Selasa, 24 April 2018

Laporan Observasi di SDN 03 Pisangan waktu semester 3



LAPORAN HASIL OBSERVASI
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SDN 03 PISANGAN
Dosen Pengampu :
Irfan Mufid, MA.


Disusun oleh :
Syahrul Ramadhan
(11160110000004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat kasih penyertaan perlindungan dan pertolongannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan observasi ini.  Kegiatan observasi ini untuk memenuhi tugas  mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Kegiatan ini dilaksanakan di SDN 03 PISANGAN.
 Selama pelaksanaan observasi ini sampai dengan selesainya penulisan laporan ini, penulis telah memperoleh bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Irfan Mufid, MA. selaku dosen mata kuliahSejarah Pendidikan Islam
2.      Ibu Hj. Etty Nurhayati, S. Pd. SD, selaku kepala sekolah SDN 03 PISANGAN yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan observasi di sekolah. 
3.      Ibu Wartiniasih, Spd selaku Wali Kelas V SDN 03 PISANGAN yang telah memberikan informasi kepada penulis. 
4.      Ibu Rumsiyah Spd,i selaku guru mata pelajaran Agama merangkul BTQ yang telah berkenan membantu pelaksanaan kegiatan observasi.
5.      Ibu Halimah Siregar Spd selaku Guru Pendidikan Kewarga Negaraan.
6.      Semua pihak dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuannya.        
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis mohon maaf atas kekurangannya. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan laporan Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
                                                                                                                                   
Ciputat, 24 Desember 2017

              Penulis




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting. Dimana sekolah tersebut dirancang untuk pengajaran siswa di bawah pengawasan guru. Saat ini sekolah menjadi penunjang proses KBM yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru yang mengajar di sekolah harus tahu betul situasi dan kondisi sekolah tersebut. Berbicara mengenai sekolah tentu di dalamnya terdapat kegiatan belajar dan mengajar atau lebih dikenal dengan KBM antara siswa dengan guru. kegiatan belajar dan mengajar ini harus terdapat minimal dua komponen yaitu ada siswa dan guru. jika didalam kegiatan belajar dan mengajar hanya terdapat salah satunya saja, maka tidak akan terjadi proses belajar dan pembelajaran.
Di dalam kegiatan belajar dan mengajar tersebut tentu di dalamnya terdapat banyak hal yang mengenai KBM di suatu sekolah. misalnya, bagaimana metode pembelajaran pada sekolah tersebut, model pembelajaran, strategi pembelajaran dan masih banyak lainnya mengenai hal hal yang berkaitan dengan KBM. Sebagai guru harus tahu situasi dan kondisi saat KBM, sehingga ketika terjun langsung mengajar ke suatu sekolah tersebut dapat mempersiapkan dan merencanakan pendidikan yang bermutu.
Dalam kesempatan kali ini saya memilih SDN 03 PISANGAN sebagai objek observasi mengenai KBM di sekolah tersebut. Saya melakukan observasi di sekolah tersebut dengan beberapa pertimbangan. diantaranya, adanya izin dari kepala sekolah SDN 03 PISANGAN, Lokasi dan kondisi yang mudah dijangkau untuk melakukan observasi. Selanjutnya saya berusah untuk menuangkan hasil laporan observasi tersebut dalam sebuah laporan tertulis untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam. Observasi ini kami beri judul “KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SDN 03 PISANGAN”
B.     Identifikasi Masalah
1.      Proses Belajar Mengajar di SDN 03 Pisangan.
2.      Metode-metode yang digunakan dalam belajar mengajar di SDN 03 PISANGAN.
3.      Kurangnya minat siswa ketika mendengarkan penjelasan Guru.
4.      Pengaruh Lingkungan terhadap Proses pembelajaran
C.     Pembatasan Masalah
“Menguraikan Proses Belajar Mengajar (KBM) di SDN 03 PISANGAN”
D.    Rumusan Masalah.
1.      Strategi pembelajaran yang bagaimana yang di terapkan di SDN 03 Pisangan?
2.      Metode Apa yang dipakai guru dalam menguraikan materi ajarnya ?
3.      Bagaimana pendidikan jasmani di SDN 03 PISANGAN ?
4.      Bagaimana pendidikan akhlak di SDN 03 PISANGAN ?
5.      Kurikulum apa yang di gunakan di SDN 03 PISANGAN ?
6.      Bagaimana pengaruh Lingkungan terhadap Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SDN 03 PISANGAN ?
E.     Tujuan  Penelitian
1.      Untuk mengetahui strategi pembelajaran yang di gunakan di SDN 03 PISANGAN.
2.      Untuk mengetahui Metode apa saja yang di digunakan di SDN 03 PISANGAN.
3.      Untuk mengetahui proses pendidikan jasmani di SDN 03 PISANGAN.
4.      Untuk mengetahui pendiidkan akhlak di SDN 03 PISANGAN.
5.      Untuk mengetahui kurikulum apa yang digunakan di SDN 03 PISANGAN.
6.      Untuk mengetahui pengaruh lingkungan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SDN 03 PISANGAN.










BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Tempat dan Waktu Penelitian.
1.      Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 03 PISANGAN yang beralamat di Jalan Legoso Raya No. 66 Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tanggerang Selatan.
2.      Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018, yaitu pada tanggal 13 Desember 2017.
B.     Latar Penelitian (Setting)
Pada penelitian ini, penulis mengambil objek di sebuah lembaga pendidikan SDN 03 PISANGAN yang berdiri pada tahun 1970. SDN 03 PISANGAN terletak di Jl. Legoso Raya No. 66 Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tanggerang Selatan. Lulusan dari madrasah ini sangat berguna bagi masyarakat sekitar dan lulusan sekolah ini telah melahirkan Atlit Nasional Pada Bidang Takwondo. Ada yang lulus dari sekolah tersebut untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah pertama dan Ada yang melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah. Sekolah tersebut sebagian menggunakan Kurikulum KTSP (Kelas 1,3,5 dan 6) dan Kurikulum 2013 (Kelas 2 dan 4). Kekurangan dan kelebihan menggunakan kurikulum 2013 yaitu guru terlalu banyak tugas yang harus kita kumpulkan setiap harinya meliputi penilaian kelas dan penilaian daftar hadir.  Di sekolah ini ada beberapa kegiatan ekstra kulikuler yaitu pramuka, sepak bola, foot sal, volley ball, basket, badminton. Jumlah staf pengajar/ guru yaitu 13 yang terdiri dari 8 guru PNS dan 5 guru honorer. Fasilitas belajar di sekolah tersebut belum memadai juga untuk sarana dan prasarana sekolah. Ada 8 kelas dan masing-masing kelas terdapat, papan tulis, lemari, meja, kursi dan alat-alat kebersihan. Prestasi di sekolah tersebut baru menjuari perlombaan diantaranya juara 3 lomba tari.
C.     Visi Misi SDN 03 Pisangan:
a.       Visi:
Terwujudnya sekolah yang menghasilkan siswa yang Beriman, Bertaqwa dan Berakhlak Mulia serta peduli terhadap kelestarian lingkungan.
b.      Misi:
1.      Meningkatkan kualitas tenaga pendidikan melalui pelatihan/Worksop/Seminar semua mata pelajaran
2.      Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran kegiatan pembiasaan
3.      Memperbanyak fasilitas sekolah yang berkaitan dengan bidang pelajaran seperti buku-buku bacaan, alat-alat peraga dan sumber lainnya serta bimbingan
4.      Dapat melestarikan kebudayaan daerah dengan mengadakan hari-hari nasional
5.      Melakukan  program penghijauan lingkungan sekolah agar terlihat asri.
D.    Akreditasi Sekolah.
            Terakhir Akreditasi  B.
E.     Metode Penelitian.
Dari rumusan masalah telah diketahui penelitian ini bersifat kualitatif dengan pola pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifar induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.[1]    Penelitian ini dilakukan dengan tahapan pertama yaitu menganalisis Kegiatan Belajar mengajar yang pada rumusan masalah tersebut telah dibuat beberapa pertanyaan yang nantinya akan dijawab di bagian hasil penelitian. Peran penulis dalam penelitian ini sebagai instrument kunci yang bertugas mengumpulkan data demi data melalui observasi yang terlibat langsung dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), menjadi interviewer dalam proses wawancara terhadap guru, serta mengumpulkan dokumen-dokumen sebagai data pelengkap dalam penelitian kualitatif ini yang ditulis berdasarkan kejadian alamiah, atau kejadian yang sebenarnya pada sebuah objek penelitian. Ditambahkan oleh Nana Syaodih, penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang, dan satuan pendidikan.[2] Setelah melakukan penelitian, laporan penelitian ditulis dengan cara mendeskripsikan kejadian-kejadian pada saat proses pembelajaran, berbagai konsep yang diterapkan, berikut kurikulum yang diterapkan, metode, serta media pembelajaran yang digunakan pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SDN 03 PISANGAN. Setelah melakukan observasi, penulis melakukan wawancara terhadap guru, yaitu Ibu Wartiniasih, Spd, ibu Rumsiyah, Spd,i, Ibu Nurhalimah Siregar, Spd. Wawancara dilakukan di dalam kelas pada 13 Desember 2017 pukul 10.10 WIB, sekitar 50 menit sebelum jam istirahat siswa.
F.      Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode:
1.      Wawancara Terstruktur
Pengungkapan (enquiring) dilakukan melalui wawancara. Penulis mengadakan wawancara terhadap pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data yang diperlukan.[3] Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai guru Agama merangkap BTQ, Wali Kelas dan Guru Pendidikan Kewarga Negaraan.
2.      Observasi Berperanserta (Participant Observation)
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.[4] Pada tahap ini, penulis berusaha ikut terlibat di dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dengan memperhatikan metode dan media pelajaran yang digunakan oleh guru, gerak-gerik siswa.
3.      Dokumentasi Hasil penelitian
Dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi.[5] Untuk mendapatkan deskripsi dan pemahaman mendalam atas fokus penelitian, penulis akan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan profil sekolah yang dijadikan objek penelitian, juga dokumen-dokumen yang dijadikan acuan dalam proses pembelajaran Kimia, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai dengan tahap evaluasi. Dokumen ini berguna sebagai pembuktian dokumenter dan sebagai penguat keabsahan data kualitatif dalam penelitian. Setelah semua data didapatkan dari berbagai sumber, barulah penulis menggabungkan dan melakukan analisis data tersebut.
Wawancara
Identitas beberapa Nara Sumber yang di wawancarai:
1.      Nama                                                         : Wartiniasih, Spd
Nama panggilan                                        : Ati
TTl                                                             : 21, september 1968
Jabatan                                                      : Wali kelas V.
2.      Nama                                                         : Rumsiyah Spd,i
Nama panggilan                                        : Rum
TTl                                                             : -
Jabatan                                                      : Guru Agama sekaligus BTQ.
3.      Nama                                                         :  Halimah Siregar Spd
Nama Panggilan                                        : Halimah
TTl                                                             : -
Jabatan                                                      : Guru Pendidikan Kewarga Negaraan.
            Adapun hasil wawancara penulis paparkan dalam bentuk tabel agar lebih mudah.
No
Pertanyaan
Nara Sumber
Jawaban
1.
Strategi apa yang di gunakan ibu dalam mengajar?
Wartiniasih, Spd.
Strategi yang di gunakan itu strategi Pembelajaran Langsung.
2.
Metode apa yang ibu pilih dalam penyampaian materi ajar?

Metode yang digunakan sih bervariasi dari metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas. Tapi yang paling dominan sih metode ceramah
3.
Tadi ibu mengatakan bahwa salah satu metode adalah pemberian tugas, apakah peserta didik di berikan Pekerjaan Rumah (PR)?

Iya, kami memberikan PR tapi jarang palingan 5 soal saja, dan kami sadari juga palingan pekerjaan itu dikerjakan oleh ayah ibu atau kakaknya dirumah, tapi tujuan kami memberi PR itu supaya mereka mengulang dan mengingat kembali pelajaran yang tadi diajarkan
4.
Ketika peserta didik datang kesekolah apakah bersalaman sama guru dulu atau tidak?

Iya, ketika mereka datang kami kumpulkan dulu di lapangan depan sekolah sebelum memulai pelajaran, dan kami berdo’a bersama dengan dipimpin salah seorang peserta didik, yang sebelumnya do’a itu menjadi tugas para peserta didik yang diajarkan oleh Guru agama atau guru BTQ nya, setelah do’a selesai maka semua bersalaman dengan ibu dan bapak guru.
5.
Pendidikan jasmani apa saja yang diterapkan disini buk?

Banyak, diantaranya sepakbola, volly, dan itu dilaksanakan 1x dalam satu minggu. Dan anak-anak setiap 3 bulan sekali dibawa oleh guru Pendidikan Jasmani nya untuk renang.
6.
Apa saja prestasi yang pernah diraih peserta didik?

Kita memang setiap satu kali dalam setahun memang ada kompetisi, dan banyak lagi kompetisi yang lain, tapi kami baru mendapat prestasi pada bidang menari. Kami mendapat juara 3 kemarin dn untuk yang lain belum. Sekolah ini sudah melahirkan Atlit Nasional bidang Takwondo, tapi saya lupa namanya.
7.
Sekolah ini apakah ada satpam dan TU nya buk?

Untuk satpam tidak ada hanya penjaga sekolah saja dan untuk TU memang untuk pendidikan setingkat SD tidak ada walaupun ada hanya beberapa saja. Jadi, semua dirangkap oleh guru operator dan lain sebagainya, tetapi baru-baru ini ada operatornya namun masih belum terlalu lincah dan masih dalam proses.
8.
Bagaimana dengan lingkungan di dalam sekolah dan diluar sekolahnya buk?

Lingkungan Alhamdulillah Aman. Dan yang jualan juga kami batasi takut mengganggu dan memang jualan itu harus ada dalam sekolah soalnya kalo mereka jajan keluar nanti takut terjadi apa-apa di jalan raya.
9.
Bagamaina dalam Respon serta pembelajaran BTQ, apalagi ini SDN bukan Madrasah Ibtiyah (MI) ?
Rumsiyah, Spd,i.
Untuk pendidikan agama dan BTQ palingan mereka disuruh mengahfal dan mengenal huruf-huruf dulu seprti huruf ikha, izhar, idgam. Dan untuk pendalamannya sih nanti pas mereka SMP atau Tsanawiyah kalo di SD kan mereka tidak terlalu mendalami. Dan saya untuk setiap kelas ada beberapa do’a dan hafalan surat-surat pendek sesuai dengan jenjang pendidikan mereka dan hafalan itu akan mereka setor setiap akhir semester. Untuk respon anak-anak sendiri sih yah, namanya juga anak SD berbeda dengan anak Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang dulu ada pendidikan diniyah nya, sehingga sedikit kesulitannya disitu, kadang juga faktor orang tua juga mereka kalo anaknya nilai matematika, IPA, IPS nya rendah langsung merespon dan suruh anak belajar giat dan lain sebagainya, tetapi jika nilai agamanya rendah tenang-tenang saja. Memang ini menset yang harus dirubah.
10.
Bagaimana dengan pengajaran sholat untuk kelas 1 sampai 6 apakah hanya sekedar teori atau praktek langsung?

Untuk kelas satu sampai tiga hanya di suruh menghafal baca-bacaan sholat tapi untuk kelas 4 sampai 6 saya suruh untuk mempraktekan, apalagi kurikulum yang dipakai kelas 4 adalah Kurikulum 2013 (Kurtilas).
11.
Bagaimana pengalaman ibu dalam mengajar menggunakan Kurikulum 2013 (Kurtilas) ? apakah ada kesulitan atau bagaimana?
Halimah Siregar, Spd
Alhamdulillah tidak terlalu mengalami kesulitan soalnya sebelumnya saya juga mengajar anak-anak kelas 1 sampai tiga itu dengan tematik, dimana pelajaran itu jadi satu. Bukan di gabungkan namun dikaitkan antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Untuk kesulitannya yaitu pada penilaian yaitu dimana yang kita nilai adalah sikap, dan menilai sikap ini tidak mudah. Tetapi semakin lama semakin direvisi-revisi dan lain-lain maka sedikit demi sedikit kesulitan itu tidak akan menjadi hal yang sulit nantinya. Dan kami hanya menilai sikap yang terlihat saja. Dan saya heran anak-anak di zaman sekarang ini, entah zamannya yang error atau bagaimana, siswa/i baru kelas 2 SD udah bilang bapaklu, gua, ngomok kasar dan jorok dan lain sebagainya. Dan anak-anak di zaman sekarang kalo ketemu guru biasa-biasa saja, sedangkan kita zaman dulu kalo ketemu guru segan bukan takut tpi segan dan hormat sama guru.
12.
Apakah semua kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 sudah emmakai kurikulum 2013 (Kurtilas) atau belum?

Untuk Kuirkulum 2013 kita pelan-pelan saja, untuk tahun ini baru kelas 2 dan 4, insya allah tahun yang akan datang saya dengar kelas 1 dan 5, dan kurikulum 2013 ini baru tahun ini dimulai di sekolah ini padahal kurtilas ini sudah dua tahun yang lalu. Karena memang guru-guru nya belum siap, sama dengan kita masak kalau belum siap, belum ada rencana yah kesusahan sama dengan ngajar. Dan sebenarnya pemerintah juga sekali-kali turun tangan untuk melihat keadaan dan kondisi guru-guru demikian juga kepala sekolah dan lain-lain, dan kepala sekolah sih kadang menanyakan.
13.
Bagaimana pendapat ibu dalam mengajar menggunakan kurikulum 2013 dengan kurikulum 2006 (KTSP) ?

Kalo KTSP itu anka-anak disuruh misalnya, pelajaran matematika KKM nya 70 misalnya, maka dia harus mendapat 70 semuanya, padahal kita tahu bahwa anak-anak itu mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda dan lingkungan yang berbeda-beda. Ada yang pintar di matematika dan ada yang pintar di mata pelajaran yang lain. Dan anak-naka ini sodialnya juga kurang apalagi anak-anak yang tinggal di perumahan/komplek yang jarang ada teman bermain yang dirumah cuman duduk main sendiri saja sedangkan ibu bapaknya  sibuk dengan kerjaan masing-masing, sehingga datang kesekolah diantarain pake mobil yang kalo di tanya dari rumah lewat mana saja, lewat jalan mana tidak tahu hanya tau belok kiri sama kanan doang. Begitu nyampe di kelas hanya duduk diam dan sama teman sebangkupun tidak mau kenal, makanan di bawa sendiri pake kotak. Kadang-kadang juga karena kesalnya dirumah dia keluarkan disini ngambek dan lain sebagainya, jadi KTSP hanya beriorentasi pada ranah kognitif. Maka, Kurikulum 2013 ini ranahnya sikap dan yang utama itu tiga: 1). Agama, 2). Ilmu, 3). Sosial. Sebab apa gunanya ilmu bagus tapi sosialnya jelek dan apa gunanya Pintar kalo akhlak kurang. Mungkin pemerintah juga melihat banyaknya tawuran, rendahnya moral anak bangsa makanya di lahirkan kurikulum 2013 untuk menanggulanginya itu sehingga pada penilaiannya lebih di tekankan akhlak.
14.
Bagamana dengan evaluasinya buk?

Saya melakukan evaluasi tetap dengan UTS dan lain sebagainya dan melakukan pendekatan personal dan nanti jika ada hasil yang belum memuaskan maka saya akan lakukan remedial, pengayaan. Nah dari hasil UTS saya bisa melihat. Misalnya di soal nomor satu berapa banyak anak yang bisa mengerjakannya dengan benar, lalu kelihatan disitu. Jika di nomor 2 banyak yang tidak bisa saya evaluasi di situ apakah bahasa soalnya yang kurang dimengerti anak-anak atau soalnya memang tingkat kesulitannya tinggi, nah dari situ saya evaluasi.
15.
Terakhir buk, tadi ibu mengatakan bahwa memang banyak siswa yang akhlaknya kurang dan banyak berbicara bapaklu, kurang sopan dan lain sebagainya, bagaimana cara ibu mengatasinya?

Kalo ada siswa/i saya yang seperti itu saya hukum dia tapi dengan kasih sayang bukan hukum karena benci atau menyakiti. Pernah itu kemarin ada siswa bandelnya minta ampun lalu ibu udah kasih tahu dengan bahasa yang lembut “nak, jangan berkata seperti itu yah tidak baik”, beberapa kali ibu bilang seperti itu lalu ibu tegur dia, tetap saja nggak bisa. Lalu ibu ambil cabe suruh makan (setengahnya saja), lalu ibu bilang itu mulutmu pedas seperti cabe itu kata-katamu yang sampai ditelinga teman-temanmu dan ibu. Akhirnya dia nggak berani lagi bicara kotor dan tidak sopan, tapi ibu kasian juga sama dia ibu minta ma’af sama dia.











BAB III
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.    Strategi Pembelajaran.
Istilah “strategi” berasal dari bahasa yunani yaitu, Strategos yang berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara taktik yang digunakan oleh militer untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.[6]
Menurut Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin di capai.
Menurut Drs, Muhaimin, MA. Strategi Pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Dari beberapa penegrtian diatas dapat saya simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami  materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Dalam proses belajar mengajar, strategi pembelajaran sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk lebih meningkatkan kualitas kualitas anak didik menuju terbinanya insnan yang handal dan mampu. Tentunya untuk tujuan ini maka strategi pembelajaran termasuk didalamnya mengidentifikasi segala bentuk dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Dinil Abrar Sultani Dalam jurnalnya,[7] menjelaskan ada 5 strategi pembelajaran, yaitu:
a.    Strategi Pembelajaran Langsung.
Strategi yang berpusat pada guru, dan paling sering digunakan. Dalam strategi pembelajaran langsung meliputi metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, latihan, dan ujian. Strategi pembelajaran langsung sangat efektif bila digunakan untuk memperluas informasi dan pengetahuan kepada siswa; Guru akan dengan mudah mempersiapkan materi dalam pembelajaran.
b.    Strategi pembelajaran tidak langsung. 
              Strategi pembelajaran tidak langsung lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam membuat
     observasi dan hipotesis, sementara guru menjadi fasilitator yang merancang kondisi belajar menjadi menyenangkan dengan melibatkan semua siswa untuk secara aktif memberi umpan balik dalam belajar. pada mata pelajaran yang dapat diamati terlebih dahulu oleh peserta didik kemudian dilanjutkan dengan presentasi temuan di depan teman sekelas. Strategi pembelajaran tidak langsung tentu sangat membantu dalam memahami peningkatan dan mengasah kreativitas dan inovasi bagi siswa.
c.    Strategi pembelajaran Interaktif.
Strategi tersebut berupa diskusi dan sharing antar siswa, dengan serangkaian pengelompokan dan metode interaktif yang dikembangkan, seperti diskusi kelas, diskusi kelompok kecil, dan kerja kelompok. Strategi pembelajaran interaktif dapat dilakukan. berkembang dengan membentuk kelompok dan mengkategorikan sub-subyek yang akan dibahas oleh masing-masing kelompok. Dari adanya diskusi yang ketat dan solid akan mampu mengangkat semangat kreativitas dan inovasi pada diri siswa. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan diberi sub-topik, kemudian berdiskusi dan mempresentasikannya di depan kelas.
d.       Strategi belajar melalui pengalaman. 
                   Startegi ini menekankan proses pembelajaran daripada pada hasil belajar sehingga guru dapat menggunakan strategi ini baik di kelas dengan metode simulasi atau di luar kelas dengan metode observasi, metode kerja untuk mendapatkan opini umum. Siswa melakukan pengamatan yang baik, dan hadir di kelas akan menambah pemahaman dan kultivasi efek sosial yang melekat pada praktik pengajaran Islam mulai dari diri mereka sendiri.
e.     strategi belajar mandiri.
              Guru dapat mengukur sejauh mana tindakan peserta didik dalam menyelesaikan mandat / tanggung jawab yang diberikan, atau usaha tersebut bertujuan untuk melatih dan membiasakan peserta didik untuk hidup dengan jujur, berani dan bertanggung jawab. Guru menerapkan strategi belajar mandiri juga harus siap menjadi mentor atau fasilitator kegiatan belajar. Jadi, para guru harus benar-benar memahami situasi, kondisi, dan latar belakang siswa sehingga pengetahuan yang didapat juga bisa diimbangi dengan perkembangan minat, bakat, dan potensi.
 
Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara dengan seorang guru:
Nama ibu                     :Wartiniasih, Spd.
Nama Panggilan          : Ati
TTl                               : 21, september 1968.
Jabatan                                    : Wali Kelas V.

Penulis             :”Buk, Strategi Pembelajaran apa yang di gunakan oleh ibu    ketika  mengajar?”
Ibu Aty           : “Saya Menggunakan Strategi Pembelajaran Langsung”[8]

                        Berdasarkan hasil wawancara ini dapat diketahui bahwa strategi pembelajran yang digunakan di SDN 03 Pisangan adalah strategi pembelajaran langsung yang dimana strategi pembelajaran langsung ini menitik beratkan pada guru, atau guru sebagai subyek yang lebih aktif di dalam kelas. Dampak dari strategi ini adalah siswa akan menjadi pasif dan kurang aktif di dalam kelas. Dan benar setelah dilakukan observasi ternyata murid ketika guru menjleaskan banyak berdiam diri, tidur, ngantuk dan lebih asik berbicara dengan teman disamping dan di belakangnya. Ketika suatu strategi sudah di tentukan maka akan jelas pula metode apa yang akan di terapkan guru dalam menyampaikan materi atau bahan ajar.
B.     Metode belajar.
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.[9] Menurut pendapat lain, Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interkasi belajar dan memperhatikan keseluruhan system untuk mecapai suatu tujuan.[10] Metode merupakan peran yang sangat penting dalam mengajar. Dengan adanya metode tersebut pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Tanpa adanya metode maka tidak akan terjadi proses pembelajaran. Setiap guru dituntut untuk menguasai metode dalam rangka menjalankan pembelajaran efektif, efisien, dan tercapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan.[11]
Menurut Junaedi dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran, dalam buku tersebut dijelaskan tentang macam-macam metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk melaksanakan strategi pembelajaran. Diantaranya :
a.       Metode ceramah
Metode ceramah merupakan keterangan yang disampaikan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b.      Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab yaitu penyajian materi dengan menggunakan pertanyaan, baik dari guru kepeserta didik, atau dari peserta didik keguru.
c.       Metode latihan
Metode latihan ini sesuai untuk menanamkan kebiasaan tertentu, untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
d.      Metode diskusi
 Diskusi ini lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
e.       Metode Pemberia Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara penyajian materi pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan tertentu dan dipertanggungjawabkan.
f.       Metode simulasi
 Cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
g.      Metode sosiodrama
Metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter dan lain sebagainya.[12]
                 Setelah penulis lakukan wawancara terkait dengan metode dengan narasumber yang sama.
Penulis:” Dalam menyampaikan Materi ajar metode apa yang dipakai?
Ibu ati:“ Metode yang kita terapkan itu bervariasi ada metode ceramah, tanya jawab, metode latihan, tetapi memang yang banyak itu metode ceramah yang diterapkan”.
Penulis:” Salah satu dari metode yang ibu terapkan adalah metode pemberian latihan, apakah Murid di beri Pekerjaan Rumah (PR) ?
Ibu ati:” iya, tetapi jarang karena kami mengetahui bahwa palingan yang mengerjakannya orang tua mereka, kami memberi PR hanya untuk mengulang pelajaran yang telah di pelajari”[13]
                 Di negara-negara yang kualitas pendidikannya maju seperti Firlandia, tidak pernah memberikan Pekerjaan Rumah (PR) kepada anak didiknya. Kita tahu bahwa ketika PR di berikan kepada peserta didik maka yang mengerjakan bukan perserta didik tapi orang tuanya dirumah. Ini secara tidak langsung kita telah mengajarkan peserta didik untuk tidak jujur, sementara tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 salah satunya adalah menciptakan peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.[14] Sikap tidak jujur mencerminkan akhlak yang tidak baik, dan itu tidak mencerminkan amanat dalam Pembukaan UUD 1945.[15]
C.     Pendidikan Jasmani
                  Pendidikan jasmani memang sangat diperlukan, sebenarnya pendidikan jasmani itu sudah dimulai pada masa rasulullah dan masa khulafa Ur-rasyidin,[16] dan ulama-ulama mutaqaddimin. Disini penulis dalam pendidikan jasmani akan menganbil acuan dari konsep pendidikan ibnu sina,[17] yang merupakan ilmuwan muslim yang multi talent selain sebagai Dokter dunia, filusuf, juga seorang Psikologi Muslim, adapun konsepnya mengenai pendidikan:
                  Ibnu sina memandang  bahwa tujuan pendidikan yaitu pendidikan harus diarahkan pada penegmbanagn seluruh potensi yang dimilki seseorang kearah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti. Tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olahraga, makan, minum dan menjaga kebersihan.
                  Selanjutnya Di dalam Buku Pak abuddin Nata,[18] menyimpulkan bahwa kurikulum ibnu sina didasarkan pada perkembangan usia peserta didik:
a.       Usia 3-5 tahun. Menurut ibnu sina pada usia ini anak didik perlu diberi matapelajaran olahraga, budi pekerti, kesenian, kebersihan dan seni suara.
b.      Usia 6-14 tahun. Pada usia ini anak diajarkan pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur’an, pelajaran agama, pelajaran syair dan pelajaran olahraga.
c.       Usia 14 tahun keatas. Disini mata pelajaran yang diberikan pada anak usia 14 tahun lebih banyak. Namun pelajarn tersebut dipilih sesuai dengan minat dan bakatnya.[19]
                  Setelah penulis melakukan observasi, sebagaimana yang tertuang di tabel hasil observasi, bahwa pendidikan jasmani yang diterapkan di SDN 03 Pisangan yaitu berupa permainan sepak bola, volly, dan lain sebagainya. Dan ini dilaksanakan satu kali dalam satu minggu dan memang ini merupakan tuntunan dari mata pelajaran (kurikulum) yang sudah ditetapkan jadwalnya, dan untuk renang diadakan satu kali dalam tiga bulan. Melihat dari sini penulis menganalisis bahwa pendidikan jasmani terlalu minim apalagi untuk anak Sekolah Dasar yang kalo kita melihat acuan umurnya dari segi Psikologi itu usia bermain, tapi bermain yang berkualitas yang secara tidak langsung mengajarkan mereka berbagai jenis pembelajaram , contoh menyanyi yang hakikatnya itu sebenarnya mengajarkan membaca. Tetapi sekolah hanya terpaku saja pada teori dan satu kali seminggu untuk pendidikan jasmani, sementara 5 hari lainnya digunakan di dalam kelas saja. Ini menyebabkan memang sekolah menjadi tidak menyenangkan, dimana naluri mereka sebenarnya untuk bermain dan bergembira di masa kecilnya tetapi dituntut sedemikian rupa oleh para pendidiknya untuk belajar-belajar dan belajar yang kadang secara tidak langsung melawan nurani dan fitrah mereka.
D.    Pendidikan Akhlak.
                  Sebagaimana sebelumnya penulis telah memaparkan bahwa tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan islam sebenarnya tidak berbeda jauh. Dimana dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 salah satunya adalah menciptakan peserta didik yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Mengenai pendidikan akhlak ini banyak Konsep dari Para Intelektual Muslim yang bisa Kita jadikan acuan, seperti: Imam al-Ghazali,[20] Ibnu Jama’ah,[21] Ibnu miskawaih,[22] Burhan Al-Din Al-Zarnuji,[23] dll.
                  Penulis dalam menganalisis Mengenai akhlak ini menganbil konsep Imam al-Ghazali:
Menurut Al-Ghazali , Pendekatan diri kepada Allah merupakan tujuan pendidikan. Orang dapat ,mendekatkan diri kepada Allah hanya setelah memeproleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu sendiri tidak akan diperoleh manusia kecuali melalui pengajaran. Diantara tujuan pendidikan yang dirumuskan Al-Ghazali yaitu:
a.       Mendekatkan diri kepada allah
b.      Menggali dan mengembangkan potensi/fitrah manusia
c.       Mewujudkan profesionalitas manusia untuk mengenban tugas keduniaan
d.      Membentuk manusia yang berakhlak mulia.[24]
      Al-Ghazali memberikan pedoman bagi kriteria guru yang baik, yaitu:
a.       Rasa kasih sayang.
b.      Guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payahnya mengajar mengajar itu.[25]
c.       Menggunakan cara yang simpatik, halus, dan tidak menggunakan kekerasan.
d.      Sebagai teladan atau panutan yang baik di hadapan murid-muridnya
e.       Mehami bakat dan tabi’at serta kewajiban murid sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.[26]

Al-Ghazali juga memberikan kriteria dan sifat seorang murid, yaitu:
a.       Peserta didik harus memuliakan pendidik dan bersikap rendah hati atau tidak takabur.
b.      Peserta didik harus merasa satu bangunan dengan peserta didik lainnya.
c.       Menjauhkan diri dari berbagai pelajaran mazhab yang mempengaruhi pemikirannya
d.      Peserta didik tidak hanya mempelajari satu jenis ilmu yang bermanfaat.[27]

                 Dari uraian ini setelah penulis melakukan observasi di SDN 03 Pisangan nilai-nilai akhlak memang di tanamkan walaupun bukan dari sekolah yang Bermotif agama seperti Madrasah Ibtidaiyah atau Pondok pesantren. Peserta didik SDN 03 Pisangan sebelum memasuki ruangan belajar dan memulai pelajaran mereka membaca do’a bersama-sama dan setelah berada di ruangan kelas sebelum memulai pelajaran mereka membaca surah-surah pendek yang di suruh hafal oleh guru Agama atau Guru BTQ nya. Mengenai guru, sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dan Ibnu jama’ah bahwa guru tidak boleh menuntut upah atas jerih payah mengajarnya, jika kita melihat di zaman sekarang memang sudah tidak revelan lagi, mengingat dimana di zaman ini orang-orang menggantungkan hidupnya pada profesi itu. Di zaman dulu di indonesia memang pada awalnya guru menerima kalo di istilahkan hibah dari para orang tua murid, namun setelah adanya UU No. 14 tahun 2005 Guru telah mendapat sertifikasi dan tunjangan-tunjangan yang lain yang akan di dapat. Walaupun memang tidak semua, masih ada beberapa guru yang mengajar secara profesional dan ikhlas mengharap ridho Allah, tapi di zaman sekarang sangat sulit mencari kriteria guru semacam itu.  Melihat dari kriteria murid, sebagaimana di katakan Al-Ghazali bahwa murid harus memuliakan pendidik (Guru) rendah hati. Di zaman sekarang mencari murid yang memuliakan guru dan menghormatinya mulai mengalami degradasi, di zaman dulu sebagaimana yang telah di katakan oleh Ibu Halimah Siregar,[28] “bahwa para murid segan sama guru dan menghormati guru, ketika guru berbicara maka mereka diam, ketika guru melarang mereka tidak mengerjakan. Murid zaman sekarang di larang malah makin dikerjakan”. Jika kita melihat memang pergaulan yang semakin tajam dan era globalisasi serta pesatnya arus tekhnologi memang menghantarkan manusia yang berbeda, kadang makin kesini nilai moral dan etika mulai tidak diperhatikan lagi dan kian mendegradasi.
E.     Kurikulum.
                 Kurikulum jika kita artikan secara sempit adalah sejumlah materi belajar. Menurut UU RI no. 20 tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di indonesia kurikulum yang berjalan telah banyak, diantaranya:
1.      Masa Awal Kemerdekaan/Orde Lama (Kurikulum 1947, 1952, dan 1964)
2.      Kurikulum Orde Baru (Kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994)
3.      Kurikulum Masa Revormasi (Kurikulum 2004, 2007, 2013)
                  Kurikulum yang di Gunakan Oleh SDN 03 Pisangan Adalah Kurikulum 2007 (KTSP) dan Kurikulum 2013 (kurtilas). Sebagaimana telah penulis lakukan wawancara bahwa memang dari kelas 2 dan kelas 4 saja yang menggunakan Kurtilas untuk yang lainnya masih menggunakan KTSP.  Penulis sedikit menganalisis mengenai jawaban yang di sampaikan oleh Ibu Halimah Siregar bahwa KTSP Itu memacu pada Kognitif siswa yang di mana ranahnya adalah ranah intelektual. Dalam KTSP jika KKM nya 70 maka semua siswa haru mendapat 70 atau diatas itu, sementara kemampuan siswa itu tidak sama.[29]
                  Pernyataan ibu Halimah Siregar ini, memang betul adanya, bahwa manusia terutama peserta didik itu memiliki kemampuan yang tidak sama, kadang di suatu pelajaran ia kuasai dan di pelajaran lain tidak ia kuasai. Dan disisi ini pula penulis mengkritisi tentang pendidikan, bahwa pendidikan itu memandang sama kemampuan semua murid dengan mengajukan standarisasi, padahal siswa itu memiliki tingkat IQ yang tidak sama. Sedikit penulis berikan tingkat kecerdasan siswa/i:
IQ
Kategori
Persentase
140 ke atas
Genius
0, 25%
130-139
Sangat cerdas
0, 75%
120-129
Cerdas
6%
110-119
Di atas norma
13%
90-109
Normal
60%
80-89
Di bawah normal
13%
70-79
Bodol (dull)
6%
50-69
Debil (morron)
0, 75%
25-49
Imbecile
O,20%
25 ke bawah
Idiot
0, 05%

                  Nana Syaodih juga menjelaskan bahwa anak-anak yang IQ-nya di bawah 70 termasuk kelompok terbelakang. Umumnya mereka tidak bisa belajar pada sekolah biasa, mereka harus didik secara khusus di luar sekolah.[30]
                  Penulis sedikit akan memaparkan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, supaya para pendidik tidak sempit pemikirannya mengenai kecerdasan seorang anak. Sebab banyak terjadi dilingkungan terutama di institusi pendidikan bahwa ketika seorang anak tidak bisa pelajaran matematika misanya, langsung di cap sebagai siswa/i yang bodoh. Howard Gardner[31] dengan Teori Multiple Inteligensi,[32] (Kecerdasan Majemuk). Membagi Kecerdasan itu menjadi 8 Macam, yaitu:
                   Kecerdasan ini memuat kemampuan seseorang dalam berfikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berfikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir. Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika yang tinggi menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu.
       Kemampuan menggunakan bahasa dan kata-kata, secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengespresikan gagasan-gagasannya. Anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi di tandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunan suatu bahasa  seperti membaca, menulis puisi, menulis kata-kata mutiara, menulis karangan dan lain sebagainya.
        Memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk nada dan irama. Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan musical yaitu senang sekali mendengar nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang di lagukan sendiri, mendengarkan kaset, radio, petunjuk orkestra atau alat musik lainnya yang dimainkan sendiri.
       Memuat kemampuan seseorang memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak yang memiliki kecerdasan visual spasial yang tinggi  memperlihatkan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak lain dalam hal, misalnya menciptakan imajinasi bentuk dalam pikiran, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi, seperti orang dewasa sebagai pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.
       Memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau keseluruhan tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal itu dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepak bola, tenis, berenang dan lain sebagainya. Atau dapat pula terekspos seperti anak-anak yang pandai menari, tampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.
       Menunjukan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Anak-anak dengan kemampuan lebih di bidang ini cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga ia mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial. Anak dengan kecerdasan ini tidak saja mampu menjalani persahabatn yang akrab dengan teman-temannya secara mudah, ia juga memiliki kemampuan tinggi dalam memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan anatar teman, memperoleh simpati dari anak-anak lain, dan lain sebagainya.
       Menunjukan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Anak dengan kecerdasan intra-personal tinggi  menunjukan tanda-tanda mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya. Anak-anak semacam ini suka melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri.
      Merupakan kemmapuan seseorang untuk peka terhadap lingungan dan alam. Misalnya,anak senang berada dalam lingkungan yang terbuka seperti di pantai, gunung, cagar alam, hutan, sawah, gunung dan lain sebagainya. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan naturalis tinggi cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka jenis bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan lain sebagainya.[33]
                        Mengenai Perbedaan KTSP dan K.13 Penulis akan menyajikannya dalam bentuk tabel agar sedikit lebih mudah di pahami:
No
Kurikulum 2013
KTSP
1
SKL  (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
2
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
lebih menekankan pada aspek pengetahuan
3
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III
4
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013
5
Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
6
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
TIK sebagai mata pelajaran
7
Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
8
Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9
Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
Penjurusan mulai kelas XI
10
BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa
BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).  Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
F.      Lingkungan Terhadap Pendidikan.
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika), yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.[34]
Dalam menganalisis mengenai lingkungan ini, penulis meminjam Konsep Ki Hajar Dewantara,[35] yang disebut dengan Tripusat Pendidikan. Dimana beliau membagi lingkungan itu menjadi 3, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
a.       Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah, merupakan peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.
b.      Sekolah
Di sekolah, di bawah asuhan guru-guru, anak-anak memperoleh pengajaran dan pendidikan. Anak-anak belajar berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan, yang akan dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti di masyarakat. Memberikan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak untuk kehidupannya nanti. Inilah sebenarnya tugas utama dari sekolah.
c.       Masyarakat
Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ini ada yang bersifat positif terhadap pendidikan anak, tetapi sebaliknya banyak pula yang bersifat negatif. Pengaruh yang positif dari masyarakat ini banyak kita jumpai dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda, organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa, maupun organisasi-organisasi lain. Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam masyarakat. Dan anehnya, pengaruh yang negatif ini sangat mudah diterima oleh anak , dan sangat kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah, setelah mendapat pengaruh dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak berandalan. Oleh karena itu menjadi tugas dari orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan terhadap putra-putrinya.[36]
Perkembangan peserta didik, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan proses perkembangan, dan anugerah sang Kuasa. Untuk faktor lingkungan, peranan tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pendidikan yakni membangun dan menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu. Dan agar tercipta tujuan pendidikan tersebut maka hendaklah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat bersama-sama berperan aktif dalam hal memberikan pelatihan, pengajaran, dan pembibingan.[37]
Sejauh yang penulis observasi dan wawancara dengan Pendidik Di SDN 03 Pisangan, diantaranya yaitu ketika wawancara dengan ibu Rumsiyah Spd,i dan Ibu Nurhalimah Siregar Spd[38] dimana orangtua yang termasuk dalam lingkungan keluarga kurang dalam menjalankan tugasnya sebagai orang tua. Padahal kita tahu bersama bahwa keluarga adalah pendidikan pertama dan pendidikan tertua, yang dimana emosional, kepribadian dan karakter anak/peserta didik mulai terbentuknya pada lingkungan keluarga ini. Anak yang berasal dari keluarga baik-baik, dan orang tuanya selalu akur serta terjalin komunikasi yang baik maka hasil pendidikan anak akan menjadi baik, dan sebaliknya jika orangtua/lingkungan keluarga tidak baik, komunikasi antara anak dan orangtua tidak baik, maka hasil pendidikan anak akan tidak membaik juga, ini terbukti dengan pemaparan yang dikatakan oleh ibu Rumsiyah, bahwa yang harus diubah terlebih dahulu adalah menset orang tua, mereka harus lebih dalam mendidik anak-anaknya, kita disini hanya beberapa jam selebihnya orangtua mereka, kalo orangtuanya saja seperti itu bagaimana kami bisa untuk mengatur anak-anak mereka. Dan pernyataan ibu Rumsiyah juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh ibu Nurhalimah Siregar, anak-anak ketika di lingkungan keluarga dia jarang berkomunikasi maka di sekolahpun dia seperti itu, datang langsung duduk di bangkunya tanpa bicara dan mengobrol dengan teman sebangkunya.
Dilingkungan sekolah setelah penulis lakukan penelitian, untuk lingkungan sekolah memang cukup kondusif hanya saja memang terlalu sempit, ini juga karena faktor bahwa ternyata tanah sekolah ini statusnya masih milik UIN Jakarta jadi pihak sekolah tidak berani melebar kekiri, kekanan atau keatas, jika memang ingin menambah maka pihak sekolah harus menghadap rektor dan meminta persetujuan jika tidak maka mereka sudah tidak bisa lagi memperluas wilayah sekolahnya.
Faktor masyarakat dan lingkungan sendiri memang sangat mempengaruhi pendidikan, terutama peserta didik. Sebagaimana yang di paparkan oleh ibu Nurhalimah siregar bahwa anak-anak yang terpengaruh oleh lingkungan yang tidak baik mereka membawanya ke sekolah, seperti perkataan “bapaklu”, dan perkataan-perkataan lain yang semestinya tidak pantas untuk seusia mereka, tapi begitulah sebagaimana yang dikatakan oleh KI Hajar Dewantara diatas bahwa pengaruh buruk itu cepat sekali meresap kepada diri anak, apalagi anak itu sebagaimana yang di katakan oleh ibu nurhalimah siregar adalah kecakapan meniru, apa yang dia lihat, tonton dan dengar ingin dia terapkan dalam kehidupannya.



















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan.
1.      Strategi Pembelajaran. Dari 5 strategi pembelajaran yang ada, yang diterapkan oleh guru SDN 03 PISANGAN adalah strategi pembelajaran Langsung yang dimana guru lebih berperan aktif di dalamnya, dan murid hanya duduk mendengarkan saja.
2.      Metode Pembelajaran. Dari sekian banyak metode pembelajaran, yang digunakan di SDN 03 PISANGAN beragam ada Ceramah, Tanya Jawab, serta pemberian tugas. Tapi yang umum dan sering di gunakan adalah metode ceramah, yang dimana gurulah yang menjadi berperan penting di sini. Jika melihat kondisi dan situasi belajar menggunakan metode ceramah memang kadang emmbuat murid bosan, cenderung main sendiri, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
3.      Pendidikan Jasmani. Pendidikan jasmani sangat diperlukan oleh peserta didik apalagi untuk usia Sekolah Dasar. Di SDN 03 PISANGAN sudah banyak pendidikan jasmaninya seperti sepak bola, volly, basket, badminton dan lain sebagainya.
4.      Pendidikan Akhlak. Baik peserta didik maupun pendidik akhlak ini sangat diperlukan, sebab apalah gunanya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi namun nilai akhlak rendah, sehingga melahirkan orang yang pintar tapi tidak benar, yang bukan menjadi penolong bagi bangsanya tetapi penghancur bagi negara, masyarakat, bangsa dan agamanya.
5.      Kurikulum. Kurikulum yang diguankan di SDN 03 PISANGAN sebagian menggunakan KTSP dan sebagian menggunakan Kurikulum Kurtilas, memang kesiapan seorang guru itu yang membuat Kurtilas yang sudah berjalan dua tahun terakhir ini belum juga dipergunakan semua oleh SDN 03 Pisangan.
6.      Pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan sangatlah besar, dan berperan dalam pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh KI Hajar Dewantara bahwa ada tripusat Pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat.
B.     Saran.
1.      Bagi Orangtua.
a.       Memerhatikan anak, dan mengusahakan yang terbaik untuknya.
b.      Memberikan motivasi belajar agar anak bersemangat.
c.       Memberikan gizi yang cukup untuk anak.
d.      Memberi pengertian kepada anak dengan komunikasi yang baik, akan manfaat belajar agar bisa lebih sukses dari kedua orangtuanya
2.      Bagi Pendidik/Guru.
a.       Meningkatkan kualitas guru-guru agar memberikan pengajaran dan contoh yang baik untuk siswanya.
b.      Menjalin hubungan yang baik antara, siswa dan wali siswa.
c.       Menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi dan metode belajar yang beragam.
d.      Menerapkan system pembayaran subsidi silang, agar yang tidak mampu dapat belajar tanpa tekanan.
e.       Memberikan sarana prasarana yang cukup sehingga dapat menyalurkan bakat siswa yang masih terpendam.
3.      Bagi peserta didik/Siswa/i.
a.       Semangat belajar, menjaga kondisi tubuh dan meyakini bahwa belajar itu sangat penting untuk kehidupan di masa yang akan datang.
b.      Pintar memilah dan mimilih pergaulan, agar pergaulan yang baik dapat berpengaruh untuk diri sendiri.
c.       Berfikir dan bersikap positif, agar keadaan juga menjadi positif.
d.      Meninggalkan hal-hal yang tidak penting dan hanya mengganggu waktu belajar
4.      Bagi Penulis.
a.       Belajar dengan rajin, agar menjadi guru yang professional dan berpengaruh bagi bangsa.
b.      Berusaha dengan sebaik-baiknya agar bisa menjadi Agen Of Change yang cerdas, bertanggung jawab, disiplin dan jujur.
c.       Semoga sukses selalu.

DAFTAR PUSTAKA
Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligence: Kecerdasan Majemuk Teori dan Praktek. Batam: Interaksara.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Simandjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito Bandung.
Dinil Abrar Sultani. 2017. “The Learning Strategy Of Islamic Education In Upgrade Of Learning Quality”. Jakarta: Jurnal Ta’bid Vol. VI, No. 1.
Wina Sanjaya. 2008.  Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sudiyono, Trio Supriyanto, dan Moh. Padil. 2006.  Strategi Pembelajaran Partisipasi di Perguruan Tinggi. Malang: UIN-Malang Press.
Junaedi, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Surabaya: Lapis-PGMI.
Syihab, Quraisy, M. 2004. Tafsir Al-Misbah, Volume 1. Jakarta: Lantera.
Al-Zubaidi, Muhammad dan Murtadhlah. 1306 H. taj Al-Arus. Kairo: Al-Khairiyah Al-Munsiyat Bijaliyah.
Baharuddin, Umiarso dan Sri Minarti. 2011. Di Khotomi Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tholkhah, Imam ,Amar Barizi. 2004. Membuka Jendela Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hasan, Muhammad Tholhah. 2006. Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Lantabora Pres.
Suwerdi. 2004. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Marimba, Ahmad. 1972. Pengantar Pendidikan Islam. Bandung:  al-Ma’arif.
Zianuddin Alafi. 2003. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: angkasa.
Rusn, Abidin Ibnu. 2009. Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ramayulis. 1994.  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Fauzan, suwito. 2003. Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Rufaidah, Anna. 2015. “Pengaruh Intelegensi dan Minat Siswa Terhadap Putusan Pemilihan Jurusan”. Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol. II. No. 02.
Handy Susanto. 2005. “Penerapan Multiple Intellegences dalam sitem pembelajaran”, Jurnal Pendidikan penabur. Vol. XXV. No. 04.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Citra.
Fuad, Ihsan. 1997. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mappanganro. 1996.  Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah. Ujung Pandang: Yayasan Ahkam.




[1] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Alfabeta, 2016), hal. 15
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), H. 72.
[3] Nana Syaodih Sukmadinata, Op. Cit., hal. 152.
[4] Ibid., hal. 204.
[5] Ibid., H. 329.
[6] Drs. B. Simandjuntak, Proses Belajar Mengajar, Edisi II (Bandung: Tarsito Bandung, 1983).
[7]  Dinil Abrar Sultani “The Learning Strategy Of Islamic Education In Upgrade Of Learning Quality”, Jurnal Ta’bid, (Vol. VI, No. 1, mei/2017) , hal. 28
[8] Selasa, 13 desember 2017, Pukul 10.10 WIB.
                 [9]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 127.
                 [10] Sudiyono, Trio Supriyanto, dan Moh. Padil, Strategi Pembelajaran Partisipasi di Perguruan Tinggi (Malang: UIN-Malang Press, 2006), 118.
                [11]Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran (Surabaya: Lapis-PGMI, 2008), 17.
 [12]Junaedi, dkk, Strategi Pembelajaran (Surabaya: Lapis-PGMI, 2008), 11-19.
[13]  Selasa, 13 desember 2017, Pukul 10.10 WIB.
[14]  Jika kita melihat tujuan pendidikan nasional itu tidak berbeda jauh dengan tujuan pendidikan dalam islam. Dalam islam diajarkan tentang iman, taqwa, dan akhlak. Dimana di dalam islam ada istilah tarbiyah yaitu proses mendidik manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia kearah yang lebih sempurna. Ia bukan saja melihat proses mendidik saja tetapi merangkumi proses mengurus dan mengatur supaya perjalanan kehidupan berjalan dengan lancar. Lalu ada istilah Ta’lim yaitu menurut ibn Al-Manzur (Lihat, M. Qurasiy syihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 1 (Jakarta: Lantera, 2004) hal. 30. Bahwa ta’lim adalah proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya catasan dan ketentuan. Kemudian ada istilah Ta’bid yang menurut Al-Zubaidi adalah ta’bid adalah perilaku terpuji dan akhlak yang baik jadi ta’bid adalah melatih/mendidik jiwa anak dan memeprbaiki ahlaknya, tidak hanya menyampaikan ilmu kepada peserta didik tetapi juga mendidik mereka agar memiliki akhlak dan moral. (lihat, Muhammad Murtadhlah Al-Zubaidi, taj Al-Arus (Kairo: Al-Khairiyah Al-Munsiyat Bijaliyah, 1306 H), hal. 144.
[15] Adapun bunyi Pembukaan UUD “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia  dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melkasanakan ketertiban dunia......” Kita bisa Melihat kalimat “Mencerdaskan Kehidupan bangsa” Cerdas disini sebenarnya bukan hanya cerdas kognitif atau cerdas intelektual saja, tetapi cerdas dalam segala bidang baik intelektual, sikap, nilai, moral dan etika (Menurut Dr. Fauzan MA ketika memberikan penjelasan mata kuliah “Kuirkulum Dan Pembelajaran, kamis 21 Desember 2017 Ruangan 3.18).
[16]  Masa rasulullah kita bisa melihat dari ajaran agama yang beliau bawa diantaranya adalah sholat, gerak-gerik dalam sholat itu juga merupakan pendidikan jasmani. Dan nabi saw. juga menyuruh ummatnya untuk pendidikan jasmani seperti memanah, berenang dan berkuda, Rasulullah saw. bersabda yang artinya:”Ajarilah anak-anak kalian berkuda, memanah, dan berenang” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan jika kita merespek kebelakang terhadap sejarah pendidikan islam, di masa khalifah Umar bin khattab (13-23 H/ 634-644 M) di implementasikan hadis nabi saw. Masa umar bin khattab memasukan kurikulum jasmani seperti berenang, memanah, berkuda, berbahasa, bersyair, (Lihat, Baharuddin, Umiarso, Sri Minarti, Di Khotomi Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 77. Menurut Pak Irfan Mufid MA, dalam kuliahnya memberikan argumentasinya: “Kita bisa melihat bahwa pendidikan jasmani ini kurang di perhatikan di jaman sekarang, apalagi bagi anak-anak yang seharusnya usia mereka bermain dan lebih kepada pendidikan jasmaninya, kalian bisa lewat di Sekolah-sekolah Dasar itu sepi bangat dari suara anak-anak bermain dan lain sebagainya”.
[17]  Nama Lengkap Abu ‘Ali Al-Husyaini ibn Abdullah ibn Hasan ibn sina. Lahir pada tahun 370 H/980 M di Afshana (kharmisin), sebuah kota kecil di bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (Bagian Persia). Ayahnya bernama Abdullah, seorang sarjana terhormat penganut syi’ah Isma’iliyah. Lihat, Imam Tholkhah & Amar Barizi, Membuka Jendela Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hal. 248
[18] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) hal. 74-76.
[19] Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Lantabora Pres, 2006) hal. 119
[20] Nama Lengkap abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali dilahirkan di Thus, sebuah kota khurasan, persia pada tahun 450 H/ 1058 M. Dan meninggal di kota thus, kota kelahirannya pada tahun 505 H atau 1111 M. Lihat, Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) hal. 81
[21] Ibnu jama’ah merupakan tokoh pendidikan abad pertengahan, Nama Lengkap Badr Al-Din Muhammad Ibn Ibrahim Ibn sa’d Allah ibn Jama’ah Ibn Hazim Ibn Shakhr Ibn ‘ad Allah Al-kinany. Lahir di hamah, mesir, pada malam sabtu tanggal 4 rabiul akhir 639 H/1241 M dan wafat pada pertengahan malam akhir hari senin tanggal 21 jumadil ula tahun 733 H/1333 M dan di makamkan di Qirafah, Mesir. Dengan demikian ibn jama’ah genap berusia 64 tahun 1 bulan 1 hari. Lihat,  Suwerdi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hal. 31-36.
[22] Nama lengkap Abu ahmad bin Muhammad Bin ya’qub, lahir di al-Ray pada tahun 320 H/ 932 M dan wafat di Isfahan pada tanggal 9 shafar tahun 412 H/16 febuari 1030 M. Lihat, Abuddin Nata, Pemikiran dan Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001) hal. 5. Ibn miskawaih terkenal sebagai ahli sejarah dan filosof moralis, disamping itu ia juga dikenal sebagai penyair dan ahli kimia. Lihat, Muhammad Thalhah Hasan, Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Lantarabora Press, 2006) hal. 112. Selain akrab dengan penguasa beliau juga bergaul dengan dengan para ilmuwan seperti Abu hayyan at-tauhidi, Yahya Ibn ‘Adi dan Ibnu Sina. Lihat, Zianuddin Alafi, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: angkasa, 2003) hal. 42
[23]  Wafat 571 atau 591 H) dianatara karyanya Ta’lim al-Muta’allim, Thariqq al-ta’lum. Lihat, suwerdi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 44
[24]  Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hal. 61
[25]  Kriteria ini populer di kemukakan oleh Ibnu jama’ah di dalam memberikan kriteria Guru/Ulama. Salah satu kriterianya, yaitu Tidak menjadikan Profesi Guru sebagai usaha untuk menutupi kebutuhan ekonominya. Konsep ini tanpaknya tidak tidak relevan jika kita melihat kondisi sekarang ini dimana salah satu kerja profesional di zaman sekarang adalah dimana orang yang melakukannya menggantungkan kehidupan di atas profesinya itu. Namun ibnu jama’ah berpendapat demikian  sebagai konsekwensi logis dari konsepnya tentang ilmu penegtahuan. Bagi ibnu jama’ah ilmu pengetahuan  itu snagat agung lagi lahur, bahkan bagi pendidik menjadi kewajiban tersendiri untuk mengagungkan pengetahuan tersebut, sehingga pendidik tidak menjadikan itu sebagai lahan komoditasnya, dan jika hal itu dilakukan berarti telah merendahkan keagungan penegtahuan. Lihat, Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994) hal. 65
[26] Op.Cit., Abuddin Nata, hal. 98
[27] Suwito dan fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 2003) hal 167.
[28]  Selasa 13 desember 2017, Pukul 10.20 WIB.
[29] Selasa 13 desember 2017, Pukul 10.20 WIB.
                      [30]  Anna Rufaidah, “Pengaruh Intelegensi dan Minat Siswa Terhadap Putusan Pemilihan Jurusan”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, (Vol. II, No. 02, Juli/ 2015), hal. 142.
      [31]  Lahir di Scranton, Pennsylvania pada tahun 1943, keluarganya bergama yahudi.
      [32] Multipel inteligensi yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Konsep kecerdasan majemuk atau multiple inteligensi berawal dari karya Howard Gardner dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas hasil penelitian selama beberapa tahun tentang kapasita kognitif manusia (Human Cognitif Capacities). Garden menolak asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal Lihat, Handy Susanto, “Penerapan Multiple Intellegences dalam sitem pembelajaran”, Jurnal Pendidikan penabur, (Vol. XXV, No. 04, Juli/ 2005), hal. 60.
    [33] Op., Cit., Purwa atmaja Prawira, hal. 153-158. Sebenarnya kecerdasan itu tidak hanya 8, tapi masih banyak lagi kecerdasan yang lainnya. Penulis mendapat tambahan bahwa ada yang berpendapat bahwa kecerdasan itu sampe 10, yaitu kecerdasan Eksitensial dan Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan Eksitensial adalah Keahlian pada berbagai maslah pokok kehidupan dan aspek eksitensial manusia serta pengalaman mendalam terhadap kehidupan. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filusuf dan teolog. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial memiliki ciri-ciri: a). Ingin tahu bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu, b). Mengapa kita ada di Bumi, c). Apakah ada kehidupan di planet lain, d). Kemana mahluk hidup setelah mati. Sedangkan Kecerdasan SpiritualKeyakinan dan mengaktualisasikan akan sesuatu yang bersifat transeden atau penyadaran akan nilai-nilai akidah dan keimanan. Ciri-ciri: a). Keyakinan akan kebesaran tuhan, b). Kesadaran suara hati, internalisasi nilai, aktualisasi dan keikhlasan, c). Menghayati batal dan haram dalam agama, toleransi, sabar, tawakkal, dan keyakinan akan takdir baik dan buruk. Lihat, C. Asri Budiningsih, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Citra, 2005)

[34] Ihsan Fuad, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hal. 34
[35]  Nama aslinya Suwardi Suryaningrat dilahirkan pada 2 mei 1889, bertepatan dengan 1303 H di Yogyakarta, dan wafat pada 26 April 1959 bertepatan dengan 1376 H (berusia 70 tahun). Dilihat dari leluhurnya, ia dalah putra dari suryaningrat, putra paku Alam III.
[36]  Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah, (Ujung Pandang: Yayasan Ahkam, 1996) Cet. 1 hal 63-65.
[37] Ahmad Marimba, Pengantar Pendidikan Islam, (Bandung:  al-Ma’arif, 1972), cet. 1 hal. 32
[38]  Pendidik di SDN 03 Pisangan, Di wawancarai Selasa, 13 desember 2017, Pukul 10.10 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...