Sabtu, 14 Juli 2018

BILA SANG AJAL DATANG MENJEMPUT



“KETIKA SANG AJAL DATANG MENJEMPUT”
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْمَعْرِفَةِ فَاطْمَأَنَّتْ قُلُوْبُهُمْ بِالتَّوْحِيْدِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَهُوَ الرَّقِيْبُ الْمَجِيْدُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَنَارَ الْوُجُوْدَ بِنُوْرِ دِيْنِهِ وَشَرِيْعَتِهِ إِلَى يَوْمِ الْوَعِيْدِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِلَى يَوْمِ الْمَوْعُوْدِ. . أَمَّا بَعْدُ
Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah.
Sudah menjadi keyakinan pada kehidupan bahwa segala hal yang ada permulaannya, tentu akan ada penghabisannya. Setiap yang punya awal, mesti ada akhir. Tidak ada keabadian dalam kehidupan ini. Semuanya datang dan pergi silih berganti. Berubah oleh pergeseran masa dan putaran waktu.
Demikianlah kalau kita mau merenungi kehidupan dari alam sekitar, sejak dari kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai pada kehidupan kita mahluk bernama manusia.
Dimulai sejak manusia terlahir ke alam dunia. Keluar dari alam rahim ibu yaitu bayi yang merah tidak berdaya untuk meningkat menjadi anak-anak. Dari kehidupan anak-anak lalu berubah menjadi remaja, dengan segala keceriaan dan kelincahannya. Dan dari masa remaja memasuki usia dewasa untuk berangsur memasuki hari tua.
Lalu setelah memasuki hari tua, sehari, seminggu, sebulan, setahun dan sampailah pada batas waktu tertentu yang telah ditentukan oleh Allah yang dinamakan ajal. Dan bertemulah kita dengan yang disebut maut. Ini merupakan kepastian dalam kehidupan.
Kalau kita mau merenung, perubahan-perubahan yang terjadi seharusnya membuat kita insyaf dan sadar. Di kala remaja, kita begitu lincah, punya rambut yang hitam ikal berderai, punya lesung di pipi, punya senyum yang indah menawan semua orang yang melihat, punya kulit yang kencang dan bersih. Manakala memasuki hari tua, perubahan frontal pun terjadi. Kulit mulai jadi keriput, rambut yang tadinya hitam ikal berderai mulai memutih, nikmat berkurang, gigi yang tadinya utuh dan sanggup mengunyah apa saja kini satu demi satu permisi meninggalkan kita.
Sangat boleh jadi, di kala remaja kita senyum dan semua orang terpikat namun di kala hari tua dengan kulit yang mulai keriput dan gigi yang tidak ada lagi, saat kita senyum mungkin orang bakal lari dari sekitar kita. Kemana keindahan yang tadinya begitu menawan? Kemana senyum lesung pipit yang tadinya menarik perhatian orang? Semuanya pergi meninggalkan kita seiring dengan pergeseran masa dan pertukaran waktu.
Nah, bila maut datang menjemput, apakah kehidupan selesai sampai di situ? Ternyata belum selesai. Kalau lahir adalah perpindahan hidup dari alam rahim ke alam dunia, maka mati hakikatnya merupakan perpindahan hidup dari alam dunia ke alam berikutnya yang dinamakan dengan alam barzah.
Andaikata hidup hanya sekali, secara moral kita sanggup berkata, ‘’Alangkah tidak adilnya Tuhan’’ Kenapa? Dalam kehidupan ini kan banyak hal terjadi. Ada orang yang dzolim, ada orang yang didzolimi. Ada orang yang membunuh, ada orang yang terbunuh. Ada orang yang kaya, ada orang yang miskin. Ada orang yang jujur, ada orang yang menghalalkan segala cara. Sehingga banyak ketidakadilan yang terlepas dari pengadilan dunia. Lalu orang pun berkata, ‘’Di dunia ini banyak pengadilan namun sulit keadilan. Di dunia ini mudah mencari pengadilan namun sulit untuk mencari ketidakadilan.’’
Andaikata hidup hanya sekali dan tidak ada kehidupan setelah kehidupan yang sekarang ini maka bagaimanakah nasib mereka yang lepas dari pengadilan dunia? Alangkah tidak adilnya Allah andaikata tidak ada kehidupan setelah kehidupan yang sekarang.
Tentulah akan terjadi dimana orang akan menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan. ‘’Yang penting kan saya kaya. Yang penting kan saya punya jabatan dan kedudukan yang tinggi.’’ Jika perlu jilat atas maka jilat atas, sikut kiri-kanan, injak yang bawah. Ini adalah prinsip dari orang-orang komunis. Pantas, karena mereka tidak percaya kepada kiamat. Pantas, karena mereka tidak percaya bahwa ada kehidupan setelah kehidupan yang sekarang.
Maka saya menghimbau kepada seluruhnya bahwa negera ini berdasarkan Pancasila dan kita sudah sepakat bahwa PKI (Partai Komunis Indonesia) dengan segala ajarannya tidak memiliki hak hidup di negara Pancasila yang kita cintai ini.
Salah satu ajaran PKI adalah menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Kita sebagai orang Indonesia yang berbudi pekerti luhur dan memiliki nilai budaya tinggi, jangan sampai mencaci PKI dan ingin membubarkan PKI serta mengutuk PKI namun pada praktek dalam kehidupan sehari-hari kita masih memakai prinsip komunis. Apakah itu? Yaitu menghalalkan segara cara untuk mencapai tujuan. Asal tujuan bisa tercapai, cara apa pun halal digunakan. Itu adalah pandangan hidup orang yang tidak percaya kepada adanya hari akhirat.
Ketika seseorang berbuat dzolim, aniaya terhadap sesama, melakukan korupsi atau merugikan orang lain maka ia harus tahu bahwa nanti akan ada hari pembalasan. Karena sebagai umat muslim, kita yakin bahwa akhirat itu ada dan kiamat pasti akan datang dan percaya bahwa hidup itu tidak hanya sekali. Boleh jadi, seseorang lolos dari pengadilan di dunia, tapi ingatlah bahwa kita tidak akan bisa lepas dari pengadilan Allah. Pengadilan Qaadi rabbu jalil yaitu dimana manusia akan diadili seadil-adilnya. Tidak ada satu perbuatan salah yang lolos dari pengadilan akhirat. Walau sekecil apa pun itu. Semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.
Suatu hari Malaikat Jibril datang menasihati Rasulullah Shollalohu Alaihi Wasalam. Ia berkata:
Dari Sahl bin Sa’d berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
            Artinya: “Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Kemudian dia berkata:” Wahai Muhammad! Kemulian seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7921 Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah 2/483)
Hai Muhammad, hiduplah semau kamu tapi ingatlah bahwa suatu saat nanti kamu akan mati. Kerjakanlah apa saja yang kamu mau tapi jangan lupa bahwa nanti kamu akan dimintai balasan atas semua perbuatanmu. Dan cintailah apa saja yang kamu sukai tapi ingatlah kamu pasti akan berpisah dan meninggalkan semua hal yang kamu cintai.
Apa artinya ini untuk kita? Ternyata sesudah maut datang menjemput akan ada kehidupan setelah kehidupan kita yang sekarang. Jadikanlah hal ini sebagai prinsip kita dalam hidup untuk tidak hidup saenake dewek (semaunya sendiri). Asalkan perut kenyang, memiliki pangkat tinggi dan mengantongi harta yang melimpah ruah. Lalu bagaimana dengan orang lain? “Ah masa bodo dengan menipu orang lain.” Itulah yang disebut saenake dewek.
Saudara sekalian yang saya hormati.
Apabila kita bicara tentang hari akhirat maka kita bicara tentang hal yang ghaib, yang sepenuhnya tidak dapat dicerna dengan kemampuan penalaran intelektual manusia. Dasar di dalam membicarakan hal ini adalah iman kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Tidak hanya zaman sekarang tetapi sejak zaman nabi pun reaksi orang-orang terhadap hari kiamat itu beragam yaitu ada orang yang beriman, ada yang ragu-ragu dan ada yang menolaknya mentah-mentah.
Suatu saat Rasulullah sedang berdakwah, “Saudara-saudara, pada akhir nanti akan ada hari kiamat di mana Allah akan membangkitkan manusia dari kuburnya dan dimintai pertanggungjawaban dari setiap amalnya selama hidup di dunia.”
Apa reaksi orang-orang saat itu? Mereka yang beriman kepada Allah semakin teguh imannya. Semakin mantap kepercayaannya. Tetapi orang Quraisy yang tidak beriman malah mengejek dan mencaci Nabi Muhammad. Bahkan ada dua orang kafir Quraisy bernama Ubay bin Ka’ab dan Al-Ash bin Wa’il setelah mendengar dakwah Nabi, mereka buru-buru pulang ke rumah untuk mengambil cangkul. Kemudian mereka berangkat mencari kuburan tua. Mereka gali kuburan tersebut dan mengumpulkan tulang belulang si mayit lalu dibawa ke hadapan Nabi.
Salah satu di antara mereka berkata, “Wahai Muhammad, tulang-tulang yang sudah hancur seperti ini mau dihidupkan kembali? Siapa yang sanggup melakukan hal itu? Yang macam-macam saja kamu, Muhammad. Ini tidaklah rasional. Tidak masuk akal!”
Maka Allah menjawab dengan firman-Nya dalam Al-Quran Surat Yasin Ayat 78-79 yang berbunyi:
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ (79)
 Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata ‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?’ Katakanlah, ‘Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui segala makhluk.” (Qs. Yasin: 78-79).
Yang paling kasihan adalah mereka yang ragu-ragu. “Akhirat itu ada atau nggak sih? Kiamat itu ada atau nggak sih?” Karena ragu-ragu maka mereka terombang-ambing antara harapan dan putus asa. Antara kenyataan dan idealisme. Ada yang ‘buta’ sama sekali. Seratus persen ia tidak dapat ‘melihat’ keadaan-keadaan setelah mati. Perhatian mereka hanya tercurah kepada kehidupan sebelum mati. Yang mereka perhatikan siang dan malam adalah urusan perut. Pergi pagi, pulang sore, peras keringat, banting tulang. Tentang makan, minum, pakaian, kendaraan, rumah tangga, anak, istri. Yang mereka pentingkan hanya tentang politik, ekonomi, pembangunan dan industri.
Untuk hal-hal seperti itu mereka sangat giat. Seluruh waktunya habis untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan kebudayaan, sosial dan ekonomi. Kadang-kadang kurang tidur, kurang istirahat. Berkeliaran kesana-kemari ke tempat yang jauh-jauh. Bahkan hingga dapat menyebabkan stress, penyakit darah tinggi, ginjal atau liver karena memikirkan hal-hal hanya karena masalah dunia semata.
Boleh jadi mereka mendapatkan kekayaan yang melimpah ruah, kedudukan yang tinggi, nama yang semerbak, dikenal orang di Barat dan di Timur, di Utara dan di Selatan.
Tetapi alangkah kecewanya mereka, jika ajal datang menjemputnya hingga mereka mati dan meninggalkan harta yang banyak, nama yang masyhur. Semasa hidup di dunia, mereka disebut dengan jasa-jasanya, radio memberitakan, tv menyiarkan, dan koran-koran memuat berita tentang mereka. Bahkan nama mereka masih dikenang dalam 2 atau 3 tahun setelah kematiannya. Tetapi lepas dari semua hal itu, ruh mereka tengah merintih, mengeluh, menderita karena dilemparkan oleh Allah ke tempat-tempat yang kotor. Dan penyesalan mereka pun sudah tiada guna lagi.
Kehidupan akhirat bukanlah sebuah dongeng dan takhayul. Bukan khurafat dan khayalan. Hari akhirat dan kiamat adalah kebenaran dan kepastian. Dalam surat Al-Hajj ayat 7 Allah berfirman:
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ
Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (Qs. Al-Hajj: 7).
Apabila kita sudah yakin bahwa kiamat pasti akan datang dan akhirat adalah sesuatu yang pasti adanya, maka pembicaraan tentang kiamat ini akan kita mulai darimana? Tentu saja dari diri kita sendiri. Oleh karena itu, marilah kita lihat proses perjalanan hidup ini sampai hari kiamat.
Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah.
Tidak ada makhluk paling cantik selain manusia. Tidak percaya? Apakah Saudara pernah ke Ragunan? Saudara masuk ke kebun binatang. Segala macam makhluk ada di situ. Ratusan macam jenis binatang tinggal disana. Lalu bandingkan dengan muka Saudara, kira-kira siapa yang lebih cakep?
Dari semua makhluk yang diciptakan oleh Allah, manusia adalah makhluk yang paling sempurna bentuknya. Mulai dari susunan biologis hingga kemampuan berpikir. Kita diberikan dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk bekerja, diberikan dua mata yang disimpan di depan. Coba Saudara pikir bagaimana jika satu mata kita berada di depan dan satunya berada di belakang? Ah rasanya, kacamata tidak akan laku. Kita diberikan hidung dengan dua lubang yang mengarah ke bawah. Coba pikir, bagaimana jadinya jika lubang hidung kita menghadap ke atas? Kalau musim hujan datang, kita akan repot jagain hidung.
Dalam Al-Quran Allah berfirman:
قَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Qs. At-Tin: 4).
Kesempurnaan manusia terdiri dari dua unsur pokok. Pertama adalah unsur jasmani dan kedua adalah unsur ruhani. Jasad dan ruh. Jasad adalah tubuh yang berasal dari saripati makanan yang dimakan oleh orang tua. Lalu setelah melalui hasil ‘kerja-sama’ yang baik dari Ibu-Bapak maka terwujudlah kita, manusia.
Manusia berubah dari bayi, remaja, dewasa dan meningkat ke hari tua. Semua perubahan itu terjadi pada jasmani. Kenapa? Karena jasmani adalah benda yang memiliki daya tahan yang terbatas. Ia berubah oleh pergeseran masa dan pertukaran waktu. Apakah ada orang semakin  tua semakin cakep?
Penyebab jasmani bergerak adalah karena terdapat ruh di dalamnya. Ini adalah sumber kehidupan, pusat kesadaran dan pengertian dalam kehidupan manusia. Tanpa ruh dalam jasad maka kita tidak akan punya daya sama sekali.
Pernahkah Saudara melihat orang mati? Cobalah perhatikan orang mati. Apanya yang kurang dari tubuhnya? Kupingnya masih ada tapi sudah tidak sanggup lagi mendengar. Matanya masih lengkap tapi sudah tidak mampu lagi melihat. Jangankan melihat, terbuka saja tidak. Mulutnya masih ada tapi sudah tidak bisa bicara lagi. Kakinya utuh namun sudah tidak bisa digunakan untuk berjalan. Apa penyebabnya itu? Ternyata, ketika jasmani sudah ditinggalkan oleh ruh ia tidak akan bisa berdaya apa-apa. Tidak mampu berjalan, bekerja atau berbuat apa saja. Keduanya memiliki kebutuhan. Jasmani punya kebutuhan, pun sama dengan ruhani. Kebutuhan jasmani seperti makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya. Ketika ajal datang maka berpisahlah jasmani dan ruhani. Dan itulah yang dinamakan dengan maut (mati).
Jadi, apa sih mati itu? Mati adalah berpisahnya ruh dengan jasad. Oleh sebab itu Islam mengajari kita untuk sering mengingat mati. Bagaimana caranya mengingat mati? Pertama, mati itu kan pasti. Kira-kira yang hadir di sini sekarang, ada yang tidak mati? Semuanya bakal mati, bukan?
Jika kita merenung lebih jauh, seseorang tidak perlu takut akan kematian walaupun tidak boleh terlalu berani menghadapi mati. Karena bagaimana pun kita takut, ajal tetap akan datang menjemput dan bagaimana pun kita berani, jika belum ajal datang ia tetap tidak akan meninggal.
Saudara-Saudara kaum muslimin rahimakumullah.
Menjadi seorang muslim, ia harus berani menghadapi kehidupan dan tidak takut menghadapi kematian. Mati adalah sesuatu yang pasti akan terjadi. Muslim dianjurkan untuk banyak-banyak mengingat mati dalam kehidupannya. Salah satu caranya adalah menengok orang yang sakit. Pahala untuk seseorang yang menengok orang sakit adalah lebih besar dari pahala orang yang melakukan sholat sunat sebanyak 1000 rakaat. Apakah Saudara pernah sholat sunnat hingga 1000 rakaat?.
Bahkan di hadis lain keutamaan menjengung orang sakit di sabdakan oleh nabi saw:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ
Artinya: "Tidaklah seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi hari kecuali ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga sore hari. Dan jika menjenguknya di sore hari, ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu kebun di surga." (HR. al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Tirmidzi).
Kenapa menengok orang sakit dapat mengingatkan terhadap kematian? Coba renungkan hal ini. Misalkan teman Saudara yang kemarin masih sehat bugar, masih sempat bercanda-ria dan tertawa riang gembira tetapi saat ini dia sedang terbaring lemah tak berdaya. Hilang kemampuannya. Hilang keceriaannya. Sakit. Ya, ia sedang sakit. Bersyukur jika teman Saudara itu dapat sembuh namun bagaimana jika ajalnya sudah tiba? Sekarang giliran dia, tapi bagaimana jika selanjutnya adalah giliran Saudara yang meninggal?
Saat Saudara menengoknya maka hiburlah ia dengan kata-kata yang positif yang akan mendatangkan sugesti supaya ia segera sembuh. jangan mengatakan hal yang jujur tentang penyakitnya seperti mengatakan, “Elu sakit apa?”, “sakit perut bro”, “wadduh, temen gua sakit begituan mati bro kagak balik-balik”.
Wah, itu orang yang sedang sakit bisa jadi shock jika mendengarnya lantaran etika kita tidak sampai kesana. Menjenguk orang sakit akan mengingatkan kita akan kematian. Kemudian apa lagi?
Nomor dua adalah ziarah kubur. Disini ada yang orang tuanya sudah meninggal? Kalau ada, maka ziarahlah ke kuburannya. Misalkan seminggu sekali, atau sebulan sekali dan jika hanya bisa setahun sekali maka lakukanlah hal itu. Ketika kita memasuki area pemakaman, maka kita harus mengikuti etikanya yaitu dengan mengucapkan doa:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

Artinya: “Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.”
Apalagi yang bisa membuat kita ingat kepada kematian? Yaitu mengawal jenazah. Bukankah sudah dianjurkan oleh agama Islam, tidak hanya mengantar jenazah ke kuburnya namun dari sejak pertama mengurusnya seperti memandikan, mengkafani dan mensholatinya.
Saat kita mengantar jenazah dan menguburkannya berkatalah dalam hati, “Hari ini saya yang mengantarkan dia ke kuburnya. Boleh jadi, besok adalah giliran saya yang diantarkan oleh orang-orang ke kuburan saya. Hari ini saya mensholatkan dia, boleh jadi besok saya yang disholatkan orang. Hari ini saya masukkan ia ke liang lahat, boleh jadi besok saya sendiri yang dimasukkan ke dalamnya. ”
Ketika kita mengingat mati maka akan tumbuh kesadaran. Lalu apa daya positif mengingat mati dalam kehidupan? Orang yang mengingat mati bukanlah orang yang lantas menjadi lemah dalam kehidupan, menjadi putus asa, sedikit semangat, terbentur kesulitan atau mudah frustasi. Bukan itu tujuan kita diperintah untuk mengingat mati. Jelasnya, Islam mengajari kita untuk mengingat mati dengan maksud yang positif yaitu agar orang sadar bahwa hidup di dunia ini hanya sebentar. Mumpung masih hidup maka hiduplah dengan sebaik-baiknya. Lakukanlah kebajikan sebanyak-banyaknya.
Jauhkanlah rasa malas yang senang menunggu keajaiban yang datang dari langit sementara ia tidak berupaya apa-apa, berleha-leha dan bermain-main. Sedangkan jika maut datang, ia tidak pernah main-main.
Seorang penyair bernama Syauqi berkata:
Persiapkanlah dirimu dengan taqwa, sebab kamu tidak tahu apabila malam datang, kamu masih bisa hidup atau tidak esok pagi. Berapa banyak orang yang sehat lalu ia mati tanpa sakit. Sebabnya bisa macam-macam tapi mati hanyalah satu.
Apakah ada jaminan bahwa Saudara masih akan bisa hidup esok pagi? Jawabannya adalah tidak ada jaminan sama sekali. Banyak sekali orang yang sehat tiba-tiba mati bukan karena suatu penyakit. Sebabnya kadang-kadang ringan saja. Ada yang cuma jatuh di kamar mandi lalu ia mati. Ada yang cuma ketiban pensil lalu ia mati. Iya, kalau ia ketiban pensil tiga peti masa iya ia tidak mati?
Kematian tidak mengenal tua muda, muda bukan jaminan untuk kita lepas dari kematian. Dia datang menjemput yang bayi. Dia datang mengambil yang anak-anak. Dia datang juga kepada yang remaja, yang dewasa dan kepada yang tua sekalipun. Jangan yang remaja berpikir, “Ah gue rasanya mah masih jauh banget ama mati.
Mati adalah hal yang pasti dan kita tidak diberitahu waktunya. Jika kita diberitahu kapan akan mati maka kita akan terlena akan dunia dan melupakan akhirat. Misalkan Malaikat Maut datang ke rumah saya dan berkata, “Hai Zainudin, kamu akan mati 80 tahun lagi.” Saya kan bisa berhitung, “Wah, masih lama. Saya bisa poya-poya dan hura-hura dulu ah.”
Tapi waktu kematian tidak diberitahukan kepada manusia. Lantaran tidak diberitahu, kita harus siap-siap untuk bekal akhirat dan senantiasa mengingat mati yang mendorong kita untuk berbuat hal yang positif.
Satu contoh peringatan mati yang mendatangkan efek positif yaitu pada peristiwa ketika turun perintah hijrah. Ketika posisi umat Muslim di Mekah sudah terpojok, maka turunlah perintah hijrah kepada Nabi Muhammad. Jangan kira semua sahabat Nabi yang ikut hijrah itu semuanya memiliki kebulatan hati.
Ada yang berpikir, “Kalau saya hijrah, berangkat dari Mekah ke Madinah lalu nanti di tengah jalan dicegat oleh orang kafir Quraisy dan mereka membunuh saya maka tamatlah riwayat saya ini.”
Allah memperingatkan dengan firmannya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (Qs. Ali Imran: 185).
Sahabat itu takut akan mati padahal Allah telah memperingatkan bahwa semua manusia akan mati. Diam saja di Mekah ia akan mati. Hijrah ke Madinah pun ia akan mati. Setelah mendengar ayat ini, Sayyidina Umar Bin Khattab seperti dibakar semangatnya. Jika sebagian para sahabat hijrah secara sembunyi-sembunyi maka lain halnya dengan Umar. Ia mengumpulkan orang-orang kafir Quraisy dan berpidato, “Wahai para pimpinan Quraisy, dengarkan saya! Saya yang bernama Umar Bin Khattab akan hijrah dari Mekah ke Madinah. Siapa saja orang yang ingin kepalanya berpisah dari badannya, saya persilakan untuk cegat Umar di jalanan.”
Esok harinya, Umar berangkat hijrah dengan tenang dan tidak ada satu orang pun yang berani menghalanginya. Para pimpinan Quraisy juga barangkali mikir, “Ngapain juga gue nyegat ‘penyakit’ seperti Umar.
Begitu ingat mati, maka akan timbul semangat juang dan semangat untuk berbuat kebaikan. Ini adalah cara mengingat mati yang positif dan bukan yang melemahkan semangat. Seperti berujar, “Udahlah, jangan belajar yang rajin-rajin. Ntar juga loe bakalan mati.” Ini adalah ingat mati yang salah kaprah. Mengingat mati seharusnya mendorong manusia menjadi lebih tekun.
Kematian datang tanpa kita undang. Sekali ia datang maka tidak ada tempat untuk lari dan sembunyi. Tidak ada kekuatan yang bisa menolak kematian. Mati adalah sebuah tanda seru dalam kehidupan. Apa yang menyebabkan orang takut mati? Pertama, Salah satu penyebabnya adalah karena ia tidak tahu kehidupan setelah kematian. Di alam kubur itu gelap. Di alam akhirat juga gelap. Sehingga ia bingung. Lantaran ia bingung, ia menjadi takut.
Kemudian yang Kedua, boleh jadi karena adanya bayangan dosa-dosa yang selama ini ia kerjakan di dunia. Kerjanya hanya menumpuk dosa. Ia bahagia tertawa di atas tumpukan dosa-dosanya. Merasa segan berpisah dengan seluruh kehidupan di dunia ini. Sehingga maut merupakan hal yang menakutkan dalam kehidupannya. Tapi bagaimanapun takutnya akan kematian, seseorang tetap tidak akan dapat melarikan diri darinya. Dimana saja kamu berada, di dalam benteng yang tangguh sekalipun, maut pasti akan datang menjemputmu. Nah, bagaimana caranya maut datang menjemput kita?
Manusia terbagi menjadi dua macam ketika Malaikat Pencabut Nyawa yang bernama Izrail datang hendak menjemput nyawa kita. Pertama, orang yang menghadapi sakaratul maut dengan husnul khotimah. Kedua, orang yang menghadapi sakaratul maut dengan su’ul khatimah.
Khusnul Khatimah artinya baik di akhir hidupnya. Ketika ruh berpisah dari jasadnya, ia terlihat senyum dengan muka yang cerah bahkan sebelum hal itu ia boleh jadi telah meninggalkan wasiat-wasiat yang baik. Ada yang sempat adzan atau ada juga yang sempat membaca Al-Qur’an. Sebab kenapa ia tersenyum? Karena Malaikat Maut datang menjemputnya juga dengan cara yang baik. Ia menyabut nyawa orang itu secara perlahan-lahan. Namun meski ditarik ruh secara sangat perlahan-lahan dari jasad seseorang, rasa sakit dan pedihnya tiada tara.
Ketika Rasulullah Muhammad Shollallohu Alaihi Wassalam sedang berhadapan dengan sakaratul maut, beliau mencelupkan tangannya ke dalam gelas yang berisi air lalu mengusapkannya ke wajah kemudian berdoa, “Ya Allah, mudahkanlah saya dalam menghadapi sakaratul maut ini.”
Beliau juga mengatakan bahwa rasa sakit yang dialami ketika sakaratul maut adalah seperti menerima 300 tusukan pedang. Oleh karena itu, kita diajarkan membaca doa:
اللهم هون علينا سكرات الموت

"Allahumma hawwin 'alainaa sakaraatil maut".

Artinya: "Ya Allah, permudahkan kepada kami Sakaratul Maut
."
Ketika ruh keluar dari jasad, mata masih mengikuti ruh itu. Sehingga kadang-kadang kita menjumpai ada orang yang meninggal dengan mata terbelalak dan belum sempat ditutup karena mata terus mengikuti ruhnya.
Sedangkan Su’ul Khatimah artinya buruk di akhir hidupnya. Seseorang merasakan sakaratul maut yang susah dan pedih. Ia juga mati dalam keadaan tidak baik. Ada yang sedang main judi, ia mati. Ada yang sedang menyabung ayam, ia mati. Ada yang sedang di tempat pelacuran, ia mati. Ada yang lagi mabuk-mabukan, ia mati. Nih, barangkali Malaikat Maut gemes banget nyabutnya, “rasain Luh”. Karenanya, ketika ia menyabut nyawa mereka, ia tarik ruhnya dengan sangat keras dan kencang.
Saudara kaum muslimin rahimakumullah.
Biasakanlah untuk senantiasa berdoa agar kita meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah karena kematian adalah sesuatu hal yang pasti. Malaikat Maut pasti akan datang menjemput kita. Cepat atau lambat pada akhirnya kita semua akan binasa. Setelah ruh berpisah dari badan maka tinggallah Sang Badan. Ia ditangisi oleh semua orang yang ia tinggalkan.
Ketika sakaratul maut tiba, Nabi Muhammad berkata kepada putrinya yang bernama Fatimah, “Apakah kamu tahu siapakah yang datang kepadaku saat ini? Ia adalah yang menghancurkan semua kesenangan dunia, memisahkan dari seluruh hal yang kita cintai. Ia adalah Malaikat Maut.”
Manakala jasad seseorang telah ditinggalkan ruhnya, maka jasad itulah yang dikerubungi oleh orang-orang. Anak menangis. Istri menangis. Orang tua bersedih. Teman-teman merasakan kehilangan menangisi jasadnya. Lalu jasad tersebut diurus dan dimandikan sebagaimana mestinya. Dikafankan dengan kain putih tiga lembar. Itulah yang hendak di bawa si mayit ke tempat ‘asal’ dia yaitu tanah.
Pakaian sutera, jas yang mereknya Switzerland Wol, kain dari Samarinda, sepatu merek Belly atau Beltony, jam tangan Rolex, dan kendaraan yang serba mewah. Itu semua tidak akan ada yang menyertainya saat mati. Hanya kain putih tiga lembar saja yang akan menemaninya di liang lahat. Setelah dikafankan dan dimasukkan ke liang lahat, kita dibujurkan menghadap kiblat. Orang banyak datang untuk mensholatkan. Dengan empat takbir, diiringi dengan doa lalu upacara pelepasan dan perpisahan.
Kita akan berangkat ke alam baru yakni alam Barzah ketika kita meninggalkan anak, istri/suami, kampung halaman, tanah air bahkan alam dunia ini. Selamat tinggal alam dan seluruh isinya. Tinggallah yang tinggal dan saya akan kembali ke tempat saya berasal. Saya kembali untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatan saya selama hidup di dunia.
Saudara kaum muslimin rahimukumullah.
Jika dulu ketika masih hidup, saat kita mau beristirahat dan hendak refreshing maka kita akan pergi ke Villa di pegunungan atau ke tempat wisata lain seperti Hongkong dan Bali. Kita pergi ke tempat tamasya yang indah. Namun pada akhirnya, kita akan sampai di sebuah tempat peristirahatan yang terakhir yaitu liang lahat. Luasnya tidak akan lebih dari 2×1 meter.
Gumpalan tanah adalah bantalnya. Setelah kita masuk ke dalamnya, dan wajah telah dihadapkan ke arah kiblat maka ditutuplah liang lahat dengan kayu. Tidak cukup sampai disitu, liang lahat ditutupi lagi dengan urugan tanah.
Orang-orang yang mengantar kita ke liang lahat adalah orang mencintai kita saat kita masih hidup. Namun ketika jasad telah ditinggalkan oleh ruh maka habislah cinta mereka untuk kita. Apabila jasad si mayit disimpan di rumah selama 3 hari saja, apa yang kita rasakan? Ih sereemm rasanya. Ya, mayit. Siapa yang betah nemenin mayit?
Ketika acara pemakaman selesai dan para pengantar telah pulang ke rumahnya maka saat itu si mayit sudah masuk ke dalam alam lain yang bernama alam barzah atau alam kubur. Diriwayatkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim,
“Apabila seseorang sudah diletakkan di kuburnya lalu para pengantar telah pulang maka ruh si mayit akan dapat mendengar bunyi terompah (sandal) para pengantarnya.”
Lalu datanglah dua malaikat yang hendak menanyainya. Mereka adalah Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir. Apabila pertanyaan dijawab benar maka mereka akan berkata, “Jawabanmu benar. Tidurlah kamu di sini layaknya tidur seorang pengantin.”
Seseorang akan tinggal di dalam kuburnya hingga hari kiamat tiba. Jadi, misalkan kiamat akan terjadi 1000 tahun lagi maka selama itu pula ia akan tinggal di sana. Orang baik akan mendapatkan nikmat kubur sehingga masa penantian yang lama akan terasa sebentar. Ia akan tidur seperti pengantin tidur.
Bagaimana sih pengantin tidur? Kata anak sekarang, “Endaaah aja udah kalau kita tidur dan mengawini pasangan.” Ketika tiba waktu pagi, si pengantin laki akan berkata, “Malam sebentar bener ya, neng?” Ya tentu saja tidak akan terasa karena ia tidak pernah memikirkan waktu karena terbawa suasana dari kelezatan dan kenikmatan kehidupan bersama dengan pasangannya.
Tapi orang kafir dan orang yang dosanya bertumpuk akan diberikan siksa di alam kubur apabila ia tidak dapat menjawab pertanyaan dari Malaikat Munkar dan Nakir. Ia akan disiksa terus menerus sepanjang siang dan malam hingga datang hari kiamat. Ibarat maling ayam yang ketangkep, belum juga masuk pengadilan, ia sudah digebukin massa duluan. Oleh karena itu, alam kubur dapat menjadi taman di antara taman-taman surga atau bisa juga menjadi lubang dari lubang-lubang neraka.
Ada juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang diterima dari Zaid bin Tsabit yaitu, “Suatu hari kami sedang bersama dengan Rasulullah di kebun Bani Nazar. Rasulullah sedang duduk di atas keledai. Tiba-tiba entah bagaiamana, keledai itu terkejut. Kaget dan berontak sehingga Rasulullah hampir terjatuh darinya. Kemudian Rasulullah bertanya kepada warga disana dan ternyata disana ada lima kuburan tua. Beliau bertanya lagi, ‘Saudara-saudara, adakah yang tahu kuburan siapa ini?’ Para penduduk berkata, ‘Tidak ada, ya Rasulullah. Memangnya kenapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Para penghuni kubur ini sedang disiksa oleh Allah. Andaikata kamu dapat mendengar apa yang saya dengar dan andaikata kamu kuat mendengarnya, saya akan berdoa agar kamu dapat mendengarnya. Namun, ketahuilah kamu pasti tidak akan kuat mendengarnya saat mereka disiksa di dalam kuburnya dengan siksaan yang pedih.”
Tapi itu kan orang yang matinya dikubur? Lalu bagaimana dengan orang yang mati diceburin ke laut, dibakar, gugur di medan perang dan tidak diketahui dimana jenazahnya. Itu semua hanya logika kita saja sebagai manusia. Bagi Alllah semuanya sama, tidak ada perbedaan dalam cara mati seseorang karena mereka semua tetap akan masuk ke alam barzah.
Jasad boleh saja hancur tetapi ruh sebagai sumber kehidupan, pusat kesadaran dan pengertian. Ia tetap ada untuk mengalami kebahagiaan dan kegembiraan atau mengalami penderitaan dan kepedihan tergantung dari amal perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia ini. Orang tua, teman atau saudara yang telah meninggal lebih dulu, mereka sekarang sedang berada di alam barzah. Mereka bisa mendapat nikmat kubur atau adzab kubur.
Dalam musnad Imam Ahmad dan Sa’i Abi Hatim tertulis riwayat yaitu, “Orang yang banyak melakukan kebaikan di dunia, ia akan ditemani oleh amalannya selama ia di dalam kubur. Bahkan disebutkan bisa berbentuk orang yang cantik yang senantiasa menemani dan menghiburya. Si mayit berkata, ‘Siapakah kamu? Aku tidak pernah melihat orang secantik dirimu selama aku hidup di dunia.’ Ia menjawab, ‘Aku adalah amalan baikmu yang kamu kerjakan selama hidupmu di dunia. Aku diperintahkan oleh Allah supaya menemanimu di sini hingga Hari Akhir.’ Sedangkan untuk orang yang sering melakukan keburukan di dunia, ia akan ditemani oleh amalan buruknya yang menjelma sebagai orang yang menyeramkan dan menakutkan.
Coba kita bayangkan, apabila kita ada di tempat yang gelap ditemani oleh orang cakep? Enak nggak? Enak!, wah pengalaman. Tapi coa bayangin di tempat gelap yang nemenin jelek nggak ketulungan? Gerrah kita.
 Sodara hadirin yang saya hormati.
Lalu kemana para ruh itu pergi setelah dipanggil kembali oleh Allah? Mereka yang disebut Mustaqorrul Arwah akan ditempatkan di suatu tempat sesuai dengan amalan yang mereka kerjakan selama hidup di dunia. Ada ruh yang ditempatkan di A’la Iliyyin, yaitu tempat yang tertinggi. Untuk siapakah tempat ini? Ialah tempat bagi para nabi dan rasul. Dan karena kita bukan nabi dan bukan rosul jadi jangan pernah bermimpi untuk mendapat tempat A’la Illiyyin kecuali kalau Allah mengehndaki itu hak prerogatif Allah, tapikan tidak adil kalau Allah melakukan itu, itu termasuk kelompok yang masuk golongan FIT/ The best Class.
Lalu ada pula ruh-ruh itu yang setelah berpisah dengan jasadnya, mereka diumpamakan seperti burung-burung hijau yang berterbangan di atas taman-taman surga.
Mereka ini adalah ruh para syuhada yang meninggal dalam membela agama Allah. Ketahuilah, bahwa ada perbedaan antara syuhada dengan pahlawan. Syuhada adalah orang yang gugur di medan perang saat membela agama Allah, niatnya karena Allah mati syahid. Ia berniat perang karena Allah dan ia mati syahid. Sedangkan pahlawan adalah orang yang gugur dalam membela negara. Ia berjasa kepada pemerintah atau kerajaannya. Klimaksnya, kalau orang mati syahid maka ia akan masuk surga. Kalau pahlawan, belum tentu ia akan masuk surga, tergantung dari negara macam apa yang dibelanya dan pemerintahan model apa yang ia perjuangkan.
Misalkan di negara-negara komunis. Apakah banyak pahlawan disana? Tentu saja ada. Dengan segala macam tanda bintang jasa yang diterima oleh seorang pahlawan, kira-kira pahlawan komunis masuk syurga nggak? Tidak!. Kalau pahlawan komunis masuk syurga kita nggak kebagian kapling di syurga nantinya. Ini bedanya pahlawan dengan orang yang mati syahid
Kemudian ada pula ruh yang tertahan di pintu surga. Mereka adalah orang yang mati syahid namun masih punya kaitan dengan dunia. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, apakah jika aku mati syahid lantas aku akan masuk surga?” Rasul menjawab, “Ya, kamu akan masuk kecuali jika kamu masih memiliki utang.” Nah, itu bisa tertahan di pintu syurga.
Ada juga ruh yang tertahan di alam kuburnya. Mereka adalah orang yang memiliki banyak dosa sehingga ia merasakan adzab kubur. Ada juga ruh yang tertahan di permukaan bumi. Meraka adalah orang yang selalu menumpuk-numpuk dosa yang besar dan ia mati sebelum ia sempat bertaubat kepada Allah.
Saudara kaum muslimin rahimakumullah.
Inilah yang kita khawatirkan. Sebab apabila seseorang sudah sekarat dan ia ingin meminta taubat, maka taubatnya sudah tidak berguna lagi. Ia masuk ke alam kubur dan mendapatkan siksa kubur hingga datang hari kiamat.  Berapa lama di alam kubur? Menunggulah kita sampai datang saatnya kiamat. Nah, sodara-sodara kapan kiamat akan datang? Bagaimana hal ihwal manusia saat terjadi kiamata? Bagaimana alam ini? Bagaimana hal ihwal di padang mahsyar in sya Allah nanti akan saya bicarakan di bagian kedua dari ceramah ini, sampai kepada terminal paling akhir, yaitu syurga dan neraka.
Oleh karena itu, saya ingin mengajak Saudara sekalian untuk selalu mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat yaitu dengan taqwa kepada Allah. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Saya berdoa semoga semua orang muslim di dunia ini dapat meninggal dalam kebaikan. Semoga kita mati husnul khatimah dengan mengucapkan kalimat tahlil, “Laa ilaha illallah, muhamaddar rasulullah (tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah).” Semoga kita semua kembali menghadap Allah dan tinggal di dalam surga-Nya. Amin.
Ini sajalah pertemuan kita kali ini terima kasih banyak atas segala perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...