Selasa, 24 April 2018

2. Mendidik Anak Dalam Mengahadapi Tantangan Zaman


TEMA :
 “MENDIDIK ANAK DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN”
 السَّلَامُ عَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
 الْحَمْدُ لله الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَآءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَا جًا    وَقَمَرًا مُّنِيْرًا.
      أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَأَشَهَدُ اَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ الَّذِي بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَا جًا مُّنِيْرًا. اَلَّلهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيْرًا. أمّا بعد.

       Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang, yang kasihnya tidak pernah pilih kasih dan sayangnya tidak pernah pandang sayang.
       Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada jujungan kita, nabi besar muhammad saw. nabi penutup para nabi, nabi yang menancapkan kalimat la ilaha illah, tiada tuhan selain Allah, muhhammad rasulullah, dan nabi muhammad adalah utusan-Nya.
       Hadirin-Hadirat ma’siral muslim rahima kumullah.
       Pada suatu hari seketika berkumpul dengan para sahabat rasulullah saw. pernah bersabda :
حدثناعبدلرحمن بن ابراهيم الدمشقي حدثنابشربن بكر حدثنا ابن جابر حدثني أبو عب السلام عن ثو بان قال قلا رسول الله صلى الله عليه وسلم : {يُوْ شِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذً كَثِيْرٌ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ اْلَمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُوْلُ اللهِ وَمَا اْلوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّ نْيَا وَكَرَاهِيَةُ المَوْتِ}     (رواه أبوداود)
Artinya: Rasulullah Saw. bersabda :”Akan tiba suatu masa nanti umat islam ini akan diperebutkan seperti makanan yang ada di meja makan, sehingga sahabat yang mendengar menjadi kaget dan bertanya:” Ya Rasulullah apakah nanti kita akan merupakan umat yang sedikit wahai rasulullah sampai diperebutkan seperti itu ?”, Kemudian Rasulullah mengatakan tidak, justru kalian mayoritas, tetapi kalian itu tidak ubahnya seperti buih di lautan. Allah SWT. Mencabut dari dada musuh-musuh kalian rasa takut kepada kalian dan ditimpa kedalam dada-dada kalaian akan ada suatu penyakit yaitu Al-Wahhan, kemudian sahabat bertanya apakah wahhan itu ya Rasulullah ? Rasulullah mengatakan wahhan adalah cinta dunia dan takut mati. (H.R. Abu Dawud).
      Hadirin-Hadirat ma’siral muslim rahima kumullah.
       Suatu saat akan terjadi di tengah-tengah umat islam, dimana orang-orang lain di sekeliling-Nya akan bersatu menngerubungi seperti bersatunya orang-orang menggerubungi makanan diatas meja hidangan. Akan datang suatu masa dimana kondisi umat ini di kepung sedemikian rupa yang barat mau menerkam, yang timur mau menghantam, yang selatan mau menginjak-nginjak  dan yang utarapun akan menjelajah. Kondisi umat ini suatu saat kata nabi bagai makanan diatas meja hidangan. Sebagian sahabat merasa heran lalu mereka bertanya :” Apakah jumlah kami sedikit pada waktu itu ya rasul ?”, rasul mejawab :” tidak, tetapi keadaanmu saat itu persis buih di lautan banyak tetapi tidak punya daya dan kekuatan, banyak tetapi centang perenang dan banyak tetapi di permainkan gelombang lautan di hamparkan ketepian pantai tanpa punya makna dan arti kondisimu pada saat itu kuantitas yang tanpa kualitas. Sehingga orang lain enak saja mengepung kamu akidahmu di dangkalkan di banjiri dengan perdaban dan kebudayaan yang menjauhkan dari agama dari segi maksiat dan mungkarat merjalela, seluruhnya mengepung sampai kita melepaskan nilai islam yang kita miliki.
       Kemudian sambung beliau :” Pada saat itu di hatimu di campakkanlah penyakit Wahhan !”, sahabat bertanya :” Apakah penyakit wahhan itu ya rasul ?”, nabi menjawab :” penyakit wahhan itu adalah hubbuddunya wakaro hiyatul maut terlalu cinta kepada dunia dan terlalu takut kepada mati, materialistik dan takut resiko. Dua penyakit inilah yang menyebabkan walaupun ummat ini mayoritas tapi dipermainkan oleh yang minoritas walaupun dia golongan terbesar tapi nasibnya seperti makanan di atas meja hidangan dari segala arah mau menghantam dia.
       Hadirin-Hadirat ma’siral muslim rahima kumullah.
       Ini merupakan analisa sosial bahwa suatu saat nanti akan terjadi di tengah-tengah umat dimana kita akan di hantam dan di serbu dari segala macam penjuru, akidah di dangkalkan peradaban dan kebudayaan di rusak, makanan dan minuman di racuni, pakaian ditelanjangi dan sebagainya sampai kita melepaskan nilai islam yang kita miliki.
       Marilah sekarang kita melihat dan merenung adalah benar di jaman kita sekarang ini kita insya Allah tidak akan mengalami perang badar sehebat perang yang di lakukan oleh rasulullah dan para sahabatnya, tetapi perang yang kita hadapi sekarang bukan ujung pedang, bukan ujung tombak, bukan ujung panah. Tetapi perang yang kita hadapi sekarang adalah perang akidah, perang idiologi, perang mempertahankan nilai keimanan dan keyakinan yang kalau kita kalah sekarang mungkin kita memang masih beragama tetapi anak-anak kita, cucu-cucu kita generasi yang akan datang wallahu a’lam bissawab. Islam sodara-soadaraku  tidak mungkin hilang dari dunia ini, tetapi tidak mustahil islam gulung tikar dari desa kita, tidak mungkin islam gulung tikar dari kampung dan halaman kita jikalau kita tidak menjaganya jikalau kita tidak mewariskan ke generasi yang akan datang.
       Marilah sejenak kita mengigat bagaimana islam di Andalusia (Spanyol), yang pernah jaya yang pernah mewarnai daratan eropa yang sekarang tinggal ceritanya saja inipun pernah di peringati oleh baginda rasulullah saw. beliau bersabda :
 عن علي ابن أبي طالب عن النبي صلى الله عليه وسلم : يَأْ تِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَايَبْقَى مِنَ اْلإِسْلاَمِ إَلاَّاِسْمُهُ وَلاَمِنَ اْلقُرْآنِ إِلاَّ رَسْمُهُ .....(رواه بيحق)
Artinya :”  Akan datang suatu saat ditengah manusia dimana islam tinggal namanya saja dan Qur’an tinggal tulisan-Nya saja”, (H.R. Al-Baihaqi).
       Apabila kita tidak mewariskan islam ini kepada generasi yang akan datang maka serbuan-serbuan dari berbagai macam penjuru dari hari ke hari semakin kita rasakan kehebatan-Nya. Tidak mustahil sejarah spanyol akan terjadi di kota kita, akan terjadi di desa kita, akan terjadi di kampung halaman kita.
       Orang spanyol jika mereka bercerita kepada anak-anak mereka, mereka akan bercerita :”nak, disini dulu ada mesjid”, anaknya :”kapan itu pak ?”, bapak:” dulu sekali, banyak orang islam yang jika  hari jumat mereka pada sembahyang”, anak:” sekarang ?”, bapak:” sekarang tinggal ceritanya saja”. Bukankah suatu sesuatu yang sagat tidak mustahil apabila kita tidak menjaga dan mewariskan  islam ini kepada generasi yang akan datang maka serbuan-serbuan akan datang membawakan hasil yang di inginkan oleh para penyerbu tadi. Kita sudah menjadi ummat yang mayoritas, tetapi ummat yang mayoritas ini menurut rasul di kepung sedemikian rupa. Akidahnya di dangkalkan peradaban dan kebudayaan di rusak kehidupan sosialnya di buat individualis, kemudian dari segi pergaulan, pakaian, makanan dan minuman dan lain sebagainya di racuni sampai dia tidak lagi berpegang teguh pada agamanya dan kala itu hilang kehebatan ummat ini di mata-mata musuhnya, orang lain memandang kita enteng saja, remeh saja, suatu ummat yang sudah kehilangan wibawa padahal konon katanya kita mayoritas tetapi enak saja di kutak kutik orang lain. Dan di kala itu kita merajalela penyakit wahhan, apa penyakit wahan itu ?
      Pertama: terlalu cinta kepada dunia, yang menyebabkan kita lupa. Lupa kaan tanggung jawab dan kewajiban, lupa meneruskan islam kepada generasi yang akan datang. Kita berlomba dan berlomba hanya untuk mengejar dunia dan seluruh isinya. Kecintaan kepada dunia menyebabkan orang lupa akan tanggung jawab kepada anak betapa banyak orang tua yang tidak sadar akan amanah berupa anak ini mereka lalai dan masa bodo padahal tidak ada yang tidak di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Orang tua bisa mendapat pensiunan pahala jiakalau anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh, tetapi orang tuapun bisa masuk neraka jika meninggalkan anak yang salah dan orang tuanya tidak pernah sama sekali memberikan pendidikan sebagaimana mestinya.
       Suatu riwayat menjelaskan bahwa ada orang sholeh yang rajin beribadah, ngajinya rajin, sholatnya tepat waktu, zakat selalu ia keluarkan, dimana ada majelis ta’lim ia selalu hadir ketika di sidang di akhirat banyak amal sholehnya dari pada amal salahnya maka dia di persilahkan masuk kedalam syurga. Tetapi, ketika anaknya yang di sidang ditanya oleh malaikat:”siapa tuhanmu ?”, anak itu menjawab:” tidak tahu”,” lalau di tanya lagi:”apa kitab sucimu ?”, anak itu menjawab:” tidah tahu juga”, kamu pernah sholat ?”, anak:”tidak pernah”, malaikat:” zina ?” anak:” tiap malam”. Setelah di timbang lebih banyak dosanya dari pada amalnya maka dia di seret ke dalam neraka. Namun, sebelum diseret anak ini protes ‘memang saya tidak tahu tuhan saya, saya tidak tahu nabi saya, saya tidak sholat saya zina, orang tua saya megang qur’an saya megang botol. Tapi itu semua saya lakukan karena saya tidak tahu dan orang tua saya tidak pernah mau memberitahukan kepada saya, tidak mau mendidik dan mengajarkan saya dia hanya benar dan beramal sendiri, maka jadilah saya seperti sekarang ini dan saya menuntut jika saya masuk nereka saya menuntut keadilan agar orang tua saya juga ikut bersama saya ke dalam neraka karena dia saya menjadi seperti ini’. Lalu akhirnya orang tua yang sholeh itupun di seret masuk bersama anaknya kedalam neraka. Itulah pesan Allah SWT. Kepada kita semua, Allah SWT. Berfirman dalam QS. At-tahrim ayat 6:
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْاَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَا دُلاَّ يَعْصُوْنَ اللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْ مَرُوْنَ  (التحريم : 6)
Artinya :” Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintah” (QS. At-tahrim : 6)
       Sodara-sodara kaum muslim rahima kumullah.
       Jika kita orang-orang tua sekarang  ini sudah sering beristigfar melihat situasi membaca peta keadaan. Konon tantangan yang akan di hadapi oleh anak-anak kita lima belas, dua puluh bahkan tiga puluh tahun yang akan datang jauh lebih berat dari apa yang kita hadapi sekarang ini, maka adalah wajar jika orang tua cinta kepada agama cinta kepada anak-anak berfikir untuk mewariskan nilai-nilai islam kepada generasi yang akan datang.
       Bagaimana kita mendidik anak-anak kita agar menjadi anak yang sholeh, baik, dan siap menghadapi tantangan zaman-Nya ?
       Marilah kita telusuri apa yang di contohkan oleh Al-qur’an dimana nabi ibrahim pertanyaan yang snagat merisauhkan bagi beliau kepada anak-anaknya adalah :
   مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ بَعْدِ ؟
Apa yang akan kamu sembah nak ?
       Apa yang akan kamu sembah jikalau ayahmu ini tidak ada lagi ?, jikalau sekarang ayahmu rajin ke mesjid rutin melakukan ibadah dan sujud, tapi jika ayahmu pergi meninggalkan dunia ini apa yang akan kamu sembah nak ? menyembah Allah apa menyembah harta ? menyembah Allah apa mendewa-dewa kan pangkat dan jabatan ? menyembah Allah apa nanti menyembah Alam ? ituyang di khawatirkan nabi ibrahim kepada generasi yang akan datang. Ini berlainan dengan orang tua di jaman sekarang, mereka tidak menanyakan nyembah Allah tapi yang mereka katakan pagi-pagi :
  مَا تَأ ْكُلُوْنَ مِنْ بَعْدِ ؟  
  kalau bapak tidak ada kamu makan apa nak ?”
       Bukan nyembah apa yang di khawatirkan tapi makan apa ? maka lalu yang di cari sekolah-sekolah yang munafik yang tidak perduli apakah merusak iman-Nya, mematikan akidahnya, yang penting hari depan ada lapangan kerja. Akibatnya, banyak berborong-borong orang tua muslim menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang bukan islam yang nyata-nyata membahayakan aqidahnya di didik dengan kultur dan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai agamanya. Bukan kah ini merelakan anak untuk di kafirkan  dan di tulis menurut selera para pendidik yang tidak sesuai dengan nilai aqidah yang di milikinya.
       Mari kita lihat serbuan akidah di jaman sekarang ini, dimanfaatkan kemiskinan kita ummat islam, di berikan kita tawaran berupa tas, pakaian, obat-obatan kalo perlu beasiswa asal bisa melepaskan keislaman kita ini. Bertahap-bertahap, sedikit demi sedikit dan harus saya ingatkan orang di jaman sekarang tidak mungkin menghantam islam dengan terang-terangan secara frontal, tidak mungkin mengarahkan satuan militer. Tidak, orang masih memperhitungkan bagaimanapun kondisi dan kualitasnya ummat islam mereka masih punya satu modal penting, apa itu ? fanatisme agama. Kalo ini disulut api jihad segera berkobar dan hanya maut yang bisa menghentikan orang yang dibakar semangat jihad. Orang tahu itu betapa uni soviet kedodoran menghadapi mujahidin Afganistan yang di suluh oleh semangat jihad yang berkobar dengan persenjatan yang sedikit ketimbang persenjataan uni soviet, tapi mereka pantang mundur surut kebelakang. Jadi, jangan mimpi bahwa orang akan menghantam islam dengan melarang pengajian, meruntuhkan mesjid, menyegel pondok pesantren, tidak. Kalo perlu mesjid di perbesar musholla di perbanyak di diperindah tapi bikin itu mesjid seperti museum besar, megah, tempat orang kagum tempat orang memuji tapi sunyi dari nilai-nilai ibadah.
       Ma’siral muslim rahimakumullah.
       Untuk sampai kepada penghantaman akidah jalan yang paling mudah di rintis sekarang ini adalah  secara bertahap dan sistematis memisahkan ummat islam dari islam-nya. Biarkanlah, biarkan dia bernama islam, biarkan di KTP nya bertuliskan Agama islam, tapi tanamkan budata-budaya yang menyebabkan cara bergaul mereka cara mereka berumah tangga cara bertetangga mereka bahkan cara mereka berpakaian, makan dan minum, cara mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai islami. Jika sadarlah kita akan ini, maka usaha pertama yang harus kita lakukan adalah  menanamkan kepada anak-anak kita didik mereka dengan jiwa tauhid yang mengkristal di dalam batin-Nya meresap sampai ke tulang sum-sum nya yang tidak akan sampaipun nyawa berpisah dari badan-Nya akidah itu tetap tidak akan berpisah dari batin-Nya. Bahkan, dia dengan tegar sanggup berkata, ‘lebih baik saya melarat mempertahankan iman dari pada hidup mewah degan menjuak akidah’. Satu garis kehidupan yang perlu kita wariskan kepada anak-anak kita generasi yang akan datang.
       Di jaman dahulu ada suatu tradisi sodara-sodara jikalau anak gadis kita dilamar orang, orang lalu bertanya, ‘anakmu mau ngelamar anak saya apa sudah khattam Qur’an berapa kali ? apa sudah bisa baca kita ? dan lain sebagianya, sehingga ada lahirlah satu kebanggan apapun motifnya tapi pertanyaan semacam ini di jaman sekarang langkah sodara-soadara. Paling-paling yang di tanya jika naknya di lamar orang,’ anakmu kerja di mana ?, gajinya sebulan berapa ?, udah punya mobil atau rumah ?, itu yang kita pertanyakan berkisar pada materi, kerja pangkat dan jabatan. Perkara bisa baca Qur’an apa tidak soal delapan belas soal sembahyangnya rajin apa tidak soal tiga puluh enam.
       Akibatnya, terjadi pergeseran nilai maka mendidik anak menurut tuntunan Al-Qur’an adalah seperti yang diberikan contoh oleh Lukmanul hakim mulai ayat 11 dan selanjutnya, apa pendidikan yang harus di berikan kepada anak-anak kita ?
Pertama :
 .....يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللهِ....(لقمان : 13 )
Artinya :”....Wahai anakku jangan sekali-kali menyekutukan Allah...(QS. Luqman : 13).
       Ini dasar yang paling utama yaitu jaga tauhid pelihara iman dan mantapkan akidah. Belum lagi anak mengenal berbagai macam disiplin ilmu yang pertama kita tanamkan ialah nilai tauhid. Ini yang mendasari kehidupan, ini yang mewarnai dan menjadi warna dari kepribadian seseorang dan jiakalau ini sudah tertanam ini sudah merupakan suatu pondasi yang kuat selebihnya nanti tinggal melihat bakat si anak kemana dia harus diidik, yang terpenting nilai iman tanamkan terlebih dahulu. Dan untuk menghancurkan nilai nilai keimanan sodara-sodara, saya ingatkan kepada hadis yang di awal tadi di kepung kita dari berbagai penjuru agar bisa melepaskan nilai iman dan islam, proses pendangkalan akidah di tanamkan keragu-raguan kepada agama, di tanamkan rasa malu beragama sholat malu, baca Qur’an malu, berangkat ke mesjid malu, pake jilbab malu, di tanamkan rasa malu beragama sehingga bertahap sedikit-demi sedikit  kita mulai berpisah dari kehidupan beragama. Ditanamkan hal yang sedemikian rupa dari berbagai macam penjuru di hantam akidah, akidah kuat, di hantam dari peradaban dan kebudayaan diperbanyak peradaban dan kebudayaan yang bukan malah mendekatkan kepada agama malah mendekatkan kita kepada neraka, menjauhkan kita dari agama, menjauhkan kita dari nilai-nilai luhur yang di wariskan oleh orang-orang tua kita terdahulu.
       Sodara-sodara kaum muslimin rahima kumullah.
       Kenapa kita lebih menanamkan jiwa tauhid ini kepada anak-anak kita ?
       Pertama: kita tidak hanya ingin sekedar memiliki anak yang pintar, tetapi lebih dari pada itu kitapun ingin mempunyai anak-anak yang benar. Segala macam disiplin ilmu, segala macam bentuk penataan ilmiah dan pengisian intelektualitas manusia mungkin di suatu sisi membuat dia pintar tapi di sisi lain belum tentu akan membuat dia benar. Nabi saw. memberikan peringatan:
  مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدَى لَمْ يَزْ دَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا  (المكتبةالشّاملة : 155)
Artinya :”Barang siapa bertambah ilmunya dan tidak bertambah petunjuk, niscaya dia tidak bertambah dekat melainkan bertambah jauh dari Allah”.
       Kedua: sesungguhnya ruh semangat tauhid yang mengkristal di hati anak pada puncaknya akan melahirkan disiplin ilmu murni yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri dimana si anak dalam kehidupan-Nya merasakan dimanapun dia berada kemanapun dia pergi ia selalu merasakan kehadiran allah dekat dengan dirinya, ia sadar sesadar-sadarnya bahwa tidak ada suatu perbuatan yang bagaimanapun kecilnya yang bisa di sembunyikan dari kekuasaan Allah SWT.
       Ketiga:  dengan penanaman jiwa, ruh dan semangat iman ini maka di harapkan anak-anak nanti pada pertumbuhan-Nya sanggup mengendalikan hawa nafsunya dengan kata lain, bahwa penanaman jiwa tauhid, penanaman jiwa dan ruh keimanan ini merupakan kondisi dasar yang harus dilakukan sebelum yang lain-lain nya.
Kedua: setelah di tanamkan tauhid, maka tanamkanlah rasa hormat kepada orang tua. Firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surah Luqman : 14 :
وَوَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوَالِدَ يْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَّفِصَلُهُ فِي عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْلِي وَلِوَالِدَ يْكَۚ اِليَّ اْلمصِيْرُ (لقمان: 14)
Artinya:” Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepadakulah kembalimu”. (QS. Luqman : 14)
Dan hadis nabi muhammad saw :
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال جاء رسول الله صلى الله عليه وسلّم فقال : يَارَسُولُ الله, مَنْ اَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ ؟ قَالَ اُمُّكَ, قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ اُمُّكَ, قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ أُمُّكَ, قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ أَبُبوْكَ  (رواه ابخار و مسلم)
Artinya:” Dari abu hurairah r.a beliau berkata, “sesorang telah datangkepada rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata, ‘wahai rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ?’ nabi shallahu alaihi wasallam menjawab,’ ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya,’ kemudian siapa lagi ?,’ rasulullah shallaluhu alaihi wasallam menjawab,’ ibumu!,’ orang tersebut bertanya kembali,’ kemudian siapa lagi ?,’ibumu!’, kemudian siapa lagi ?,’ ayahmu.”(HR. Bukhari dan Muslim).
       Lalu bagaimana menanamkan rasa hormat kepada orang tua ?
      Pertama: Bagaimana orang tua memberikan keteladanan, marilah kita sebagai orang-orang tua ini menyadari bahwa sebelum anak kenal sekolah dasar sebelum anak kenal Tk, ibtidaiyah, tsanawiyah sampai kepada perguruan tingginya yang pertama dia kenal adalah rumah tangganya gurunya adalah ibu bapaknya. Disini berlakulah apa yang di namakan keteladanan, keteladanan jauh lebih berhasil dari pada sekedar teori-teori yang muluk, keteladanan jauh lebih berhasil dari pada berbagai induktrinasi dan penataran, kurangnya keteladanan akan menyebabkan anak mencari pola. Apabila kita orang tua ini tidak bisa memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak kita maka pada suatu saat anak-anak akan menganggap enteng dan kehilangan wibawa kita sebagai orang tua di mata mereka, di kala itu akan sangat sulit kita membentuk kepribadian mereka.
       Bukankah di jaman sekarang ini kita banyak mengalami krisis wibawa, krisis figur, ada yang karena raportnya merah lalu gurunya di kroyokin pak guru pulang sekolah di cegat bahkan nyaris ada orang tua di bunuh oleh anak-Nya sendiri dan lain sebagainya. Kasus-kasus yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena bukan saja bertentangan dengan nilai moral budaya kita sebagai bangsa tapi juga bertentangan dengan ajaran agama kita sendiri. Krisis wibawa, krisis figur  yang jyga akibatnya harus kita sadari  banyak faktor yang membentuk kepribadian anak, pergaulan-Nya,  yang di bacanya, yang di tonton-Nya di dalam kehidupan. Benar kita menyekolahkan-Nya tapi berapa jam dia di sekolah enam atau tujuh jam sedang mereka hidup dalam satu hari 24 jam kalau hanya tujuh jam di sekolah ini berarti lebih banyak waktu dia di luar sekolah dan ini sangat besar pengaruhnya di dalam pembentukan kepribadian-Nya.
       Sebagaimana yang saya katakan tadi bahwa  disamping kita menhadapi perang akidah kitapun berhadapan dengan perang menghadapi peradaban dan kebudayaan yang bukan saja menjauhkan kita dari agama tetapi sanggup menghancurkan moral dari pada anak-anak kita. Secara pribadi saya iri dengan dan kagum dengan kemajuan negara tetangga kita jepang padahal pada tahun 1945 hancur lebur oleh atom di dua ibu kota yaitu hiroshima dan nagasaki, tapi bagai suatu tenaga raksas jepangpun bangkit menjadi suatu negara super power di asia bahkan gurunya saja Amerika sekarang kewalahan menghadapi perang dagang dengan jepang ini dan yang menarik jepang bisa maju dan moderen dengan tetap menjadi jepang tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai suatu bangsa. Kita sebagai negara yang berkembang sering ingin mengikuti dan meniru barat, tetapi bukan tekhnologinya yang kita tiru tapi westernisasinya, bukan isinya yang kita ambil tetapi kulitnya akibatnya moderen-Nya belum orangnya sudah pada barat. Berpakain-nya sudah seperti orang barat, makan minum seperti orang barat, berumah tangga seperti orang barat, mendidik anak sudah seperti bara jika ketemu sama orang tua cukup bilang “hello father”. Kulitnya kita ambil sementara isisnya kita campakkan ironi dan menyedihkan.
       Padahal sesungguhnya kita bisa maju mengejar ketertinggalan dan moderen dengan tetap menjaga kebudayaan kita sebagai bangsa menganbil isinya dan jikalau perlu lalu mencampakkan kulitnya.
        Pengaruh peradaban dan kebudayaan yang begitu pesat yang dapat menghancurkan moral dari pada anak-anak kita dan oleh pesatnya pengaruh teknologi dimana hal-hal yang terjadi di belahan dunia lain dapat kita saksikan hari ini juga melalui layar televisi yang terjadi di amerika, eropa, bahkan di dunia yang paling ujungpun hari ini kejadian hari ini sudah bisa kita saksikan.  Pesatnya arus komunikasi yang jiakalau jatuh kepada anak-anak kita yang belum mempunyai filter (daya saring) positif akan dicerna oleh mereka tanpa memilah dan memilih, akibatnya nanti akan menyusahkan kita seluruhnya. Oleh karena itu budaya menghormati orang tua perlu di jaga, perlu di pelihara dan diwariskan kepada anak-anak kita sehingga ada respeknya kepada orang tua nya jangan bapaknya dianggap sepeti teman sebaya ibunya dianggap teman-Nya sendiri yang jika bicara tidak memiliki adab dan sopan santun. Hilangnya respek dan rasa menghormati karena orang tua tidak bisa memberikan keteladan, kurang memberikan perhatian apalagi baik ibu maupun bapaknya adalah orang karir yang setiap hari sibuk mengurusi tugas masing-masing. Bapak sibuk rapat pindah kantor sana sini, ibu sibuk arisan besarlah anak di tangan pembantu dan lain sebagainya sehingga dia merasa kurang mendapat perhatian dan ini ikut membentuk warna dari kepribadian yang di milikinya.
       Di pelosok-pelosok desa jaringan televisi memang menguntungkan tapi jikalau sudah kepada menayangkan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan lingkungan dimana mereka tinggal, dan ingin mereka terapkan dalam kehidupan ironi dan sungguh menyedihkan. Maka sering di katakan jikalau abri masuk desa  rakyat beruntung jikalau liastrik masuk desa rumah jadi terang jikalau koran masuk desa rakyat makin cerdas, tapi jiakalau  maksiat dan mungkarat masuk desa minuman keras masuk desa judi masuk desa pelacuran masuk desa maka rakyat tentu kiamat jadinya dan kita harus punya budaya untuk memilah dan memilih mempunyai filter untuk jadi daya saring positif. Oleh karena itu tahap kedua setelah menanamnkan jiwa tauhid kepada maka yang kedua tanamkan rasa hormat dan  kepada orang tua krena tidak ada suatu kebahagian yang bisa di tegakkan di dunia ini tanpa do’a dan restu ibu dan bapak.
Ketiga: Melalui model luqman Al-Qur’an menyuruh kita menannamkan etika otonom. Allah SWT. Berfirman :
 يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اَنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ اَوْفِى السَّمٰوٰتِ اَوْفىِ اْلاَرْضِۚ يَأْتِبِهَااللهُ, ِانَّ اللهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ    ( لقمان :  16 )
Artinya:” Wahai ankku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah maha halus, Maha mengetahui”. (QS. Luqman : 16)
       Ini merupakan suatu pendidikan moral,’wahai anakku jikalau ada suatu yang kamu kerjakan kecil tidak nampak oleh pandangan mata yang dzohir dan yang kecil itu tersembunyi di puncak langit di dasar bumi yang paling dalam atau di tengah batu hitam sekalipun Allah pasti mengetahuinya dan pasti akan memberikan balasan seadil-adilnya. Menanamkan etika otonom,’ wahai anakku jikalau kamu berbuat baik jangan karena ingin dilihat orang dan kamu tidak mau melakukan kejahatan karena tidak ada polisi, kucing juga bisa seperti itu, kamu taru ikan asin di piring kamu berdiam di situ dia akan tenang tidak berani macam-macam tapi jikalau kamu lengah sedikit ikan habis dia bawa pergi’.
       Ini suatu upaya menanamkan kesadaran bahwa kemanapun engkau pergi wahai anakku dan apapun yang engkau kerjakan tersembunyi di dalam hutan, gunung, laut, goa Allah pasti akan mengetahuinya.
       Sodara-soadara kaum muslimin rahima kumullah.
       Tanamkan kepada anak bahwa dalam kehidupan ini kita diawasi oleh dua malaikat yaitu rakib dan atib. Intelektualitas yang tinggi bagaimanapun, IQ yang ples (+)  sekalipun dan bebrbagai disiplin ilmu yang memadai tanpa etika otonom orang sering mencari cela dan kesempatan, tapi jikalau sudah merasa kemanapun saya pergi dimanapun saya berada kebaikan bagaimanapun kecil saya lakukan Allah pasti akan mengetahui dan akan memberikan balasan, Firman Allah SWT.
 فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَاهُ ۝ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ  ( الزّالزلة : 7-8 )
Artinya :”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan) pekerjaan mereka, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (QS. Al-zalzalah : 7-8)
       Sesungguhnya jikalau dilihat dari ayat diatas hakekatnya jikalau kita berbuat baik  kepada orang lain hakekatnya kita sudah berbuat baik kepada dirinya sendiri lalu tidak merasa rugi berbuat baik kepada orang karena manakala dia melakukan kebaikan kepada orang lain Artinya dia sudah menanam kebaikan untuk dirinya sendiri walaupun orang tempat kita berbuat baik itu membalas kebaikan kita dengan keburukan, dalam istilah pepatah “Air susu di balas dengan air tuba” jangan lalu kita berkata,’ menyesal saya sudah melakukan kebaikan kepada dia’, karena yang demikian akan mengurangi nilai pahala kebaikan kita sendiri. Jadi, bersyukurlah karena telah berbuat kebaikan kepada orang lain dan jangan menyesali kebaikan itu, karena penyesalan akan sebuah kebaikan hanya akan mengurangi nilai pahala kebaikan itu sendiri.
       Jadi, setelah menanamkan tauhid, menghormati orang tua kemudian yang ketiga pendidikan ahlak. Tentang moral, ini yang sering terlupakan oleh kita bahwa bagi kita pendidikan adalah upaya mencerdaskan otak anak. Sebab ini kelihatan-Nya pembangunan makin maju persaingan hidup semakin tajam tensi ekonomi semakin tinggi sementara jumlah tenaga kerja dengan lapangan pekerjaan yang tersedia jauh dari mencukupi. Jikalau tidak membekali anak dengan pendidikan yang menunjang, orang tua khawatir dan takut jikalau nanti anak-nya jadi gelandangan, di khawatirkan kehidupan di dunia ini sementara dia lupa jikalau anaknya bisa jadi gelandangan di akhirat. Padahal selama-lamanya gelandangan hidup di dunia  itu seumur manusia dan umur manusia katakanlah 60 atau 70 tahun  sementara jikalau harus menggelandang di akhirat alangkah menyedihkannya. Apakah kita akan mengorbankan suatu kehidupan yang abadi oleh karena tertipu oleh fata morgana sesaat ?, kita korbankan  yang banyak karena kita lebih memilih yang sedikit.
       Di dalam Al-Qur’an memang di terangkan bahwa hidup ini adalah perlombaan dan di dalam perlombaan tentu ada yang menang dan ada yang kalah lalu Al-Qur’an memberikan peringatan, Firman Allah SWT. :
 اَلْهٰكُمُ التَّكَا ثُرُ ۝ حَتّٰى زُرْتُمُ اْلمَقَابِرُ  ( التّكاثر : 1-2  )
Artinya:” Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur”. (QS. At-takasur : 1-2).
       Berlomba-lomba kita mencari dan mengumpulkan dunia dan seluruh isinya, kita berlomba memperbanyak harta meninggikan jabatan dan kedudukan namun kita lupa akan akhirat. Kemegahan dan kehijauan dunia membuat kita lupa sehingga begitu ajal menjemput, begitu akan masuk ke dalam liang kubur barulah sadar seperti halnya Fir’aun sudah tenggelam di laut merah nyawa sudah di tenggorokan dan baru dalam sekaratanya berkata :
 اٰمَنْتُ بِرَ بِّيْ مُوْ سٰى وَهَرُوْنَ
Artinya :”Saya percaya kepada tuhan-Nya musa dan Harun”.
       Hidup ini memang kita berlomba-lomba dengan waktu berlomba dengan umur yang jangankan sampai kita mundur  berhenti saja sejenak kita akan di tinggalkan orang lain, tiada kata mundur dan bahkan tiada kata berhenti. Sekali kita melangkah teruslah melangkah tapi berlombalah seperti yang di kehendaki oleh Allah, bagaimana lomba yang di kehendaki Allah SWT. ? :
 وَلِكُلِّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَ الِّيْهَا فَا سْتَبِقُو اْلخَيْرٰتِۗ......( البقرة : 148 )
Artinya:” Dan setiap umat emmpunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu kdalam kebaikan......(QS. Al-baqarah : 148)
       Berlomba-lomba dalam kebajikan itu sangat di anjurkan dalam agama, tetapi berlomba-lomba dalam dalam kemaksiatan dan kemungkaran itu sangat di larang.
       Sodara-sodara kaum muslimin rahima kumullah.
       Apabila pendidikan moral sudah tertanam barulah kita lihat bakat si anak kemana bakatnya dan dimana kita akan menyalurkan dia. Misalnya, dari kecil dia suka main senjata dan berperang maka alurkan menjadi abri atau TNI tapi dengan catatan yang tiga tadi (tauhid, hormat kepada orang tua & akhlak) sudah ada dalam dirinya, sehingga boleh jadi nanti di menjadi jendral yang beriman yang berbakti kepada orang tua dan punya nilai moral yang tinggi. Lebih baik menjadi rakyat rendah tapi akhlaknya tinggi dari pada pejabat tinggi tapi nilai moral rendah. Nilai moral ini yang menjadi ukuran di masyarakat dan ini yang sering kita lupakan  bahwa kehancuran suatu bangsa di dunia ini dimulai dari kehancuran moral dari bangsa itu sendiri.
        Di zaman sekarang ini membina nilai moral itu berat. Gadis remaja kita di berikan pakaian jilbab mungkin dia sendiri masih setengah-setengah di tambah lagi ledekan dan komentar dari teman-temannya, dikatakan bau syurgalah, bau mesjidlah, bau kemenyan lah, kuno dan lain sebagainya. Di tanamkan rasa malu untuk hidup dekat dengan agama. Jiaklau moral semacam ini sudah tertanam sedikit demi sedikit kita mulai mengucapkan ,’selamat tinggal kepada agama’. Dan kemalangan apa yang lebih malang jiakalau sudah jauh dari agama ini ?, bukankah islam telah menyelamatkan manusia dari penyakit jahiliah dan membawanya kepada suatu kehidupan yang maju dan moderen lalu kita tinggalkan islam ini bukankah ini artinya kita akan kembali kepada suatu zaman jahiliah, hanya saja jahiliah kita berada di abad modern yang dimana porsi dan ukuran jaman-nya tentu lebih moderen. Jikalau jahiliah dulu mabuknya menggunakan arak sekarang macam-macam orang bisa mabuk, jikalau zaman jahiliah  dulu anak perempuan di kubur hidup-hidup zaman sekarang kadang-kadang belum sempat lahirpun sudah dibunuh terlebih dahulu, di jaman dahulu orang menyembah batu yang bernama latta, uzza dan manat di jaman sekarang malahorang sering menyembah kepala bagian-Nya, sering menyembah komputer, sering menyembah tekhnologi  modern yang lebih diyakini dari pada Allah yang menjadi keyakinan sentral dalam hidup.
       Hadirin kaum muslimin rahima kumullah.
       Jadi, nilai moral harus di tanamkan kepada anak supaya mereka bisa mengadapi tantangan hidup yang semakin berat ini dengan tetap berpegang teguh dengan nilai-nilai moral yang di warnai denagn jiwa keimanannya yang bersumber dari ajaran agamanya.
Keempat: Tatanan kehidupan. Apa perkataan luqman dalam al-Qur’an mengenai ini ? Firman Allah SWT. :
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلوٰةَ وَأْمُرْ باِلْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ......( لقمان : 17 )
Artinya:” Wahai ankku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan mencegah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu......”. (QS. Luqman : 17).
       Rumah tangga muslim emmberikan sebuah aturan, jika anak berunur tujuh tahun tidak mau mendirikan sholat sebagaimana perintah nabi agar memukulnya, bukan untuk menyakiti tetapi untuk mendidik karna sayang kepada Anak. Dari amr bin syu’aib dan dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata Rasulullah bersabda :
 مُرُوا أَوْلَادُكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ, وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ, وَفَرَّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ (وصححه الألباني في "الإرواء", رقم 247  )
Artinya:” Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.” (Dishahihkan oleh Al-bany dalam irwa’u Ghalil, no. 247).
       Kita sangat khawatir terhadap anak-anak kita jika dia pulang dari sekolah buru-buru kita sebagi orang tua bertanya,’ sudah makan nak ?’,’ sudah istrahat nak ?’, tapi jarang kita sebagai orang tua melontarkan,’ sudah sholat nak ?’, bahkan kita bisa memberikan suggesti kepada anak,’ nak! Jika tamat SD bapak belikan sepeda, jika tamat smp bapak belikan motor’. Tapi jika dalam urusan sholat, misalnya kita tidak pernah memberikan suggesti kepada nak-anak kita. ‘nak jika kamu dapat menghafal surah al-Fatihah lengkap dengan artinya bapak belikan sepeda’. Sehingga ada rangsangan yang membuat anak  bergairah dan bergerak  untuk hidup dalam suasana keagamaan. Wahai anakku dirikanlah sholat sebab ini meruapakan sandaran vertikal yang paling langsung antar manusia dengan tuhan-Nya menyadari bahwa sepanjang yang bisa dilakukan oleh manusia hanya berusaha dan berusaha dan kepastian sepenuhnya ada di tangan Allah dengan sholat kepribadianmu diteguh  dengan sholat sandaran vertikalmu kepada Allah di perkuat dan pada waktunya nanti Al-Qur’an memberikan bimbingan hendaklah minta tolong kepada Allah dengan sabar dan tetap menderikan sholat. Firman Allah SWT. :
  يٰا أَيُّهَاالّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِۚ اِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ ( البقرة : 153 )                            Artinya:” Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesunggunya Allah beserta orang-orang yang bersabar”. (Al-Baqarah : 153).
 Kelima: tegaklah membina yang makruf dan tegaklah mencegah dari yang mungkar, ini merupakan sikap hidup sedangkan sholat adalah tugas hidup, Lalu sikap hidup tampil di tengah masyarakat membina yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar sesuai kesanggupan masing-masing. Bukankah kita menginginkan anak yang bermanfaat setidaknya buat keluarga syukur jikalau bisa lingkungannya, masyarkat, bangsa dan negara. Dan satu tanda dari orang yang bermanfaat  apabila dia bisa hidup bagi penganjur yang makruf dan pencegah dari yang mungkar dan itu jika tidak dengan ada hidaya sulit orang mau melaksanakan itu, sebab apa ? ada kecendrungan belakang ini agama di anggap urusan pribadi sehingga orang lalu sering berkata,’ jangan bawa-bawa agama itu bukan urusan agama’, ini merupakan ciri berfikir yang sekuler. Agama merupakan urusan pribadi sehingga orang mau sholat atau tidak itu urusan dia sendiri. agama bukan saja soal pribadi apalagi jikalau sudah mencakup amar ma’ruf nahi mungkar.
       Sebuah logika memberikan pelajaran kepada kita bahwa jika sebuah kapal laut terdiri dari banyak punampang dan menempatkan berbagai penjuru tempat di kapal ada yang berada di tingkat pertama, kedua, dan ada yang berada di bagian paling bawah, lalu ada seorang pemuda yang kehausan dia berada di bagian kapal paling bawah sedangkan orang yang menjual minuman berada di lantai kedua. Dia kemudian berpikir bahwa jika naik ke atas maka capek dan sulit karena banyak penumpang akhirnya muncul dalam pikirannya untuk membolongi kapal yang di tumpanginya karena tempat dia berdiri merupakan bagian paling bawah dan dekat dengan air laut. Jika ini di biarkan saja maka kapal akan tenggelam dan akhirnya bukan hanya pemuda yang membolongi kapal itu yang akan celaka tetapi semua penumpang di kapal itu akan tenggelam. Begitulah contoh dan pelajaran bagi kita jika ada yang berbuat kejahatan dan kemaksiatan lalu kita diamkan sendiri maka akan turun azab dari Allah SWT. dan azab itu bukan hanya menimpa orang yang berbuat kemaksiatan tapi seluruhnya baik yang berbuat maksiat maupun tidak. Firman Allah SWT. :

 وَاتَّقُوا فِتْنَةٌ لَا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَا صَّةً وَاعْلَمُوْاأنَّاللهَ شَدِيْدُالعِقَابِ ( الأنفال : 25 )
Artinya:” Dan peliharalah diri kalian dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang dzalim saja diantara kalian, dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya (QS. Al-anfal : 25)
Dan hadis nabi muhmmad saw. diaman beliau bersabda :
 مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيَّرْهُ بِيَدِهِ , فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ, وَذَالِكَ أَضْعَفُ لْإِيْمَانِ ( رواه بخار ومسلم )
Artinya:”  Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan, jika tidak mampu juga maka ubahlah dengan hati, dan itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Bukhari dan Muslim)
      Sebagai kesimpulan :
       Adapun hal-hal yang harus didik kepada anak adalah :
Pertama   : Menanamkan tauhid, bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah.
Kedua     : Menanamkan rasa hormat dan bakti kepada kedua orang tuanya.
Ketiga     : Menanamkan etika otonom atau akhlak yang baik, bahwa tiada satupun perbuatan yang hilang dan luput dari pandangan dan pengawasan Allah. Dan setiap perbuatan akan menuai tanggung jawab terhadap apa yang di perbuat.
Keempat : Menyuruhnya untuk mendirikan sholat di umur 7 tahun dan memukul di umur 10 tahun jika  masih belum melaksanakan sholat.
Kelima    : Menyuruh untuk menegakkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
       Demikian yang dapat saya sampaikan lebih dan kurang mohon di maafkan.

۞ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ ۞




     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...