TEMA
:
“MENDIDIK ANAK DALAM MENGHADAPI TANTANGAN
ZAMAN”
السَّلَامُ عَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
الْحَمْدُ لله
الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الّذِيْ جَعَلَ فِي
السَّمَآءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَا جًا وَقَمَرًا مُّنِيْرًا.
أَشْهَدُ
اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَأَشَهَدُ اَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ
الَّذِي بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَا جًا مُّنِيْرًا. اَلَّلهُمَّ صَلِّ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيْرًا. أمّا بعد.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji
dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang,
yang kasihnya tidak pernah pilih kasih dan sayangnya tidak pernah pandang
sayang.
Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada jujungan kita, nabi besar muhammad saw. nabi penutup para
nabi, nabi yang menancapkan kalimat la ilaha illah, tiada tuhan selain Allah,
muhhammad rasulullah, dan nabi muhammad adalah utusan-Nya.
Hadirin-Hadirat ma’siral muslim rahima
kumullah.
Pada suatu hari seketika berkumpul dengan para sahabat rasulullah saw.
pernah bersabda :
حدثناعبدلرحمن بن ابراهيم الدمشقي حدثنابشربن بكر حدثنا
ابن جابر حدثني أبو عب السلام عن ثو بان قال قلا رسول الله صلى الله عليه وسلم :
{يُوْ شِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى
قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذً كَثِيْرٌ قَالَ بَلْ
أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ
اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ اْلَمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي
قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُوْلُ اللهِ وَمَا اْلوَهْنُ قَالَ
حُبُّ الدُّ نْيَا وَكَرَاهِيَةُ المَوْتِ}
(رواه أبوداود)
Artinya: Rasulullah Saw. bersabda :”Akan tiba suatu
masa nanti umat islam ini akan diperebutkan seperti makanan yang ada di meja
makan, sehingga sahabat yang mendengar menjadi kaget dan bertanya:” Ya
Rasulullah apakah nanti kita akan merupakan umat yang sedikit wahai rasulullah
sampai diperebutkan seperti itu ?”, Kemudian Rasulullah mengatakan tidak,
justru kalian mayoritas, tetapi kalian itu tidak ubahnya seperti buih di
lautan. Allah SWT. Mencabut dari dada musuh-musuh kalian rasa takut kepada
kalian dan ditimpa kedalam dada-dada kalaian akan ada suatu penyakit yaitu Al-Wahhan,
kemudian sahabat bertanya apakah wahhan itu ya Rasulullah ? Rasulullah mengatakan wahhan adalah cinta dunia dan
takut mati. (H.R. Abu Dawud).
Hadirin-Hadirat ma’siral muslim rahima kumullah.
Suatu
saat akan terjadi di tengah-tengah umat islam, dimana orang-orang lain di
sekeliling-Nya akan bersatu menngerubungi seperti bersatunya orang-orang
menggerubungi makanan diatas meja hidangan. Akan datang suatu masa dimana
kondisi umat ini di kepung sedemikian rupa yang barat mau menerkam, yang timur
mau menghantam, yang selatan mau menginjak-nginjak dan yang utarapun akan menjelajah. Kondisi
umat ini suatu saat kata nabi bagai makanan diatas meja hidangan. Sebagian
sahabat merasa heran lalu mereka bertanya :” Apakah jumlah kami sedikit pada
waktu itu ya rasul ?”, rasul mejawab :” tidak, tetapi keadaanmu saat itu persis
buih di lautan banyak tetapi tidak punya daya dan kekuatan, banyak tetapi
centang perenang dan banyak tetapi di permainkan gelombang lautan di hamparkan
ketepian pantai tanpa punya makna dan arti kondisimu pada saat itu kuantitas
yang tanpa kualitas. Sehingga orang lain enak saja mengepung kamu akidahmu di
dangkalkan di banjiri dengan perdaban dan kebudayaan yang menjauhkan dari agama
dari segi maksiat dan mungkarat merjalela, seluruhnya mengepung sampai kita
melepaskan nilai islam yang kita miliki.
Kemudian
sambung beliau :” Pada saat itu di hatimu di campakkanlah penyakit Wahhan !”,
sahabat bertanya :” Apakah penyakit wahhan itu ya rasul ?”, nabi menjawab :”
penyakit wahhan itu adalah hubbuddunya wakaro hiyatul maut terlalu cinta
kepada dunia dan terlalu takut kepada mati, materialistik dan takut resiko. Dua
penyakit inilah yang menyebabkan walaupun ummat ini mayoritas tapi dipermainkan
oleh yang minoritas walaupun dia golongan terbesar tapi nasibnya seperti
makanan di atas meja hidangan dari segala arah mau menghantam dia.
Hadirin-Hadirat ma’siral muslim rahima kumullah.
Ini
merupakan analisa sosial bahwa suatu saat nanti akan terjadi di tengah-tengah
umat dimana kita akan di hantam dan di serbu dari segala macam penjuru, akidah
di dangkalkan peradaban dan kebudayaan di rusak, makanan dan minuman di racuni,
pakaian ditelanjangi dan sebagainya sampai kita melepaskan nilai islam yang
kita miliki.
Marilah
sekarang kita melihat dan merenung adalah benar di jaman kita sekarang ini kita
insya Allah tidak akan mengalami perang badar sehebat perang yang di lakukan
oleh rasulullah dan para sahabatnya, tetapi perang yang kita hadapi sekarang
bukan ujung pedang, bukan ujung tombak, bukan ujung panah. Tetapi perang yang
kita hadapi sekarang adalah perang akidah, perang idiologi, perang
mempertahankan nilai keimanan dan keyakinan yang kalau kita kalah sekarang
mungkin kita memang masih beragama tetapi anak-anak kita, cucu-cucu kita
generasi yang akan datang wallahu a’lam bissawab. Islam
sodara-soadaraku tidak mungkin hilang
dari dunia ini, tetapi tidak mustahil islam gulung tikar dari desa kita, tidak
mungkin islam gulung tikar dari kampung dan halaman kita jikalau kita tidak
menjaganya jikalau kita tidak mewariskan ke generasi yang akan datang.
Marilah
sejenak kita mengigat bagaimana islam di Andalusia (Spanyol), yang pernah jaya
yang pernah mewarnai daratan eropa yang sekarang tinggal ceritanya saja inipun
pernah di peringati oleh baginda rasulullah saw. beliau bersabda :
عن
علي ابن أبي طالب عن النبي صلى الله عليه وسلم : يَأْ تِيْ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ
لَايَبْقَى مِنَ اْلإِسْلاَمِ إَلاَّاِسْمُهُ وَلاَمِنَ اْلقُرْآنِ إِلاَّ رَسْمُهُ
.....(رواه بيحق)
Artinya :” Akan datang suatu saat
ditengah manusia dimana islam tinggal namanya saja dan Qur’an tinggal
tulisan-Nya saja”, (H.R. Al-Baihaqi).
Apabila
kita tidak mewariskan islam ini kepada generasi yang akan datang maka
serbuan-serbuan dari berbagai macam penjuru dari hari ke hari semakin kita
rasakan kehebatan-Nya. Tidak mustahil sejarah spanyol akan terjadi di kota
kita, akan terjadi di desa kita, akan terjadi di kampung halaman kita.
Orang
spanyol jika mereka bercerita kepada anak-anak mereka, mereka akan bercerita
:”nak, disini dulu ada mesjid”, anaknya :”kapan itu pak ?”, bapak:” dulu
sekali, banyak orang islam yang jika
hari jumat mereka pada sembahyang”, anak:” sekarang ?”, bapak:” sekarang
tinggal ceritanya saja”. Bukankah suatu sesuatu yang sagat tidak mustahil
apabila kita tidak menjaga dan mewariskan islam ini kepada generasi yang akan datang
maka serbuan-serbuan akan datang membawakan hasil yang di inginkan oleh para
penyerbu tadi. Kita sudah menjadi ummat yang mayoritas, tetapi ummat yang
mayoritas ini menurut rasul di kepung sedemikian rupa. Akidahnya di dangkalkan
peradaban dan kebudayaan di rusak kehidupan sosialnya di buat individualis,
kemudian dari segi pergaulan, pakaian, makanan dan minuman dan lain sebagainya
di racuni sampai dia tidak lagi berpegang teguh pada agamanya dan kala itu
hilang kehebatan ummat ini di mata-mata musuhnya, orang lain memandang kita enteng
saja, remeh saja, suatu ummat yang sudah kehilangan wibawa padahal konon
katanya kita mayoritas tetapi enak saja di kutak kutik orang lain. Dan di kala
itu kita merajalela penyakit wahhan, apa penyakit wahan itu ?
Pertama:
terlalu cinta kepada dunia, yang menyebabkan kita lupa. Lupa kaan tanggung
jawab dan kewajiban, lupa meneruskan islam kepada generasi yang akan datang.
Kita berlomba dan berlomba hanya untuk mengejar dunia dan seluruh isinya.
Kecintaan kepada dunia menyebabkan orang lupa akan tanggung jawab kepada anak
betapa banyak orang tua yang tidak sadar akan amanah berupa anak ini mereka
lalai dan masa bodo padahal tidak ada yang tidak di pertanggung jawabkan di
hadapan Allah SWT. Orang tua bisa mendapat pensiunan pahala jiakalau anaknya tumbuh
menjadi anak yang sholeh, tetapi orang tuapun bisa masuk neraka jika
meninggalkan anak yang salah dan orang tuanya tidak pernah sama sekali
memberikan pendidikan sebagaimana mestinya.
Suatu
riwayat menjelaskan bahwa ada orang sholeh yang rajin beribadah, ngajinya
rajin, sholatnya tepat waktu, zakat selalu ia keluarkan, dimana ada majelis
ta’lim ia selalu hadir ketika di sidang di akhirat banyak amal sholehnya dari
pada amal salahnya maka dia di persilahkan masuk kedalam syurga. Tetapi, ketika
anaknya yang di sidang ditanya oleh malaikat:”siapa tuhanmu ?”, anak itu
menjawab:” tidak tahu”,” lalau di tanya lagi:”apa kitab sucimu ?”, anak itu
menjawab:” tidah tahu juga”, kamu pernah sholat ?”, anak:”tidak pernah”,
malaikat:” zina ?” anak:” tiap malam”. Setelah di timbang lebih banyak dosanya
dari pada amalnya maka dia di seret ke dalam neraka. Namun, sebelum diseret
anak ini protes ‘memang saya tidak tahu tuhan saya, saya tidak tahu nabi saya,
saya tidak sholat saya zina, orang tua saya megang qur’an saya megang botol.
Tapi itu semua saya lakukan karena saya tidak tahu dan orang tua saya tidak
pernah mau memberitahukan kepada saya, tidak mau mendidik dan mengajarkan saya
dia hanya benar dan beramal sendiri, maka jadilah saya seperti sekarang ini dan
saya menuntut jika saya masuk nereka saya menuntut keadilan agar orang tua saya
juga ikut bersama saya ke dalam neraka karena dia saya menjadi seperti ini’.
Lalu akhirnya orang tua yang sholeh itupun di seret masuk bersama anaknya
kedalam neraka. Itulah pesan Allah SWT. Kepada kita semua, Allah SWT. Berfirman
dalam QS. At-tahrim ayat 6:
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْاَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ
نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَا دُلاَّ
يَعْصُوْنَ اللهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْ مَرُوْنَ (التحريم : 6)
Artinya :” Hai orang-orang yang beriman peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang di perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang di perintah” (QS. At-tahrim : 6)
Sodara-sodara kaum muslim
rahima kumullah.
Jika kita
orang-orang tua sekarang ini sudah
sering beristigfar melihat situasi membaca peta keadaan. Konon tantangan yang
akan di hadapi oleh anak-anak kita lima belas, dua puluh bahkan tiga puluh
tahun yang akan datang jauh lebih berat dari apa yang kita hadapi sekarang ini,
maka adalah wajar jika orang tua cinta kepada agama cinta kepada anak-anak
berfikir untuk mewariskan nilai-nilai islam kepada generasi yang akan datang.
Bagaimana
kita mendidik anak-anak kita agar menjadi anak yang sholeh, baik, dan siap
menghadapi tantangan zaman-Nya ?
Marilah
kita telusuri apa yang di contohkan oleh Al-qur’an dimana nabi ibrahim
pertanyaan yang snagat merisauhkan bagi beliau kepada anak-anaknya adalah :
مَا تَعْبُدُوْنَ
مِنْ بَعْدِ ؟
Apa yang akan kamu sembah nak ?
Apa yang
akan kamu sembah jikalau ayahmu ini tidak ada lagi ?, jikalau sekarang ayahmu
rajin ke mesjid rutin melakukan ibadah dan sujud, tapi jika ayahmu pergi
meninggalkan dunia ini apa yang akan kamu sembah nak ? menyembah Allah apa
menyembah harta ? menyembah Allah apa mendewa-dewa kan pangkat dan jabatan ?
menyembah Allah apa nanti menyembah Alam ? ituyang di khawatirkan nabi ibrahim
kepada generasi yang akan datang. Ini berlainan dengan orang tua di jaman
sekarang, mereka tidak menanyakan nyembah Allah tapi yang mereka katakan
pagi-pagi :
مَا
تَأ ْكُلُوْنَ مِنْ بَعْدِ ؟
“kalau bapak tidak ada kamu makan apa nak
?”
Bukan
nyembah apa yang di khawatirkan tapi makan apa ? maka lalu yang di cari
sekolah-sekolah yang munafik yang tidak perduli apakah merusak iman-Nya,
mematikan akidahnya, yang penting hari depan ada lapangan kerja. Akibatnya,
banyak berborong-borong orang tua muslim menyekolahkan anaknya di
sekolah-sekolah yang bukan islam yang nyata-nyata membahayakan aqidahnya di
didik dengan kultur dan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai agamanya.
Bukan kah ini merelakan anak untuk di kafirkan
dan di tulis menurut selera para pendidik yang tidak sesuai dengan nilai
aqidah yang di milikinya.
Mari kita
lihat serbuan akidah di jaman sekarang ini, dimanfaatkan kemiskinan kita ummat
islam, di berikan kita tawaran berupa tas, pakaian, obat-obatan kalo perlu
beasiswa asal bisa melepaskan keislaman kita ini. Bertahap-bertahap, sedikit
demi sedikit dan harus saya ingatkan orang di jaman sekarang tidak mungkin
menghantam islam dengan terang-terangan secara frontal, tidak mungkin
mengarahkan satuan militer. Tidak, orang masih memperhitungkan bagaimanapun
kondisi dan kualitasnya ummat islam mereka masih punya satu modal penting, apa
itu ? fanatisme agama. Kalo ini disulut api jihad segera berkobar dan hanya
maut yang bisa menghentikan orang yang dibakar semangat jihad. Orang tahu itu
betapa uni soviet kedodoran menghadapi mujahidin Afganistan yang di suluh oleh
semangat jihad yang berkobar dengan persenjatan yang sedikit ketimbang
persenjataan uni soviet, tapi mereka pantang mundur surut kebelakang. Jadi,
jangan mimpi bahwa orang akan menghantam islam dengan melarang pengajian,
meruntuhkan mesjid, menyegel pondok pesantren, tidak. Kalo perlu mesjid di
perbesar musholla di perbanyak di diperindah tapi bikin itu mesjid seperti
museum besar, megah, tempat orang kagum tempat orang memuji tapi sunyi dari
nilai-nilai ibadah.
Ma’siral
muslim rahimakumullah.
Untuk
sampai kepada penghantaman akidah jalan yang paling mudah di rintis sekarang
ini adalah secara bertahap dan
sistematis memisahkan ummat islam dari islam-nya. Biarkanlah, biarkan dia
bernama islam, biarkan di KTP nya bertuliskan Agama islam, tapi tanamkan budata-budaya
yang menyebabkan cara bergaul mereka cara mereka berumah tangga cara
bertetangga mereka bahkan cara mereka berpakaian, makan dan minum, cara mereka
mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya sama sekali tidak mencerminkan
nilai-nilai islami. Jika sadarlah kita akan ini, maka usaha pertama yang harus
kita lakukan adalah menanamkan kepada
anak-anak kita didik mereka dengan jiwa tauhid yang mengkristal di dalam
batin-Nya meresap sampai ke tulang sum-sum nya yang tidak akan sampaipun nyawa
berpisah dari badan-Nya akidah itu tetap tidak akan berpisah dari batin-Nya.
Bahkan, dia dengan tegar sanggup berkata, ‘lebih baik saya melarat
mempertahankan iman dari pada hidup mewah degan menjuak akidah’. Satu garis
kehidupan yang perlu kita wariskan kepada anak-anak kita generasi yang akan
datang.
Di jaman
dahulu ada suatu tradisi sodara-sodara jikalau anak gadis kita dilamar orang,
orang lalu bertanya, ‘anakmu mau ngelamar anak saya apa sudah khattam Qur’an
berapa kali ? apa sudah bisa baca kita ? dan lain sebagianya, sehingga ada
lahirlah satu kebanggan apapun motifnya tapi pertanyaan semacam ini di jaman
sekarang langkah sodara-soadara. Paling-paling yang di tanya jika naknya di
lamar orang,’ anakmu kerja di mana ?, gajinya sebulan berapa ?, udah punya
mobil atau rumah ?, itu yang kita pertanyakan berkisar pada materi, kerja
pangkat dan jabatan. Perkara bisa baca Qur’an apa tidak soal delapan belas soal
sembahyangnya rajin apa tidak soal tiga puluh enam.
Akibatnya, terjadi pergeseran nilai maka mendidik anak menurut tuntunan
Al-Qur’an adalah seperti yang diberikan contoh oleh Lukmanul hakim mulai ayat
11 dan selanjutnya, apa pendidikan yang harus di berikan kepada anak-anak kita
?
Pertama :
.....يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللهِ....(لقمان : 13 )
Artinya :”....Wahai anakku jangan sekali-kali menyekutukan
Allah...(QS. Luqman : 13).
Ini dasar yang paling utama yaitu jaga tauhid pelihara iman dan
mantapkan akidah. Belum lagi anak mengenal berbagai macam disiplin ilmu yang
pertama kita tanamkan ialah nilai tauhid. Ini yang mendasari kehidupan, ini
yang mewarnai dan menjadi warna dari kepribadian seseorang dan jiakalau ini
sudah tertanam ini sudah merupakan suatu pondasi yang kuat selebihnya nanti
tinggal melihat bakat si anak kemana dia harus diidik, yang terpenting nilai
iman tanamkan terlebih dahulu. Dan untuk menghancurkan nilai nilai keimanan
sodara-sodara, saya ingatkan kepada hadis yang di awal tadi di kepung kita dari
berbagai penjuru agar bisa melepaskan nilai iman dan islam, proses pendangkalan
akidah di tanamkan keragu-raguan kepada agama, di tanamkan rasa malu beragama
sholat malu, baca Qur’an malu, berangkat ke mesjid malu, pake jilbab malu, di
tanamkan rasa malu beragama sehingga bertahap sedikit-demi sedikit kita mulai berpisah dari kehidupan beragama.
Ditanamkan hal yang sedemikian rupa dari berbagai macam penjuru di hantam
akidah, akidah kuat, di hantam dari peradaban dan kebudayaan diperbanyak
peradaban dan kebudayaan yang bukan malah mendekatkan kepada agama malah
mendekatkan kita kepada neraka, menjauhkan kita dari agama, menjauhkan kita
dari nilai-nilai luhur yang di wariskan oleh orang-orang tua kita terdahulu.
Sodara-sodara kaum muslimin rahima kumullah.
Kenapa kita lebih menanamkan jiwa tauhid ini kepada anak-anak kita ?
Pertama: kita tidak hanya ingin sekedar memiliki anak yang pintar, tetapi lebih
dari pada itu kitapun ingin mempunyai anak-anak yang benar. Segala macam
disiplin ilmu, segala macam bentuk penataan ilmiah dan pengisian
intelektualitas manusia mungkin di suatu sisi membuat dia pintar tapi di sisi
lain belum tentu akan membuat dia benar. Nabi saw. memberikan peringatan:
مَنِ ازْدَادَ عِلْمًا وَلَمْ يَزْدَدْ هُدَى لَمْ
يَزْ دَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا (المكتبةالشّاملة
: 155)
Artinya :”Barang siapa bertambah ilmunya
dan tidak bertambah petunjuk, niscaya dia tidak bertambah dekat melainkan
bertambah jauh dari Allah”.
Kedua: sesungguhnya ruh semangat tauhid yang mengkristal di hati
anak pada puncaknya akan melahirkan disiplin ilmu murni yang tumbuh dari dalam
dirinya sendiri dimana si anak dalam kehidupan-Nya merasakan dimanapun dia
berada kemanapun dia pergi ia selalu merasakan kehadiran allah dekat dengan
dirinya, ia sadar sesadar-sadarnya bahwa tidak ada suatu perbuatan yang
bagaimanapun kecilnya yang bisa di sembunyikan dari kekuasaan Allah SWT.
Ketiga: dengan penanaman
jiwa, ruh dan semangat iman ini maka di harapkan anak-anak nanti pada
pertumbuhan-Nya sanggup mengendalikan hawa nafsunya dengan kata lain, bahwa
penanaman jiwa tauhid, penanaman jiwa dan ruh keimanan ini merupakan kondisi
dasar yang harus dilakukan sebelum yang lain-lain nya.
Kedua: setelah di tanamkan tauhid, maka tanamkanlah rasa
hormat kepada orang tua. Firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surah Luqman : 14 :
وَوَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوَالِدَ يْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهُ
وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَّفِصَلُهُ فِي عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْلِي وَلِوَالِدَ يْكَۚ
اِليَّ اْلمصِيْرُ (لقمان: 14)
Artinya:” Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaku
dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepadakulah kembalimu”. (QS. Luqman : 14)
Dan hadis
nabi muhammad saw :
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال جاء رسول الله صلى الله
عليه وسلّم فقال : يَارَسُولُ الله, مَنْ اَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ ؟
قَالَ اُمُّكَ, قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ اُمُّكَ, قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ أُمُّكَ,
قَالَ ثُمَّ مَنْ ؟ قَالَ أَبُبوْكَ (رواه
ابخار و مسلم)
Artinya:” Dari
abu hurairah r.a beliau berkata, “sesorang telah datangkepada rasulullah
shallallahu alaihi wasallam dan berkata, ‘wahai rasulullah, kepada siapakah aku
harus berbakti pertama kali ?’ nabi shallahu alaihi wasallam menjawab,’ ibumu!’
Dan orang tersebut kembali bertanya,’ kemudian siapa lagi ?,’ rasulullah
shallaluhu alaihi wasallam menjawab,’ ibumu!,’ orang tersebut bertanya
kembali,’ kemudian siapa lagi ?,’ibumu!’, kemudian siapa lagi ?,’ ayahmu.”(HR.
Bukhari dan Muslim).
Lalu bagaimana menanamkan
rasa hormat kepada orang tua ?
Pertama: Bagaimana orang tua memberikan keteladanan, marilah kita
sebagai orang-orang tua ini menyadari bahwa sebelum anak kenal sekolah dasar
sebelum anak kenal Tk, ibtidaiyah, tsanawiyah sampai kepada perguruan tingginya
yang pertama dia kenal adalah rumah tangganya gurunya adalah ibu bapaknya.
Disini berlakulah apa yang di namakan keteladanan, keteladanan jauh lebih
berhasil dari pada sekedar teori-teori yang muluk, keteladanan jauh lebih
berhasil dari pada berbagai induktrinasi dan penataran, kurangnya keteladanan
akan menyebabkan anak mencari pola. Apabila kita orang tua ini tidak bisa
memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak kita maka pada suatu saat
anak-anak akan menganggap enteng dan kehilangan wibawa kita sebagai orang tua
di mata mereka, di kala itu akan sangat sulit kita membentuk kepribadian
mereka.
Bukankah di jaman sekarang ini kita banyak mengalami krisis wibawa,
krisis figur, ada yang karena raportnya merah lalu gurunya di kroyokin pak guru
pulang sekolah di cegat bahkan nyaris ada orang tua di bunuh oleh anak-Nya
sendiri dan lain sebagainya. Kasus-kasus yang sebenarnya tidak perlu terjadi
karena bukan saja bertentangan dengan nilai moral budaya kita sebagai bangsa
tapi juga bertentangan dengan ajaran agama kita sendiri. Krisis wibawa, krisis
figur yang jyga akibatnya harus kita
sadari banyak faktor yang membentuk
kepribadian anak, pergaulan-Nya, yang di
bacanya, yang di tonton-Nya di dalam kehidupan. Benar kita menyekolahkan-Nya
tapi berapa jam dia di sekolah enam atau tujuh jam sedang mereka hidup dalam
satu hari 24 jam kalau hanya tujuh jam di sekolah ini berarti lebih banyak
waktu dia di luar sekolah dan ini sangat besar pengaruhnya di dalam pembentukan
kepribadian-Nya.
Sebagaimana yang saya katakan tadi bahwa
disamping kita menhadapi perang akidah kitapun berhadapan dengan perang
menghadapi peradaban dan kebudayaan yang bukan saja menjauhkan kita dari agama
tetapi sanggup menghancurkan moral dari pada anak-anak kita. Secara pribadi saya
iri dengan dan kagum dengan kemajuan negara tetangga kita jepang padahal pada
tahun 1945 hancur lebur oleh atom di dua ibu kota yaitu hiroshima dan nagasaki,
tapi bagai suatu tenaga raksas jepangpun bangkit menjadi suatu negara super
power di asia bahkan gurunya saja Amerika sekarang kewalahan menghadapi perang
dagang dengan jepang ini dan yang menarik jepang bisa maju dan moderen dengan
tetap menjadi jepang tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai suatu bangsa.
Kita sebagai negara yang berkembang sering ingin mengikuti dan meniru barat,
tetapi bukan tekhnologinya yang kita tiru tapi westernisasinya, bukan isinya
yang kita ambil tetapi kulitnya akibatnya moderen-Nya belum orangnya sudah pada
barat. Berpakain-nya sudah seperti orang barat, makan minum seperti orang
barat, berumah tangga seperti orang barat, mendidik anak sudah seperti bara
jika ketemu sama orang tua cukup bilang “hello father”. Kulitnya kita ambil
sementara isisnya kita campakkan ironi dan menyedihkan.
Padahal sesungguhnya kita bisa maju mengejar ketertinggalan dan moderen
dengan tetap menjaga kebudayaan kita sebagai bangsa menganbil isinya dan
jikalau perlu lalu mencampakkan kulitnya.
Pengaruh peradaban dan kebudayaan yang begitu pesat yang dapat
menghancurkan moral dari pada anak-anak kita dan oleh pesatnya pengaruh
teknologi dimana hal-hal yang terjadi di belahan dunia lain dapat kita saksikan
hari ini juga melalui layar televisi yang terjadi di amerika, eropa, bahkan di
dunia yang paling ujungpun hari ini kejadian hari ini sudah bisa kita saksikan. Pesatnya arus komunikasi yang jiakalau jatuh
kepada anak-anak kita yang belum mempunyai filter (daya saring) positif akan
dicerna oleh mereka tanpa memilah dan memilih, akibatnya nanti akan menyusahkan
kita seluruhnya. Oleh karena itu budaya menghormati orang tua perlu di jaga,
perlu di pelihara dan diwariskan kepada anak-anak kita sehingga ada respeknya
kepada orang tua nya jangan bapaknya dianggap sepeti teman sebaya ibunya
dianggap teman-Nya sendiri yang jika bicara tidak memiliki adab dan sopan
santun. Hilangnya respek dan rasa menghormati karena orang tua tidak bisa
memberikan keteladan, kurang memberikan perhatian apalagi baik ibu maupun
bapaknya adalah orang karir yang setiap hari sibuk mengurusi tugas
masing-masing. Bapak sibuk rapat pindah kantor sana sini, ibu sibuk arisan
besarlah anak di tangan pembantu dan lain sebagainya sehingga dia merasa kurang
mendapat perhatian dan ini ikut membentuk warna dari kepribadian yang di
milikinya.
Di pelosok-pelosok desa jaringan televisi memang menguntungkan tapi
jikalau sudah kepada menayangkan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan
lingkungan dimana mereka tinggal, dan ingin mereka terapkan dalam kehidupan
ironi dan sungguh menyedihkan. Maka sering di katakan jikalau abri masuk
desa rakyat beruntung jikalau liastrik
masuk desa rumah jadi terang jikalau koran masuk desa rakyat makin cerdas, tapi
jiakalau maksiat dan mungkarat masuk desa
minuman keras masuk desa judi masuk desa pelacuran masuk desa maka rakyat tentu
kiamat jadinya dan kita harus punya budaya untuk memilah dan memilih mempunyai
filter untuk jadi daya saring positif. Oleh karena itu tahap kedua setelah
menanamnkan jiwa tauhid kepada maka yang kedua tanamkan rasa hormat dan kepada orang tua krena tidak ada suatu
kebahagian yang bisa di tegakkan di dunia ini tanpa do’a dan restu ibu dan
bapak.
Ketiga: Melalui model luqman Al-Qur’an menyuruh
kita menannamkan etika otonom. Allah SWT. Berfirman :
يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اَنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ
مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ اَوْفِى السَّمٰوٰتِ اَوْفىِ اْلاَرْضِۚ يَأْتِبِهَااللهُ,
ِانَّ اللهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ ( لقمان
: 16 )
Artinya:” Wahai ankku! Sungguh, jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau
di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah maha
halus, Maha mengetahui”. (QS. Luqman : 16)
Ini
merupakan suatu pendidikan moral,’wahai anakku jikalau ada suatu yang kamu
kerjakan kecil tidak nampak oleh pandangan mata yang dzohir dan yang kecil itu
tersembunyi di puncak langit di dasar bumi yang paling dalam atau di tengah
batu hitam sekalipun Allah pasti mengetahuinya dan pasti akan memberikan
balasan seadil-adilnya. Menanamkan etika otonom,’ wahai anakku jikalau kamu
berbuat baik jangan karena ingin dilihat orang dan kamu tidak mau melakukan
kejahatan karena tidak ada polisi, kucing juga bisa seperti itu, kamu taru ikan
asin di piring kamu berdiam di situ dia akan tenang tidak berani macam-macam
tapi jikalau kamu lengah sedikit ikan habis dia bawa pergi’.
Ini suatu
upaya menanamkan kesadaran bahwa kemanapun engkau pergi wahai anakku dan apapun
yang engkau kerjakan tersembunyi di dalam hutan, gunung, laut, goa Allah pasti
akan mengetahuinya.
Sodara-soadara kaum muslimin rahima kumullah.
Tanamkan
kepada anak bahwa dalam kehidupan ini kita diawasi oleh dua malaikat yaitu
rakib dan atib. Intelektualitas yang tinggi bagaimanapun, IQ yang ples (+) sekalipun dan bebrbagai disiplin ilmu yang
memadai tanpa etika otonom orang sering mencari cela dan kesempatan, tapi
jikalau sudah merasa kemanapun saya pergi dimanapun saya berada kebaikan
bagaimanapun kecil saya lakukan Allah pasti akan mengetahui dan akan memberikan
balasan, Firman Allah SWT.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَاهُ
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ( الزّالزلة : 7-8 )
Artinya :”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
sekecil apapun, niscaya dia akan melihat (balasan) pekerjaan mereka, dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula (QS. Al-zalzalah : 7-8)
Sesungguhnya jikalau dilihat dari ayat diatas hakekatnya jikalau kita
berbuat baik kepada orang lain
hakekatnya kita sudah berbuat baik kepada dirinya sendiri lalu tidak merasa
rugi berbuat baik kepada orang karena manakala dia melakukan kebaikan kepada
orang lain Artinya dia sudah menanam kebaikan untuk dirinya sendiri walaupun
orang tempat kita berbuat baik itu membalas kebaikan kita dengan keburukan, dalam
istilah pepatah “Air susu di balas dengan air tuba” jangan lalu kita berkata,’
menyesal saya sudah melakukan kebaikan kepada dia’, karena yang demikian akan
mengurangi nilai pahala kebaikan kita sendiri. Jadi, bersyukurlah karena telah
berbuat kebaikan kepada orang lain dan jangan menyesali kebaikan itu, karena
penyesalan akan sebuah kebaikan hanya akan mengurangi nilai pahala kebaikan itu
sendiri.
Jadi,
setelah menanamkan tauhid, menghormati orang tua kemudian yang ketiga
pendidikan ahlak. Tentang moral, ini yang sering terlupakan oleh kita bahwa
bagi kita pendidikan adalah upaya mencerdaskan otak anak. Sebab ini
kelihatan-Nya pembangunan makin maju persaingan hidup semakin tajam tensi
ekonomi semakin tinggi sementara jumlah tenaga kerja dengan lapangan pekerjaan
yang tersedia jauh dari mencukupi. Jikalau tidak membekali anak dengan
pendidikan yang menunjang, orang tua khawatir dan takut jikalau nanti anak-nya
jadi gelandangan, di khawatirkan kehidupan di dunia ini sementara dia lupa
jikalau anaknya bisa jadi gelandangan di akhirat. Padahal selama-lamanya
gelandangan hidup di dunia itu seumur
manusia dan umur manusia katakanlah 60 atau 70 tahun sementara jikalau harus menggelandang di
akhirat alangkah menyedihkannya. Apakah kita akan mengorbankan suatu kehidupan
yang abadi oleh karena tertipu oleh fata morgana sesaat ?, kita korbankan yang banyak karena kita lebih memilih yang
sedikit.
Di dalam
Al-Qur’an memang di terangkan bahwa hidup ini adalah perlombaan dan di dalam
perlombaan tentu ada yang menang dan ada yang kalah lalu Al-Qur’an memberikan
peringatan, Firman Allah SWT. :
اَلْهٰكُمُ التَّكَا ثُرُ حَتّٰى زُرْتُمُ اْلمَقَابِرُ ( التّكاثر : 1-2 )
Artinya:” Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
sampai kamu masuk ke dalam kubur”. (QS. At-takasur : 1-2).
Berlomba-lomba kita mencari dan mengumpulkan dunia dan seluruh isinya,
kita berlomba memperbanyak harta meninggikan jabatan dan kedudukan namun kita
lupa akan akhirat. Kemegahan dan kehijauan dunia membuat kita lupa sehingga
begitu ajal menjemput, begitu akan masuk ke dalam liang kubur barulah sadar
seperti halnya Fir’aun sudah tenggelam di laut merah nyawa sudah di tenggorokan
dan baru dalam sekaratanya berkata :
اٰمَنْتُ بِرَ بِّيْ مُوْ سٰى وَهَرُوْنَ
Artinya :”Saya percaya kepada tuhan-Nya musa dan
Harun”.
Hidup ini
memang kita berlomba-lomba dengan waktu berlomba dengan umur yang jangankan
sampai kita mundur berhenti saja sejenak
kita akan di tinggalkan orang lain, tiada kata mundur dan bahkan tiada kata
berhenti. Sekali kita melangkah teruslah melangkah tapi berlombalah seperti
yang di kehendaki oleh Allah, bagaimana lomba yang di kehendaki Allah SWT. ? :
وَلِكُلِّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَ الِّيْهَا فَا سْتَبِقُو
اْلخَيْرٰتِۗ......( البقرة : 148 )
Artinya:” Dan setiap umat emmpunyai
kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu kdalam
kebaikan......(QS. Al-baqarah : 148)
Berlomba-lomba dalam kebajikan itu sangat di anjurkan dalam agama,
tetapi berlomba-lomba dalam dalam kemaksiatan dan kemungkaran itu sangat di
larang.
Sodara-sodara kaum muslimin rahima kumullah.
Apabila pendidikan moral sudah tertanam barulah kita lihat bakat si anak
kemana bakatnya dan dimana kita akan menyalurkan dia. Misalnya, dari kecil dia
suka main senjata dan berperang maka alurkan menjadi abri atau TNI tapi dengan
catatan yang tiga tadi (tauhid, hormat kepada orang tua & akhlak) sudah ada
dalam dirinya, sehingga boleh jadi nanti di menjadi jendral yang beriman yang
berbakti kepada orang tua dan punya nilai moral yang tinggi. Lebih baik menjadi
rakyat rendah tapi akhlaknya tinggi dari pada pejabat tinggi tapi nilai moral
rendah. Nilai moral ini yang menjadi ukuran di masyarakat dan ini yang sering
kita lupakan bahwa kehancuran suatu
bangsa di dunia ini dimulai dari kehancuran moral dari bangsa itu sendiri.
Di zaman sekarang ini membina nilai moral itu berat. Gadis remaja kita
di berikan pakaian jilbab mungkin dia sendiri masih setengah-setengah di tambah
lagi ledekan dan komentar dari teman-temannya, dikatakan bau syurgalah, bau
mesjidlah, bau kemenyan lah, kuno dan lain sebagainya. Di tanamkan rasa malu
untuk hidup dekat dengan agama. Jiaklau moral semacam ini sudah tertanam
sedikit demi sedikit kita mulai mengucapkan ,’selamat tinggal kepada agama’.
Dan kemalangan apa yang lebih malang jiakalau sudah jauh dari agama ini ?,
bukankah islam telah menyelamatkan manusia dari penyakit jahiliah dan
membawanya kepada suatu kehidupan yang maju dan moderen lalu kita tinggalkan
islam ini bukankah ini artinya kita akan kembali kepada suatu zaman jahiliah,
hanya saja jahiliah kita berada di abad modern yang dimana porsi dan ukuran
jaman-nya tentu lebih moderen. Jikalau jahiliah dulu mabuknya menggunakan arak
sekarang macam-macam orang bisa mabuk, jikalau zaman jahiliah dulu anak perempuan di kubur hidup-hidup
zaman sekarang kadang-kadang belum sempat lahirpun sudah dibunuh terlebih dahulu,
di jaman dahulu orang menyembah batu yang bernama latta, uzza dan manat di
jaman sekarang malahorang sering menyembah kepala bagian-Nya, sering menyembah
komputer, sering menyembah tekhnologi
modern yang lebih diyakini dari pada Allah yang menjadi keyakinan
sentral dalam hidup.
Hadirin kaum muslimin rahima kumullah.
Jadi, nilai moral harus di tanamkan kepada anak supaya mereka bisa
mengadapi tantangan hidup yang semakin berat ini dengan tetap berpegang teguh
dengan nilai-nilai moral yang di warnai denagn jiwa keimanannya yang bersumber
dari ajaran agamanya.
Keempat: Tatanan kehidupan. Apa perkataan luqman
dalam al-Qur’an mengenai ini ? Firman Allah SWT. :
يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلوٰةَ وَأْمُرْ باِلْمَعْرُوْفِ وَانْهَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ......( لقمان : 17 )
Artinya:” Wahai ankku! Laksanakanlah
sholat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan mencegah (mereka) dari
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu......”. (QS.
Luqman : 17).
Rumah tangga muslim emmberikan sebuah aturan, jika anak berunur tujuh
tahun tidak mau mendirikan sholat sebagaimana perintah nabi agar memukulnya,
bukan untuk menyakiti tetapi untuk mendidik karna sayang kepada Anak. Dari amr
bin syu’aib dan dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata Rasulullah bersabda :
مُرُوا أَوْلَادُكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ
سِنِينَ, وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ, وَفَرَّقُوْا بَيْنَهُمْ
فِي الْمَضَاجِعِ (وصححه الألباني في "الإرواء", رقم 247 )
Artinya:” Perintahkan anak-anak kalian
untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat
usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.” (Dishahihkan oleh
Al-bany dalam irwa’u Ghalil, no. 247).
Kita sangat khawatir terhadap anak-anak
kita jika dia pulang dari sekolah buru-buru kita sebagi orang tua bertanya,’
sudah makan nak ?’,’ sudah istrahat nak ?’, tapi jarang kita sebagai orang tua
melontarkan,’ sudah sholat nak ?’, bahkan kita bisa memberikan suggesti kepada
anak,’ nak! Jika tamat SD bapak belikan sepeda, jika tamat smp bapak belikan
motor’. Tapi jika dalam urusan sholat, misalnya kita tidak pernah memberikan
suggesti kepada nak-anak kita. ‘nak jika kamu dapat menghafal surah al-Fatihah
lengkap dengan artinya bapak belikan sepeda’. Sehingga ada rangsangan yang
membuat anak bergairah dan bergerak untuk hidup dalam suasana keagamaan. Wahai
anakku dirikanlah sholat sebab ini meruapakan sandaran vertikal yang paling
langsung antar manusia dengan tuhan-Nya menyadari bahwa sepanjang yang bisa
dilakukan oleh manusia hanya berusaha dan berusaha dan kepastian sepenuhnya ada
di tangan Allah dengan sholat kepribadianmu diteguh dengan sholat sandaran vertikalmu kepada Allah
di perkuat dan pada waktunya nanti Al-Qur’an memberikan bimbingan hendaklah
minta tolong kepada Allah dengan sabar dan tetap menderikan sholat. Firman
Allah SWT. :
يٰا أَيُّهَاالّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلَاةِۚ اِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ ( البقرة : 153 ) Artinya:” Wahai orang-orang yang beriman
jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesunggunya Allah beserta
orang-orang yang bersabar”. (Al-Baqarah : 153).
Kelima:
tegaklah membina yang makruf dan tegaklah mencegah dari yang mungkar, ini
merupakan sikap hidup sedangkan sholat adalah tugas hidup, Lalu sikap hidup
tampil di tengah masyarakat membina yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar
sesuai kesanggupan masing-masing. Bukankah kita menginginkan anak yang
bermanfaat setidaknya buat keluarga syukur jikalau bisa lingkungannya,
masyarkat, bangsa dan negara. Dan satu tanda dari orang yang bermanfaat apabila dia bisa hidup bagi penganjur yang
makruf dan pencegah dari yang mungkar dan itu jika tidak dengan ada hidaya
sulit orang mau melaksanakan itu, sebab apa ? ada kecendrungan belakang ini
agama di anggap urusan pribadi sehingga orang lalu sering berkata,’ jangan
bawa-bawa agama itu bukan urusan agama’, ini merupakan ciri berfikir yang
sekuler. Agama merupakan urusan pribadi sehingga orang mau sholat atau tidak itu
urusan dia sendiri. agama bukan saja soal pribadi apalagi jikalau sudah
mencakup amar ma’ruf nahi mungkar.
Sebuah logika memberikan pelajaran kepada kita bahwa jika sebuah kapal
laut terdiri dari banyak punampang dan menempatkan berbagai penjuru tempat di
kapal ada yang berada di tingkat pertama, kedua, dan ada yang berada di bagian
paling bawah, lalu ada seorang pemuda yang kehausan dia berada di bagian kapal
paling bawah sedangkan orang yang menjual minuman berada di lantai kedua. Dia
kemudian berpikir bahwa jika naik ke atas maka capek dan sulit karena banyak
penumpang akhirnya muncul dalam pikirannya untuk membolongi kapal yang di
tumpanginya karena tempat dia berdiri merupakan bagian paling bawah dan dekat
dengan air laut. Jika ini di biarkan saja maka kapal akan tenggelam dan
akhirnya bukan hanya pemuda yang membolongi kapal itu yang akan celaka tetapi
semua penumpang di kapal itu akan tenggelam. Begitulah contoh dan pelajaran bagi
kita jika ada yang berbuat kejahatan dan kemaksiatan lalu kita diamkan sendiri
maka akan turun azab dari Allah SWT. dan azab itu bukan hanya menimpa orang
yang berbuat kemaksiatan tapi seluruhnya baik yang berbuat maksiat maupun
tidak. Firman Allah SWT. :
وَاتَّقُوا فِتْنَةٌ لَا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا
مِنْكُمْ خَا صَّةً وَاعْلَمُوْاأنَّاللهَ شَدِيْدُالعِقَابِ ( الأنفال : 25 )
Artinya:” Dan peliharalah diri kalian
dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang dzalim saja diantara kalian, dan
ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya (QS. Al-anfal : 25)
Dan hadis nabi muhmmad saw. diaman beliau
bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيَّرْهُ
بِيَدِهِ , فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ,
وَذَالِكَ أَضْعَفُ لْإِيْمَانِ ( رواه بخار ومسلم )
Artinya:”
Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan
tangan, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan, jika tidak mampu juga maka
ubahlah dengan hati, dan itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Sebagai
kesimpulan :
Adapun hal-hal yang harus didik kepada anak
adalah :
Pertama :
Menanamkan tauhid, bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah.
Kedua :
Menanamkan rasa hormat dan bakti kepada kedua orang tuanya.
Ketiga
: Menanamkan etika otonom atau
akhlak yang baik, bahwa tiada satupun perbuatan yang hilang dan luput dari
pandangan dan pengawasan Allah. Dan setiap perbuatan akan menuai tanggung jawab
terhadap apa yang di perbuat.
Keempat : Menyuruhnya untuk mendirikan
sholat di umur 7 tahun dan memukul di umur 10 tahun jika masih belum melaksanakan sholat.
Kelima
: Menyuruh untuk menegakkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Demikian yang dapat saya sampaikan lebih dan kurang mohon di maafkan.
۞ وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ ۞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar