LAPORAN HASIL OBSERVASI
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SDN 03 PISANGAN
Dosen Pengampu :
Irfan Mufid, MA.
Disusun oleh :
Syahrul Ramadhan
(11160110000004)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat kasih
penyertaan perlindungan dan pertolongannya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan observasi ini. Kegiatan observasi
ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Pendidikan Islam. Kegiatan ini dilaksanakan di SDN 03 PISANGAN.
Selama pelaksanaan observasi
ini sampai dengan selesainya penulisan laporan ini, penulis telah memperoleh
bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Irfan Mufid, MA. selaku dosen mata kuliahSejarah Pendidikan Islam
2.
Ibu Hj. Etty Nurhayati, S. Pd. SD, selaku kepala sekolah SDN 03
PISANGAN yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan observasi di
sekolah.
3.
Ibu Wartiniasih, Spd selaku Wali Kelas V SDN 03 PISANGAN yang telah
memberikan informasi kepada penulis.
4.
Ibu Rumsiyah Spd,i selaku guru mata pelajaran Agama merangkul BTQ yang
telah berkenan membantu pelaksanaan kegiatan observasi.
5.
Ibu Halimah Siregar Spd selaku Guru Pendidikan Kewarga Negaraan.
6.
Semua pihak dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, atas segala bantuannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, maka
penulis mohon maaf atas kekurangannya. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan Akhir kata dengan
segala kerendahan hati, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Ciputat, 24
Desember 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting. Dimana sekolah tersebut
dirancang untuk pengajaran siswa di bawah pengawasan guru. Saat ini sekolah
menjadi penunjang proses KBM yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru yang
mengajar di sekolah harus tahu betul situasi dan kondisi sekolah tersebut.
Berbicara mengenai sekolah tentu di dalamnya terdapat kegiatan belajar dan
mengajar atau lebih dikenal dengan KBM antara siswa dengan guru. kegiatan
belajar dan mengajar ini harus terdapat minimal dua komponen yaitu ada siswa
dan guru. jika didalam kegiatan belajar dan mengajar hanya terdapat salah
satunya saja, maka tidak akan terjadi proses belajar dan pembelajaran.
Di dalam
kegiatan belajar dan mengajar tersebut tentu di dalamnya terdapat banyak hal
yang mengenai KBM di suatu sekolah. misalnya, bagaimana metode pembelajaran
pada sekolah tersebut, model pembelajaran, strategi pembelajaran dan masih
banyak lainnya mengenai hal hal yang berkaitan dengan KBM. Sebagai guru harus
tahu situasi dan kondisi saat KBM, sehingga ketika terjun langsung mengajar ke
suatu sekolah tersebut dapat mempersiapkan dan merencanakan pendidikan yang
bermutu.
Dalam
kesempatan kali ini saya memilih SDN 03 PISANGAN sebagai objek observasi
mengenai KBM di sekolah tersebut. Saya melakukan observasi di sekolah tersebut
dengan beberapa pertimbangan. diantaranya, adanya izin dari kepala sekolah SDN
03 PISANGAN, Lokasi dan kondisi yang mudah dijangkau untuk melakukan observasi.
Selanjutnya saya berusah untuk menuangkan hasil laporan observasi tersebut
dalam sebuah laporan tertulis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Sejarah Pendidikan Islam. Observasi ini kami beri judul “KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR DI SDN 03 PISANGAN”
B.
Identifikasi Masalah
1.
Proses Belajar Mengajar di SDN 03 Pisangan.
2.
Metode-metode yang digunakan dalam belajar mengajar di SDN 03
PISANGAN.
3.
Kurangnya minat siswa ketika mendengarkan penjelasan Guru.
4.
Pengaruh Lingkungan terhadap Proses pembelajaran
C.
Pembatasan Masalah
“Menguraikan Proses Belajar Mengajar (KBM) di SDN 03 PISANGAN”
D.
Rumusan Masalah.
1.
Strategi pembelajaran yang bagaimana yang di terapkan di SDN 03
Pisangan?
2.
Metode Apa yang dipakai guru dalam menguraikan materi ajarnya ?
3.
Bagaimana pendidikan jasmani di SDN 03 PISANGAN ?
4.
Bagaimana pendidikan akhlak di SDN 03 PISANGAN ?
5.
Kurikulum apa yang di gunakan di SDN 03 PISANGAN ?
6.
Bagaimana pengaruh Lingkungan terhadap Proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) di SDN 03 PISANGAN ?
E.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang di gunakan di SDN 03
PISANGAN.
2.
Untuk mengetahui Metode apa saja yang di digunakan di SDN 03
PISANGAN.
3.
Untuk mengetahui proses pendidikan jasmani di SDN 03 PISANGAN.
4.
Untuk mengetahui pendiidkan akhlak di SDN 03 PISANGAN.
5.
Untuk mengetahui kurikulum apa yang digunakan di SDN 03 PISANGAN.
6.
Untuk mengetahui pengaruh lingkungan dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) di SDN 03 PISANGAN.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian.
1.
Tempat Penelitian
Penelitian
dilakukan di SDN 03 PISANGAN yang beralamat di Jalan Legoso Raya No. 66
Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tanggerang Selatan.
2.
Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018,
yaitu pada tanggal 13 Desember 2017.
B.
Latar Penelitian (Setting)
Pada penelitian ini, penulis mengambil objek di sebuah lembaga
pendidikan SDN 03 PISANGAN yang berdiri pada tahun 1970. SDN 03 PISANGAN
terletak di Jl. Legoso Raya No. 66 Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tanggerang Selatan. Lulusan dari madrasah ini sangat berguna bagi
masyarakat sekitar dan lulusan sekolah ini telah melahirkan Atlit Nasional Pada
Bidang Takwondo. Ada yang lulus dari sekolah tersebut untuk melanjutkan ke
Sekolah Menengah pertama dan Ada yang melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah.
Sekolah tersebut sebagian menggunakan Kurikulum KTSP (Kelas 1,3,5 dan 6) dan
Kurikulum 2013 (Kelas 2 dan 4). Kekurangan dan kelebihan menggunakan kurikulum
2013 yaitu guru terlalu banyak tugas yang harus kita kumpulkan setiap harinya
meliputi penilaian kelas dan penilaian daftar hadir. Di sekolah ini ada beberapa kegiatan ekstra kulikuler
yaitu pramuka, sepak bola, foot sal, volley ball, basket, badminton. Jumlah
staf pengajar/ guru yaitu 13 yang terdiri dari 8 guru PNS dan 5 guru honorer.
Fasilitas belajar di sekolah tersebut belum memadai juga untuk sarana dan
prasarana sekolah. Ada 8 kelas dan masing-masing kelas terdapat, papan tulis,
lemari, meja, kursi dan alat-alat kebersihan. Prestasi di sekolah tersebut baru
menjuari perlombaan diantaranya juara 3 lomba tari.
C.
Visi Misi SDN 03 Pisangan:
a.
Visi:
Terwujudnya
sekolah yang menghasilkan siswa yang Beriman, Bertaqwa dan Berakhlak Mulia
serta peduli terhadap kelestarian lingkungan.
b.
Misi:
1.
Meningkatkan kualitas tenaga pendidikan melalui pelatihan/Worksop/Seminar
semua mata pelajaran
2.
Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran kegiatan
pembiasaan
3.
Memperbanyak fasilitas sekolah yang berkaitan dengan bidang
pelajaran seperti buku-buku bacaan, alat-alat peraga dan sumber lainnya serta
bimbingan
4.
Dapat melestarikan kebudayaan daerah dengan mengadakan hari-hari
nasional
5.
Melakukan program penghijauan
lingkungan sekolah agar terlihat asri.
D.
Akreditasi Sekolah.
Terakhir Akreditasi
B.
E.
Metode Penelitian.
Dari rumusan
masalah telah diketahui penelitian ini bersifat kualitatif dengan pola
pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,teknik
pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifar
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.[1] Penelitian ini dilakukan dengan tahapan
pertama yaitu menganalisis Kegiatan Belajar mengajar yang pada rumusan masalah
tersebut telah dibuat beberapa pertanyaan yang nantinya akan dijawab di bagian
hasil penelitian. Peran penulis dalam penelitian ini sebagai instrument kunci
yang bertugas mengumpulkan data demi data melalui observasi yang terlibat langsung
dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), menjadi interviewer dalam proses
wawancara terhadap guru, serta mengumpulkan dokumen-dokumen sebagai data
pelengkap dalam penelitian kualitatif ini yang ditulis berdasarkan kejadian
alamiah, atau kejadian yang sebenarnya pada sebuah objek penelitian.
Ditambahkan oleh Nana Syaodih, penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan
dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan
fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum
pada berbagai jenis, jenjang, dan satuan pendidikan.[2]
Setelah melakukan penelitian, laporan penelitian ditulis dengan cara
mendeskripsikan kejadian-kejadian pada saat proses pembelajaran, berbagai
konsep yang diterapkan, berikut kurikulum yang diterapkan, metode, serta media
pembelajaran yang digunakan pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SDN 03
PISANGAN. Setelah melakukan observasi, penulis melakukan wawancara terhadap
guru, yaitu Ibu Wartiniasih, Spd, ibu Rumsiyah, Spd,i, Ibu Nurhalimah Siregar,
Spd. Wawancara dilakukan di dalam kelas pada 13 Desember 2017 pukul 10.10 WIB,
sekitar 50 menit sebelum jam istirahat siswa.
F.
Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan metode:
1.
Wawancara Terstruktur
Pengungkapan (enquiring) dilakukan melalui wawancara. Penulis
mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang
diperlukan.[3]
Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai guru Agama merangkap BTQ, Wali Kelas
dan Guru Pendidikan Kewarga Negaraan.
2.
Observasi Berperanserta (Participant Observation)
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.[4]
Pada tahap ini, penulis berusaha ikut terlibat di dalam kegiatan pembelajaran di
dalam kelas, dengan memperhatikan metode dan media pelajaran yang digunakan oleh
guru, gerak-gerik siswa.
3.
Dokumentasi Hasil penelitian
Dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya
kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di
tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi.[5]
Untuk mendapatkan deskripsi dan pemahaman mendalam atas fokus penelitian,
penulis akan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan profil sekolah
yang dijadikan objek penelitian, juga dokumen-dokumen yang dijadikan acuan
dalam proses pembelajaran Kimia, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai
dengan tahap evaluasi. Dokumen ini berguna sebagai pembuktian dokumenter dan sebagai
penguat keabsahan data kualitatif dalam penelitian. Setelah semua data
didapatkan dari berbagai sumber, barulah penulis menggabungkan dan melakukan
analisis data tersebut.
Wawancara
Identitas beberapa Nara Sumber yang di wawancarai:
1.
Nama :
Wartiniasih, Spd
Nama
panggilan :
Ati
TTl :
21, september 1968
Jabatan :
Wali kelas V.
2.
Nama :
Rumsiyah Spd,i
Nama
panggilan :
Rum
TTl :
-
Jabatan :
Guru Agama sekaligus BTQ.
3.
Nama : Halimah Siregar Spd
Nama
Panggilan :
Halimah
TTl :
-
Jabatan :
Guru Pendidikan Kewarga Negaraan.
Adapun hasil
wawancara penulis paparkan dalam bentuk tabel agar lebih mudah.
No
|
Pertanyaan
|
Nara Sumber
|
Jawaban
|
1.
|
Strategi apa yang di gunakan ibu dalam mengajar?
|
Wartiniasih, Spd.
|
Strategi yang di gunakan itu strategi Pembelajaran Langsung.
|
2.
|
Metode apa yang ibu pilih dalam penyampaian materi ajar?
|
|
Metode yang digunakan sih bervariasi dari metode ceramah, metode
tanya jawab, metode pemberian tugas. Tapi yang paling dominan sih metode ceramah
|
3.
|
Tadi
ibu mengatakan bahwa salah satu metode adalah pemberian tugas, apakah peserta
didik di berikan Pekerjaan Rumah (PR)?
|
|
Iya, kami memberikan PR tapi jarang palingan 5 soal saja, dan
kami sadari juga palingan pekerjaan itu dikerjakan oleh ayah ibu atau
kakaknya dirumah, tapi tujuan kami memberi PR itu supaya mereka mengulang dan
mengingat kembali pelajaran yang tadi diajarkan
|
4.
|
Ketika peserta didik datang kesekolah apakah bersalaman sama guru
dulu atau tidak?
|
|
Iya, ketika mereka datang kami kumpulkan dulu di lapangan depan
sekolah sebelum memulai pelajaran, dan kami berdo’a bersama dengan dipimpin
salah seorang peserta didik, yang sebelumnya do’a itu menjadi tugas para
peserta didik yang diajarkan oleh Guru agama atau guru BTQ nya, setelah do’a
selesai maka semua bersalaman dengan ibu dan bapak guru.
|
5.
|
Pendidikan jasmani apa saja yang diterapkan disini buk?
|
|
Banyak, diantaranya sepakbola, volly, dan itu dilaksanakan 1x
dalam satu minggu. Dan anak-anak setiap 3 bulan sekali dibawa oleh guru Pendidikan
Jasmani nya untuk renang.
|
6.
|
Apa saja prestasi yang pernah diraih peserta didik?
|
|
Kita memang setiap satu kali dalam setahun memang ada kompetisi,
dan banyak lagi kompetisi yang lain, tapi kami baru mendapat prestasi pada
bidang menari. Kami mendapat juara 3 kemarin dn untuk yang lain belum.
Sekolah ini sudah melahirkan Atlit Nasional bidang Takwondo, tapi saya lupa
namanya.
|
7.
|
Sekolah ini apakah ada satpam dan TU nya buk?
|
|
Untuk satpam tidak ada hanya penjaga sekolah saja dan untuk TU
memang untuk pendidikan setingkat SD tidak ada walaupun ada hanya beberapa
saja. Jadi, semua dirangkap oleh guru operator dan lain sebagainya, tetapi
baru-baru ini ada operatornya namun masih belum terlalu lincah dan masih
dalam proses.
|
8.
|
Bagaimana dengan lingkungan di dalam sekolah dan diluar
sekolahnya buk?
|
|
Lingkungan Alhamdulillah Aman. Dan yang jualan juga kami batasi
takut mengganggu dan memang jualan itu harus ada dalam sekolah soalnya kalo
mereka jajan keluar nanti takut terjadi apa-apa di jalan raya.
|
9.
|
Bagamaina dalam Respon serta pembelajaran BTQ, apalagi ini SDN
bukan Madrasah Ibtiyah (MI) ?
|
Rumsiyah, Spd,i.
|
Untuk pendidikan agama dan BTQ palingan mereka disuruh mengahfal
dan mengenal huruf-huruf dulu seprti huruf ikha, izhar, idgam. Dan untuk pendalamannya
sih nanti pas mereka SMP atau Tsanawiyah kalo di SD kan mereka tidak terlalu
mendalami. Dan saya untuk setiap kelas ada beberapa do’a dan hafalan
surat-surat pendek sesuai dengan jenjang pendidikan mereka dan hafalan itu
akan mereka setor setiap akhir semester. Untuk respon anak-anak sendiri sih
yah, namanya juga anak SD berbeda dengan anak Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang
dulu ada pendidikan diniyah nya, sehingga sedikit kesulitannya disitu, kadang
juga faktor orang tua juga mereka kalo anaknya nilai matematika, IPA, IPS nya
rendah langsung merespon dan suruh anak belajar giat dan lain sebagainya,
tetapi jika nilai agamanya rendah tenang-tenang saja. Memang ini menset yang
harus dirubah.
|
10.
|
Bagaimana dengan pengajaran sholat untuk kelas 1 sampai 6 apakah
hanya sekedar teori atau praktek langsung?
|
|
Untuk kelas satu sampai tiga hanya di suruh menghafal baca-bacaan
sholat tapi untuk kelas 4 sampai 6 saya suruh untuk mempraktekan, apalagi
kurikulum yang dipakai kelas 4 adalah Kurikulum 2013 (Kurtilas).
|
11.
|
Bagaimana pengalaman ibu dalam mengajar menggunakan Kurikulum
2013 (Kurtilas) ? apakah ada kesulitan atau bagaimana?
|
Halimah Siregar, Spd
|
Alhamdulillah tidak terlalu mengalami kesulitan soalnya
sebelumnya saya juga mengajar anak-anak kelas 1 sampai tiga itu dengan
tematik, dimana pelajaran itu jadi satu. Bukan di gabungkan namun dikaitkan
antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Untuk kesulitannya yaitu pada
penilaian yaitu dimana yang kita nilai adalah sikap, dan menilai sikap ini tidak
mudah. Tetapi semakin lama semakin direvisi-revisi dan lain-lain maka sedikit
demi sedikit kesulitan itu tidak akan menjadi hal yang sulit nantinya. Dan
kami hanya menilai sikap yang terlihat saja. Dan saya heran anak-anak di
zaman sekarang ini, entah zamannya yang error atau bagaimana, siswa/i baru
kelas 2 SD udah bilang bapaklu, gua, ngomok kasar dan jorok dan lain
sebagainya. Dan anak-anak di zaman sekarang kalo ketemu guru biasa-biasa
saja, sedangkan kita zaman dulu kalo ketemu guru segan bukan takut tpi segan
dan hormat sama guru.
|
12.
|
Apakah semua kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 sudah emmakai
kurikulum 2013 (Kurtilas) atau belum?
|
|
Untuk Kuirkulum 2013 kita pelan-pelan saja, untuk tahun ini baru
kelas 2 dan 4, insya allah tahun yang akan datang saya dengar kelas 1 dan 5,
dan kurikulum 2013 ini baru tahun ini dimulai di sekolah ini padahal kurtilas
ini sudah dua tahun yang lalu. Karena memang guru-guru nya belum siap, sama
dengan kita masak kalau belum siap, belum ada rencana yah kesusahan sama dengan
ngajar. Dan sebenarnya pemerintah juga sekali-kali turun tangan untuk melihat
keadaan dan kondisi guru-guru demikian juga kepala sekolah dan lain-lain, dan
kepala sekolah sih kadang menanyakan.
|
13.
|
Bagaimana pendapat ibu dalam mengajar menggunakan kurikulum 2013
dengan kurikulum 2006 (KTSP) ?
|
|
Kalo KTSP itu anka-anak disuruh misalnya, pelajaran matematika
KKM nya 70 misalnya, maka dia harus mendapat 70 semuanya, padahal kita tahu
bahwa anak-anak itu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda dan lingkungan yang
berbeda-beda. Ada yang pintar di matematika dan ada yang pintar di mata
pelajaran yang lain. Dan anak-naka ini sodialnya juga kurang apalagi
anak-anak yang tinggal di perumahan/komplek yang jarang ada teman bermain
yang dirumah cuman duduk main sendiri saja sedangkan ibu bapaknya sibuk dengan kerjaan masing-masing,
sehingga datang kesekolah diantarain pake mobil yang kalo di tanya dari rumah
lewat mana saja, lewat jalan mana tidak tahu hanya tau belok kiri sama kanan
doang. Begitu nyampe di kelas hanya duduk diam dan sama teman sebangkupun
tidak mau kenal, makanan di bawa sendiri pake kotak. Kadang-kadang juga
karena kesalnya dirumah dia keluarkan disini ngambek dan lain sebagainya,
jadi KTSP hanya beriorentasi pada ranah kognitif. Maka, Kurikulum 2013 ini
ranahnya sikap dan yang utama itu tiga: 1). Agama, 2). Ilmu, 3). Sosial.
Sebab apa gunanya ilmu bagus tapi sosialnya jelek dan apa gunanya Pintar kalo
akhlak kurang. Mungkin pemerintah juga melihat banyaknya tawuran, rendahnya
moral anak bangsa makanya di lahirkan kurikulum 2013 untuk menanggulanginya
itu sehingga pada penilaiannya lebih di tekankan akhlak.
|
14.
|
Bagamana dengan evaluasinya buk?
|
|
Saya melakukan evaluasi tetap dengan UTS dan lain sebagainya dan
melakukan pendekatan personal dan nanti jika ada hasil yang belum memuaskan
maka saya akan lakukan remedial, pengayaan. Nah dari hasil UTS saya bisa
melihat. Misalnya di soal nomor satu berapa banyak anak yang bisa
mengerjakannya dengan benar, lalu kelihatan disitu. Jika di nomor 2 banyak
yang tidak bisa saya evaluasi di situ apakah bahasa soalnya yang kurang
dimengerti anak-anak atau soalnya memang tingkat kesulitannya tinggi, nah
dari situ saya evaluasi.
|
15.
|
Terakhir buk, tadi ibu mengatakan bahwa memang banyak siswa yang
akhlaknya kurang dan banyak berbicara bapaklu, kurang sopan dan lain
sebagainya, bagaimana cara ibu mengatasinya?
|
|
Kalo ada siswa/i saya yang seperti itu saya hukum dia tapi dengan
kasih sayang bukan hukum karena benci atau menyakiti. Pernah itu kemarin ada
siswa bandelnya minta ampun lalu ibu udah kasih tahu dengan bahasa yang
lembut “nak, jangan berkata seperti itu yah tidak baik”, beberapa kali ibu
bilang seperti itu lalu ibu tegur dia, tetap saja nggak bisa. Lalu ibu ambil
cabe suruh makan (setengahnya saja), lalu ibu bilang itu mulutmu pedas
seperti cabe itu kata-katamu yang sampai ditelinga teman-temanmu dan ibu.
Akhirnya dia nggak berani lagi bicara kotor dan tidak sopan, tapi ibu kasian
juga sama dia ibu minta ma’af sama dia.
|
BAB III
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.
Strategi Pembelajaran.
Istilah “strategi” berasal dari
bahasa yunani yaitu, Strategos yang berarti keseluruhan usaha termasuk
perencanaan, cara taktik yang digunakan oleh militer untuk mencapai kemenangan
dalam peperangan.[6]
Menurut Gropper (1990) mengatakan
bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan
tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.
Menurut Drs, Muhaimin, MA. Strategi
Pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan
komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan
penyampaian isi pembelajaran.
Dari beberapa penegrtian diatas
dapat saya simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan
dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Dalam proses belajar mengajar,
strategi pembelajaran sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk lebih
meningkatkan kualitas kualitas anak didik menuju terbinanya insnan yang handal
dan mampu. Tentunya untuk tujuan ini maka strategi pembelajaran termasuk
didalamnya mengidentifikasi segala bentuk dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
Dinil Abrar Sultani Dalam jurnalnya,[7]
menjelaskan ada 5 strategi pembelajaran, yaitu:
a.
Strategi Pembelajaran Langsung.
Strategi
yang berpusat pada guru, dan paling sering digunakan. Dalam strategi
pembelajaran langsung meliputi metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran
eksplisit, latihan, dan ujian. Strategi pembelajaran langsung sangat efektif
bila digunakan untuk memperluas informasi dan pengetahuan kepada siswa; Guru
akan dengan mudah mempersiapkan materi dalam pembelajaran.
b. Strategi pembelajaran tidak langsung.
Strategi pembelajaran tidak langsung lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam membuat
observasi dan hipotesis, sementara guru
menjadi fasilitator yang merancang kondisi belajar menjadi menyenangkan dengan
melibatkan semua siswa untuk secara aktif memberi umpan balik dalam belajar.
pada mata pelajaran yang dapat diamati terlebih dahulu oleh peserta didik
kemudian dilanjutkan dengan presentasi temuan di depan teman sekelas. Strategi
pembelajaran tidak langsung tentu sangat membantu dalam memahami peningkatan
dan mengasah kreativitas dan inovasi bagi siswa.
c.
Strategi pembelajaran Interaktif.
Strategi
tersebut berupa diskusi dan sharing antar siswa, dengan serangkaian
pengelompokan dan metode interaktif yang dikembangkan, seperti diskusi kelas,
diskusi kelompok kecil, dan kerja kelompok. Strategi pembelajaran interaktif
dapat dilakukan. berkembang dengan membentuk kelompok dan mengkategorikan
sub-subyek yang akan dibahas oleh masing-masing kelompok. Dari adanya diskusi
yang ketat dan solid akan mampu mengangkat semangat kreativitas dan inovasi
pada diri siswa. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan diberi
sub-topik, kemudian berdiskusi dan mempresentasikannya di depan kelas.
d. Strategi belajar melalui pengalaman.
Startegi ini menekankan proses pembelajaran daripada pada hasil belajar sehingga guru dapat menggunakan strategi ini baik di kelas dengan metode simulasi atau di luar kelas dengan metode observasi, metode kerja untuk mendapatkan opini umum. Siswa melakukan pengamatan yang baik, dan hadir di kelas akan menambah pemahaman dan kultivasi efek sosial yang melekat pada praktik pengajaran Islam mulai dari diri mereka sendiri.
e. strategi belajar mandiri.
Guru dapat mengukur sejauh mana tindakan peserta didik dalam menyelesaikan mandat / tanggung jawab yang diberikan, atau usaha tersebut bertujuan untuk melatih dan membiasakan peserta didik untuk hidup dengan jujur, berani dan bertanggung jawab. Guru menerapkan strategi belajar mandiri juga harus siap menjadi mentor atau fasilitator kegiatan belajar. Jadi, para guru harus benar-benar memahami situasi, kondisi, dan latar belakang siswa sehingga pengetahuan yang didapat juga bisa diimbangi dengan perkembangan minat, bakat, dan potensi.
Setelah penulis melakukan observasi
dan wawancara dengan seorang guru:
Nama ibu :Wartiniasih,
Spd.
Nama Panggilan : Ati
TTl :
21, september 1968.
Jabatan :
Wali Kelas V.
Penulis :”Buk, Strategi Pembelajaran apa
yang di gunakan oleh ibu ketika mengajar?”
Ibu Aty : “Saya
Menggunakan Strategi Pembelajaran Langsung”[8]
Berdasarkan hasil
wawancara ini dapat diketahui bahwa strategi pembelajran yang digunakan di SDN
03 Pisangan adalah strategi pembelajaran langsung yang dimana strategi
pembelajaran langsung ini menitik beratkan pada guru, atau guru sebagai subyek
yang lebih aktif di dalam kelas. Dampak dari strategi ini adalah siswa akan
menjadi pasif dan kurang aktif di dalam kelas. Dan benar setelah dilakukan
observasi ternyata murid ketika guru menjleaskan banyak berdiam diri, tidur,
ngantuk dan lebih asik berbicara dengan teman disamping dan di belakangnya.
Ketika suatu strategi sudah di tentukan maka akan jelas pula metode apa yang
akan di terapkan guru dalam menyampaikan materi atau bahan ajar.
B.
Metode belajar.
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan strategi.[9]
Menurut pendapat lain, Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh
fasilitator dalam interkasi belajar dan memperhatikan keseluruhan system untuk
mecapai suatu tujuan.[10]
Metode merupakan peran yang sangat penting dalam mengajar. Dengan adanya metode
tersebut pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Tanpa adanya
metode maka tidak akan terjadi proses pembelajaran. Setiap guru dituntut untuk
menguasai metode dalam rangka menjalankan pembelajaran efektif, efisien, dan
tercapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan.[11]
Menurut Junaedi dalam bukunya yang berjudul Strategi
Pembelajaran, dalam buku tersebut dijelaskan tentang macam-macam metode
pembelajaran yang bisa digunakan untuk melaksanakan strategi pembelajaran.
Diantaranya :
a. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan keterangan yang disampaikan
secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab yaitu penyajian materi dengan
menggunakan pertanyaan, baik dari guru kepeserta didik, atau dari peserta didik
keguru.
c. Metode latihan
Metode latihan ini sesuai untuk menanamkan kebiasaan
tertentu, untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan
keterampilan.
d. Metode diskusi
Diskusi ini
lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara
bersama-sama.
e. Metode Pemberia Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara penyajian materi
pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan
tertentu dan dipertanggungjawabkan.
f. Metode simulasi
Cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu.
g. Metode sosiodrama
Metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang
menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba,
gambaran keluarga yang otoriter dan lain sebagainya.[12]
Setelah penulis lakukan
wawancara terkait dengan metode dengan narasumber yang sama.
Penulis:”
Dalam menyampaikan Materi ajar metode apa yang dipakai?
Ibu
ati:“ Metode yang kita terapkan itu bervariasi ada metode ceramah, tanya jawab,
metode latihan, tetapi memang yang banyak itu metode ceramah yang diterapkan”.
Penulis:”
Salah satu dari metode yang ibu terapkan adalah metode pemberian latihan,
apakah Murid di beri Pekerjaan Rumah (PR) ?
Ibu
ati:” iya, tetapi jarang karena kami mengetahui bahwa palingan yang
mengerjakannya orang tua mereka, kami memberi PR hanya untuk mengulang
pelajaran yang telah di pelajari”[13]
Di negara-negara yang kualitas
pendidikannya maju seperti Firlandia, tidak pernah memberikan Pekerjaan Rumah
(PR) kepada anak didiknya. Kita tahu bahwa ketika PR di berikan kepada peserta
didik maka yang mengerjakan bukan perserta didik tapi orang tuanya dirumah. Ini
secara tidak langsung kita telah mengajarkan peserta didik untuk tidak jujur,
sementara tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003
pasal 3 salah satunya adalah menciptakan peserta didik yang beriman, bertaqwa,
dan berakhlak mulia.[14]
Sikap tidak jujur mencerminkan akhlak yang tidak baik, dan itu tidak
mencerminkan amanat dalam Pembukaan UUD 1945.[15]
C. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani memang sangat diperlukan, sebenarnya
pendidikan jasmani itu sudah dimulai pada masa rasulullah dan masa khulafa
Ur-rasyidin,[16]
dan ulama-ulama mutaqaddimin. Disini penulis dalam pendidikan jasmani akan
menganbil acuan dari konsep pendidikan ibnu sina,[17]
yang merupakan ilmuwan muslim yang multi talent selain sebagai Dokter dunia,
filusuf, juga seorang Psikologi Muslim, adapun konsepnya mengenai pendidikan:
Ibnu sina memandang
bahwa tujuan pendidikan yaitu pendidikan harus diarahkan pada
penegmbanagn seluruh potensi yang dimilki seseorang kearah perkembangannya yang
sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti. Tujuan
pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan sesuatu yang berkaitan dengannya
seperti olahraga, makan, minum dan menjaga kebersihan.
Selanjutnya Di dalam Buku Pak abuddin Nata,[18]
menyimpulkan bahwa kurikulum ibnu sina didasarkan pada perkembangan usia
peserta didik:
a.
Usia
3-5 tahun. Menurut ibnu sina pada usia ini anak didik perlu diberi
matapelajaran olahraga, budi pekerti, kesenian, kebersihan dan seni suara.
b.
Usia
6-14 tahun. Pada usia ini anak diajarkan pelajaran membaca dan menghafal
Al-Qur’an, pelajaran agama, pelajaran syair dan pelajaran olahraga.
c. Usia 14 tahun keatas. Disini mata
pelajaran yang diberikan pada anak usia 14 tahun lebih banyak. Namun pelajarn
tersebut dipilih sesuai dengan minat dan bakatnya.[19]
Setelah penulis melakukan
observasi, sebagaimana yang tertuang di tabel hasil observasi, bahwa pendidikan
jasmani yang diterapkan di SDN 03 Pisangan yaitu berupa permainan sepak bola,
volly, dan lain sebagainya. Dan ini dilaksanakan satu kali dalam satu minggu
dan memang ini merupakan tuntunan dari mata pelajaran (kurikulum) yang sudah
ditetapkan jadwalnya, dan untuk renang diadakan satu kali dalam tiga bulan.
Melihat dari sini penulis menganalisis bahwa pendidikan jasmani terlalu minim
apalagi untuk anak Sekolah Dasar yang kalo kita melihat acuan umurnya dari segi
Psikologi itu usia bermain, tapi bermain yang berkualitas yang secara tidak
langsung mengajarkan mereka berbagai jenis pembelajaram , contoh menyanyi yang
hakikatnya itu sebenarnya mengajarkan membaca. Tetapi sekolah hanya terpaku
saja pada teori dan satu kali seminggu untuk pendidikan jasmani, sementara 5
hari lainnya digunakan di dalam kelas saja. Ini menyebabkan memang sekolah
menjadi tidak menyenangkan, dimana naluri mereka sebenarnya untuk bermain dan
bergembira di masa kecilnya tetapi dituntut sedemikian rupa oleh para
pendidiknya untuk belajar-belajar dan belajar yang kadang secara tidak langsung
melawan nurani dan fitrah mereka.
D. Pendidikan Akhlak.
Sebagaimana sebelumnya penulis telah memaparkan
bahwa tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan islam sebenarnya tidak
berbeda jauh. Dimana dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 salah satunya adalah
menciptakan peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Mengenai
pendidikan akhlak ini banyak Konsep dari Para Intelektual Muslim yang bisa Kita
jadikan acuan, seperti: Imam al-Ghazali,[20]
Ibnu Jama’ah,[21]
Ibnu miskawaih,[22]
Burhan Al-Din Al-Zarnuji,[23]
dll.
Penulis dalam menganalisis Mengenai akhlak ini
menganbil konsep Imam al-Ghazali:
Menurut Al-Ghazali ,
Pendekatan diri kepada Allah merupakan tujuan pendidikan. Orang dapat
,mendekatkan diri kepada Allah hanya setelah memeproleh ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan itu sendiri tidak akan diperoleh manusia kecuali melalui
pengajaran. Diantara tujuan pendidikan yang dirumuskan Al-Ghazali yaitu:
a.
Mendekatkan
diri kepada allah
b.
Menggali
dan mengembangkan potensi/fitrah manusia
c.
Mewujudkan
profesionalitas manusia untuk mengenban tugas keduniaan
d. Membentuk manusia yang berakhlak mulia.[24]
Al-Ghazali memberikan pedoman bagi
kriteria guru yang baik, yaitu:
a.
Rasa
kasih sayang.
b.
Guru
tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajar mengajar itu.[25]
c.
Menggunakan
cara yang simpatik, halus, dan tidak menggunakan kekerasan.
d.
Sebagai
teladan atau panutan yang baik di hadapan murid-muridnya
e.
Mehami
bakat dan tabi’at serta kewajiban murid sesuai dengan tingkat perbedaan
usianya.[26]
Al-Ghazali juga
memberikan kriteria dan sifat seorang murid, yaitu:
a.
Peserta
didik harus memuliakan pendidik dan bersikap rendah hati atau tidak takabur.
b.
Peserta
didik harus merasa satu bangunan dengan peserta didik lainnya.
c.
Menjauhkan
diri dari berbagai pelajaran mazhab yang mempengaruhi pemikirannya
d.
Peserta
didik tidak hanya mempelajari satu jenis ilmu yang bermanfaat.[27]
Dari uraian ini setelah penulis
melakukan observasi di SDN 03 Pisangan nilai-nilai akhlak memang di tanamkan
walaupun bukan dari sekolah yang Bermotif agama seperti Madrasah Ibtidaiyah
atau Pondok pesantren. Peserta didik SDN 03 Pisangan sebelum memasuki ruangan
belajar dan memulai pelajaran mereka membaca do’a bersama-sama dan setelah
berada di ruangan kelas sebelum memulai pelajaran mereka membaca surah-surah
pendek yang di suruh hafal oleh guru Agama atau Guru BTQ nya. Mengenai guru,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dan Ibnu jama’ah bahwa guru tidak
boleh menuntut upah atas jerih payah mengajarnya, jika kita melihat di zaman
sekarang memang sudah tidak revelan lagi, mengingat dimana di zaman ini
orang-orang menggantungkan hidupnya pada profesi itu. Di zaman dulu di indonesia
memang pada awalnya guru menerima kalo di istilahkan hibah dari para orang tua
murid, namun setelah adanya UU No. 14 tahun 2005 Guru telah mendapat
sertifikasi dan tunjangan-tunjangan yang lain yang akan di dapat. Walaupun
memang tidak semua, masih ada beberapa guru yang mengajar secara profesional
dan ikhlas mengharap ridho Allah, tapi di zaman sekarang sangat sulit mencari
kriteria guru semacam itu. Melihat dari
kriteria murid, sebagaimana di katakan Al-Ghazali bahwa murid harus memuliakan
pendidik (Guru) rendah hati. Di zaman sekarang mencari murid yang memuliakan
guru dan menghormatinya mulai mengalami degradasi, di zaman dulu sebagaimana
yang telah di katakan oleh Ibu Halimah Siregar,[28]
“bahwa para murid segan sama guru dan menghormati guru, ketika guru berbicara
maka mereka diam, ketika guru melarang mereka tidak mengerjakan. Murid zaman
sekarang di larang malah makin dikerjakan”. Jika kita melihat memang pergaulan
yang semakin tajam dan era globalisasi serta pesatnya arus tekhnologi memang
menghantarkan manusia yang berbeda, kadang makin kesini nilai moral dan etika
mulai tidak diperhatikan lagi dan kian mendegradasi.
E. Kurikulum.
Kurikulum jika
kita artikan secara sempit adalah sejumlah materi belajar. Menurut UU RI no. 20
tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di indonesia
kurikulum yang berjalan telah banyak, diantaranya:
1.
Masa
Awal Kemerdekaan/Orde Lama (Kurikulum 1947, 1952, dan 1964)
2.
Kurikulum
Orde Baru (Kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994)
3.
Kurikulum
Masa Revormasi (Kurikulum 2004, 2007, 2013)
Kurikulum yang di Gunakan Oleh
SDN 03 Pisangan Adalah Kurikulum 2007 (KTSP) dan Kurikulum 2013 (kurtilas).
Sebagaimana telah penulis lakukan wawancara bahwa memang dari kelas 2 dan kelas
4 saja yang menggunakan Kurtilas untuk yang lainnya masih menggunakan KTSP. Penulis sedikit menganalisis mengenai jawaban
yang di sampaikan oleh Ibu Halimah Siregar bahwa KTSP Itu memacu pada Kognitif
siswa yang di mana ranahnya adalah ranah intelektual. Dalam KTSP jika KKM nya
70 maka semua siswa haru mendapat 70 atau diatas itu, sementara kemampuan siswa
itu tidak sama.[29]
Pernyataan ibu Halimah Siregar
ini, memang betul adanya, bahwa manusia terutama peserta didik itu memiliki
kemampuan yang tidak sama, kadang di suatu pelajaran ia kuasai dan di pelajaran
lain tidak ia kuasai. Dan disisi ini pula penulis mengkritisi tentang
pendidikan, bahwa pendidikan itu memandang sama kemampuan semua murid dengan
mengajukan standarisasi, padahal siswa itu memiliki tingkat IQ yang tidak sama.
Sedikit penulis berikan tingkat kecerdasan siswa/i:
IQ
|
Kategori
|
Persentase
|
140 ke atas
|
Genius
|
0, 25%
|
130-139
|
Sangat cerdas
|
0, 75%
|
120-129
|
Cerdas
|
6%
|
110-119
|
Di atas norma
|
13%
|
90-109
|
Normal
|
60%
|
80-89
|
Di bawah normal
|
13%
|
70-79
|
Bodol (dull)
|
6%
|
50-69
|
Debil (morron)
|
0, 75%
|
25-49
|
Imbecile
|
O,20%
|
25 ke bawah
|
Idiot
|
0, 05%
|
Nana Syaodih juga menjelaskan bahwa anak-anak yang IQ-nya di bawah
70 termasuk kelompok terbelakang. Umumnya mereka tidak bisa belajar pada
sekolah biasa, mereka harus didik secara khusus di luar sekolah.[30]
Penulis sedikit akan
memaparkan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, supaya para
pendidik tidak sempit pemikirannya mengenai kecerdasan seorang anak. Sebab
banyak terjadi dilingkungan terutama di institusi pendidikan bahwa ketika
seorang anak tidak bisa pelajaran matematika misanya, langsung di cap sebagai
siswa/i yang bodoh. Howard Gardner[31]
dengan Teori Multiple
Inteligensi,[32]
(Kecerdasan Majemuk). Membagi Kecerdasan itu menjadi 8
Macam, yaitu:
Kecerdasan ini memuat kemampuan
seseorang dalam berfikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berfikir
menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir. Anak-anak dengan
kecerdasan matematika-logika yang tinggi menyenangi kegiatan menganalisis dan
mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu.
Kemampuan menggunakan bahasa dan
kata-kata, secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda
untuk mengespresikan gagasan-gagasannya. Anak dengan kecerdasan bahasa yang
tinggi di tandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan
penggunan suatu bahasa seperti membaca,
menulis puisi, menulis kata-kata mutiara, menulis karangan dan lain sebagainya.
Memuat kemampuan seseorang untuk peka
terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk nada dan
irama. Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan musical yaitu senang sekali mendengar
nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang di lagukan
sendiri, mendengarkan kaset, radio, petunjuk orkestra atau alat musik lainnya
yang dimainkan sendiri.
Memuat kemampuan seseorang memahami
secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak yang memiliki
kecerdasan visual spasial yang tinggi
memperlihatkan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak lain
dalam hal, misalnya menciptakan imajinasi bentuk dalam pikiran, atau kemampuan
untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi, seperti orang dewasa sebagai
pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
Memuat kemampuan seseorang untuk secara
aktif menggunakan bagian-bagian atau keseluruhan tubuhnya untuk berkomunikasi
dan memecahkan berbagai masalah. Hal itu dapat dijumpai pada anak-anak yang
unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepak bola,
tenis, berenang dan lain sebagainya. Atau dapat pula terekspos seperti
anak-anak yang pandai menari, tampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain
sulap.
Menunjukan kemampuan seseorang untuk
peka terhadap perasaan orang lain. Anak-anak dengan kemampuan lebih di bidang
ini cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga ia mudah
dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Kecerdasan ini disebut juga
kecerdasan sosial. Anak dengan kecerdasan ini tidak saja mampu menjalani
persahabatn yang akrab dengan teman-temannya secara mudah, ia juga memiliki kemampuan
tinggi dalam memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan anatar teman,
memperoleh simpati dari anak-anak lain, dan lain sebagainya.
Menunjukan kemampuan seseorang untuk
peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Anak dengan kecerdasan intra-personal
tinggi menunjukan tanda-tanda mampu
mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya. Anak-anak
semacam ini suka melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun
kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri.
Merupakan kemmapuan seseorang untuk peka
terhadap lingungan dan alam. Misalnya,anak senang berada dalam lingkungan yang
terbuka seperti di pantai, gunung, cagar alam, hutan, sawah, gunung dan lain
sebagainya. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan naturalis tinggi cenderung suka
mengobservasi lingkungan alam seperti aneka jenis bebatuan, jenis-jenis lapisan
tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan lain
sebagainya.[33]
Mengenai
Perbedaan KTSP dan K.13 Penulis akan menyajikannya dalam bentuk tabel agar
sedikit lebih mudah di pahami:
No
|
Kurikulum
2013
|
KTSP
|
1
|
SKL
(Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui
Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang
bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67,
68, 69, dan 70 Tahun 2013
|
Standar Isi
ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu
ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun
2006
|
2
|
Aspek
kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi
aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
|
lebih
menekankan pada aspek pengetahuan
|
3
|
di jenjang SD
Tematik Terpadu untuk kelas I-VI
|
di jenjang SD
Tematik Terpadu untuk kelas I-III
|
4
|
Jumlah jam
pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit
dibanding KTSP
|
Jumlah jam
pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding
Kurikulum 2013
|
5
|
Proses
pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang
SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu
standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah,
Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
|
Standar
proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
|
6
|
TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan
sebagai media pembelajaran
|
TIK sebagai
mata pelajaran
|
7
|
Standar
penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
|
Penilaiannya
lebih dominan pada aspek pengetahuan
|
8
|
Pramuka
menjadi ekstrakuler wajib
|
Pramuka bukan
ekstrakurikuler wajib
|
9
|
Pemintan
(Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
|
Penjurusan
mulai kelas XI
|
10
|
BK lebih
menekankan mengembangkan potensi siswa
|
BK lebih pada
menyelesaikan masalah siswa
|
Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan
KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara
Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum
2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada
hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan
bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan
masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa
jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama
dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan
tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
F.
Lingkungan
Terhadap Pendidikan.
Menurut
Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan
alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan atau life processes.[34]
Dalam menganalisis mengenai
lingkungan ini, penulis meminjam Konsep Ki Hajar Dewantara,[35] yang
disebut dengan Tripusat Pendidikan. Dimana beliau membagi lingkungan itu
menjadi 3, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
a.
Keluarga
Keluarga merupakan lembaga
pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak
serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab
memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang
dengan baik. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah, merupakan
peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan
tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota
keluarga yang lain.
b.
Sekolah
Di
sekolah, di bawah asuhan guru-guru, anak-anak memperoleh pengajaran dan
pendidikan. Anak-anak belajar berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan, yang
akan dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti di masyarakat. Memberikan bekal
ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak untuk kehidupannya nanti. Inilah
sebenarnya tugas utama dari sekolah.
c.
Masyarakat
Pengaruh-pengaruh dari
masyarakat ini ada yang bersifat positif terhadap pendidikan anak, tetapi
sebaliknya banyak pula yang bersifat negatif. Pengaruh yang positif dari
masyarakat ini banyak kita jumpai dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda,
organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa, maupun organisasi-organisasi lain.
Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam
masyarakat. Dan anehnya, pengaruh yang negatif ini sangat mudah diterima oleh
anak , dan sangat kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah,
setelah mendapat pengaruh dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak berandalan.
Oleh karena itu menjadi tugas dari orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan
terhadap putra-putrinya.[36]
Perkembangan peserta didik,
dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan proses
perkembangan, dan anugerah sang Kuasa. Untuk faktor lingkungan, peranan
tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pendidikan yakni membangun dan
menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu. Dan agar tercipta
tujuan pendidikan tersebut maka hendaklah lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat bersama-sama berperan aktif dalam hal memberikan pelatihan,
pengajaran, dan pembibingan.[37]
Sejauh yang penulis observasi
dan wawancara dengan Pendidik Di SDN 03 Pisangan, diantaranya yaitu ketika
wawancara dengan ibu Rumsiyah Spd,i dan Ibu Nurhalimah Siregar Spd[38] dimana
orangtua yang termasuk dalam lingkungan keluarga kurang dalam menjalankan
tugasnya sebagai orang tua. Padahal kita tahu bersama bahwa keluarga adalah
pendidikan pertama dan pendidikan tertua, yang dimana emosional, kepribadian
dan karakter anak/peserta didik mulai terbentuknya pada lingkungan keluarga
ini. Anak yang berasal dari keluarga baik-baik, dan orang tuanya selalu akur
serta terjalin komunikasi yang baik maka hasil pendidikan anak akan menjadi
baik, dan sebaliknya jika orangtua/lingkungan keluarga tidak baik, komunikasi
antara anak dan orangtua tidak baik, maka hasil pendidikan anak akan tidak
membaik juga, ini terbukti dengan pemaparan yang dikatakan oleh ibu Rumsiyah,
bahwa yang harus diubah terlebih dahulu adalah menset orang tua, mereka harus
lebih dalam mendidik anak-anaknya, kita disini hanya beberapa jam selebihnya
orangtua mereka, kalo orangtuanya saja seperti itu bagaimana kami bisa untuk
mengatur anak-anak mereka. Dan pernyataan ibu Rumsiyah juga sejalan dengan yang
dikemukakan oleh ibu Nurhalimah Siregar, anak-anak ketika di lingkungan
keluarga dia jarang berkomunikasi maka di sekolahpun dia seperti itu, datang
langsung duduk di bangkunya tanpa bicara dan mengobrol dengan teman
sebangkunya.
Dilingkungan sekolah setelah
penulis lakukan penelitian, untuk lingkungan sekolah memang cukup kondusif
hanya saja memang terlalu sempit, ini juga karena faktor bahwa ternyata tanah
sekolah ini statusnya masih milik UIN Jakarta jadi pihak sekolah tidak berani
melebar kekiri, kekanan atau keatas, jika memang ingin menambah maka pihak
sekolah harus menghadap rektor dan meminta persetujuan jika tidak maka mereka
sudah tidak bisa lagi memperluas wilayah sekolahnya.
Faktor masyarakat dan
lingkungan sendiri memang sangat mempengaruhi pendidikan, terutama peserta
didik. Sebagaimana yang di paparkan oleh ibu Nurhalimah siregar bahwa anak-anak
yang terpengaruh oleh lingkungan yang tidak baik mereka membawanya ke sekolah,
seperti perkataan “bapaklu”, dan perkataan-perkataan lain yang semestinya tidak
pantas untuk seusia mereka, tapi begitulah sebagaimana yang dikatakan oleh KI
Hajar Dewantara diatas bahwa pengaruh buruk itu cepat sekali meresap kepada
diri anak, apalagi anak itu sebagaimana yang di katakan oleh ibu nurhalimah
siregar adalah kecakapan meniru, apa yang dia lihat, tonton dan dengar ingin
dia terapkan dalam kehidupannya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
1.
Strategi Pembelajaran. Dari 5 strategi pembelajaran yang ada, yang
diterapkan oleh guru SDN 03 PISANGAN adalah strategi pembelajaran Langsung yang
dimana guru lebih berperan aktif di dalamnya, dan murid hanya duduk
mendengarkan saja.
2.
Metode Pembelajaran. Dari sekian banyak metode pembelajaran, yang
digunakan di SDN 03 PISANGAN beragam ada Ceramah, Tanya Jawab, serta pemberian
tugas. Tapi yang umum dan sering di gunakan adalah metode ceramah, yang dimana
gurulah yang menjadi berperan penting di sini. Jika melihat kondisi dan situasi
belajar menggunakan metode ceramah memang kadang emmbuat murid bosan, cenderung
main sendiri, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
3.
Pendidikan Jasmani. Pendidikan jasmani sangat diperlukan oleh
peserta didik apalagi untuk usia Sekolah Dasar. Di SDN 03 PISANGAN sudah banyak
pendidikan jasmaninya seperti sepak bola, volly, basket, badminton dan lain
sebagainya.
4.
Pendidikan Akhlak. Baik peserta didik maupun pendidik akhlak ini
sangat diperlukan, sebab apalah gunanya memiliki kemampuan intelektual yang
tinggi namun nilai akhlak rendah, sehingga melahirkan orang yang pintar tapi
tidak benar, yang bukan menjadi penolong bagi bangsanya tetapi penghancur bagi
negara, masyarakat, bangsa dan agamanya.
5.
Kurikulum. Kurikulum yang diguankan di SDN 03 PISANGAN sebagian
menggunakan KTSP dan sebagian menggunakan Kurikulum Kurtilas, memang kesiapan
seorang guru itu yang membuat Kurtilas yang sudah berjalan dua tahun terakhir
ini belum juga dipergunakan semua oleh SDN 03 Pisangan.
6.
Pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan sangatlah besar, dan
berperan dalam pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh KI Hajar Dewantara
bahwa ada tripusat Pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat.
B.
Saran.
1.
Bagi Orangtua.
a.
Memerhatikan anak, dan mengusahakan yang terbaik untuknya.
b.
Memberikan motivasi belajar agar anak bersemangat.
c.
Memberikan gizi yang cukup untuk anak.
d.
Memberi pengertian kepada anak dengan komunikasi yang baik, akan
manfaat belajar agar bisa lebih sukses dari kedua orangtuanya
2.
Bagi Pendidik/Guru.
a.
Meningkatkan kualitas guru-guru agar memberikan pengajaran dan
contoh yang baik untuk siswanya.
b.
Menjalin hubungan yang baik antara, siswa dan wali siswa.
c.
Menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi dan metode
belajar yang beragam.
d.
Menerapkan system pembayaran subsidi silang, agar yang tidak mampu dapat
belajar tanpa tekanan.
e.
Memberikan sarana prasarana yang cukup sehingga dapat menyalurkan
bakat siswa yang masih terpendam.
3.
Bagi peserta didik/Siswa/i.
a.
Semangat belajar, menjaga kondisi tubuh dan meyakini bahwa belajar
itu sangat penting untuk kehidupan di masa yang akan datang.
b.
Pintar memilah dan mimilih pergaulan, agar pergaulan yang baik
dapat berpengaruh untuk diri sendiri.
c.
Berfikir dan bersikap positif, agar keadaan juga menjadi positif.
d.
Meninggalkan hal-hal yang tidak penting dan hanya mengganggu waktu
belajar
4.
Bagi Penulis.
a.
Belajar dengan rajin, agar menjadi guru yang professional dan
berpengaruh bagi bangsa.
b.
Berusaha dengan sebaik-baiknya agar bisa menjadi Agen Of Change
yang cerdas, bertanggung jawab, disiplin dan jujur.
c.
Semoga sukses selalu.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligence: Kecerdasan
Majemuk Teori dan Praktek. Batam: Interaksara.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Alfabeta.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Simandjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Tarsito Bandung.
Dinil Abrar
Sultani. 2017. “The Learning Strategy Of Islamic Education In Upgrade Of Learning
Quality”. Jakarta: Jurnal Ta’bid Vol. VI, No. 1.
Wina Sanjaya.
2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sudiyono, Trio
Supriyanto, dan Moh. Padil. 2006. Strategi Pembelajaran Partisipasi di
Perguruan Tinggi. Malang: UIN-Malang Press.
Junaedi, dkk. 2008.
Strategi Pembelajaran. Surabaya: Lapis-PGMI.
Syihab, Quraisy, M. 2004. Tafsir Al-Misbah, Volume 1.
Jakarta: Lantera.
Al-Zubaidi, Muhammad dan Murtadhlah. 1306 H. taj Al-Arus. Kairo:
Al-Khairiyah Al-Munsiyat Bijaliyah.
Baharuddin, Umiarso dan Sri Minarti. 2011. Di Khotomi Pendidikan
Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tholkhah, Imam ,Amar Barizi. 2004. Membuka Jendela Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Hasan, Muhammad
Tholhah. 2006. Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Jakarta:
Lantabora Pres.
Suwerdi.
2004. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Marimba, Ahmad. 1972. Pengantar Pendidikan Islam. Bandung: al-Ma’arif.
Zianuddin Alafi. 2003. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung:
angkasa.
Rusn, Abidin
Ibnu. 2009. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ramayulis. 1994. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Fauzan, suwito. 2003. Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung:
Angkasa.
Rufaidah, Anna. 2015. “Pengaruh Intelegensi dan Minat Siswa
Terhadap Putusan Pemilihan Jurusan”. Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol. II. No.
02.
Handy Susanto. 2005. “Penerapan Multiple Intellegences dalam
sitem pembelajaran”, Jurnal Pendidikan penabur. Vol. XXV. No. 04.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan pembelajaran.
Jakarta: PT Rineka Citra.
Fuad, Ihsan. 1997. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Mappanganro.
1996. Implementasi Pendidikan Islam
di Sekolah. Ujung Pandang: Yayasan Ahkam.
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), H. 72.
[3] Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., hal. 152.
[4] Ibid., hal. 204.
[5] Ibid., H. 329.
[6] Drs. B. Simandjuntak, Proses Belajar Mengajar, Edisi II
(Bandung: Tarsito Bandung, 1983).
[7] Dinil Abrar Sultani “The
Learning Strategy Of Islamic Education In Upgrade Of Learning Quality”, Jurnal
Ta’bid, (Vol. VI, No. 1, mei/2017) , hal. 28
[14] Jika kita melihat tujuan
pendidikan nasional itu tidak berbeda jauh dengan tujuan pendidikan dalam
islam. Dalam islam diajarkan tentang iman, taqwa, dan akhlak. Dimana di dalam
islam ada istilah tarbiyah yaitu proses mendidik manusia dengan tujuan
untuk memperbaiki kehidupan manusia kearah yang lebih sempurna. Ia bukan saja
melihat proses mendidik saja tetapi merangkumi proses mengurus dan mengatur
supaya perjalanan kehidupan berjalan dengan lancar. Lalu ada istilah Ta’lim
yaitu menurut ibn Al-Manzur (Lihat, M. Qurasiy syihab, Tafsir Al-Misbah, Volume
1 (Jakarta: Lantera, 2004) hal. 30. Bahwa ta’lim adalah proses transmisi ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya catasan dan ketentuan. Kemudian ada
istilah Ta’bid yang menurut Al-Zubaidi adalah ta’bid adalah perilaku
terpuji dan akhlak yang baik jadi ta’bid adalah melatih/mendidik jiwa anak dan
memeprbaiki ahlaknya, tidak hanya menyampaikan ilmu kepada peserta didik tetapi
juga mendidik mereka agar memiliki akhlak dan moral. (lihat, Muhammad Murtadhlah
Al-Zubaidi, taj Al-Arus (Kairo: Al-Khairiyah Al-Munsiyat Bijaliyah, 1306
H), hal. 144.
[15] Adapun bunyi Pembukaan UUD “Kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan
seluruh tumpah darah indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melkasanakan ketertiban dunia......” Kita bisa Melihat kalimat
“Mencerdaskan Kehidupan bangsa” Cerdas disini sebenarnya bukan hanya cerdas
kognitif atau cerdas intelektual saja, tetapi cerdas dalam segala bidang baik
intelektual, sikap, nilai, moral dan etika (Menurut Dr. Fauzan MA ketika
memberikan penjelasan mata kuliah “Kuirkulum Dan Pembelajaran, kamis 21
Desember 2017 Ruangan 3.18).
[16] Masa rasulullah kita bisa
melihat dari ajaran agama yang beliau bawa diantaranya adalah sholat,
gerak-gerik dalam sholat itu juga merupakan pendidikan jasmani. Dan nabi saw.
juga menyuruh ummatnya untuk pendidikan jasmani seperti memanah, berenang dan
berkuda, Rasulullah saw. bersabda yang artinya:”Ajarilah anak-anak kalian
berkuda, memanah, dan berenang” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan jika kita
merespek kebelakang terhadap sejarah pendidikan islam, di masa khalifah Umar
bin khattab (13-23 H/ 634-644 M) di implementasikan hadis nabi saw. Masa umar
bin khattab memasukan kurikulum jasmani seperti berenang, memanah, berkuda,
berbahasa, bersyair, (Lihat, Baharuddin, Umiarso, Sri Minarti, Di Khotomi
Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 77. Menurut
Pak Irfan Mufid MA, dalam kuliahnya memberikan argumentasinya: “Kita bisa
melihat bahwa pendidikan jasmani ini kurang di perhatikan di jaman sekarang,
apalagi bagi anak-anak yang seharusnya usia mereka bermain dan lebih kepada
pendidikan jasmaninya, kalian bisa lewat di Sekolah-sekolah Dasar itu sepi
bangat dari suara anak-anak bermain dan lain sebagainya”.
[17] Nama Lengkap Abu ‘Ali
Al-Husyaini ibn Abdullah ibn Hasan ibn sina. Lahir pada tahun 370 H/980 M di
Afshana (kharmisin), sebuah kota kecil di bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan
(Bagian Persia). Ayahnya bernama Abdullah, seorang sarjana terhormat penganut
syi’ah Isma’iliyah. Lihat, Imam Tholkhah & Amar Barizi, Membuka Jendela
Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hal. 248
[18] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2003) hal. 74-76.
[19] Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,
(Jakarta: Lantabora Pres, 2006) hal. 119
[20] Nama Lengkap abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali dilahirkan di
Thus, sebuah kota khurasan, persia pada tahun 450 H/ 1058 M. Dan meninggal di
kota thus, kota kelahirannya pada tahun 505 H atau 1111 M. Lihat, Abuddin Nata,
Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001) hal. 81
[21] Ibnu jama’ah merupakan tokoh pendidikan abad pertengahan, Nama Lengkap
Badr Al-Din Muhammad Ibn Ibrahim Ibn sa’d Allah ibn Jama’ah Ibn Hazim Ibn
Shakhr Ibn ‘ad Allah Al-kinany. Lahir di hamah, mesir, pada malam sabtu tanggal
4 rabiul akhir 639 H/1241 M dan wafat pada pertengahan malam akhir hari senin
tanggal 21 jumadil ula tahun 733 H/1333 M dan di makamkan di Qirafah, Mesir.
Dengan demikian ibn jama’ah genap berusia 64 tahun 1 bulan 1 hari. Lihat, Suwerdi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan
Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hal. 31-36.
[22] Nama lengkap Abu ahmad bin Muhammad Bin ya’qub, lahir di al-Ray pada
tahun 320 H/ 932 M dan wafat di Isfahan pada tanggal 9 shafar tahun 412 H/16 febuari
1030 M. Lihat, Abuddin Nata, Pemikiran dan Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2001) hal. 5. Ibn miskawaih terkenal sebagai ahli
sejarah dan filosof moralis, disamping itu ia juga dikenal sebagai penyair dan
ahli kimia. Lihat, Muhammad Thalhah Hasan, Dinamika Pemikiran Tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: Lantarabora Press, 2006) hal. 112. Selain akrab
dengan penguasa beliau juga bergaul dengan dengan para ilmuwan seperti Abu
hayyan at-tauhidi, Yahya Ibn ‘Adi dan Ibnu Sina. Lihat, Zianuddin Alafi, Pemikiran
Pendidikan Islam, (Bandung: angkasa, 2003) hal. 42
[23] Wafat 571 atau 591 H) dianatara
karyanya Ta’lim al-Muta’allim, Thariqq al-ta’lum. Lihat, suwerdi,
Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), hal. 44
[24] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran
Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hal. 61
[25] Kriteria ini populer di
kemukakan oleh Ibnu jama’ah di dalam memberikan kriteria Guru/Ulama. Salah satu
kriterianya, yaitu Tidak menjadikan Profesi Guru sebagai usaha untuk menutupi
kebutuhan ekonominya. Konsep ini tanpaknya tidak tidak relevan jika kita
melihat kondisi sekarang ini dimana salah satu kerja profesional di zaman
sekarang adalah dimana orang yang melakukannya menggantungkan kehidupan di atas
profesinya itu. Namun ibnu jama’ah berpendapat demikian sebagai konsekwensi logis dari konsepnya
tentang ilmu penegtahuan. Bagi ibnu jama’ah ilmu pengetahuan itu snagat agung lagi lahur, bahkan bagi
pendidik menjadi kewajiban tersendiri untuk mengagungkan pengetahuan tersebut,
sehingga pendidik tidak menjadikan itu sebagai lahan komoditasnya, dan jika hal
itu dilakukan berarti telah merendahkan keagungan penegtahuan. Lihat,
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994) hal. 65
[26] Op.Cit., Abuddin Nata, hal. 98
[27] Suwito dan fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, (Bandung:
Angkasa, 2003) hal 167.
[32]
Multipel inteligensi yang mencakup delapan kecerdasan itu pada
dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional
(EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Konsep kecerdasan majemuk atau multiple
inteligensi berawal dari karya Howard Gardner dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas hasil penelitian
selama beberapa tahun tentang kapasita kognitif manusia (Human Cognitif Capacities). Garden menolak asumsi bahwa kognisi
manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal
Lihat, Handy
Susanto, “Penerapan Multiple Intellegences dalam sitem pembelajaran”, Jurnal
Pendidikan penabur, (Vol. XXV, No. 04, Juli/ 2005), hal. 60.
[33]
Op., Cit., Purwa atmaja Prawira, hal.
153-158. Sebenarnya kecerdasan itu tidak hanya 8, tapi masih banyak lagi
kecerdasan yang lainnya. Penulis mendapat tambahan bahwa ada yang berpendapat
bahwa kecerdasan itu sampe 10, yaitu kecerdasan Eksitensial dan Kecerdasan
Spiritual. Kecerdasan Eksitensial adalah Keahlian
pada berbagai maslah pokok kehidupan dan aspek eksitensial manusia serta
pengalaman mendalam terhadap kehidupan. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh
para filusuf dan teolog. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial
memiliki ciri-ciri: a). Ingin tahu bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu, b).
Mengapa kita ada di Bumi, c). Apakah ada kehidupan di planet lain, d). Kemana
mahluk hidup setelah mati. Sedangkan Kecerdasan
SpiritualKeyakinan dan mengaktualisasikan akan sesuatu yang bersifat
transeden atau penyadaran akan nilai-nilai akidah dan keimanan. Ciri-ciri: a). Keyakinan
akan kebesaran tuhan, b). Kesadaran suara hati, internalisasi nilai,
aktualisasi dan keikhlasan, c). Menghayati batal dan haram dalam agama,
toleransi, sabar, tawakkal, dan keyakinan akan takdir baik dan buruk. Lihat, C.
Asri Budiningsih, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Citra,
2005)
[35] Nama aslinya Suwardi
Suryaningrat dilahirkan pada 2 mei 1889, bertepatan dengan 1303 H di
Yogyakarta, dan wafat pada 26 April 1959 bertepatan dengan 1376 H (berusia 70
tahun). Dilihat dari leluhurnya, ia dalah putra dari suryaningrat, putra paku
Alam III.
[36] Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam
di Sekolah, (Ujung Pandang: Yayasan
Ahkam, 1996) Cet. 1 hal 63-65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar