Selasa, 24 April 2018

UTS Praktikum Ibadah



Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Praktikum Ibadah semester 2 kelas 2B.
Nama                                                  : Syahrul Ramadhan
Nim                                                     : 11160110000004
1.       Ketentuan thahara ( Kesucian) :
a.      Perbedaan antara bersih dan suci menurut syara ?
Suci dan bersih sangat berbeda dalam pengertian fiqih. Suci adalah terbebasnya kita atau suatu barang dari mutanajis atau dari najis dan hadats. Sedangkan bersih berarti terbebasnya manusia atau suatu barang dari kotoran. Seperti kita ketahui bahwa kotoran merupakan sesuatu yang tidak bersih mungkin saja disana ada unsur jijik, adanya sampah atau yang lain. Dan untuk membersihkannya bisa dilakukan dengan membasuh, mengelap, menggosok, atau meniupkan angin agar hilang. Hal ini sangat berbeda dengan suci . Suci yang berarti terbebasnya sesuatu dari barang najis dan hadats. Menyucikan hadas yaitu dengan wudhu, tayamum, atau mandi. Suci merupakan syarat seorang muslim untuk beribadah. Namun apakah hanya dengan suci saja dan tidak peduli dengan kebersihan ? sesungguhnya bersih dan suci saling erat kaitannya. Hanya saja yang di tekankan dalam islam bukan hanya bersih saja tetapi suci juga.
      
b.      Macam-Macam najis dan alat pensucinya ?
1).   Najis Mughalladzah : Yaitu najis yang berat. Yakni najis yang timbul dari najis anjing dan babi.[1]
     Cara Mensucikannya ialah lebih dahulu dihilangkan wujud benda najis iu, kemudian baru di cuci bersih dengan air sampai 7x dan permulaan di antara pensucian itu di cuci dengan air yang tercampur tanah.[2]
2).   Najis Mukhaffafah : ialah najis ringan, seperti air kencing bayi laki-laki yang umurnya kurang dari dua tahun dan belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya.
     Cara menghilangkannya ialah cukup dengan memercikkan air pada benda yang kena najis itu sampai bersih. Tapi jika air kencing anak perempuan maka harus di cuci karena terdapat zat yang melengket, dan jika air kencing anak laki-laki cukuplah dengan memercikkan air padanya.
3).   Najis mutawassithah (sedang), yaitu kotoran seperti kotoran manusia atau binatang, air kencing, nanah, darah, bangkai (selain bangkai ikan, belalang dan mayat manusia) dan najis-najis yang lain  selain yang tersebut dalam najis ringan dan berat.
  a). Najis ‘ainiyah : yaitu najis yang bendanya berwujud.
      Cara mensucikannya dengan menghilangkan zatnya lebih    dahulu, sehingga hilang rasa, bau dan warnanya, kemudian menyiramnya dengan air sampai bersih.
  b). Najis hukmiyah : yaitu najis yang tidak berwujud bendanya ; seperti bekas kencing, arak yang sudah kering. Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air pada bekas najis itu.
         c.  Langkah-Langkah dalam praktik :
               1).
                2).

2.       Ketentuan dalam berwudhu :
a.      Rukun wudhu dan sunah-sunah wudhu.
1). Niat wudhu
2). Membasuh wajah
3). Membasuh tangan hingga siku-siku
4). Mengusap sebagian kepala
5). Tartib
     Sunnah wudhu :
1). Bersiwak
2). Membaca Bismillah
3). Membasuh telapak tangan sampai pada pergelangan
4). Berkumur
5). Menghirup air ke hidung
6). Berkumur dan menghirup air ke hidung secara bersamaan dengan satu cidukan, sebanyak 3x.
7). Melafazkan niat dengan suara yang lirih sekiranya hanya bisa di dengar diri sendiri.[3]
           b.  Hal-hal yang membatalkan wudhu.
                  1). Keluarnya apapun dari kemaluan (qubul atau dubur) selain       sperma.
                  2). Hilangnya akal karena gila, ayan (epilepsi), pingsan, tidur.
                  3). Menyentuh farji’, baik alat kelamin, maupun unus manusia atau jin, dengan telapak tangan bagian dalam dan tanpa penghalang.
                  4). Persentuhan kulit pria dan wanita lain (bukan mahram) yang telah menginjak usia dewasa tanpa penghalang.[4]
           c.  Praktikum wudhu yang benar melalui rekaman video.
      3.  Ketentuan shalat Berjama’ah :
           a. Minimal jumlah makmum dalam sholat berjama’ah.
           b. Syarat-Syarat dalam shalat berjama’ah :
                1). Berniat mengikuti imam.
                2). Mengetahui segala yang di kerjakan oleh imam.
                3). Tidak ada dinding yang menghalangi antara imam dan ma’mu,       kecuali bagi perempuan di mesjid, hendaklah diberi antara (dinding), umpama dengan kain.
                        4). Jangan mendahului imam di dalam takbir, dan jangan pula mendahului atau memperlambatkan  iri untuk mengikuti imam sampai dua rukun fi’ly (rukun perbuatan).
          5).  Jangan terdepan atau sama tempatnya dengan imam, artinya ma’mum tidak boleh di depan atau bersamaan tempatnya dengan imam.
          6).  Jarak antara imam dan makmum atau antara ma’mum dan barisan ma’mum yang terakhir tidak lebih  dari 300 hasta.
         7).  Shalat ma’mum harus bersesuaian dengan shalat imam, misalnya sama-sama shalat wajib seperti zhuhur qashar, jama’ dan sebagiannya.[5]
     c.  Rukun dan sunnah shalat.
          1). Niat shalat.
               2). Takbiratul ihram.
               3). Berdiri bagi orang yang mampu.
               4). Membaca fatihah setiap rokaat
               5). Ruku’
               6). I’tidal
               7). Sujud dua kali
               8). Duduk diantara kedua sujud
               9). Tuma’ninah dalam ruku’, dua sujud, duduk diantara dua sujud dan i’tidal
               10). Tasyahhud akhir
               11). Membaca sholawat kepada nabi
               12). Duduk karena melakukan tasyahud dan sholawat salam
          13). Salam yang pertama.
               14). Tartib.[6]
                     Sunnah shalat berjama’ah :
               1). Meluruskan shaf (Barisan) dan tidak membiarkan shaf berenggang.
               2).  Berdiri pada shaf yang terdepan jika dapat shaf pertama, kemudian pada shaf belakangnya yang terdepan lain-nya.
               3).  Jika berjama’ah di lakukan oleh dua orang saja, maka di sunnatkan bagi ma’mum berdiri pada shaf yang sebelah kanan imam.
          4). Imam menyaringkan suara takbir, menguatkan suara “sami’allahuliman hamidah” dan menguatkan salam.
                     Sunnah dalam mengerjakan ibadah shalat :
           1). Sunnah ab’ad, adalah perkara yang sunnat, tetapi jika tertinggal karena kelupaan, harus di ganti dengan sujud sahwi pada penghabisan shalat. Yang termasuk sunnah ab’ad ialah :
                 a). Membaca tasyahhud awwal.
                 b). Membaca shalawat pada tasyahud awal.
                 c). Membaca shalawat atas keluarga nabi pada tasyahud akhir.
                 d). Membaca Qunut pada shalat subuh dan shalat pada pertengahan hingga akhir bulan ramadhan.
                 2). Sunnah Hai’at :
                             a). Mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan daun telinga, waktu takbiratul ihram, ruku’, bangkit dari ruku’ dan waktu bangkit dari tasyahud awal.
                 b). Berdekap tangan,telapak tangan yang kanan di atas pergelangan tangan kiri.
                 c). Membaca do’a iftitah sehabis takbiratul ihram.
                 d). Membaca ta’awwudz, ketika hendak membaca fatihah.
                 e). Membaca basmallah ketika hendak membaca fatihah.
                 f). Membaca surat-surat Al-Qur’an pada dua raka’at permulaan (raka’at pertama dan kedua) sehabis membaca fatihah.
                 g). Mengeraskan suara bacaan fatihah dan surat pada rakaat pertama dan kedua pada shalat magrib, subuh, kecuali kalau dia menjadi ma’mum.
                 h). Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud.
                 i). Membaca “sami’allahu liman hamidah” dan membaca “Rabbanaa lakal hamdu” ketika i’tidal.
                 j). Duduk iftirasy dalam semua duduk shalat.
                 k). Membaca salam yang kedua.[7]
       d. Cara pengaturan shaf jika makmum 1 atau 2 dan atau 3 orang.
            1). Ketika ma’mum hanya lelaki :
                      a.  Apabila makmum hanya satu orang, di sunnatkan berdiri di samping kanan imam dengan sedikit mundur, sampai jari akakinya berada di belakang tumit imam.
                          b.  Apabila makmum lebih dari satu dan datang bersamaa, hendaknya langsung membentuk barisan kanan dan kiri di belakang imam.
                      2). Ketika makmum perempuan baik hanya satu atau lebih, di sunnahkan membelakang agak jauh dari imam.[8]
        e.  Cara shalat berjama’ah makmum masbuk.
                 1). Ketika mengikuti imam dalam rukun berdiri. Yaitu, yang harus di lakukan makmum pertama kali adalah takbiratul ihram, lalu membaca fatihah.
                 2). Ketika mengikuti imam dalam rukun ruku’. Yaitu, setelah takbiratul ihram ma’mum langsung menyusul imam yang masih ruku’ (tanpa membaca fatiha terlebih dahulu). Dan apabila rukuk itu dia masih bisa tuma’ninah, maka dia sudah dapat 1 roka’at.
                 3). Ketika mengikuti imam dalam ruku i’tidal dan seterusnya. Yaitu, setelah takbiratul ihram, makmum langsung memnyusul imam sesuai keadaan imam yang di dapatinya. Selanjutnya ketika imam salam, maka makmum melanjutkan sholat yang tertinggal raka’atnya.[9]




[1] Moh. Rifa’i Ilmu Fiqih Islam Lengkap, ( Semarang : PT KARYA TOHA PUTRA, 2007), 47.
[2] Ibid., Dan di tambahkan oleh  H. Tolhah ma’ruf, bisa juga dengan memasukan benda yang terkena najis tersebut ke dalam sungai yang keruh dan menggerakannya sebanyak 7x. Namun, sebaiknya debu tersebut dicampur pada basuhan yang pertama. Perlu di perhatikan, membasuh benda yang terkena najis mugholladzoh haruslah hati-hati, diusahakan jangan sampai percikannya mengenai benda lain di sekitarnya. Apabila sampai mengenai benda lain di sekitarnya maka bagian yang terkena najis itu harus disucikan pula. Lihat, H. Tolhah ma’ruf , Fiqih Ibadah, (Jawa Timur : Lembaga Ta’lif Wannasyry, 2014), 22.
[3] H. Tolhah ma’ruf , Fiqih Ibadah, (Jawa Timur : Lembaga Ta’lif Wannasyry, 2014), 9-10.
[4] Ibid.,
[5] Moh. Rifa’i, Op.Cit.,149-150.
[6] H. Tolhah ma’ruf, Op.Cit., 49
[7] Moh. Rifa’i, Op.Cit.,116-127
[8]  H. Tolhah ma’ruf, Op.Cit., 93-94.
[9] Ibid., 102.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...