Selasa, 24 April 2018

Seminar Cara Menghafal Al-Qur'an bagi para Mahasiswa


SEMINAR TEHNIK MENGHAFAL AL-QUR’AN BAGI CALON PAI
Oleh: Syahrul Ramadhan (mahasiswa PAI semester 4)
Tulisan ini saya angkat dari hasil seminar hari selasa tanggal 24 April 2018 lt.3 fak. Tarbiyah.
Dengan narasumber: KH. Dede Muhammad Makhayruddin
Tempat: GPL Legoso
Waktu: 4: 43 WIB.
Pak abdul Majid (sambutan, Kajur PAI)
            Hafiz itu wilayah PAI, tapi di MP itu anak-anak ada yang hafal 17 ada yang 18 juz. Nanti akan di buatkan sertifikat hafiz yang akan menjadi Pendamping Ijazah (SKPI) yang dimana itu nanti di upload di ais, dan itu sangat penting jika nanti kamu melamar kerja. Judul seminar kita sekarang “Tekhnik menghafal Al-Qur’an bagi calon guru PAI” tambahan juga sebenarnya bukan hanya Menghafal tetapi Juga menjaga hafalan itu karena banyak sekarang yang dari pondok hafal trus waktu kuliah sibuk jadi hilang.
Pak abdul Ghofur, MA (Moderator, Dosen Tafsir tarbawi PAI)
Sebenarnya bukan hanya calon guru PAi tetapi juga umat islam umumnya, Al-Qur’an itu di jaga oleh Allah, dalam ayat “Inna nahnu najjalna jikra wainna lahu lahaa fijuun” disini menggunakan domir “na” yaitu adanya keterlibatan mahluknya (manusia) beruntung manusia yang bisa ikut serta menjaga Al-Qur’an, baik dengan menghafal, mengamalkan maupun mendakwahkannya.
KH. Dede Muhammad Makhayruddin (Nara sumber)
A.    Sejarah hafiz Al-Qur’an di Nusantara.
Yang membawa islam dipulau jawa ini  adalah seorang hafiz yaitu Syeikh Quro’ (syeikh hasanuddin) dan pesantren pertama itu didirikan oleh beliau tahun 1460 M, syeikh Quro’ generasi sebelum syeikh maulana malik Ibrahim. Saya meneliti bahwa tradisi hafiz qur’an itusejak masa itu usdah ada dan hilang lalu tampil kembali setelah masa kemerdekaan yaitu ketika gelombang santri yang belajar ke mekkah terjadi dengan deras dan mulail oleh 4 ulama, yaitu:
1.      KH. Munawwir (krapyak
2.      KH. Dimyati (teremas)
3.      KH. As’ad (Makassar)
4.      KH. Ahmad badawi (kaliwungu jateng)
Jadi guru tahfizh Nusantara ini kalo dilacak sanadnya akan ketemu pada 4 orang itu dan yang paling senior yaitu KH. Munawwir (krapyak, jogja) dan beliau wafat tahun 1942. Diantara murid yang paling mewarisi ilmu beliau Ilmu Tahfizh dan Qira’at yaitu KH. Arwani (kudus). Dan KH. Arwani ini penulis mendapakan pengertian guru menurut para ulama hafiz Al-Qur’an.
Dari manuskrip wasiat KH arwani kudus kepada murid-muridnya, beliau menulis tentang guru sebagai berikut:
1.      Hafiz qur’an adalah guru, jadi walau DPR tetap ngajar hafiz
2.      Guru bertanggung jawab memberikan pendidikan, bimbingan, dan nasihat kepada muridnya sepanjang hayat
3.      Hubungan guru dan murid tersambung sampai akhirat
4.      Guru berasal dari kata Gu, Yaitu di gugu (didengar) perkataannya dan Ru, yaitu di tiru perbuatannya.
5.      Ahlak guru yang plaing utama adalah tidak mencari dunia dengan Al-Qur’an, bahkan beliau sampe melarang musabaqah, sebenarnya menurut saya yang dilarang itu niatnya secara kontekstual, tapi yang memaknai secara tekstual musabaqahdi larang, tapi kegiatannya tyang lain semacam itu jalan. Dan ini yang buat guru tidak punya nilai di mata murid dan ilmu dan tidak pnya nilai di mata Allah SWT. Bahkan KH arwani kudus menilai Antara murid dan guru tidak akan saling memberikan syafaat di akhirat jika ada unsur dunia di dalamnya, hubungan akan terputus.
B.     Cara menghafal Al-Qur’an para Guru Al-Qur’an.
Ini para guru dari Rasulullah saw. Beliau mengahfal sedikit demi sedikit selama 23 tahun. Demikian juga para sahabat, imam Abdurrahman al-sulami (w.74H) mereka sahabat menerima 10 ayat untuk hafakl dan tidak akan minta jika belum hafal.
Abu bakar ibn Ayyasy (w. 193H) atau disebut Syu’bah, belajar pada gurunya imam ashim bin abu Al-Najud (w. 127 H) satu ayat sehari. Imam ashim lalu memberikan tambahan lima ayat sehari, dan merekapun hafal 30 juz selama 20 tahun. Ibnu umar (w.73 tahun) hafal surah al-baqarah dalam 8 tahun sedangkan ayahnya umar bin khattab (w.21 H) hafal surah al-baqarah dalam waktu 12 tahun.
KH. Munawir hafal Qur’an dengan cara riyadhah, seelum hafal qur’an beliau membiasakan khatam Al-Qur’an setiap satu minggu sekali selama 3 tahun, lalu khjatam setiap tiga hari seklai selama tiga tahun, berlalu 9 tahun, kemudian bacaquran setiap hari sebnayak-banyaknya tanpa hitung jumlah khatamnya selama 40 hari. Setelah itu baru beliau menghafalnya. Ada yang bilang selama 40 hari selesai ada juga mengatakan 70 hari selesai.
Sebenarnya para guru bukan tidak mau hafal cepat, tapi ini merupakan cara mereka. Hebat guru itu, dia tidak hafizh tapi muridnya itu hafizh guru itu sakti, yang penting transfer dan istiqomah, saya tenmukan hafiz-hafiz hafal tapi gurunya sedang proses. Susah hafal ilmu makla bacalah Al-Qur’an.
C.     Urgensi menghafal al-Qur’an.
Sebenarnya Al-Qur’an bukan sekedar materi ilmu tapi media pengantar ilmu. Diantara nama Al-Qur’an yaitu An-Nur artinya cahaya “JIka pelajaran-pelajaran adalah buku-buku yang berada di rak-rak sebuah perpustakaan maka menghafal Al-Qur’an bukanlah salah satu buku tersebut tetapi cahaya di perpustakan itu yang menyebabkan semua buku terbaca”.
Hafal ayat itu menjadi kunci setiap makalah itu, jika hafal ayat nanti ingat materi yang di sampaikan guru, hafalkan setiap ayat dalam makalah.
D.    Teknik menghafal untuk calon guru PAI.
1.      Tahfiz Aktual.
Menghafal Al-Qur’an dengan dimulai dari ayat-ayat yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, jika perlu menghafalkan ayat itu saat presentasi dan dikejar sampai pemateri selesai menyempaikan amterinya.
2.      Tahfizh Aktif.
Menghafal setiap kali sebelum menulis maklah atau kegiatan lainnya, ada 4 kegiatan gunakan buat hafal, atau kegiatan pertama baca trus kegiatan keempat hafal. Bisa satu batris, dua baris atau tiga. Jika ada 2 matakuliah maka dua kali menghafal dan ini harus berurutan ayatnya jaangan acaka-acakana. Dan sama ketika akan kerjakan tugas
3.      Tahfizh kualitatif
Yaitu mengahafal dengan target setiap harinya tidak di hitung durasinya, pencapaian paling sedikit 1 hari satu ayat.
4.      Tahfizh tentative.
Menghafal AL-qur’an secara khusus dan focus dengan sebnayak ayat dan dalam selama-lamanya durasi, tapi dilakukan hnaya pada waktu libur saja. Baik mingguan maupun semseteran.
Pertanyaan sodara m,ajid
Bagaiaman saya dulu SmP di pondok rajin hafal, begitu kuliah kadang jaerang muroja’ah, ngatur gmn? solusi
NArasumber………….
Penghafal Qur’an itu konsisten hafal sesibuk apapun dan sekacau apapun, muroja’ah yang mengatur waktu bukan waktu yang mengatur muraja’ah. Dalam Qur’an sibuk itu 3: (Qs. Muzammil)
1.      Sakit => sibuk sakit
2.      Bisnis
3.      Jihad fi sabilillah
Kesibukan itu akabn terurai dengan ayat Al-Qur’an, sakit perlu ayat untuk mengurainya, semakin sibuk maka semakin bacalah Al-Qur’an, usman ketika naik ajdi khalifah makin nambah bacaan Al-Qur’annya, ibnu katsir menelaah ini jawabannya adalah akrena tugas banyak usman dan sadar Tugas berat tidak akan bisa dilakukan tanpa campur tangan Allah, waktu sibuk itu perlu baca Qur’an.
Tidak perlu waktu tenang untuk membaca Al-Qu’[an, tapi bacalah Qur’an untuk emndapatkanw aktu yang tenang, setan itu menggoda mansuia dengan merubah mind set kita setan tidka nyuruh kikir kamu karena kikir itu bertentangan dngan hati nurasni, ini sama dengan hipnotis: untuk yang saya sentuh, lepas bajunya skrng gak mau karena bertentangan dengan hati nurani tapi saya nonton uya kuya mkemarin bisa. Setan tidak nurh kikir tapi kau mau miskin? Tidak, uang 1 juta kalau kamu akish 500 ribu kan kurang, ntar jadi miskin. Hipnotis itu ola bhasa, bayangkan kmau di mara mandi dan tidak ada seorangpun yang melihat pelan-pelan buka bajumu. Seorang hafiz sebenarnya bertentangan kalo tidak muroja’ah tapi mind set di ubah oleh setan.

DEMIKIAN
SYAHRUL RAMADHAN MUHAMMAD ZEIN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...