Selasa, 24 April 2018

Makalah tentang Intelegensi


BAB II

PEMBAHASAN

       Intelegensi merupakan suatu istilah yang populer. Hampir semua orang sudah mengenal istilah ini, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita mendengar seseorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (intelegen) dan si B tergolong bodoh atau kurang cerdas (tidak intelegen) dan istilah lainnya seperti pandai, cakap, pintar cerdas dan lainnya. Istilah intelegen sudah lama ada dan berkembang dalam Masyarakat sejak zaman cicero[1] yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah satu aspek alamiyah dari seseorang. Intelegensi bukan merupakan suatu kata asli yang berasal dari bahasa indonesia. Kata intelegensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “intelegensia”. Sedangkan kata “intelegensia” itu sendiri berasal dari kata inter dan logo, inter yang berarti diantara, sedangkan logo berarti memilih. Sehingga intelegensi pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
       Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh spearman dan Wynn Jonel Pol pada tahun 1951. Keduanya ini mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (Power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia atau pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa yunani disebut nous.
       Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan intelegensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang baru[2].
       Menurut Alfred Binet (1905) merumuskan bahwa intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.[3]
       Menurutn David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindang secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Secara garis besar dapat di simpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu. Beberapa pakar menyebutkan bahwa intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah[4].
       Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar disekolah[5]. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya anak disekolah.
       Pada Abad XV, di cina telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi para pelamar jabatan sebagai pegawai negara. Untuk itu dapat diterima sebagai pegawai, para pelamar harus mengikuti ujian tertulis mengenai pengetahuan Confucian Classic dan mengenai kemampuan menulis puisi dan komposisi karangan. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus ujian tingkat distrik yang berlangsung sehari semalam. Kemudian harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa kemmapuan menulis prosa dan sajak. Dalam ujian kedua ini hanya 10% dari sisa peserta yang dapat lulus. Akhirnya barulah ujian tingkat akhir di adakan di Peking dimana dianatar para peserta terakhir ini hanya lulus sekitar 3% saja. Para lulusan ini dapat diangkat menjadi mandarin dan boleh bekerja sebagai pegawai negara. Dengan demikian, dari ketiga tahap ujian tersebut, hanya 5 diantara 100.000 pelamar saja yang pada akhirnya dapat mencapai status mandarin. Apa yang dilakukan oleh para penguasa cina pada saat itu dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip pengukuran yang berkembang lebih akhir dan masih dipegang samapai sekarang ini. Baru pada abad XIX ujian semacam itu mulai dihilangkan sejalan dengan pesatnya kemajuan universitas-universitas.[6]
a.       Hubungan intelegensi dengan genetika
       Penelitian Galton (1870) dan Vandenberg (1962) mengemukakan bahwa faktor genetika mempunyai pengaruh yang relatif tinggi terhadap kemampuan intelegensi anank. Sebaliknya, lingkungan sebagaimana dikatakan oleh J.P. Chaplin sangat mempengaruhi organisme individu, termasuk iteegensi.[7]
       Sementara itu, menurut Wiramihardja sumber intelegensi adalah: (1). Genetika (2). Lingkungan dan (3). Genetika-Lingkungan. Genetika atau bersifat genetis, artinya memiliki sumber asal yang bersifat turunan, sedangkan lingkungan adalah segala hal yang terjadi di lingkungan yang memberikan dampak terhadap sisi kognitif kehidupan kejiwaan kita. Genetika-Lingkungan adalah sintetis dari lingkungan dan genetis yaitu landasan intelegensi yang terjadi akibat adanya pengaruh lingkungan. Sejak awal, hal ini menampilkan kontroversi mengenai peranan alam-pembinaan, nature-nurture issues. Penelitian spektakuler pernah dilakukan oleh William Stern yang menhasilkan kesimpulan bahwa kecerdasan orang ditentukan 49% turunan dan 51% lingkungan. Tapi, sangat di sayangkan, bahwa penelitian itu dilakukan ketika psikologi hanya percaya pada adanya pengaruh keturunan dan lingkungan saja, belum menemukan faktor sintesis antara turunan-lingkungan.[8]
       Penelitian spektakuler dari William Stren merupakan acuan fenomenal yang menemukan kapasitas intelektual kurang lebih 49% ditentukan warisan dan 51% hasil pendidikan. Jadi, orang memiliki IQ tinggi bisa jadi berkat warisan yang baik, misalnya orang tua yang cerdas, tetapi bisa juga karena belajar dengan baik.[9]
      Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[10] dalam kuliahnya mengatakan bahwa jika genetik pintar maka anak akan pintar. Maka mengapa di daerah jawa dalam menacari jodoh itu ada tiga yang harus menjadi perhatian yaitu, Bibit, Bebet, Bobot.[11] Karena juga kualitas ummat ditentukan gen. Kenapa orang tua mencari yang baik-baik ? karena di dalam diri manusia ada gen yang baik dan ada gen yang tidak baik, 90% gen yang baik bertemu dengan 10% gen yang tidak baik, belum tentu gen yang akan di hasilkan adalah gen yang baik apalagi jika gen tidak baik bertemu dengan yang tidak baik, tentu menjadi tidak baik. Walaupun gen nya baik 90% dan yang Buruk 10% belum tentu gen yang lahir baik karena bisa saja yang dimunculkan oleh Allah adalah yang tidak baik, sehingga kita kadang melihat ada yang bapaknya ganteng, ibunya cantik, tapi anaknya makan dan minum pake selang. Ini karena kekuasaan allah SWT. Hak prerogatif Allah, makanya kita harus bermunajat kepada Allah sebagaimana yang diajarkan dalam al-Qur’an.

b.      Hubungan intelegensi dengan prestasi.
       Goelman (2002), menyatakan bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor lingkungan , faktor biologis, dan faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, dan kecerdasan emosi. Selain itu Goelman (2002) juga mengatakan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam menentukan prestasi individu, 80% sisanya di tentukan oleh faktor-faktor lain termasuk kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi menurut Ary ginanjar agustian (2008) adalah kemampuan peserta didik untuk merasa dan menentukan strategi apa yang akan dilakukan untuk mengatasi emosi yang ada dalam dirinya.[12]
       Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[13] dalam kuliahnya menyatakan bahwa hubungan IQ dengan prestasi adalah :
1.      Orang yang memiliki IQ tinggi maka akan mendapatkan prestasi yang baik.
2.      Sesorang yang memiliki IQ yang baik akan mampu menyelesaikan persoalan serumit apapun baik di lingkungan akademik maupun di lingkungan sosialnya.
3.      Seseorang yang memiliki IQ yang baik akan mudah dalam menyelesaikan study nya.
4.      Akan mudah mendapatkan pekerjaan.
5.      Akan mudah mendapatkan uang.
6.      Seorang yang memiliki IQ yang baik akan memiliki ketahanan dalam rumah tangga.
c.       Hubungan intelegensi dengan kepercayaan diri.
       Individu yang memiliki intelegensi yang baik akan mengubah perilaku yang dapat diterima dilingkungannya sehingga membuat individu tersebut memiliki rasa percaya diri karena dapat berinteraksi dan diterima oleh lingkungannya. Mangun harjana (2005) mengungkapkan salah satu faktor yang mendukung kepercayaan diri adalah faktor sosial, yakni seseorang akan percaya diri karena dapat berinteraksi dengan orang lain.
      Gardner (dalam sandtrock, 2007: 156) menyebutkan salah satu tipe intelegensi adalah ketrampilan intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri, kepercayaan diri, kontrol diri, disiplin diri, harga diri, dan pengenalan konsep diri.[14]
d.      Hubungan intelegensi dengan  otak.
       Sebelum membicarakan hubungan intelegensi dengan otak, maka kita harus mengetahui fungsi otak kiri dan otak kanan kita.
Fungsi otak kiri:
-          Berfikir Logis
-          Verbal
-          Inferensi
-          Membentuk hubungan
-          Sistem “mistis”
Belahan otak kiri menekankan pada:
-          Kata-kata
-          Logika
-          Angka
-          Matematika
-          urutan
Fungsi otak kanan:
-          Manipulasi objek
-          Respon-respon emosi
-          Peraba
-          Estetis
-          Kreativitas
Belahan otak kanan menekankan:
-          Ritme
-          Irama
-          Musik
-          Gambar
-          Imajinasi
      Keterkaitan antara otak dengan intelegensi yaitu, yang menggerakkan kaki, tangan, menulis, dan membaca semua adalah otak.  Dan otak merupakan sumber kecerdasan (secara fisiologi). Kenapa kita marah ? karena otak kita tidak kita pakai, sehingga ada perkataan “tidak punya otak kamu”. Otak secara benda ada tetapi secara fungsi tidak dipergunakan.
       Dalam suatu laboraturium, dalam sebuah otak ada sinaps, sinaps ini ketika diberikan stimulus yang bagus maka dia akan tersambung, semakin banyak sambungan maka akan semakin bagus. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang baik maka fungsi otak selalu digunakan.

e.       Hubungan intelegensi dengan kecepatan memproses informasi
      Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[15] dalam kuliahnya menyatakan  bahwa seseorang yang memiliki intelegensi yang baik akan cepat dan mudah memproses informasi. Sebagai contoh: guru memberikan soal matematika dan peserta didik disuruh menjawab, anak-anak 5x6 berapa ?.
       Peserta didik yang memiliki kemampuan intelegensi yang baik akan cepat memproses informasi itu dan langsung menjawab “30”.
Contoh lain: guru memberikan soal, 7+7-4 berapa ?.
      Perserta didik yang memiliki intelegensi yang baik akan menjawab dengan cepat dan tepat, dan menjawab “10”.

f.       Hubungan kecerdasan dengan working memory.
       Menurut Dr. Fidrayani, M. Pd., M. Si,[16] dalam kuliahnya menyatakan bahwa dalam kerja memory (Working memory), ada yang namanya short memory, dan ada yang dinamakan long memory. Ketika suatu informasi disampaikan maka dia akan tersimpan di dalam short memory, tetapi jika informasi itu disampaikan secara berulang-ulang maka akan tersimpan di dalam long memory.
      Seseorang yang memiliki kemampuan intelegensi yang baik atau memiliki tingkat intelegensi yang cerdas maka informasi yang dia dapat dia akan menyimpan di dalam long memory bukan di dalam short memory, karena jika suatu informasi tersimpan di dalam short memory paling lambat tiga hari maka informasi itu akan hilang dan ketika dipanggil lagi maka tidak akan teringat lagi. Tetapi jika tersimpan di dalam long memory akan bertahan lama dan ketika di panggil amak dia akan segera mengingat kembali informasi itu.

a.       Tes Binet Simon, menyelidiki intelegensi anak anatar umur 3 sampe 15 tahun, sehingga dari hasil itu dapat diketahui IQ nya.
b.      Brightness tes atau tes mosellom, yaitu test three words (tes 3 kata)
c.       Telegram Test, yaitu di suruh membuat berita dalam bentuk telegram
d.      Definitie, di suruh mendeskripsikan sesuatu
e.       Wiggly test, yaitu menyusun kembali balok-balok kecil yang semula tersusun menjadi satu.
f.       Stenquest test, disuruh mengamati sesuatu benda sebaik-baiknya, lalu dirusak kemudian disuruh membentuk lagi
g.      Absrudy test, disuruh mencari keanehan yang terdapat di dalam suatu bentuk cerita
h.      Medalion test, yaitu di suruh menyelesaikan gambar-gambar yang belum jadi, atau sebagian.
i.        Education test (scholastic test) yaitu tes yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah.[17]
Sternberg dalam santrock mengatakan bahwa secara umum intelegensi dibedakan mejadi 3 diantaranya:
a.        intelegensi Analitis.
       Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu pembelajaran dalam setipa pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil ujian. Misalnya individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai diatas rata-rata.
b.      Intelegensi kreatif.
       Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal baru. Misalnya: seorang peserta didik diinstruksikan untuk menulis kata “P O H O N” oleh gurunya, tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
c.       Intelegensi praktis.
       Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan dan mengiplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan nyata, contohnya dalam pembelajaran preaktikum, akan cepat memahami karena dibantu dengan berbagai perlatan dan media.
a.       Faktor bawaan atau keturunan.
       Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan diantaar dua ank kembar, korelasi nilai tes IQ nya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40-0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10-0,20 dengan ayah dan ibu angakatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
b.      Faktor lingkungan.
      Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Dan perkembangan otak dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting seperti, pendidikan latihan berbagai ketrampilan, dan lain-lain (khususunya pada masa-mas peka).[18]
c.       Stabilitas intelegensi dan IQ
        Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabenen hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung perkembangan organik otak.
d.      Faktor Gizi.
       Faktor gizi kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi/tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanann bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia belita, sedangkan usia diatas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.
e.       Faktor kematangan piage.
       Seorang psikolog daris swiss membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu: periode sensori motorik (0-2 tahun), periode pra operasional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan periode operasional formal (11-16 tahun). Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti faktor kematangan mempengaruhi  struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisi (memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan baik.
f.       Faktor pembentukan pendidikan dan latihan yang bersifat  kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi meningkat fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya.
       Alfred Biner (1857-1911), seorang ahli psikologi dari Prancis, yang  dianggap sebagai bapak atau  pelopor tes intelegensi ini. Tes asli disusun oleh Binet pada tahun 1905, pada saat dia menerima tugas dari dari pemerintah prancis untuk meneliti sebab-sebab kemunduran peserta didik dalam pelajaran waktu itu. Apakah kemunduran dan kegalalan itu di sebabkan oleh kemalasan atau kenakalan, ataukah boleh jadi kecerdasannya kurang ?
       Dalam penelitian itu Binet diabantu simon mulai menyusun bermacam-macam item , intelegensi anak terus bertambah sampai batas umur 15 tahun. Sedangkan diatas 15 tahun tidak akan bertambah lagi, yang bertambah hanya pengetahuannya saja. Tes Binet ini telah mengalami beberapa revisi. Revisi pertama dilakukan oleh Goddard pada tahun 1911, dan direvisi kembali pada tahun 1916 oleh terman.
       Setelah dilakukan eksperimen dan revisi berulang kali, akhirnya para ahli psikologi sepakat adanya satu ukuran dalam intelegensi yang dinamakan Intellegence Question atau IQ. IQ diperoleh melalui hasil pembagian anatara umur mental atau Mental Age (MA) dengan umur kalender atau Chronologi cal Age (CA). Hasil pembagian kemudian dikalikan 100.
          
               
IQ =  x 100

IQ =  x 100


       IQ= satuan tingkat kemampuan individu. MA diproleh melalui pemberian sekelompok pertanyaan yang dijawab betul oleh sejumlah besar individu dengan umur yang sama. Jika seseorang mempunyai hasil pekerjaan secara betul seperti yang dilakukan oleh sejumlah anak yang berumur 15 tahun, MA individu tersebut adalah 15. Kemudian CA di peroleh menurut usia seseorang. Angka 100 adalah bilangan tetap atau konstanta yang di usulkan dan di sarankan oleh stern dan terman untuk mengindari angka pecahan dalam satuan IQ.[19]
       Misalnya, seorang anak berusia 6 tahun. Mula-mula diajukan pertanyaan kepadanya lima buah pertanyaan yang sesuai dengan umurnya. Jika lima buah pertanyaan itu dapat di jawab semua, lalu diajukan pertanyaan diatasnya (6 tahun, 7 tahun, 8 tahun, 9 tahun, dan seterusnya) sampai sama sekali tak ada lagi pertanyaan yang terjawab. Tetapi, jika pertanyaan-pertanyaan yang pertama (6 tahun) ada sebuah atau lebih yang terjawab (salah) maka diajukan pertanyaan-pertanyaan di bawahnya (5 tahun, 4 tahun) sampai dapat dijawab semuanya.



Umur CA
Jawaban
Nilai MA
6 tahun

6
7 tahun
X
X
X
X

8 tahun
X
X
X

9 tahun
X
X
X
X

10 tahun
X
X
X
X
X

-
Jumlah
                                                                                          
                    

                         Maka MA-Nya  = 7  CA = 6
                                         Jadi IQ       
                                                          
                                                                =  ± 123

Maka anak itu memiliki IQ sebesar 123 dan setelah di sesuaikan dengan tabel di bawahnya, yaitu tabel kategori intelegensi maka dia masuk dalam kelompok Cerdas.[20]
      Nana Syaodih (2007: 100-101) mengkjategorikan intelegensi (kecerdasan intelektual) ke dalam beberapa tingkat, yaitu:

IQ
Kategori
Persentase
140 ke atas
Genius
0, 25%
130-139
Sangat cerdas
0, 75%
120-129
Cerdas
6%
110-119
Di atas norma
13%
90-109
Normal
60%
80-89
Di bawah normal
13%
70-79
Bodol (dull)
6%
50-69
Debil (morron)
0, 75%
25-49
Imbecile
O,20%
25 ke bawah
Idiot
0, 05%
     
       Nana syaodih juga menjelaskan bahwa anak-anak yang IQ-Nya di bawah 70 termasuk kelompok terbelakang. Umumnya mereka tidak bisa belajar pada sekolah biasa, mereka harus didik secara khusus di luar sekolah.[21]
       Kelemahan dari tes binet ini adalah bahwa tes itu adalah tes individual yang hanya dapat melayani seorang anak saja pada suatu pelaksanaan teks. Hal ini memerlukan waktu dan tenaga yang banyak sekalipun hasilnya memuaskan. Oleh karena itu, beberapa psikolog Amerika segera mengadakan percobaan-percobaan penyusuaian bentuk tes untuk tes kelompok.
       Pada tahun 1917 Amerika Serikat terlibat dalam perang dunia 1 dan sibuk mengadakan pemilihan calon-calon militer. Amka pemerintaha meminta kepada ahli psikologi untuk mmebuat tes guna tujuan diatas. Hasilnya ialah tes anny dan Army Beta. Army alpha diperuntukan bagi calon-calon tentara yang dapat membaca dan menulis serta dapat berbhasa ingris dengan baik, sedangkan army beta diperuntukan bagi calon-calon tentara yang tidak dapat membaca dan menulis serta tidak dapat berbahasa ingris dengan baik.
       Selain tes Binet Simon dan revisi-revisi serta tes Army alpha dan army Beta, berkembang pula tes intelegensi yang lain dianatarnya:
-          Tes Wechsler, (WAIS dan WISC)
-          Tes Progressive Matrices 9CPM, SPM da APM)
-          Culture Fair Intelegensi Tes (CFIT)
-          Goodenough Draw A Man Test (DAM)
-          Dan lain sebagainya.
        34 tahun setelah di terbitkan tes intelegensi pertama oleh Stanford Biner,  David Wechler memperkenalkan versi 1 tes intelegensi yang dirancang khusus untuk digunakan orang dewasa. Tes tersebut terbit pada tahun 1939 dan dinamai Wechsler Bellevue Intelegent Scale (WBIS), disebut juga skala W-B. Alasan Wechsler mengembangkan skala W-B adalah kenyataan bahwa tes intelegensi yang digunakan untuk orang dewasa saat itu hanya merupakan perluasaan dari tes intelegensi anak-anak dengan menambahkan soal yang sejenis yang lebih sukar. Isi tes yang seperti itu, menurut Wechsler seringkali tidak menarik minta dan perhatian orang dewasa. Pada tahun 1949 wechsler menerbitkan pula skala intelegensi untuk di gunakan pada anak-anak. Model tes ini ada 2 macam yaitu : pertama, untuk umur 16 tahun ke atas, yaitu Wechsler Adult Intelegence scale (WAIS) dan kedua untuk anak-anak yaitu Wechsler Intellegence Scale for Children (WISC). Tes wechsler meliputi dua sub, Verbal dan performance (tes lisan dan perbuatan, serta ketrampilan). Tes lisan meliputi pengetahuan umum, pemahaman, ingatan, mencari kesamaan, hitungan dan bahasa. Sedangkan tes ketrampilan meliputi menyusun gambar dan sandi (Kode angka-angka).[22]
       Tes Wechsler ini berbeda dengan tes binet. Dalam tes binet diadakan perbandingan antara MA dan CA, sedangkan dalam tes Wechsler tes IQ hanya semata-mata hasil dari MA saja. Namun keduanya sama-sama dilakukan secara perorangan.[23]
Model tes Wechsler ada dua:
1.      Wechsler Intellegence Children Scale (WISC).
       Tes WISC merupakan tes intelegensi yang biasa digunakan untuk mengukur taraf kecerdasan anak usia 5 tahun hingga 15 tahun. Tes WISC memiliki kemampuan untuk mendeskripsikan berbgai aspek kecerdasan anak, seperti wawasan dan minat pengetahuan, daya konsentrasi dan daya ingat jangka pendek, berbagai kemampuan seperti: bahasa, matematika, berfikir logis dan abstrak, Visual motoric coordination, visual perception organizazion, visual-spatial relationship dan field dependence, adaptasi terhadap lingkungan dan pemahaman terhadap norma-norma sosial (berkaitan dengan antisipasi masalah sosial dan ketrampilan sosial),  dan kreatifitas. Beberapa penelitian telah menggunakan tes WISC untuk mengungkap gejala-gejala gangguan klinis pada anak, seperti: main brain disfunction/brain damage, emotional disturbance, anxiety, delinquency, learning disabilities, dan lain-lain (Sattler, 1978).[24]
       Diantara tes WISC yaitu tes kemampuan verbal, dianatarnya:
     a). Tes kemampuan verbal skala information (pengetahuan umum).
       Skala information pengetahuan umum dibuat dengan memberikan pertanyaan mengenai pengetahuan umum. Tes bentuk skala pengetahuan umum dalam penelitian ini berjumalah 5 butir soal. Gambar I adalah salah satu contoh bentuk tes kemampuan verbal skala pengetahuan umum. Hasil keseluruhan teks menunjukan presentase yang paling tinggi. Peserta didik dapat menjawab dengan tepat. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang bersifat pengetahuan umum. Hal ini dikarenakan peserta didik mampu mengingat informasi-informasi yang sifatnya hafalan.

Satuan suhu menurut standar internasional (SI) adalah......

a.       Celcius
b.      Fahrenheit
c.       Reamur
d.      kelvin
     
              Gambar I. Tes Kemampuan verbal skala information
      b). Tes kemampuan verbal skala Comprehension (pemahaman).
       Tes kemampuan verbal skala pemahaman dibuat untuk menguji informasi atau konsep-konsep yang dimilikimpeserta didik. Tes bentuk skala pemahaman dalam penelitian ini berjumlah 8 butir soal. Gambar II adalah salah satu contoh bentuk tes kemampuan verbal skala pemahaman. Hasil keseluruhan tes menunjukan bahwa peserta didik mampu menjawab dengan tepat pertanyaan di skala pemahaman yaitu sebesar 58, 29%
Proses pembentukan glukosa dari karbondioksida dan air dengan bantuan cahaya matahari disebut.....

a.       respirasi
b.      sintesis
c.         metabolisme
d.        fotosintesis
  
       Gambar 2. Tes kemampuan verbal skala comprehension.
      c). Tes kemampuan verbal skala Arithmetic (berhitung).
       Tes kemampuan skala berhitung dalam penelitian ini berjumlah 3 butir soal. Gamabr 3 adalah salah satu contoh bentuk tes kemampuan verbal skala berhitung. Hasil keseluruhan teks menunjukan bahwa peserta didik mampu menjawab dengan tepat pertanyaan di skala berhitung yaitu sebesar 38,72%


Neni memanaskan minyak tanah bermassa 200 gram sehingga suhunya naik menjadi 20C. Jika kalor jenis minyak tanah adalah 2,2 x 103  j/kgC, maka kalor yang diperlukan untuk memanaskan minyak tanah tersebut adalah....
a.       8,8 x 103 j
b.      8 x 103 j
c.       0,8 x 103 j
d.      0,08 x 103 j
     
       Gambar 3. Tes kemampuan verbal skala arithmetic.
            d).  Tes kemapuan verbal Similarities (kemiripan).
              Tes kemampuan verbal skala kemiripan dibuat untuk menanyakan persamaan/kemiripan kata dari seatu objek tertentu. Tes dalam penelitian ini berjumlah 2 butir soal. Gmbar 4 adalah salah satu contoh bentuk tes kemampuan kemiripan. Hasil keseluruhan tes menunjukan bahwa peserta didik mampu menjawab dengan tepat pertanyaan di skala kemiripan yaitu sebesar 40,43%


O2 : Oksigen

a.       IC : 273 K
b.      I kalori : 42 j
c.       H2O : Karbondioksida
d.      CO2 : Karbonmonoksida
   
      Gambar 4. Tes kemapuan verbal skala similarities
e). Tes kemampuan verbal skala Digit Span (Rentang angka).
            Tes kemampuan verbal skala rentang angka dibuat untuk menanyakan serangkaian angka. Tes bentuk skala rentang angka dalam penelitian ini berjumlah dua butir soal. Gambar 5 adalah salah satu contoh bentuk tes kemampuan verbal skala rentang angka. Hasil keseluruhan tes menunjukan bahwa peserta didik mampu menjawab dengan tepat pertanyaan di skala rentang angka yaitu sebesar 28, 08% hasil tes pada skala ini menunjukan presentase yang paling rendah peserta didik dapat menjawab dengan tepat. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa peserta didik sebenarnya mampu menghitung dengan pertanyaan yang diberikan, namun karena kurang teliti dalam memberikan jawaban dan bingung dengan adanya rentetan angka yang hampir sama/jawaban pengecoh maka banyak peserta didik yang menjawab dengan tidak tepat.


Mufti mengukur suhu air dengan termometer skala fahrenheit dan menunjukan angka 23F. Berapakah suhu air tersebut jika ditanyakan dalam skala reamur, celsius, dan fahrenheit secara berurutan ?

a.       -4 R; -5C; 268 K
b.      4R; 5C; 268 K
c.       -4R; 5C; 268 K
d.      -5R; -4C; 268 K

        Gambar 5. Tes kemampuan verbal skala digit span
f). Tes kemampuan verbal skala Vocabulary (Perbendaharaan Kata)
       tes kemampuan verbal skala perbendaharaan kata dibuat untuk menguji pengetahuan kata. Tes bentuk skala perbendaharaan kata dalam penelitian ini berjumlah 10 butir soal. Gambar VI adalah salah satu contoh bentuk tes kemampuan verbal skala perbendaharaan kata. Hasil keseluruhan tes menunjukan bahwa peserta didik mampu menjawab dengan tepat pertanyaan di skala perbendaharaan kata yaitu sebesar 53,19% berdasarkan hasil wawancara, awalnya peserta didik merasa bingung dengan pertanyaan model seperti ini. Namun dibantu peneliti maka peserta didik mampu menjawab dengan baik pertanyaan tersebut.[25]

1.      a. Celcius                     b. Kelvin
c.       fahrenheit               d. Termometer


2.      a. H2O                           b. CO2
c.O2                                          d. Cahaya mathari

Gamabar 6. Tes kemmapuan verbal skala vocabulary

2.      Wechsler adult Intelligence scale (WAIS).
       Tes ini di kenakan pada individu mulai umur 16 tahun sampai dewasa, tes ini di sajikan secara individual yaitu seorang tester menghadapi seorang seorang testi, membutuhkan waktu kira-kira 90 menit. Terdiri dari 11 subtes yang di golongkan menjadi dua, yaitu: Verbal dan Performance.

Verbal:

-          Informasi
-          Pengertian
-          Hitungan
-          Persamaan
-          Rentangan angka
-          Perbendaharaan kata
Performance:
-          Simbol angka
-          Melengkapi gambar
-          Rencangan balok
-          Mengatur gambar
-          Merakit objek
Dari kesebelas subtes tersebut diperoleh skor mentah, masing-masing harus di ubah dulu kedalam skor standar, kemudian skor standar tersebut dijumlahkan sesuai dengan komponennya yaitu verbal dan performance adalah full. Total standard skor di konsultasikan dengan tabel IQ sesuai dengan usia subjek. Hasil berupa Verbal IQ, Performance IQ, dan Full IQ yang merupakan IQ deviasi dengan mean 100 dan SD 15.

Tabel klarifikasi Tingkat IQ oleh Wechsler:
Klarifikasi IQ
Skor
Verry superior
128 and Over
superior
120-127
Average
91-110
Dull Normal
80-90
Bordline
66-79
Deffective
65 and below.

     Penelitian soeramto (1986) mengenai kesahihan, kendalan, dan faktor-faktor intelegensi yang diungkap WAIS, denagn menggunakan hasil tes WAIS dari biro konsultasi Fakultas Psikologi, menyimpulkan bahwa WAIS cukup sahih untuk mengungkap intelegensi.[26]

       Teori ini di perkenalkan pada tahun 1983 oleh J.P. Guilford dan Pof. Howard Gardner. Konsep ini memandang bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.
       Konsep kecerdasan majemuk atau multiple intellegensi berawal dari karya Howard Gardner dalam buku frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas hasil penelitian selama beberapa tahun tentang kapasita kognitif manusia (human Cognitif Capacities). Garden menolak asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal. Meskipun sebagian besar individu menunjukan penguasaan yang berbeda, individu memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk kepribadian yang cukup tinggi.
       Menurut Gardner kecerdasan itu tidak hanya diartikan sebagai IQ semata, namun kecerdasan itu menyangkut kemampuan sesorang untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah serta menghasilkan produk atau ide.[27] Gardner telah menetapkan delapan kecerdasan:
-          Verbal-linguistik
-          Logis-matematis
-          Visual-spasial
-          Kinesttetik-jasmani
-          Musikal
-          Interpersonal
-          Interpersonal-naturalis.[28]
       Multipel intelegensi yang mencakup delapan kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ)[29]
       Kecerdasan intelektual IQ) adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah, Robins dan Judge (2008: 57).
       Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa (Goelman, 2003).
       Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ, SQ secara komprehensif (Ginanjar (2005: 47) sedangkan Zohar dan Ian Marshall (dalam Agustian; 2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.[30]
       Di lain referensi Howard Gardner juga mengemukakan bahwa kecerdasan seseorang meliputi 10 unsur-unsur yaitu :
       Memuat kemampuan seseorang dalam berfikir secara induktif dan deduktif, kemampuan berfikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir. Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika yang tinggi menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu.. anak memperlihatkan kecendrungan aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Ciri-ciri lain :
a.       Menggunakan angka dengan baik (ahli matematika, fisikawan, akutan pajak dan ahli statistik)
b.      Melakukan penalaran (programmer, ilmuwan dan ahli logika)
c.       Ketertarikan terhadap angka-angka
d.      Menikmati ilmu pengetahuan
e.       Mudah mengingat angka-angka dan skor-skor.
f.       Menikmati permainan yang menggunakan strategi seperti catur atau games tertinggi
       Kemampuan menggunakan bahasa dan kata-kata, secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengespresikan gagasan-gagasannya. Anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi di tandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunan suatu bahasa  seperti membaca, menulis puisi, menulis kata-kata mutiara, menulis karangan dan lain sebagainya. Anak-anak dengan potensi kecerdasan bahasa yang tinggi memiliki daya ingat yang kuat.
a.       Senang membaca buku atau apa saja, bercerita atau mendongeng
b.      Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan senang berbahasa asing.
c.       Pandai meghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tulisan. Pandai menafsirkan kata-kata atau paragraf baik secara lisan maupun tulisan, senang mendengarkan musik dan lain sebagainya.
d.      Pandai mengingat dan menghafal
e.       Mudah mengungkapkan perasaan baik lisan maupun tulisan.

        Memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk nada dan irama. Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan musical yaitu senang sekali mendengar nada dan irama yang indah, apakah itu melalui senandung yang di lagukan sendiri, mendengarkan kaset, radio, petunjuk orkestra atau alat musik lainnya yang dimainkan sendiri. Ciri-ciri lainnya:
a.       Kepekaan terhadap irma, senang menyanyi dan mendengarkan musik.
b.      Memainkan istrumen musik, dan membaca not-not balok/angka.
c.       Mengingat melodi atau nada
d.      Mampu mendengar perbedaan antara instrumen  yang berbeda tetapi dimainkan bersamaan.
e.        Suka bernyanyi sambil mengerjakan tugas.
f.       Membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikan jari atau menghentakan kaki)
g.      Mengarang dan menulis lagu-lagu.
       Memuat kemampuan seseorang memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak yang memiliki kecerdasan visual spasial yang tinggi  memperlihatkan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak lain dalam hal, misalnya menciptakan imajinasi bentuk dalam pikiran, atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi, seperti orang dewasa sebagai pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Ciri-ciri lainnya:
a.       Pemandu, pramuka dan pemburu.
b.      Mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual dalam bentuk tertentu (dekorator interior, arsitek, dan seniman).
c.       Kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan antar ruang tersebut.
d.      Biasanya lebih mengingat wajah ketimbang nama
e.       Membuat sketsa  dan membangun dan mendirikan sesuatu serta bongkar pasang.
f.       Melihat foto-foto
g.      Membuat peta dan corat-coret
h.      Memecahkan teka-teki.
       Memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau keseluruhan tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal itu dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepak bola, tenis, berenang dan lain sebagainya. Atau dapat pula terekspos seperti anak-anak yang pandai menari, tampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap. Ciri-ciri lainnya:
a.       Suka bergerak dan aktif sambil berpikir
b.      Mudah dan cepat mempelajari ketrampilan-ketrampilan fisik
c.       Senang berekting dan menirukan ekspresi teman-temannya
d.      Senang menggunakan gerakan-gerakan untuk membantunya mengingat berbagai hal.
       Menunjukan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Anak-anak dengan kemampuan lebih di bidang ini cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga ia mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial. Anak dengan kecerdasan ini tidak saja mampu menjalani persahabatn yang akrab dengan teman-temannya secara mudah, ia juga memiliki kemampuan tinggi dalam memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan anatar teman, memperoleh simpati dari anak-anak lain, dan lain sebagainya. Ciri-ciri lainnya:
a.       Mampu mempersepsikan dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain.
b.      Kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat
c.       Suka menawarkan bantuan ketika orang membutuhkan.
d.      Percaya diri ketika bertemu dengan orang baru
e.       Mudah mengetahui bagaimana sesamanya bersemangat untuk kerja
f.       Suka mengatur kegiatan bagi dirinya sendiri maupun teman-temannya
g.      Biasanya disukai teman-teman.
       Menunjukan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Anak dengan kecerdasan intra-personal tinggi  menunjukan tanda-tanda mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya. Anak-anak semacam ini suka melakukan introspeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri.
       Ada beberapa diantaranya yang menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri. Orang tua unggul tidak perlu merasa was-was apabila memergoki sebuah hati sering berlaku demikian. Barangkali hal itu merupakan sebuah proses dari potensi kecerdasannya. Hanya saja, sebagai orang tua tidak boleh lepas kontrol dengan perilaku anaknya itu. Misalnya, orang tua memergoki anaknya sedang merenung dengan mengurung diri di kamarnya, orang tuanya perlu mencari tahu penyebab tindakan anaknya itu. Jika sekiranya alasan yang di kemukakan si anak masuk akal, orang tua tidak perlu merasa khawatir akan keselamatannya. Ciri-ciri lainnya:
a.       Suka bekerja sendiri daripada sama-sama
b.      Sering menghabiskan waktu untuk merenung
c.       Senang memikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari nanti.
      Merupakan kemmapuan seseorang untuk peka terhadap lingungan dan alam. Misalnya,anak senang berada dalam lingkungan yang terbuka seperti di pantai, gunung, cagar alam, hutan, sawah, gunung dan lain sebagainya. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan naturalis tinggi cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka jenis bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda di angkasa, dan lain sebagainya.[31] Ciri-ciri lainnya:
a.       Mengenali dan mengategorikan spesies, flora dan fauna
b.      Suka bintang, awan dan gunung
c.       Pandai bercocok tanam dan merawat kebun
d.      Peduli tentang alam dan lingkungan
e.       Mudah beradaptasi dengan temapt dan acara yang berbeda-beda.
       Keahlian pada berbagai maslah pokok kehidupan dan aspek eksitensial manusia serta pengalaman mendalam terhadap kehidupan. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filusuf dan teolog.
       Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial memiliki ciri-ciri:
a.       Ingin tahu bagaimana bumi bertahun-tahun yang lalu
b.      Mengapa kita ada di Bumi
c.       Apakah ada kehidupan di planet lain
d.      Kemana mahluk hidup setelah mati
e.       Apakah ada dimensi kehidupan lain
f.       Mempertanyaan hakekat segala sesuatu
g.      Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/dunia.
       Keyakinan dan mengaktualisasikan akan sesuatu yang bersifat transeden atau penyadaran akan nilai-nilai akidah dan keimanan. Ciri-ciri:
a.       Keyakinan akan kebesaran tuhan
b.      Kesadaran suara hati, internalisasi nilai, aktualisasi dan keikhlasan
c.       Menghayati batal dan haram dalam agama, toleransi, sabar, tawakkal, dan keyakinan akan takdir baik dan buruk.[32]
      Dari banyak jenis kecerdasan menurut Howard Gardner tersebut, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa begitu banyak anak yang merasa bodoh ?, tahukah kita bahwa salah satu alasannya adalah sekolah. Sekolah memang bisa menjadi pengalaman yang sangat buruk  kecuali anak-anak yang memiliki kecerdasan abahasa dan matematis. Banyak sekolah terlalu mencurahkan perhatian untuk menghasilkan anak-anak yang pandai membaca dan menghitung, dan terbiasa mengabaikan anak-anak dengan berbagai kecerdasan lainnya. Padahal banayak penelitian yang menunjukan bahwa mempelajari musik dan seni bisa membantu anak-anak dalam memhami pelajaran lain.
      Salah satu contoh kekeliruan yang dilakukan sekolah terlihat dari banyaknya anak yang emmiliki kecerdasan visual/spasial yang diabaikan begitu saja. Banyak orang tua merasa tidak nyaman, bahkan menganggapnya sebagai hadiah hiburan saja, apabila guru sang anak mengatakan,”anak ini sangat berbakat di bidang seni”. Padahal, kecerdasan visual dapat membantu anak-anak yang menghadapi kesulitan dalam pelajaran membaca, matematis, atau ilmu pengetahuan. Apabila orangtua dan guru mengabaikan kecerdasan visual anak tersebut, berarti seperti meminta mereka memerangi lautan pendidikan dengan maata tertutup.
      Contoh lain adalah anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol, sering sekali malah dicemooh sebagai “anak gaul”. Padahal, seharusnya anak-anak tersebut didorong untuk ikut pemilihan ketua OSIS, ketua senat, atau kegiatan lainnya. Lebih menyedihkan lagi perlakuan terhadap anakanak dengan kecerdasan intrapersonal. Anak-anak pendiam dengan kecerdasan yang terpendam ini sering harus berakhir diruang konsultasi psikologi sekolah, atau tenggelam kemudian menghilang diantara kerumunan orang-orang banyak. Dan ekekliruan lain adalah begitu banyak sekolah yang memaksa anak-anak untuk diam, membisu, sambil melakukan tugas yang berulang-ulang dalam suatu ruangan yang bebas dari sentuhan seni, musik, dan sentuhan manusiawi lain.
     Nicholasa Mohr seorang penulis dan artis peraih beberapa penghargaan dalam bukunya yang berjudul growinng up inside the sanctuary of my imagination, mengisahkan pengalamannya di sekolah. Sebagai seorang anak yang cerdas, kaat-kata asing sering terlontar begitu saja dari mulutnya. Hal ini sering membuatnya terpaksa menerima hukuman, duduk dipojok kelas. Dengan jelas ia menggambarkan imajinasinya tentang pemandangan laut yang biru, pohon, air terjun, kapal yang berlayar di laut lepas, sehingga ia mampu bermeditasi dan menikmati keindahan pemandangan hasil daya pertajaman daya khayalnya.[33]
      Kecerdasan-kecerdasan seperti inilah yang bisa diungkapkan melalui Multiple Intelligence Test. Kecerdasan anak tidak dapat diukur dari satu aspek kecerdasan saja. Banyak aspek kecerdasan yang dimiliki anak. Sebagaimana makna yang tersirat dari surat Yusuf ayat 67[34]. Kecerdasan yang tersembunyi dan harus diungkapkan. Sehingga dari fakta Multiple Intellegence diharapkan ada peran yang aktif untuk meningkatkan kecerdasan individu, khususnya siswa selama proses pengembangan diri.[35]
      Bagaimana cara mengembangakn Multiple Intelligence ini ?
     Kecerdasan Visual-spasial dikembangkan dengan beberapa kegiatan:
 a).  Menjelajahi dunia seni
 b).  Ciptakan perpustakaan gambar.
 c).  Mengabadikan moment tiap hari dengan foto
 d).  Mencari pola-pola visual yang menarik
 e). Bercakap-cakap menggunakan gambar dan bermain puzzle.
       Kecerdasan linguistic di kembangkan dengan beberapa cara:
a).  Tulislah ide-ide yang muncul di benak
b). Carilah kata-kata yang tidak kamu ketahui di kamus
c). Adakanlah waktu bercerita dengan keluarga
d). Bermainlah dengan kata-kata
e). Belajarlah bahasa asing
f). Hadirilah pergelaran seni puisi
       Kecerdasan musical dikembangkan dengan:
a). Dengarkanlah sebanyak mungkin jenis music
b). Bernyanyilah bersama keluarga atau teman-teman
c). Libatkanlah diri dalam musik sekolah
d). Belajarlah membaca musik
e). Ambillah kursus musik privat instrumen kegemaran
       Kecerdasan natural dikembangkan dengan:
a). Tanamlah sesuatu dan amatilah pertumbuhannya
b). Berbaribglah di halaman dan menataplah kelangit
c). Peliharalah beberapa satwa
d). Pergilah mengamati burung
e). Bacalah buku atau majalah tentang alam
f). Libatkanlah diri dalam organisasi lingkungan
       Kecerdasan kinestetik dikembangkan dengan:
a). Latihan koordinasi tangan-mata
b). Bermainlah tebak gerakan bersama keluarga
c). Carilah ide-ide saat bergerak dan berolahraga
d). Ambillah kursus bela diri
e). Pelajarilah suatu seni dan kerajinan.
       Kecerdasan intrapersonal dikembangkan dengan cara:
a).  Jumpailah orang-orang baru
b). Sumbangkanlah waktu untuk menolong orang-orang sesama
c). Belajarlah bersama sesama
d). Lewatkanlah waktu bersama keluarga
e). Carilah orang pembimbing
d). Berlatihlah berteman.
       Kecerdasan interpersonal:
a). Tanyakanlah kepada diri sendiri “siapa aku ?” bermain “Who am i”
b). Buatlah daftar dari hal-hal yang menjadi kemahiran
c). Ingatlah mimpi-mimpimu
d). Renungkanlah harimu
e). Tetapkanlah sasaran/target bagi dirimu sendiri.
       Kecerdasan Logical-matematis dikembangkan dengan cara:
a). Bermainlah permainan yang menggunakan strategi serta logika
b). Berlatihlah mengkalkulasikan soal-soal matematika sederhana dalam benakmu
c). Berlatihlah mengistemasi segalanya
d). Tulislah sepuluh pertanyaan tentang bagaimana dunia ini bekerja
e). Perhatikanlah bagaimana kamu memecahkan masalah.[36]
       Kecerdasan spiritual, menurut sukidi (2004: 99) dikembangkan dengan cara:
a). Kenalilah diri anda
b). Lakukan instrospeksi diri, dalam istilah keagamaan adalah pertobatan. Ajukan pertanyaan: “sudahkah perjalanan hidup saya berada pada sel yang benar ?”
c). Aktifkan Hati secara Rutin, dalam konteks keagamaan adalah mengingat tuhan.
d). Menemukan keharmonisan dan ketenangan hidup.








BAB III

KESIMPULAN

Intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup seseorang. Beberapa teori menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu dalam menentukan tujuan hidupnya.
                  Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh spearman dan Wynn Jonel Pol pada tahun 1951. Keduanya ini mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (Power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia atau pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa yunani disebut nous.
Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan intelegensi adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi yang baru.
 Menurut Alfred Binet (1905) merumuskan bahwa intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
       Menurutn David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindang secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif. Secara garis besar dapat di simpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berfikir rasional itu. Beberapa pakar menyebutkan bahwa intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah.




               [1] Cicero atau Marcus Tullius Cicero, Lahir 3 januati 106 SM-7 desember 43 M. Ia ini adalah tokoh romawi klasik tokoh pada bidang filsafat dan retorika dll. Dan dia ini pemikirannya diannggap lebih dekat dengan aliran Platonisme, dan banyak mengambil pendapat dari Plato (C. Rowe, et al., Sejarah Pemikiran Politik Yunani. Terj. A. Ananda, et al, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), p. 562.
               [2] Abu Ahmadi & Widodo Supriyono,  Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 32
               [3] Sadli saparinah,Intelegensi Bakat dan Test IQ (Jakarta: PT Gaya Favorit Press,  1996), hal. 49 dan William Stren juga mengatakan hal yang sama bahwa intelegensi sebagian besar dengan dasar dan turuna. lihat, Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2013) hal. 99.
               [4] Jhon, W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), cet ke-4, hal. 134.
               [5] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hal. 135.
               [6] Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal 90-91.
               [7]  Syamsu Yusuf & A. Juntika Nur Ihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 174
                       [8] Umi Rohmah, “Tes Intelegensi dan Pemanfaatannya Dalam Dunia Pendidikan”, Jurnal cendekia, (Vo. 9, No. 1, Januari-juni/2011), hal. 128

                       [9] Ibid., hal. 128
                       [10] Dosen Psikologi Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
                      [11] Bibit, adalah berasal dari keluarga mana dan seperti apa. Bebet, adalah kesiapan seseorang dalam memberi nafkah keluarga, ini masuk dalam aspek ekonomi alias harta. Bobot, adalah kualitas seseorang dalam arti yang luas, meliputi aspek pendidika, akhlak dan agama. Tapi orang tua sekarang lebih melihat strata pendidikan.

                       [12]  Nisa Marhaeni, “Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus 1 Kecamatan Wates Kabupaten kulon Progo tahun ajaran 2015/2016”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Edisi 4, tahun ke-5/2016), hal. 336
                       [13]  Dosen Psikologi Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
                       [14]  Ade Wijaya, Skripsi:” hubungan Antara Tingkat Intelegensi dengan Kepercayaan Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu”, (Bengkulu:  FKIP Universitas Bengkulu , 2014), hal. 43
                        [15]  Dosen Psikologi Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah.
                      [16]  Dosen Psikologi Pendidikan, UIN Syarif Hidayatullah jakarta.
                      [17]  Ibid., hal. 29
                      [18]  Soemanto, Drs. Wasty, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), h. 46-48.
                  [19] Purwa atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 129
                      [20] Ibid., hal. 130.
                      [21]  Anna Rufaidah, “Pengaruh Intelegensi dan Minat Siswa Terhadap Putusan Pemilihan Jurusan”, Jurnal Ilmiah Kependidikan, (Vol. II, No. 02, Juli/ 2015), hal. 142.
                      [22]  Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi suatu pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hal 194-195
                     [23]  Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hal. 165
                     [24]   Nanik, “Penelusuran karakteristik Hasil Tes Intelegensi WISC Pada Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas”, Jurnal Psikologi, (Vol. 34, No. 1, Agustus/ 2016), hal. 35
                    [25]  Siti Fatimah, “Identifikasi Tes Keammpuan Verbal Siswa Menurut WISC dengan Tema “Suhu dan Kalor dalam Kehidupan” di MTs Pluz Az Zahro Cilacap, JRKPF UAD, (Vo. 2, No. 2, Oktober/2015) hal. 60-61
                  [26]  Ratna Wulan, “SPM Untuk Mengukur Intelegensi”, jurnal Psikologi, (Vol. 1, No. 2,/1996), hal. 70
                  [27] Howard Gardner, Multiple Intelligence: Kecerdasan Majemuk Teori dan Praktek, Penerjemah Alexander Sindrou, (Batam: Interaksara, 2003) hal. 34.
                  [28] Ibi., hal. 55
                  [29] Handy Susanto, “Penerapan Multiple Intellegences dalam sitem pembelajaran”, Jurnal Pendidikan penabur, (Vol. XXV, No. 04, Juli/ 2005), hal. 60.
                    [30]   Made Budha artana Dkk, “Pengaruh Kecerdasan  Intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), Kecerdasan spiritual (SQ), Dan Perilaku Belajar Terhadap Pemahaman Akutansi”, Jurnal A Akutansi S1 (Vol. 2, No. 1, /2014) hal. 3
                   [31] Op., Cit., Purwa atmaja Prawira, hal. 153-158.
                    [32] C. Asri Budiningsih, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Citra, 2005)
                             [33]  laurel Schmidt, Jalan Pintas Menuju 7 Kali Lebih Cerdas: 50 Aktifitas, Permainan, dan Prakarya untuk Mengasah 7 Kecerdasan Mendasar Pada Anak Anda, (Bandung: Kaifa, 2001), hal. 39
                                                                            وَقَالَ يٰبَنِيَّ لَاتَدْخُلُوْا مِنْ بَابٍ وَّاحِدٍوَّادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرِّقَة   [34] Artinya:” Dan dia (Ya’qub) berkata, “Wahai anak-anakku ! janganlah kamu masuk dari satu pintu  gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berbeda.....”                                                                                                                                                              
                              [35]  nurul maulidah dan Agus Santoso, “Permainan Konstruktif untuk Meningkatkan Kemampuan Multiple Intelligence (Visual-Spasial dan Interpersonal)”, Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, (Vol. 02, No. O1, /2012) hal. 37
                    [36] Sugirin, P.Hd, Cara Mengembangkan Berbagai Macam Kecerdasan: How To Multiply Your Child’s Intellegence, (Jakarta: Indeks, 2008), hal. 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...