“10 TEMAN SYETAN DALAM KEHIDUPAN INI”
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده ، والصلاة والسلام على من لا
نبي بعده وعلى آله وصحبه ومن والاه ، لا حول ولا قوه إلا بالله ، أما بعد
:
Saudara-saudara kaum
Muslimin rahimakumullah.
Seperti kita
maklum bahwa Allah Swt. Menciptakan manusia dan jin untuk melaksanakan ibadah
kepada-Nya. Manusia yang ingkar terhadap perintah ini dinamakan dengan
orang-orang kafir. Sedangkan jin yang mengingkari perintah ini dinamakan dengan
setan atau syaithan dalam bahwa Quran-nya.
Kemudian
dalam perkembangannya jin-jin yang kafir yang dinamakan setan ini bersekongkol
dan menjadi bala tentaranya iblis untuk menggelincirkan manusia dengan berbagai
macam cara dan jalan dari hal-hal yang diridhai oleh Allah Swt. Adapun yang
namanya iblis pada hakikatnya cuma satu saja, yaitu yang ingkar kepada perintah
Allah untuk sujud kepada Nabi Adam as. Iblis inilah yang kemudian menjadi
sesepuh, biang, atau dedengkotnya para setan.
Seluruhnya
akan tunduk kepada komando iblis, akan taat dan setia kepada perintah iblis
untuk mencari teman yang sebanyak-banyaknya guna menemani mereka di neraka
nanti. Maka mereka pun melakukan satu proklamasi yang bisa kita baca dalam
surat al-A’raf ayat 16 dan 17 dimana iblis dengan tegas menyatakan,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
(١٦)
Artinya: “Wahai
Allah,” kata iblis, “dari sebab Engkau telah menghukum saya. Dari sebab Engkau
telah mengusir saya dari surga, maka saya berjanji akan menipu, akan
menggelincirkan mereka, Adam dan keturunannya dari jalan-Mu yang lurus.”
Apa jalan yang lurus? Tidak lain
Islam ini. Dengan segala cara dan jalan iblis dan bala tentaranya akan berusaha
menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus. Caranya bagaimana? Ayat ke-17
menjawab,
ثُمَّ
لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ
وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (١٧)
Akan kami
datangi mereka, akan kami goda mereka, dari arah sebelah depan. Kalau cara itu
tidak kena, kami goda mereka dari sebelah belakang. Andaikata cara itupun tidak
mempan, dari arah sebelah kanan. Kalaupun itu gagal, kami akan datang dari arah
sebelah kiri. Pendeknya dari empat penjuru angin iblis dan seluruh bala
tentaranya yang bernama setan belum akan puas sebelum kita tergelincir dari
jalan yang lurus yang diridhai oleh Allah Swt.
Sebagian ahli
tafsir menjelaskan bahwa jika iblis menggoda dari arah depan, yang dimaksud
dari depan ini adalah dunia, sehingga menusia menjadikan dunia sebagai tujuan
akhir dari seluruh kegiatan hidupnya. Ia pergi pagi pulang sore, peras
keringat, banting tulang, tidak ada yang dikejar kecuali dunia dan cuma untuk
kepentingan dunia. Dunia yang membuat orang berpaling daripada akhirat, dunia
yang membuat orang lupa kepada tujuan penciptaannya. Maka dunia termasuk
perangkap iblis. Apa isi dunia? Biasanya yang lazim 3 ta; harta, tahta, wanita.
Itu yang bikin orang jadi sibuk sampai lupa kepada tujuan penciptaannya. Untuk
apa dia diciptakan oleh Allah? Kami goda mereka dari arah depan dengan
menyodorkan dunia dalam bentuk yang hijau ranau, dunia dalam bentuk yang manis
sehingga mereka tenggelam di dalamnya lalu melupakan akhirat. Kalau cara itu
juga tidak kena, kami datang dari sebelah belakang. Kami lupakan mereka kepada
akhirat. Itu mah urusan nanti bagaimana saja. Yang penting yang kita hadapi
sekarang. Apa? Dunia. Akhirat kita belum tahu, dan bahkan belum tentu ada. Yang
sudah pasti saja kita garap. Melupakan akhirat.
Yang dimaksud
dari arah sebelah kanan, iblis dan setan selalu menghalang-halangi manusia
untuk berbuat kebaikan. Karena kanan adalah lambang kebajikan. Sedangkan kiri
adalah lambang kejahatan. Dicegahnya kita berbuat kebajikan dan dibisikkannya
kita untuk selalu melakukan kejahatan dan kemungkaran. Dan akan kamu dapati
sedikir sekali di antara manusia yang bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan
kepada mereka.
Ditanamkan
rasa ingkar kepada nikmat. Jika kita tidak kufur iman, dibuatnya kufur nikmat.
Mengeluh, padahal hidup sudah serba cukup. Merasa masih sangat kurang, padahal
orang lain sudah titik air liurnya melihat keadaan kita. Sedikit sekali di
antara mereka yang pandai bersyukur kepada nikmat yang telah Engkau berikan
itu, ya Allah. Jadi untuk ingkar nikmat, bisikan selalu datang dari iblis. Coba
lihat itu, temanmu yang tidak pernah shalat, rizkinya lancar. Kamu berhenti
saja shalat. Yang tidak pernah ke masjid pangkatnya naik terus. Udah berhenti
saja ke masjid. Atau setidak-tidaknya mengeluh dalam hati, Tuhan kayaknya tidak
adil, kenapa saya rajin shalat kok rizki seret bener? .
Padahal pada
dasarnya kalau kita mau berpikir dalam bentuk yang paling mendasar, Allah
selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Jika bigini keadaan kita, inilah
yang terbaik buat kita menurut pertimbangan Allah. Jika kita menuntut lebih
lagi, mungkin dengan keadaan yang lebih itu kita bisa tergelincir dan Allah
lebih tahu itu. Sebagai Pencipta manusia Allah lebih tahu tentang
kemungkinan-kemungkinan yang bisa didapat dan dicapai oleh manusia. Bahasa
ringannya, “rizki loe segini aja deh, loe jadi rajin shalat. Kalau rizki loe
berlebihan, jadi orang kaya dikit, nanti melihat masjid minggir”. Allah selalu
memberikan yang terbaik kepada kita.
Saudara-saudara
kaum Muslimin seiman dan sekeyakinan yang berbahagia.
Adapun iblis
dan setan sudah menyadari betul bahwa iblis dan setan tempatnya di akhirat
nanti jelas di neraka. Itu mereka sudah sadari betul. Maka yang mereka kepingin
sekarang, bagaimana mencari teman sebanyak-banyaknya untuk menemani mereka di
neraka nanti. Inilah yang menyebabkan mereka berjibaku betul. Bahkan ada satu
riwayat, ada waktu-waktu tertentu dimana para setan ini laporan kepada iblis.
Kalau ada yang laporan gagal, bukan main marahnya si iblis ini selaku komandan.
Kata setan, “Pak, saya gagal menggoda si fulan karena imannya kuat.” “Goblok
kamu!” “Dengan apa kamu goda dia?” “Dengan kedudukan.” “Dia tidak mau?” “Tidak
mau.” Tempuh dengan jalan lain, barangkali dengan harta. Kalau dengan harta
tidak bisa, barangkali dengan wanita. Kalau dengan wanita tidak bisa, tempuh
segala macam cara.
Dan mereka
yang laporannya enak, artinya berhasil menggoda banyak orang beriman, itu
kondite-nya naik. Bahkan, mendapat semacam piagam penghargaan sebagai kader
militan daripada iblis. Mereka berusaha dengan segala macam cara mengumpulkan
teman sebanyak-banyaknya. Kalau mereka sendiri sudah tahu pasti, sadar, nasib
saya di akhirat nanti pasti masuk neraka, diazab dan disiksa oleh Allah. Cuma
saya begini ini lantaran ulahnya Nabi Adam dulu. Maka anak-anak cucu Nabi Adam
harus menjadi teman-teman saya sebanyak-banyaknya guna menemani saya di dalam
neraka. Oleh karena itu pada kesempatan pertemuan saat ini kita akan
membicarakan siapa sih teman-teman setan itu.
Diriwayatkan
dari Wahab bin Munabbih bahwa pada suatu hari iblis diperintahkan oleh Allah
untuk datang kepada baginda Rasulullah Saw. dan menjawab segala pertanyaan yang
diajukan oleh baginda Nabi. Datang iblis dalam bentuk orang tua pakai tongkat.
Jadi iblis itu bisa malih warna. Dia termasuk jenis makhluk halus, termasuk jin
dan malaikat. Itu bisa malih warna sesuai dengan mereka kehendaki. Ketika
datang, baginda Nabi bertanya:
من أنت ؟
Siapa kamu?
Dia jawab,
أنا إبليس
“Saya iblis.”
Jujur.
لماذا
جئت ؟
“Mau apa kamu datang kemari?”
kata baginda Nabi. Dijawab oleh iblis,
إن
الله أمرني أن آتيك وأجيبك عن كل ما سألتني
“Allah memerintahkan saya untuk
datang kepadamu dan menjawab segala pertanyaan yang engkau ajukan kepada saya.”
Atas pertanyaan ini baginda
Rasul kemudian bertanya dengan dua pertanyaan. Pertanyaan pertama,
إبليس
، كم إخوانك من إمتي ؟
“Ada berapa sih teman-temannu
dari golongan umatku?”
Dari golongan
umatku, umat Islam ini, bukan orang lain. Kalau orang kafir sih sudah jelas itu
memang cs-nya iblis. Tapi, dari umatku. Siapa saja yang jadi teman-teman kamu iblis?
Menjadi antekmu, menjadi alatmu, sejak dari dunia sampai ke neraka nanti. Atas
pertanyaan ini iblis menjawab, “Teman-teman saya dari golongan umatmu, ya
Muhammad,
عشر
“ada sepuluh orang.”
Ada sepuluh orang yang merupakan
teman-teman iblis dari dunia sampai ke neraka. Siapa mereka?
Pertama,
kata iblis, teman saya, حاكم جائر “Hakim yang curat.”
Hakim yang
tidak adil. Ini bisa dimaklumi. Kenapa? Karena hakim diharapkan adalah produk
keadilan. Sehingga orang mengatakan, seorang hakim adalah seorang yang
meletakkan sebelah kakinya di surga dan sebelah lagi di neraka. Kalau adil dia
menghukum, kaki sebelah kanan yang akan menentukannya ke surga. Kalau licik dia
menghukum, kaki sebelah kiri yang akan menjerumuskan dia ke dalam neraka.
Saudara-saudara
kaum Muslimin Rahimakumullah.
Sesungguhnya
dalam kehidupan kurangnya sandang pangan bukan satu-satunya sebab yang membuat
orang menderita. Tidak teraturnya perumahan, kurangnya lapangan kerja, bukan
satu-satunya yang menyebabkan rakyat menderita. Tapi lukanya rasa keadilan,
tidak tegaknya hukum sebagaimana yang diharapkan. Itu juga bisa menjadi sumber
nestapa, bisa menjadi asal dari segala derita.
Oleh karena
itu, hakim yang tidak adil, hakim yang curang, yang menghukum tidak berdasarkan
hukum. Tapi berdasarkan kepentingan, berdasarkan pesan sponsor, hukum bisa
dibeli, ada istilah mafia peradilan. Hakim-hakim macam ini yang akan menjadi
teman-teman iblis. Dan tiap kali palu akan diketuk iblis sudah bukan main
sibuknya. “Kekuasaan di tanganmu. Hijau katamu, hijau yang akan berlaku. Merah
kau ketok, merah yang akan jadi keputusan. Orang lain tidak tahu. Ini
kesempatan untuk jadi kaya. Ini kesempatan untuk naik pangkat. Manipulir hukum
tidak ada yang tahu karena orang banyak yang awam dengan hukum.”
Saudara-saudara
kaum Muslimin, kalau hukum sudah bisa dibeli atau kalau hukum cuma untuk
orang-orang kecil saja, ada kelompok-kelompok yang kebal hukum, maka akan
timbullah kiamat di masyarakat di mana yang kuat makin kuat, yang lemah selalu
menjadi mangsa. Oleh karenanya hakim yang serong, hakim yang durjana, merupakan
teman-teman setan, merupakan teman-teman iblis dari dunia sampai ke neraka
nanti. Ini yang pertama.
Oleh
karenanya pada dasarnya setiap kita adalah hakim, untuk keluarga, dalam
pergaulan, hendaklah adil di dalam memutuskan segala sesuatu, lebih-lebih hakim
yang memang menjadi pengayom masyarakat. Bukankah lambang para hakim
digambarkan dalam bentuk neraca yang berimbang? Tidak berat ke kiri, tidak juga
berat ke kanan. Dalam arti objektif memberikan keputusan sesuai dengan hukum
sehingga masyarakat terlindungi. Dan hakim yang adil secara praktis adalah
musuh daripada setan.
Dimana pun
setan dan iblis paling gak demen dengan hakim yang adil. Itu merupakan musuh
besar bagi setan. Yang menyalahkan yang salah, membenarkan yang benar, walaupun
yang salah orang besar, yang benar orang kecil. Dan kita memang oleh baginda
Nabi diajarkan satu doa,
اللهم
أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه
Artinya: “Ya Allah,
perlihatkan kepada kami bahwa yang benar itu benar.”
Sebab sering
kita lihat yang benar jadi tidak benar. Ini memerlukan kekuatan batin. Yang
benar tampakkan kepada kami benarannya, ya Allah. Sebab sekarang banyak
ketidakbenaran yang dikamuflase, banyak ketidakbenaran yang diberikan lipstik,
sehingga kelihatannya menjadi benar. Ini baik doa ini saya pikir dibaca oleh
para hakim.
اللهم
أرنا الحق حقا
“Ya Allah, perlihatkan kepada
saya bahwa yang benar itu benar.”
Dan tidak
cuma sekedar itu:
وارزقنا
اتباعه
“Berikan kekuatan kepada saya
untuk mengikuti kebenaran itu.”
Sebab
kadang-kadang terjadi juga dia tahu yang benar itu benar, tapi tidak punya
keberanian moril untuk mengatakan bahwa itu benar. Dia tahu itu barang yang
hak, tapi tidak terpanggil mengikuti yang hak, tidak punya kekuatan moril untuk
mengikutinya. Lalu doa ini pun disambung,
وأرنا
الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه .
Artinya:
“Wahai Allah, perlihatkan kepada kami bahwa yang batil adalah batil, bahwa yang
salah adalah salah, bahwa yang mungkar adalah mungkar, berikan kepada kami
kekuatan untuk menjauhi yang mungkar, yang batil, yang zalim.”
Saudara-saudara
kaum Muslimin rahimakumullah,
Kita sering
mencaci kaum pelacur sebagai sampah masyarakat. Tapi sadarkah kita bahwa
pelacuran di bidang hukum, pelacuran di bidang intelektual, kadang-kadang
pelacuran di bidang agama, dalam arti menjual ayat untuk membela yang salah dan
menekan yang benar, ini juga tidak kalah bahayanya dengan prostitusi,
pelacur-pelacur yang kita anggap sebagai sampah daripada kehidupan masyarakat
itu.
Oleh
karenanya, maka hakim yang adil merupakan musuh utama daripada iblis dan setan.
Mereka akan sibuk sekali, kalau seorang hakim sudah berketetapan untuk
melahirkan keputusan hukum yang seadil-adilnya. Ini yang pertama. Teman setan
adalah hakim yang menyeleweng, yang tidak adil.
Kedua, teman saya,
kata iblis, غني متكبر “Orang kaya yang
sombong.”
Orang kaya
sombong itu teman setan. Orang miskin sombong itu lebih teman lagi tuh. Sebab
ini sudah kelewatan. Kalau orang kaya sombong barangkali ya, barangkali masih
lumayan lah, orang kaya. Tapi kalau sudah miskin, sombong, minta ampun.
Orang kaya
yang sombong adalah musuh iblis. Sebab pada hakikatnya tidak ada yang kaya
dalam kehidupan ini, kalau sudah bercermin pada apa sih yang kita punya. Nabi
Sulaiman karena merasa menguasai antara masyriq dan maghrib, satu hari pernah
mohon izin kepada Allah, “Ya Allah, saya mohon izin kepada-Mu untuk memberikan
makan kepada seluruh makhluk-makhluk-Mu sekedar satu hari saja.” “Baik.”
Satu hari
Nabi Sulaiman mau menjamin menanggung makannya semua makhluk. Karena merasa
kaya. “Baik,” kata Allah. Lalu sibuklah Nabi Sulaiman mengadakan persiapan.
Seluruh bala tentaranya, jin, binatang, dikumpulkan, mengumpulkan makanan yang
sebanyak-banyaknya diatur di satu lapangan yang sangat luas. Sebab ini yang mau
makan tentu tidak sedikit. Sudah selesai persiapan. Kata Allah, “Sudah selesai,
Sulaiman.” “Sudah, ya Allah.” Aku mulai dari makhluk-Ku yang paling di bawah,
ikan. Ikan Nun dipanggil oleh Allah. “Rizkimu hari ini mau ditanggung Sulaiman.
Naik, makan.” Naik ikan Nun. Sekali makan seluruh persiapan habis. Goleng
kepala Nabi Sulaiman. Beliau sadar lalu sujud. “Maha Kaya Engkau, ya Allah.”
Boro-boro nanggung makanan semua makhluk hidup sehari. Ikan satu ga keurusan.
Ini baru sekali makan, bagaimana nambahnya?.
Jadi, apa sih
yang kita anggap kaya ini? Maka orang kaya yang sombong pada hakikatnya kacang
yang lupa akan kulitnya. Tidak ada yang kita bawa pada saat kita terlahir ke
alam ini. Sebagaimana juga tidak ada yang kita bawa pada saat kita meninggalkan
alam ini. Harta kita akan pindah nama. Sebab itu yang perlu kita jaga pada
hakikatnya tidak lain nilai-nilai iman sebab ini yang akan kita bawa. Cuma
ironinya, karena iman itu abstrak, bukan benda, orang yang kehilangan iman
tidak pernah ribut.
Sebaliknya
karena harta itu materi, benda kongkrit, orang yang kehilangan harta, cepet
merasa, cepet ribut. Motor hilang, ribut. Kenapa? Motor itu benda, kelihatan.
Duit hilang, ribut. Televisi hilang, ribut. Kenapa? Benda. Tapi, kalau iman
yang hilang, wah kelihatannya tenang-tenang saja, bah. Padahal ini usaha iblis
bagaimana orang kehilangan iman, menjadi kafir, masuk grup dia, untuk menemani
dia di dalam neraka nanti.
Dia
gelincirkan iman kita dan kita sering tanpa terasa telah mengalami pergeseran
nilai-nilai iman, kalau tidak tergusur sama sekali. Cuma saya katakan tadi,
oleh karena iman ini bukan benda, orang yang kehilangan iman kurang begitu
merasa. Padahal ini yang paling berharga, sebab ini yang akan kita bawa
menghadap Allah. Orang itu kalau sudah yakhruju minad dunya bi ghairi iman,
keluar dari dunia, meninggalkan dunia dan seluruh isinya kembali menghadap
Allah dengan tidak membawa iman, tempatnya jelas sudah. Itu yang paling kita
khawatir. Pangkat jelas tidak kita bawa. Harta benda akan pindah nama jadi
milik ahli waris kita. Tiba-tiba iman yang cuma satu itu tempat kita bergantung
hilang juga dari diri kita, dengan apa kita mau menghadap Allah dan kemalangan
apa yang lebih besar dari orang-orang yang telah kehilangan iman pada saat dia
menghadap Allah Swt.?
Karena itu saudara-saudara,
terutama yang diberikan amanah berupa harta oleh Allah dalam kehidupan ini,
bersyukurlah kalau saudara diberikan kepercayaan oleh Allah untuk menyalurkan
rizki kepada orang lain seperti keran yang nyimpen air tapi tidak
untuk dirinya, disalurkan kepada yang memerlukannya. Rizki dia, cuma lewat
tangan saya.
Berbahagilah
orang kalau dipercayai Allah untuk menyalurkan rizki kepada orang lain.
Artinya, agen. Wong ditunjuk jadi agen Allah kok ga bangga. Kalau sudah kemari
cara berpikir, insya Allah rasa bakhil bin pelit alias medit bin koret, itu
insya Allah ga ada. Kan kadang kita perpikir, “Yang nyari duit gue setengah
mati, loe dateng-dateng mau minta aja, kepala loe.” Kan itu toh kadang-kadang
cara kita berpikir. Boleh jadi, lalu terasa berat.
Tapi kalau
kembali kepada kesadaran, “Barangkali, alhamdulillah. Rizki dia. Cuma lewat
tangan saya. Kalau saya ga ngasih dia, barangkali ga semudah ini saya dapat
rizki. Allah mudahkan rizki saya karena saya membantu orang-orang yang memang
memerlukannya. Andaikata saya tidak membantu mereka, belum tentu rizki selancar
ini.” Tidak lalu, “Enak aja, peras keringat gua, banting tulang, pergi pagi
pulang sore, loe dateng-dateng nadah aja.” Berbahagialah orang sekali lagi, kalau
dia dijadikan agen oleh Allah untuk menyalurkan rizki kepada mereka yang memang
memerlukannya. Kalau tidak ke arah itu kita perpikir, yang timbul bakhil.
Bakhil lalu bermegah-megah dengan hartanya, timbul kesombongan. Seneng lihat
orang susah. Lalu dia sendiri dengan hartanya cuma to show only,
pameran. Lewat di kampung seneng kalau orang melotot melihat mobilnya yang
serba mengkilap, sepatunya yang serba mahal, seneng kalau wah semua gaya
hidupnya serba jetset. Wah, wah, wah. Seneng betul kalau ngelihat orang serba
bengong melihat keadaan dia. Timbul takabburnya, sombongnya, ngenyek kepada
yang lain. Maka orang kaya yang sombong, temen iblis, teman setan. Setan senang
betul. Sebaliknya secara praktis orang kaya yang rendah hati adalah musuh
iblis.
Saudara-saudara
kaum Muslimin rahimakumullah.
Lain memang
kalau kita diberikan ilmu di akhirat nanti pertanyaan cuma satu, “Ilmumu kau
amalkan untuk apa?” Kalau kita diberikan umur panjang, pertanyaan akhirat satu
saja, “Umurmu kau habiskan dimana?” Tapi, kalau sudah harta diberikan kepada
kita, pertanyaan akhirat dua:
من
أين اكتسبه و فيما أنفقه ؟
“Hartamu kau dapat darimana, kau
belanjakan kemana?”
Depan belakang ditanya.
Ketiga,
teman iblis itu, تاجر خائن “Pedagang yang berkhianat.”
Baik kepada
sesama teman pedagangnya, karena ingin maju dari yang lain, terjadi persaingan
yang tidak sehat. Di berbagai bidang bisnis itu. Ataupun kepada para pembelinya
dengan mengatakan, barang yang tidak baik menjadi baik.
Sebab pada
dasarnya, apabila kaum pengusaha sudah berkhianat, akan timbul kegoncangan
ekonomi. Dan kegoncangan ekonomi dampaknya adalah melahirkan kelas-kelas
kemiskinan. Kemiskinan merupakan satu perangkat iblis. Biasanya orang kalau
udah melarat, dah deket banget ma kafir. Kalau tidak dilatarbelakangi oleh
nilai iman yang kuat. Udah melarat dah deket banget deh ma kafir.
Apalagi iblis
ini menggodanya pandai dia. Kepada orang miskin dia datang dengan bujukan
materi. Kepada yang cukup hartanya dia datang dengan bisikan lain. Pendeknya
iblis dan setan itu ibarat tukang joged dia ngerti betul irama gendang. Dimana
kelemahan orang itu dia selidiki, dia pelajari. Dari arah situ dia masuk. Dan
secara strategi perang iblis dan setan ini posisinya lebih menguntungkan
daripada kita. Kenapa? Dia melihat kita. Kita mah ga lihat dia. Dia bisa
pelajari kebiasaan dan kecenderungan kita. Kita ga tahu kadang-kadang kelemahan
kita. Dari arah itu dia masuk. Posisi dan strateginya lebih menguntungkan
daripada kita.
Saudara-saudara
kaum Muslimin rahimakumullah,
Bila ekonomi
sudah goncang, terjadi penimbunan barang, terjadi spekulasi harga, timbullah
kegoncangan sosial. Dan di kala itu setan dan iblis pesta. Dia merasa
perangkapnya berhasil. Persaingan-persaingan yang tidak jujur, yang pada
dasarnya akhirnya tidak cuma merusak sistem ekonomi, tapi juga mempengaruhi
hasil kerjaan.
Dalam
tender-tender usaha-usaha besar misalnya, oleh karena mengejar supaya dia yang
mendapat proyek, dia tidak segan sogok sini, suap sana, semir sana, usap sini.
Tinggal untungnya sedikit, dan dia harus dapat untung besar. Akhirnya apa?
Proyek yang dikerjakan asal sekedar jadi, tidak seperti standar yang ditetapkan
lagi. Juga tidak merupakan kesalahan yang sepenuhnya harus dibebankan kepada
dia, kesalahan yang merupakan siklus mata rantai lingkaran setan.
Itulah
sebabnya sering saya ungkapkan, kalau manusia sudah jadi teman setan, lebih
buas daripada bajing. Karena bajing cuma makan kelapa, tapi bajingan apa saja
dimakan. Sudah jadi teman-teman iblis, tidak ngerti halal haram, hak dan batil,
ini kepentingan pribadi apa kepentingan orang banyak, yang penting sikat saja.
Jadi yang ketiga ini targetnya memang kekacauan ekonomi. Yang kemelaratan,
kemiskinan, merupakan tangga untuk sampai kepada kekafiran. Dan iblis tahu
betul itu. Lain misalnya contoh yang diberikan oleh Rasul. Rasul kan pernah
dagang di kala remaja itu. Membawa dagangannya Siti Khadijah; kain. Beliau
dagang kain. “Berapa kain ini?” “Oh, kalau ini saya ambil dari ibu Khadijah 25
rupiah. Saudara mau beli saya berapa terserah asal saya ada untungnya.” Dan
kalau modalnya 25, betul-betul beliau bilang 25. Jujur. Kita kan enggak, sudah
bohong campur sumpah lagi. Ini yang ketiga.
Keempat,
teman-teman setan, teman-teman iblis, شارب الخمر “Orang yang minum arak.”
Pemabuk itu
teman setan. Bahkan divonis tidak beriman orang yang pada saat meninggal dunia
di dalam perutnya itu masih ada khamr. Tidak beriman divonis. Jadi dalam satu
pesta dimana disediakan minuman-minuman keras iblis itu sudah memasang perangkap.
Dan bila minuman itu dihampiri orang, dia mulai seneng, wajahnya berseri-seri.
Kalau minuman dituang ke gelas, dia tepuk tangan. Bila minuman mulai mengalir
ke tenggorokan, dia jijimprakan iblis. Girang bukan main.
Saudara-saudara
kaum Muslimin rahimakumullah.
Kenapa
pemabuk merupakan teman setan? Karena dalam keadaan mabuk orang kehilangan daya
kontrol. Perbuatannya nyaris tidak terkontrol lagi. Tidak ada rahasia. Tidak
ada harga diri. Tidak ada sifat memelihara. Dan itu ciri-ciri daripada iblis.
شارب
الخمر
“Orang yang suka meminum
minuman keras.”
Itulah
sebabnya memang dalam hidup ini kita harus punya filter. Allah selalu
menghendaki yang terbaik dan memilihkan yang terbaik untuk kita. Kalau sudah
itu minuman yang baik kata Allah, itulah memang yang baik untuk kita. Kalau itu
dilarang oleh Allah, itulah memang yang tidak baik untuk kita. Jadi, kalau
sudah qath’i dalilnya, ga usah buang energi menyelidiki apa
manfaatnya. Kalau sudah qath’i dilarang, ga usah buang energi
menyelidiki apa bahayanya khamr.
Allah tidak
akan melarang sesuatu yang mengandung manfaat. Yang dilarang Allah tentu yang
membawa mudharat dan bahaya di dalam kehidupan. Bukankah sekarang ini minuman
keras sudah merupakan penghias pesta, merupakan kebanggaan di kalangan remaja,
termasuk dalam kata khamr ini ya morfin, ganja, narkotik, dan yang sejenis
dengan itu.
Orang sudah
merasa bangga kalau sudah fly to the sky, membubung ke angkasa,
katanya, dunia ini luas, lupa segala macam persoalan. Tapi sampai kapan? Sampai
kapan orang merasa membumbung? Sampai kapan orang bisa merasa meninggalkan
segala persoalan? Sampai mabuknya selesai? Ya, kalau gitu mabuk aja terus. Lalu
apa artinya kehidupan ini? “Haha, mabok kan ga ngerugiin orang lain. Kalau saya
nyolong kan ngerugiin orang lain. Kalau saya korupsi, ngerugiin orang lain.
Kalau saya zina, jelas ada orang lain yang dirugikan. Tapi, minum khamr siapa
yang rugi? Uang, uang saya. Saya beli dengan uang saya. Yang minum pun saya.
Siapa yang rugi?”
Saudara, ini
pemikiran sepihak namanya. Pertama, jelas merugikan diri sendiri. Kesehatan
terganggu. Pertumbuhan IQ. Daya pikir jadi jumud bin beku. Tidak ada idealisme
ke arah depan. Yang ada ya, yang dipikirkan ya yang di depan hidungnya saja.
Dan konon itu pada mulanya memang orang kan sifatnya cuma ingin tahu. Nyobain,
ketagihan. Ya kalau orang tuanya masuk golongan have, mampu. Kalau
orang tuanya termasuk ekonomi lemah, sedangkan kecanduan hal yang tidak bisa
ditangguhkan. Orang yang sudah kecanduan minuman keras, sekali dia tidak minum,
sudah bukan main rasanya.
Orang yang
sudah biasa minum ganja, morfin, narkotik, satu kali dia tidak bertemu itu,
sudah ga karuan rasa. Orang tuanya tidak mampu, kenapa lalu ga ngelamun yang
negatif. Ya kalau dia keluarga have, orang tuanya masih ngelarang, dia
bisa jual hal lain di rumahnya yang ada harganya, tape kah itu, video kah,
mobilkah itu digadai dulu. Kalau di kampung, anak-anak muda yang menengah ke
bawah, kenapa ga ayam orang disamber.
Terjadilah
perbuatan negatif yang akhirnya merembet kepada merugikan orang lain.
Hakikatnya zhahirnya memang pada mulanya hanya merugikan diri sendiri, tapi
lambat laun akan merembet juga kepada merugikan orang lain. Oleh karena itu
pantas kalau dalam perjalan mi’raj begitu hendak start dari Masjidil Aqsha
menghadap Allah kepada baginda Nabi disodorkan dua gelas minuman; segelas susu
dan segelas arak. “Muhammad, kau ambil salah satu minuman itu. Kau minum.”
Mantap Nabi mengambil gelas yang isinya susu lalu beliau minum. Selesai minum
kata Jibril,
صدقت
يا محمد لقد أصبت الحق
“Kamu benar Muhammad.
Pilihanmu tepat.”
Kenapa?
“Untung saja susu yang kamu minum. Kalau arak yang kamu ambil, kamu pilih dan
kamu minum, pasti umatmu bakal jadi umat teler semua nantinya.” Wong Nabi milih
susu saja umatnya masih banyak yang teler. Apalagi kalau beliau memilih khamr
waktu itu. Tapi ini sekedar simbol bahwa begitulah kita dalam hidup.
Saudara,
kalau di depan kita ditaruh segelas jamu segelas sirup, kira-kira pilih mana?
Sirup apa jamu? Orang yang berpikir panjang ke depan, dia bakal pilih jamu.
Memang pahit, getir, ga enak, tapi besok pagi badan enteng, kerja semangat,
berpikir cerdas, gairah ada. Orang yang pikirannya pendek, ngapain jamu, getir,
nih sirup nih. Manis ini. Dia minum, bukan main manisnya, besok pagi bibir pada
jontor. Begitulah dalam kehidupan ini. Maka hendaknya kita berusaha dengan
sekuat kemampuan untuk menghindarkan diri dari minuman keras dan
pengaruh-pengaruhnya.
Kelima,
teman iblis itu , القتات “Tukang-tukang
fitnah.”.
Itu suling
iblis itu, terompet setan. Sebab apa? Benar kalau Al-Quran menyatakan:
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ
ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّىٰ يُقَاتِلُوكُمْ
فِيهِ ۖ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ ۗ كَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ
Artinya:”Dan
bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat
mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya
dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram,
kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu
(di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang
kafir”. (Qs. Al-Baqarah: 191).
Sebab apa?
Pembunuhan membunuh orang secara langsung. Fitnah membunuh orang pelan-pelan.
Kalau mati mah mendingan cepet daripada pelan-pelan. Pelan-pelan mati, cepet
mati, enakan cepet, ga ngerasain sakit.
Fitnah
membunuh orang pelan-pelan. Nama baik orang hancur, dicoreng moreng ditengah
masyarakat. Maka tukang-tukang fitnah teman-teman setan dari dunia sampai ke
neraka nanti. Karena fitnah lebih berbahaya daripada pembunuhan. Mengada-ada,
yang tidak ada, diada-adakan, fitnah. Melebih-lebih, berita semeter jadi tiga
meter, yang dua meter, ya kalau positif. Kalau negatif, fitnah. Memang orang
bilang, kalau kita nitip duit jangan harap lebih, kurang bisa. Tapi, kalau
nitip omongan, jangan harap kurang, pas saja sudah untung itu. Biasanya lebih.
Namanya omongan. Satu meter jadi dua meter. Dua meter jadi tiga meter. Itu
sifat dari yang namanya omongan. Kita kirim uang, dah ga bakalan lebih dah. Ini
nitip uang sama saya 50.000, tambahin 10.000 ah. Langka yang berpikir begitu.
Kurang malah bisa. “Enak aja nitip, gua kan kemari pake ongkos.” Itung ah
transport, misalnya. Tapi kalau sudah nitip omongan, pas saja sudah untung lho.
Biasanya malah lebih.
Fitnah pernah
melanda Nabi Zakariya. Fitnah pernah melanda Habil dan Qabil. Fitnah pernah
melanda Nabi Ibrahim. Fitnah bahkan pernah melanda kehidupan baginda Rasulillah
Saw. dalam peristiwa yang lazim kita kenal dengan peristiwa haditsul ifki.
Bagaimana gosip pun sempat mengguncang rumah tangga kehidupan baginda Nabi Saw.
Sehingga pantas kalau beliau sendiri mengatakan:
الفتنة
أشد من القتل
“Fitnah
itu lebih bahaya daripada pembunuhan.” Karena fitnah membunuh orang secara
pelan-pelan.
Saudara-saudara
kaum Muslimin rahimakumullah,
lidah tidak
bertulang, namun:
صغير
الجرم عظيم الجرم
“Kecil bentuknya, tapi besar
akibatnya.”
Kalau kita
luka karena silet, dua tiga hari boleh sembuh. Tapi luka karena lidah, seumur
hidup kita ingat. Asal ngelihat orangnya, inget. “Nih dia nih yang ngomong
kagak enak banget deh, gua tandain dah.” Itulah sebabnya pepatah bilang:
سلامة
الإنسان في حفظ اللسان
“Orang akan selamat jikalau
dia pandai menjaga lidahnya.”
Saudara-saudara
kaum Muslimin.
Keenam,
Teman dari syetan yaitu صاحب الرياء “Orang yang Riya”.
Beramal cuma to
show only, supaya ingin dipuji orang, ingin dilihat orang. Riya’ namanya.
Tidak ada ikhlas. Sebab kata Imam Ghazali:
الناس
كلهم موتى إلا العالمون ، العالمون نيام إلا العاملون ، والعاملون مغترون إلا
المخلصون
Artinya: “Manusia
itu pada hakikatnya mati, kecuali orang alim. Orang alim sekalipun hidup
hakikatnya adalah tidur kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang
mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu, kecuali orang yang ikhlas.”
Tepat ini
fatwa Imam Ghazali. Manusia pada hakikatnya tidur, kecuali orang yang alim.
Orang yang alim walaupun hidup tapi tidur. Hidup tidur, ya ga bisa berbuat
banyak, kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan
ilmunya banyak yang tertipu, kecuali yang ikhlas. Jadi, kalau amal itu adalah jasad,
ikhlas itu adalah ruh. Amal tanpa ikhlas, patung.
Patung tidak
bisa berkembang tidak bisa berbuat banyak. Namanya patung. Itu amal tanpa
ikhlas. Ini termasuk penyakit batin, riya’, ujub, sum’ah, penyakit kepingin
didenger orang, penyakit kepingin dilihat orang. Wah, kalau sembahyangnya
dilihat orang, mantap betul kayak besok mau mati. Tapi kalau sudah sembahyang
yang ga dilihat orang, wah kilat khusus. Cepet bukan main. Riya’. Ini yang
menghancurkan amal ini ga terasa. Sifat kita sendiri. Riya’ ini menggerogoti
amal sebagaimana api menggerogoti kayu bakar.
Ketujuh,
Teman syetan yaitu, آكل مال اليتيم “Orang yang memakan harta anak yatim.”
Itu setan
seneng betul itu. Dia bisikkan, “Kau kan ngurus anak yatim. Ah, kau sudah
menanamkan budi kepada mereka. Jadi wajar kalau kau ambil bagian.” Mula-mula
memang dalam batas yang wajar. Makin lama, malah berebut sama yatimnya. Makin
kesonoin, yatimnya malah ga keduman, panitianya yang kenyang.
آكل مال اليتيم
Orang yang
memakan harta anak yatim secara zhalim ini merupakan teman setan. Sebaliknya,
orang yang melindungi anak yatim, kata Nabi, “Seperti dua jari ini dengan aku
di akhirat nanti.” Dekat derajatnya dengan Rasul.
Kedelapan,
teman syetan, المتهاون بالصلاة “Orang
yang nganggap enteng shalat.”
Ngenteng-ngentengin
shalat. “Nanti aja dah kalau dah tua-tuaan ah. Sembahyang mah gampang saban
hari ada. Kalau ini nih tinju jarang-jarang.” Al-mutahawin,
ngenteng-ngentengin. Pada dasarnya agama itu mudah. Jangan dipersulit. Tapi
juga jangan dipermudah. Agama itu tidak berat. Jangan diberat-beratin, tapi
juga jangan dienteng-entengin. Sebab yang enteng kalau kita entengin, akhirnya
menganggap remeh. Mulanya memang sedikit. Makin lama makin banyak, makin lama
makin banyak, makin bertumpuk.
Apalagi kalau
sadar kita shalat adalah tiang daripada agama. Bagaimana rumah akan tegak tanpa
tiang yang kuat. Bagaimana agama akan tegak dalam diri seseorang kalau
shalatnya dienteng-entengin. Jangankan yang sunah, yang wajib saja
kadang-kadang tutup lobang gali lobang. Padahal itu merupakan tiang pokok.
Rumah itu untuk kuat harus ada tiang-tiang tambahan. Tiang-tiang tambahan ini
ya nawafil ya rawatib, shalat-shalat sunah itu. Itu untuk
menjaga stabilitas temperatur batin kita kepada Allah.
المتهاون بالصلاة
Jikalau sudah
masuk waktu, beduk misalnya berbunyi, azan berkumandang, ha iblis mulai
menyebar bala tentaranya. “Pasukan, siap.” Sama yang dagang dia bisikin,
“Sedang enaknya loe dagang, pembeli lagi banyak-banyaknya. Sembahyang mah ada
besok.” Sama yang kerja, “Loh, jangan ditinggal nih kerjaan, tanggung.
Sembahyang masih ada besok.”
Saudara-saudara
kaum Muslimin rahimakumullah.
Andaikata
kita berhasil. Kita tinggalkan kesibukan, lalu kita pergi shalat, apa iblis
diam, setan tenang, tidak. Masih dia bisiki kita, “Iya kalau mau sembahyang, ya
sembahyang, cuma buruan udah. Yang mau belanja, yang mau nunggu, bukan main.”
Sampai rukuk kita ga sempurna, bacaan kita semrawut, sujud kita tidak lengkap.
Shalat juga, tapi di situlah masuk iblis. Kalau itu kita bisa berhasil cegah,
rukuk tertib, ada thuma’ninah, sujud bagus, iblis masuk lagi. “Wah, memang
sembahyang kamu mantap. Orang lain ga ada yang sembahyang kayak kamu.” Yang
timbul apa? Ujub. Sombong kepada diri sendiri. Begitu rapi sembahyang, “Ehm,
elo ya pada kagak sembahyang, apaan loe. Gue nih.” Itu sudah perangkap iblis.
Jadi, lewat segala macam cara dan jalan. Kepada yang ibadahnya bagus ditanamkan
rasa ujub. Kepada yang mau berusaha bagus ditanamkan sifat was-was, buru-buru.
Saudara-saudara
kaum Muslimin, ini yang kedelapan.
Kesembilan,
teman syetan مانع الزكاة “Orang yang enggan membayar zakat.”
Itu teman
setan. “Ga ada urusan ama zakat. Sayang-sayang harta dizakatin.” Saudara-saudara,
padahal zakat itu kata Nabi:
زكوا
أموالكم بالزكاة
“Bersihkan hartamu dengan
zakat.”
Jadi,
barangkali bercampur harta itu dengan sedikit yang tidak baik, bercampur dengan
yang kotor, zakat itu membersihkan yang lain. Kita misalnya dalam satu kelas
punya murid 42 orang, ada 2 orang yang bandel ga ketulungan. Sudah segala macam
cara kita perbaiki, ga juga berhasil. Ini kan kalau ga diatasi kan mempengaruhi
teman-teman yang 40 orang. Untuk menyelamatkan yang 40 ini, ga papa yang 2
keluarin. Bikin pemecatan. “Anak saudara, kami sudah tidak sanggup lagi
mengajar. Dengan ini kami berhentikan dari sekolah yang kami pimpin untuk
menyelematkan teman-teman yang lebih banyak.” Mengeluarkan yang 2 untuk
menyelamatkan yang 40. Sebab kalau tidak, ini nanti merembet. Yang 40 ngikut
jadi ngeres. Begitu juga harta. Zakat untuk membersihkan yang masih tersisa.
Kesepuluh,
teman syetan من يطيل الأمل “Orang
yang terlalu panjang angan-angan.”
Penghitung
bintang di langit, yang hidup cuma ngitung jikalau. Wiridannya cuma, “jikalau,
jikalau, jikalau..” Tidak pernah mau berbuat. Cuma angan-angan kelewat panjang.
Yang ngelamun kan ga ada sekolahannya, siapa juga bisa ngelamun.
Orang bukan
tidak boleh bercita-cita. Bahkan, cita-cita yang mendorong kita untuk bergairah
dalam kehidupan. Tapi kalau cita-cita tanpa langkah kongkrit. “Ah, yang penting
kan punya kemauan, selebihnya tawakal.” Ga cukup.
Pernah datang
ke masjid seorang shahabat. Begitu sampai dia turun dari onta langsung
menghadap baginda Nabi. Nabi tanya, “Ontamu udah diikat belum?” “Belum, ya
Rasul.” “Kenapa?” “Saya tawakkal kepada Allah.” Tuh orang diomelin ama Nabi,
“Iket dulu, abis gitu baru tawakkal.” Betul tho? Ikut dulu tuh onta, selebihnya
baru tawakkal. Kalau udah diiket masih lari juga, itu tawakkal. Lah, belum
diiket dah tawakkal.
Orang yang
terlalu panjang angan-angan, yang akhirnya kalau tidak merusak cara
berpikirnya, akan mendorong dia kepada perbuatan yang negatif untuk mewujudkan
angan-angannya itu. Macam misalnya ya, pakaian kepingin bagus, harta mau
banyak, usaha ogah, kerja capek sedikit tidak mau, kepingin seperti
orang-orang, lalu ngelamun. Kalau tidak jadi gila, ya merusak perbuatannya. Kan
berapa banyak orang yang kepingin kaya, gagal lalu jadi sableng. Kertas koran
ditumpukin, dikantongin, dia kira gepokan duit. Hawanya duit udah banyak aja. Thulul
amal, terlalu panjang angan-angan.
Nah saudara-saudara,
kalau kita sudah tahu itulah teman-teman setan, teman-teman iblis, mari kita
berusaha jangan termasuk salah satu di antara sepuluh orang yang menjadi
teman-teman iblis ini. Lalu cara untuk mengatasinya bagaimana? Imam al-Ghazali rahimahullah
memberikan tuntunan:
Pertama,
untuk mengatasi perangkap setan, jangan sampai kita termasuk salah satu teman
setan, dzikrullah, banyak ingat kepada Allah. Sebab Nabi bersabda,
إن
ذكر الله تعالى في جنب الشيطان كالأكلة في جنب ابن آدم
Artinya: “Sesungguhnya
dzikrullah, dzikir kepada Allah, itu dapat menyakiti setan sebagaimana penyakit
menyakiti lambung anak Adam.”
Jadi, setan
itu akan kurus kalau kita hantam pake dzikrullah. Setan tidak berdaya, lemah,
kalau kita hantam pake dzikrullah. Ingat Allah, selalu merasakan kehadiran
Allah, dekat dalam hidup. Itu senjata pertama. Dengan dzikrullah setan kurus.
Kalau udah kurus, ya lemes. Ga berdaya ngadepin kita. Tapi kalau nafsu yang
kita ikutin, kita umpanin tuh setan, lah gemuk. Begitu gemuk, makin berleluasa
dia ngutak-atik kita.
Kedua,
jangan mendekati tempat maksiat. Sebab:
من
حمى حول الحمى يوشك أن يقع فيه
Artinya: “Orang
yang main di pinggir kali ditakutin kecebur di kali.”
Jangan
mendekati tempat yang cenderung membawa kita ke tempat maksiat.
Ketiga,
mengosongkan perut. Dalam arti, rajin puasa, puasa sunah. Kata Nabi,
إن
الشيطان يجري من ابن آدم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع
“Setan
mengalir dalam diri manusia seperti mengalirnya darah, maka persempit jalan
setan.” Dengan apa? Bil ju’, dengan memperbanyak lapar. Bukan
memperturutkan syahwat. Pantas kalau Nabi bilang, “Saya adalah sekelompok orang
yang tidak makan, kecuali kalau kami lapar. Dan kalau kami makan, tidaklah
sampai kekenyangan.” Bukan ga kenyang, tapi ga kekenyangan.
Keempat,
kata Imam Ghazali, hendaknya kita selalu ingat bahwa tujuan iblis dan setan
adalah menjerumuskan manusia, menyengsarakan manusia, supaya kita menjadi teman
mereka di neraka nanti. Kalau ingat itu, insya Allah kita bisa mengerem diri.
Nah inilah
saja yang dapat kita sampaikan pada pertemuan kali ini. Mudah-mudahan ada
manfaatnya. Terima kasih dan mohon maaf.
أوصيكم
ونفسي بتقوى الله
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar