa ketimbang penghianatanmu kepada kaum saya, bani Israel.
Jangan menyangka firaun kalo saya kamu bikin sennag saya akan emnghianati
bangsa saya sendiri? Tidak!. Sama seklai tidak, semua kesenangan yang kamu
berikan tidak akan menutup mata saya dari kondisi yang dio hadapi oleh umat
saya, mereka menderita, mereka tersiksa, mereka merana. Haruskah saya melupakan
mereka karena saya sudah tinggal di istanamu, engkau besarkan saya, padahal
engkau membesarkan saya bukan karena kemauanmu tapi karena desakan daripada
istrimu.
Jangan ngitung-ngitung fir’aun andai kata jasamu ada kepada saya, belum
seberapa ketimbang penghianatanmu kepada bangsa saya bani Israel”. Disitu nabi
musa menunjukan sifat nasionalisme yang sangat tinggi, rasa nasionalisme yang
sangat mendalam. Kadang-kadang kan orang seperti di jaman belanda karena
diangkat jadi tuan tanah bangsa sendiri di injek-injek. Karena diangkat centeng
sedikit, udah bukan main dah. Bangsa sendiri di injak-injak. Sama saja fir’aun,
“lo makan disini, gede disini, masa lupa kacang sama kulitnya? kasaranya begini
“lu bisa beginih musa gue yang ngerawatin lo!”. Musa menjawab, “betul firaun,
tapi apalah artinya semua itu ketimbang penghinaan yang kamu berikan kepada
bangsa saya, saya tidak mungkin menari-nari diatas bangkai umat saya, saya
tidak mungkin bersenang-senang diatas
penderitaan kaum saya, dan saya tidak mungkin senyum diatas penderitaan kaum
saya”. Denagn tidak melupakan jasamu saya tidak akan merubah pendirian saya,
saya ingin membebaskan penjajahan, saya ingin membebaskan bani Israel dari
belenggu penindasan. Bila kamu tidak mau mendengar dakwah yang saya sampaikan,
tidak mau bertuhan Allah dan tetap dengan kesombonganmu sekarang ini, kelah
berjalanlah dengan keyakinanmu saya akn tetap membebaskan bani Israel.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah
Itulah jalan dakwah, jalan menyampaikan risalah agama, risalah
islam, sekali lagi bukan jalan lurus bertabur bunga, tapi agama memberikan
ajaran بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
sampaikan dariku walau sepotong ayat. Tugas ini memang mulia, tapi berat, tugas
ini memang terhormat tapi penuh resiko ya kalo menyampaikan asal sekedar
menyampaikan, “udahlah, udah yang penting sudah menyampaikan”. Bukan sekedar
itu, ada semacam tanggung jawab moral, maka kondisi dasar yang dilakukan oleh
nabi musa, permohonan yang tadi itu, ya Allah lapangkan hati saya, jlan ini
meniku, menanjak, banyak halangan, tantangan, rintangan dan fitnahan.
Mudahkan urusan saya ini ya Allah karena mennatang kekuasaan
fir’aun ini bukan perkara ringan, bukan urusan main-main, kekuasaannya mutlak,
otoriter pula, dictator murni fir’aun. Mudahkan urusan saya menempuh jalan ini
ya Allah karena tidak mungkin menurut otak, mana bisa kata kebiasaan, imposible
kata rasio, kalau Allah mau memudahkan semua jalan akan terbuka dengan mudah.
Tapi kalo Allah mempersulit bagaimanapun matangnya perhitungan, strategi,
taktik rencana, program, planning jikalau Allah mempersulit jalan itu akan jadi
buntu jadinya.
Oleh karena itu persiapan zohir harus di imbangi dengan persiapan
batin, untuk menegakkan sesuatu yang haq, menghancurkan sesuatu yang batil dan
segala macam tantangan di hadapi oleh nabi musa. Dimana fir’aun berkata, “kamu
mau menyampaikan risalah? Kamu piunya bukti? Apa buktimu?”. Tongkat dilempar
jadi ular tangan di masukan dalam sakunya lalu keluar sinar lebih terang dari
lampu merkuiri, sehingga fir’aun silau di buatnya, “sudah-sudah musa masukan tanganmu
lagi”. Dia tahu, dia sadar itu bukan sihir tapi lagi-lagi gengsi kekuasaan
sehingga pantas kalau nabi pernah bersabda. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ
كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata
yang baik) di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud no. 4344,
Tirmidzi no. 2174, Ibnu Majah no. 4011. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
hadits ini hasan).
Menyampaikan kebenaran di
hadapan penguasa yang zalim. Tapikan ini berat sodara-sodara, sulit. Apalagi
belum apa-apa udah ngeri, “uwadah, udadah, udadah, jangan”. Itu sebabnya اشْرَحْ لِي صَدْرِي lapangkan hati saya.
Saya tidak punya pentingan apa-apa, tapi kalau sudah punya kepentingan pribadi
itu sudah handicap itu yang sering jadi jurang pemisah Antara kita dengan orang
yang kita sampaikan kebenaran tadi.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Maka relevan benar doa yang diajarakan rasul kepada kita:
اَلَّلهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقَّا وَارْزُقْنَا
اتِّبَاعَه . وَأَرِنَا
الْبَاطِلَ بَاطِلَا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَه
Ya Allah tunjukan kepada saya bahwa yang benar
itu benar dan berikan kepada saya kekuatan untuk mengikutinya dan tunjukan
kepada saya bahwa yang salah itu salah dan berikan saya kekuatan
menghindarinya. Kenapa? Orang sering tahu itu benar tapi tidak berdaya mengikutinya,
seperti fir’aun tahu bahwa musa itu benar, Abu jahal dan abu lahab tau bahwa
nabi Muhammad itu benar. Abrahah juga tahu bahwa nabi Ibrahim itu benar. Namrud
juga tahu bahwa ibrahim itu benar, tapi mereka tidak berdaya mengikuti kebenaran,
karena gengsi kekuasaannya. Kadang kita tahu itu salah, tapi karena dilakukan
oleh orang yang punya kekuasaan kita lalu tidak berdaya menghindarinya dan malah
terjebak ikut-ikutan salah. Lalu menghibur-hibur diri, “sudahlah, sudahlah
tidak ada gading yang tidak retak”.
Bukankah
dengan demikian kita sudah meligimitir kesalahan, tahu itu benar dan mampu
mengikutinya itu nikmat, tapi tau itu benar tapi tidak mampu mengikutinya itu
mendatangkan siksaan batin. Tahu itu salah dan mampu menegur itu nikmat, tapi
tahu itu salah namun tidak mampu menegur dan larut ikut salah itu mendatangkan
tekanan batin.
Tahu
kebenaran itu penting, tapi terketuk hati untuk mengikuti kebenaran itu lebih
penting. Semua kita tau toh islam itu benar, tapi semua yang tahu islam itu
benar maukah mengikuti ajaran islam? Tidak!. Semua orang tahu kalo judi itu
batil, itu tidak baik. Tapi dia tidak berdaya untuk menghindarkannya tapi
terjebak oleh penyakitan tadi.
Sodara-sodara
kaum muslimin yang saya cintai.
Oleh
karena itu tidak ada satu ucapan yang lebih baik, dalam istilah Al-Quran itu
Allah menjelaskan:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ
دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: “Siapakahyang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri?". (Qs. Fushilat: 33).
Ucapan siapakah yang lebih baik dalam hidup ini selain
daripada مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ
selain daripada ucapan orang-orang yang menyeru ke jalan Allah. Orang-orang
yang menyadarkan kepada Agama. Ini jalan Allah mari ikut, ini jalan syetan mari
tinggalkan. وَعَمِلَ صَالِحًا tidak cukup sekedar
berdakwah mengajak orang kejalan Allah dia juga beramal sholeh, ia bangun rumah
sakit, ia bangun madrasah, ia bangun masjid, وَقَالَ
إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ seraya berkata saya termasuk orang yang
berserah diri kepada Allah, menyerukan manusia ke jalan agama, beramal sholeh, dakwah
bil hal kata orang sekarang. Kemudian mereka berkata, kami adalah sekelompok
orang yang sudah berserah diri kepda Allah, segalanya di serahkan kepada Allah.
Lahirlah kedamaian rohani, ketegaran pribadi dalam dia menjalankan tugasnya. ketentraman
batin di dalam dia melaksanakan tugasnya. Kalau tidak? Makan hati, “yah tu
orang gue ajak baik-baik, sembahyang napa gue di musuhin!”.
Dipikirin-dipikirin, kurus dah!, ampek aja dah!. Soal orang mau beriman atau
tidak itu bukan urusan kita, tugas kita hanya sekedar menyampaikan… اَلَّلهُمَّ اِنِّىْ قَدْ بَلَغْتُya Allah sudah saya sampaikan, ya Allah sudah
saya peringatkan kalo toh sudah tetap begitu juga, sudah saya sampaikan ya
Allah. Kalopun masih begitu juga, sudah saya sampaikan ya Allah. Disana
kelapangan lalu tumbuh. Jadi dengan kata lainkita hanya berusaha, hidayah
adalah di tangan Allah. Oleh sebab itu kita ini termasuk yang bersyukur telah
mendapatkan limpahan hidayah ini. Kalo kita lihat firaun, hawan, bala
tentaranya dan lain-lain. kurang apa? Mereka lihat mukjizat, mereka saksikan
kebesaran Allah.
Di
dunia juga saja sudah di kirim bencana, teguran kepada mereka. Entoh juga tidak
beriman dan mula-mula, strategi nabi musa, mula-mula diajak ngomong, ngobrol,
tukar pikiran. Allah itu itu begini-begini, kata fir’aun, “ah, tidak bisa”,
padahal itu iyah, begitu-begitu, tapi masih tidak percaya juga, di buktikan
mukjizat, tongkat jadi ular, tangan bisa mengeluarkan sinar. Masih ingkar juga,
keluar doanyaini, doa yang ada dalam surah Yunus ayat 88, 99:
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ
آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ
أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا
الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
Artinya: “Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesunggunya
Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan
harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami -- akibatnya mereka
menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta
benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga
mereka melihat siksaan yang pedih".
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا
فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “AlIah berirman: "Sesungguhnya telah
diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan
yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang
tidak mengetahui".
Ya
Allah, cukup deh. Seruan udah di sampaikan, peringatan sudah diberikan,
mukjizat sudah mereka lihat tapi masih juga tidak mau beriman. Habisin aja dah,
habisin. Di kasih perhiasan dunia, إِنَّكَ آتَيْتَ
فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا di kasih harta, kesennagan dunia, bikin susah, habisin aja dah.
وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ hatinya mpekin aja
dah, udah di patri udah nggak mempen apa-apa, sudahlah ya Allah, فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
rasanya mereka memang nggak mau beriman, kalau belum melihat ajab yang sangat
pedih. Dan emmang, begitu masuk dan tenggelam di air laut, begitu nafas mau di
tenggorokan baru mau beriman, terlambatlah sudah.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Bagaimana akhir dari perjalanan nabi musa ini
in sya Allah akan kita bicarakan pada pertemuan berikutnya. Terima kasih atas
segala perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan.
وَ السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar