“KETIKA SANG AJAL DATANG MENJEMPUT”
بِسْمِ
اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْمَعْرِفَةِ
فَاطْمَأَنَّتْ قُلُوْبُهُمْ بِالتَّوْحِيْدِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
اْلأَرْضِ وَهُوَ الرَّقِيْبُ الْمَجِيْدُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَنَارَ الْوُجُوْدَ بِنُوْرِ دِيْنِهِ وَشَرِيْعَتِهِ
إِلَى يَوْمِ الْوَعِيْدِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِلَى يَوْمِ
الْمَوْعُوْدِ. . أَمَّا بَعْدُ
Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah.
Sudah menjadi keyakinan pada kehidupan bahwa segala hal
yang ada permulaannya, tentu akan ada penghabisannya. Setiap yang punya awal,
mesti ada akhir. Tidak ada keabadian dalam kehidupan ini. Semuanya datang dan
pergi silih berganti. Berubah oleh pergeseran masa dan putaran waktu.
Demikianlah kalau kita mau merenungi kehidupan dari alam
sekitar, sejak dari kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai pada kehidupan
kita mahluk bernama manusia.
Dimulai sejak manusia terlahir ke alam dunia. Keluar dari
alam rahim ibu yaitu bayi yang merah tidak berdaya untuk meningkat menjadi
anak-anak. Dari kehidupan anak-anak lalu berubah menjadi remaja, dengan segala
keceriaan dan kelincahannya. Dan dari masa remaja memasuki usia dewasa untuk
berangsur memasuki hari tua.
Lalu setelah memasuki hari tua, sehari, seminggu,
sebulan, setahun dan sampailah pada batas waktu tertentu yang telah ditentukan
oleh Allah yang dinamakan ajal. Dan bertemulah kita dengan
yang disebut maut. Ini merupakan kepastian dalam kehidupan.
Kalau kita mau merenung, perubahan-perubahan yang terjadi
seharusnya membuat kita insyaf dan sadar. Di kala remaja, kita begitu lincah,
punya rambut yang hitam ikal berderai, punya lesung di pipi, punya senyum yang
indah menawan semua orang yang melihat, punya kulit yang kencang dan bersih.
Manakala memasuki hari tua, perubahan frontal pun terjadi. Kulit mulai jadi
keriput, rambut yang tadinya hitam ikal berderai mulai memutih, nikmat
berkurang, gigi yang tadinya utuh dan sanggup mengunyah apa saja kini satu demi
satu permisi meninggalkan kita.
Sangat boleh jadi, di kala remaja kita senyum dan semua
orang terpikat namun di kala hari tua dengan kulit yang mulai keriput dan gigi
yang tidak ada lagi, saat kita senyum mungkin orang bakal lari dari sekitar
kita. Kemana keindahan yang tadinya begitu menawan? Kemana senyum lesung pipit
yang tadinya menarik perhatian orang? Semuanya pergi meninggalkan kita seiring
dengan pergeseran masa dan pertukaran waktu.
Nah, bila maut datang menjemput, apakah kehidupan selesai
sampai di situ? Ternyata belum selesai. Kalau lahir adalah perpindahan hidup
dari alam rahim ke alam dunia, maka mati hakikatnya merupakan perpindahan hidup
dari alam dunia ke alam berikutnya yang dinamakan dengan alam barzah.
Andaikata hidup hanya sekali, secara moral kita sanggup
berkata, ‘’Alangkah
tidak adilnya Tuhan’’ Kenapa? Dalam kehidupan ini kan banyak hal
terjadi. Ada orang yang dzolim, ada orang yang didzolimi. Ada orang yang
membunuh, ada orang yang terbunuh. Ada orang yang kaya, ada orang yang miskin.
Ada orang yang jujur, ada orang yang menghalalkan segala cara. Sehingga banyak
ketidakadilan yang terlepas dari pengadilan dunia. Lalu orang pun berkata, ‘’Di
dunia ini banyak pengadilan namun sulit keadilan. Di dunia ini mudah mencari
pengadilan namun sulit untuk mencari ketidakadilan.’’
Andaikata hidup hanya sekali dan tidak ada kehidupan
setelah kehidupan yang sekarang ini maka bagaimanakah nasib mereka yang lepas
dari pengadilan dunia? Alangkah tidak adilnya Allah andaikata tidak ada
kehidupan setelah kehidupan yang sekarang.
Tentulah akan terjadi dimana orang akan menghalalkan
segala macam cara untuk mencapai tujuan. ‘’Yang penting kan saya kaya. Yang penting kan
saya punya jabatan dan kedudukan yang tinggi.’’ Jika perlu jilat
atas maka jilat atas, sikut kiri-kanan, injak yang bawah. Ini adalah prinsip
dari orang-orang komunis. Pantas, karena mereka tidak percaya kepada kiamat.
Pantas, karena mereka tidak percaya bahwa ada kehidupan setelah kehidupan yang
sekarang.
Maka saya menghimbau kepada seluruhnya bahwa negera ini
berdasarkan Pancasila dan kita sudah sepakat bahwa PKI (Partai Komunis
Indonesia) dengan segala ajarannya tidak memiliki hak hidup di negara Pancasila
yang kita cintai ini.
Salah satu ajaran PKI adalah menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuannya. Kita sebagai orang Indonesia yang berbudi pekerti luhur dan
memiliki nilai budaya tinggi, jangan sampai mencaci PKI dan ingin membubarkan
PKI serta mengutuk PKI namun pada praktek dalam kehidupan sehari-hari kita
masih memakai prinsip komunis. Apakah itu? Yaitu menghalalkan segara cara untuk
mencapai tujuan. Asal tujuan bisa tercapai, cara apa pun halal digunakan. Itu
adalah pandangan hidup orang yang tidak percaya kepada adanya hari akhirat.
Ketika seseorang berbuat dzolim, aniaya terhadap sesama,
melakukan korupsi atau merugikan orang lain maka ia harus tahu bahwa nanti akan
ada hari pembalasan. Karena sebagai umat muslim, kita yakin bahwa akhirat itu
ada dan kiamat pasti akan datang dan percaya bahwa hidup itu tidak hanya
sekali. Boleh jadi, seseorang lolos dari pengadilan di dunia, tapi ingatlah
bahwa kita tidak akan bisa lepas dari pengadilan Allah. Pengadilan Qaadi
rabbu jalil yaitu dimana manusia akan diadili seadil-adilnya. Tidak ada
satu perbuatan salah yang lolos dari pengadilan akhirat. Walau sekecil apa pun
itu. Semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya.
Suatu hari Malaikat Jibril datang menasihati Rasulullah
Shollalohu Alaihi Wasalam. Ia berkata:
Dari
Sahl bin Sa’d berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
Artinya: “Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Kemudian dia berkata:” Wahai Muhammad! Kemulian seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7921 Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah 2/483)
أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
Artinya: “Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Kemudian dia berkata:” Wahai Muhammad! Kemulian seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7921 Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah 2/483)
Hai Muhammad, hiduplah semau kamu tapi ingatlah bahwa
suatu saat nanti kamu akan mati. Kerjakanlah apa saja yang kamu mau tapi jangan
lupa bahwa nanti kamu akan dimintai balasan atas semua perbuatanmu. Dan
cintailah apa saja yang kamu sukai tapi ingatlah kamu pasti akan berpisah dan
meninggalkan semua hal yang kamu cintai.
Apa artinya ini untuk kita? Ternyata sesudah maut datang
menjemput akan ada kehidupan setelah kehidupan kita yang sekarang. Jadikanlah
hal ini sebagai prinsip kita dalam hidup untuk tidak hidup saenake
dewek (semaunya sendiri). Asalkan perut kenyang, memiliki pangkat
tinggi dan mengantongi harta yang melimpah ruah. Lalu bagaimana dengan orang
lain? “Ah masa
bodo dengan menipu orang lain.” Itulah yang disebut saenake
dewek.
Saudara sekalian yang saya hormati.
Apabila kita bicara tentang hari akhirat maka kita bicara
tentang hal yang ghaib, yang sepenuhnya tidak dapat
dicerna dengan kemampuan penalaran intelektual manusia. Dasar di dalam
membicarakan hal ini adalah iman kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Tidak
hanya zaman sekarang tetapi sejak zaman nabi pun reaksi orang-orang terhadap
hari kiamat itu beragam yaitu ada orang yang beriman, ada yang ragu-ragu dan
ada yang menolaknya mentah-mentah.
Suatu saat Rasulullah sedang berdakwah, “Saudara-saudara,
pada akhir nanti akan ada hari kiamat di mana Allah akan membangkitkan manusia
dari kuburnya dan dimintai pertanggungjawaban dari setiap amalnya selama hidup
di dunia.”
Apa reaksi orang-orang saat itu? Mereka yang beriman
kepada Allah semakin teguh imannya. Semakin mantap kepercayaannya. Tetapi orang
Quraisy yang tidak beriman malah mengejek dan mencaci Nabi Muhammad. Bahkan ada
dua orang kafir Quraisy bernama Ubay bin Ka’ab dan Al-Ash bin Wa’il setelah
mendengar dakwah Nabi, mereka buru-buru pulang ke rumah untuk mengambil
cangkul. Kemudian mereka berangkat mencari kuburan tua. Mereka gali kuburan
tersebut dan mengumpulkan tulang belulang si mayit lalu dibawa ke hadapan Nabi.
Salah satu di antara mereka berkata, “Wahai Muhammad,
tulang-tulang yang sudah hancur seperti ini mau dihidupkan kembali? Siapa yang
sanggup melakukan hal itu? Yang macam-macam saja kamu, Muhammad. Ini tidaklah
rasional. Tidak masuk akal!”
Maka Allah menjawab dengan firman-Nya dalam Al-Quran
Surat Yasin Ayat 78-79 yang berbunyi:
وَضَرَبَ لَنَا
مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ
يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
(79)
“Dan ia
membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata
‘Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?’
Katakanlah, ‘Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali.
Dan Dia Maha Mengetahui segala makhluk.” (Qs. Yasin: 78-79).
Yang paling kasihan adalah mereka yang ragu-ragu.
“Akhirat itu ada atau nggak sih? Kiamat itu ada atau nggak sih?” Karena
ragu-ragu maka mereka terombang-ambing antara harapan dan putus asa. Antara
kenyataan dan idealisme. Ada yang ‘buta’ sama sekali. Seratus persen ia tidak
dapat ‘melihat’ keadaan-keadaan setelah mati. Perhatian mereka hanya tercurah
kepada kehidupan sebelum mati. Yang mereka perhatikan siang dan malam adalah
urusan perut. Pergi pagi, pulang sore, peras keringat, banting tulang. Tentang makan,
minum, pakaian, kendaraan, rumah tangga, anak, istri. Yang mereka pentingkan
hanya tentang politik, ekonomi, pembangunan dan industri.
Untuk hal-hal seperti itu mereka sangat giat. Seluruh
waktunya habis untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan kebudayaan, sosial
dan ekonomi. Kadang-kadang kurang tidur, kurang istirahat. Berkeliaran
kesana-kemari ke tempat yang jauh-jauh. Bahkan hingga dapat menyebabkan stress,
penyakit darah tinggi, ginjal atau liver karena memikirkan hal-hal hanya karena
masalah dunia semata.
Boleh jadi mereka mendapatkan kekayaan yang melimpah
ruah, kedudukan yang tinggi, nama yang semerbak, dikenal orang di Barat dan di
Timur, di Utara dan di Selatan.
Tetapi alangkah kecewanya mereka, jika ajal datang
menjemputnya hingga mereka mati dan meninggalkan harta yang banyak, nama yang
masyhur. Semasa hidup di dunia, mereka disebut dengan jasa-jasanya, radio
memberitakan, tv menyiarkan, dan koran-koran memuat berita tentang mereka.
Bahkan nama mereka masih dikenang dalam 2 atau 3 tahun setelah kematiannya.
Tetapi lepas dari semua hal itu, ruh mereka tengah merintih, mengeluh,
menderita karena dilemparkan oleh Allah ke tempat-tempat yang kotor. Dan
penyesalan mereka pun sudah tiada guna lagi.
Kehidupan akhirat bukanlah sebuah dongeng dan takhayul.
Bukan khurafat dan khayalan. Hari akhirat dan kiamat adalah kebenaran dan
kepastian. Dalam surat Al-Hajj ayat 7 Allah berfirman:
وَأَنَّ
السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي
الْقُبُورِ
“Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah
datang, tak ada keraguan padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang
di dalam kubur.” (Qs. Al-Hajj: 7).
Apabila kita sudah yakin bahwa kiamat pasti akan datang
dan akhirat adalah sesuatu yang pasti adanya, maka pembicaraan tentang kiamat
ini akan kita mulai darimana? Tentu saja dari diri kita sendiri. Oleh karena
itu, marilah kita lihat proses perjalanan hidup ini sampai hari kiamat.
Saudara-saudara kaum
muslimin rahimakumullah.
Tidak ada makhluk paling cantik selain manusia. Tidak
percaya? Apakah Saudara pernah ke Ragunan? Saudara masuk ke kebun binatang.
Segala macam makhluk ada di situ. Ratusan macam jenis binatang tinggal disana.
Lalu bandingkan dengan muka Saudara, kira-kira siapa yang lebih cakep?
Dari semua makhluk yang diciptakan oleh Allah, manusia
adalah makhluk yang paling sempurna bentuknya. Mulai dari susunan biologis
hingga kemampuan berpikir. Kita diberikan dua kaki untuk berjalan, dua tangan
untuk bekerja, diberikan dua mata yang disimpan di depan. Coba Saudara pikir
bagaimana jika satu mata kita berada di depan dan satunya berada di belakang? Ah
rasanya, kacamata tidak akan laku. Kita diberikan hidung dengan dua
lubang yang mengarah ke bawah. Coba pikir, bagaimana jadinya jika lubang hidung
kita menghadap ke atas? Kalau musim hujan datang, kita akan repot
jagain hidung.
Dalam Al-Quran Allah berfirman:
قَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي
أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Qs. At-Tin: 4).
Kesempurnaan manusia terdiri dari dua unsur pokok.
Pertama adalah unsur jasmani dan kedua adalah unsur ruhani. Jasad dan ruh.
Jasad adalah tubuh yang berasal dari saripati makanan yang dimakan oleh orang
tua. Lalu setelah melalui hasil ‘kerja-sama’ yang baik dari Ibu-Bapak maka
terwujudlah kita, manusia.
Manusia berubah dari bayi, remaja, dewasa dan meningkat
ke hari tua. Semua perubahan itu terjadi pada jasmani. Kenapa? Karena jasmani
adalah benda yang memiliki daya tahan yang terbatas. Ia berubah oleh pergeseran
masa dan pertukaran waktu. Apakah ada orang semakin tua semakin cakep?
Penyebab jasmani bergerak adalah karena terdapat ruh di
dalamnya. Ini adalah sumber kehidupan, pusat kesadaran dan pengertian dalam
kehidupan manusia. Tanpa ruh dalam jasad maka kita tidak akan punya daya sama
sekali.
Pernahkah Saudara melihat orang mati? Cobalah perhatikan
orang mati. Apanya yang kurang dari tubuhnya? Kupingnya masih ada tapi sudah
tidak sanggup lagi mendengar. Matanya masih lengkap tapi sudah tidak mampu lagi
melihat. Jangankan melihat, terbuka saja tidak. Mulutnya masih ada tapi sudah
tidak bisa bicara lagi. Kakinya utuh namun sudah tidak bisa digunakan untuk
berjalan. Apa penyebabnya itu? Ternyata, ketika jasmani sudah ditinggalkan oleh
ruh ia tidak akan bisa berdaya apa-apa. Tidak mampu berjalan, bekerja atau
berbuat apa saja. Keduanya memiliki kebutuhan. Jasmani punya kebutuhan, pun
sama dengan ruhani. Kebutuhan jasmani seperti makan, minum, tidur, pakaian dan
sebagainya. Ketika ajal datang maka berpisahlah jasmani dan ruhani. Dan itulah
yang dinamakan dengan maut (mati).
Jadi, apa sih mati itu? Mati adalah berpisahnya ruh
dengan jasad. Oleh sebab itu Islam mengajari kita untuk sering mengingat mati.
Bagaimana caranya mengingat mati? Pertama, mati itu kan pasti. Kira-kira yang
hadir di sini sekarang, ada yang tidak mati? Semuanya bakal mati, bukan?
Jika kita merenung lebih jauh, seseorang tidak perlu
takut akan kematian walaupun tidak boleh terlalu berani menghadapi mati. Karena
bagaimana pun kita takut, ajal tetap akan datang menjemput dan bagaimana pun
kita berani, jika belum ajal datang ia tetap tidak akan meninggal.
Saudara-Saudara kaum muslimin rahimakumullah.
Menjadi seorang muslim, ia harus berani menghadapi
kehidupan dan tidak takut menghadapi kematian. Mati adalah sesuatu yang pasti
akan terjadi. Muslim dianjurkan untuk banyak-banyak mengingat mati dalam
kehidupannya. Salah satu caranya adalah menengok orang yang sakit. Pahala untuk
seseorang yang menengok orang sakit adalah lebih besar dari pahala orang yang
melakukan sholat sunat sebanyak 1000 rakaat. Apakah Saudara pernah sholat
sunnat hingga 1000 rakaat?.
Bahkan di hadis lain keutamaan menjengung orang sakit di
sabdakan oleh nabi saw:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُودُ مُسْلِمًا
غُدْوَةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ وَإِنْ
عَادَهُ عَشِيَّةً إِلَّا صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى
يُصْبِحَ وَكَانَ لَهُ خَرِيفٌ فِي الْجَنَّةِ
Artinya: "Tidaklah seorang
muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi hari kecuali ada 70 ribu malaikat
yang mendoakannya hingga sore hari. Dan jika menjenguknya di sore hari, ada 70
ribu malaikat yang mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu kebun di surga."
(HR. al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Tirmidzi).
Kenapa menengok orang sakit dapat mengingatkan terhadap
kematian? Coba renungkan hal ini. Misalkan teman Saudara yang kemarin masih
sehat bugar, masih sempat bercanda-ria dan tertawa riang gembira tetapi saat
ini dia sedang terbaring lemah tak berdaya. Hilang kemampuannya. Hilang
keceriaannya. Sakit. Ya, ia sedang sakit. Bersyukur jika teman Saudara itu
dapat sembuh namun bagaimana jika ajalnya sudah tiba? Sekarang giliran dia,
tapi bagaimana jika selanjutnya adalah giliran Saudara yang meninggal?
Saat Saudara menengoknya maka hiburlah ia dengan
kata-kata yang positif yang akan mendatangkan sugesti supaya ia segera sembuh.
jangan mengatakan hal yang jujur tentang penyakitnya seperti mengatakan, “Elu
sakit apa?”, “sakit perut bro”, “wadduh, temen gua sakit begituan mati bro
kagak balik-balik”.
Wah, itu orang yang sedang sakit bisa jadi shock
jika mendengarnya lantaran etika kita tidak sampai kesana. Menjenguk orang
sakit akan mengingatkan kita akan kematian. Kemudian apa lagi?
Nomor dua adalah ziarah kubur. Disini ada yang orang
tuanya sudah meninggal? Kalau ada, maka ziarahlah ke kuburannya. Misalkan
seminggu sekali, atau sebulan sekali dan jika hanya bisa setahun sekali maka
lakukanlah hal itu. Ketika kita memasuki area pemakaman, maka kita harus
mengikuti etikanya yaitu dengan mengucapkan doa:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ
مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ
أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
Artinya:
“Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari
(golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati
orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami
insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan
kalian.”
Apalagi yang bisa membuat kita ingat kepada kematian?
Yaitu mengawal jenazah. Bukankah sudah dianjurkan oleh agama Islam, tidak hanya
mengantar jenazah ke kuburnya namun dari sejak pertama mengurusnya seperti
memandikan, mengkafani dan mensholatinya.
Saat kita mengantar jenazah dan menguburkannya berkatalah
dalam hati, “Hari ini saya yang mengantarkan dia ke kuburnya. Boleh jadi, besok
adalah giliran saya yang diantarkan oleh orang-orang ke kuburan saya. Hari ini
saya mensholatkan dia, boleh jadi besok saya yang disholatkan orang. Hari ini
saya masukkan ia ke liang lahat, boleh jadi besok saya sendiri yang dimasukkan
ke dalamnya. ”
Ketika kita mengingat mati maka akan tumbuh kesadaran.
Lalu apa daya positif mengingat mati dalam kehidupan? Orang yang mengingat mati
bukanlah orang yang lantas menjadi lemah dalam kehidupan, menjadi putus asa,
sedikit semangat, terbentur kesulitan atau mudah frustasi. Bukan itu tujuan
kita diperintah untuk mengingat mati. Jelasnya, Islam mengajari kita untuk
mengingat mati dengan maksud yang positif yaitu agar orang sadar bahwa hidup di
dunia ini hanya sebentar. Mumpung masih hidup maka hiduplah dengan
sebaik-baiknya. Lakukanlah kebajikan sebanyak-banyaknya.
Jauhkanlah rasa malas yang senang menunggu keajaiban yang
datang dari langit sementara ia tidak berupaya apa-apa, berleha-leha dan
bermain-main. Sedangkan jika maut datang, ia tidak pernah main-main.
Seorang penyair bernama Syauqi berkata:
“Persiapkanlah dirimu dengan taqwa, sebab kamu tidak
tahu apabila malam datang, kamu masih bisa hidup atau tidak esok pagi. Berapa
banyak orang yang sehat lalu ia mati tanpa sakit. Sebabnya bisa macam-macam
tapi mati hanyalah satu.”
Apakah ada jaminan bahwa Saudara masih akan bisa hidup
esok pagi? Jawabannya adalah tidak ada jaminan sama sekali. Banyak sekali orang
yang sehat tiba-tiba mati bukan karena suatu penyakit. Sebabnya kadang-kadang
ringan saja. Ada yang cuma jatuh di kamar mandi lalu ia mati. Ada yang cuma
ketiban pensil lalu ia mati. Iya, kalau ia ketiban pensil tiga peti masa iya ia
tidak mati?
Kematian tidak mengenal tua muda, muda bukan jaminan
untuk kita lepas dari kematian. Dia datang menjemput yang bayi. Dia datang
mengambil yang anak-anak. Dia datang juga kepada yang remaja, yang dewasa dan
kepada yang tua sekalipun. Jangan yang remaja berpikir, “Ah gue
rasanya mah masih jauh banget ama mati.”
Mati adalah hal yang pasti dan kita tidak diberitahu
waktunya. Jika kita diberitahu kapan akan mati maka kita akan terlena akan
dunia dan melupakan akhirat. Misalkan Malaikat Maut datang ke rumah saya dan
berkata, “Hai Zainudin, kamu akan mati 80 tahun lagi.” Saya kan bisa berhitung,
“Wah, masih lama. Saya bisa poya-poya dan hura-hura dulu ah.”
Tapi waktu kematian tidak diberitahukan kepada manusia.
Lantaran tidak diberitahu, kita harus siap-siap untuk bekal akhirat dan
senantiasa mengingat mati yang mendorong kita untuk berbuat hal yang positif.
Satu contoh peringatan mati yang mendatangkan efek
positif yaitu pada peristiwa ketika turun perintah hijrah. Ketika posisi umat
Muslim di Mekah sudah terpojok, maka turunlah perintah hijrah kepada Nabi
Muhammad. Jangan kira semua sahabat Nabi yang ikut hijrah itu semuanya memiliki
kebulatan hati.
Ada yang berpikir, “Kalau saya hijrah, berangkat dari
Mekah ke Madinah lalu nanti di tengah jalan dicegat oleh orang kafir Quraisy
dan mereka membunuh saya maka tamatlah riwayat saya ini.”
Allah memperingatkan dengan firmannya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ
وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُورِ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan”. (Qs. Ali
Imran: 185).
Sahabat itu takut akan mati padahal Allah telah
memperingatkan bahwa semua manusia akan mati. Diam saja di Mekah ia akan mati.
Hijrah ke Madinah pun ia akan mati. Setelah mendengar ayat ini, Sayyidina Umar
Bin Khattab seperti dibakar semangatnya. Jika sebagian para sahabat hijrah
secara sembunyi-sembunyi maka lain halnya dengan Umar. Ia mengumpulkan
orang-orang kafir Quraisy dan berpidato, “Wahai para pimpinan Quraisy,
dengarkan saya! Saya yang bernama Umar Bin Khattab akan hijrah dari Mekah ke
Madinah. Siapa saja orang yang ingin kepalanya berpisah dari badannya, saya
persilakan untuk cegat Umar di jalanan.”
Esok harinya, Umar berangkat hijrah dengan tenang dan
tidak ada satu orang pun yang berani menghalanginya. Para pimpinan Quraisy juga
barangkali mikir, “Ngapain juga gue nyegat ‘penyakit’ seperti
Umar.”
Begitu ingat mati, maka akan timbul semangat juang dan
semangat untuk berbuat kebaikan. Ini adalah cara mengingat mati yang positif
dan bukan yang melemahkan semangat. Seperti berujar, “Udahlah, jangan belajar
yang rajin-rajin. Ntar juga loe bakalan mati.” Ini adalah ingat mati yang salah
kaprah. Mengingat mati seharusnya mendorong manusia menjadi lebih tekun.
Kematian datang tanpa kita undang. Sekali ia datang maka
tidak ada tempat untuk lari dan sembunyi. Tidak ada kekuatan yang bisa menolak
kematian. Mati adalah sebuah tanda seru dalam kehidupan. Apa yang menyebabkan
orang takut mati? Pertama, Salah satu penyebabnya adalah karena ia tidak
tahu kehidupan setelah kematian. Di alam kubur itu gelap. Di alam akhirat juga
gelap. Sehingga ia bingung. Lantaran ia bingung, ia menjadi takut.
Kemudian yang Kedua, boleh jadi karena adanya
bayangan dosa-dosa yang selama ini ia kerjakan di dunia. Kerjanya hanya
menumpuk dosa. Ia bahagia tertawa di atas tumpukan dosa-dosanya. Merasa segan
berpisah dengan seluruh kehidupan di dunia ini. Sehingga maut merupakan hal
yang menakutkan dalam kehidupannya. Tapi bagaimanapun takutnya akan kematian,
seseorang tetap tidak akan dapat melarikan diri darinya. Dimana saja kamu
berada, di dalam benteng yang tangguh sekalipun, maut pasti akan datang
menjemputmu. Nah, bagaimana caranya maut datang menjemput kita?
Manusia terbagi menjadi dua macam ketika Malaikat
Pencabut Nyawa yang bernama Izrail datang hendak menjemput nyawa kita. Pertama,
orang yang menghadapi sakaratul maut dengan husnul khotimah. Kedua,
orang yang menghadapi sakaratul maut dengan su’ul khatimah.
Khusnul Khatimah artinya baik di akhir hidupnya. Ketika ruh berpisah dari
jasadnya, ia terlihat senyum dengan muka yang cerah bahkan sebelum hal itu ia
boleh jadi telah meninggalkan wasiat-wasiat yang baik. Ada yang sempat adzan
atau ada juga yang sempat membaca Al-Qur’an. Sebab kenapa ia tersenyum? Karena
Malaikat Maut datang menjemputnya juga dengan cara yang baik. Ia menyabut nyawa
orang itu secara perlahan-lahan. Namun meski ditarik ruh secara sangat
perlahan-lahan dari jasad seseorang, rasa sakit dan pedihnya tiada tara.
Ketika Rasulullah Muhammad Shollallohu Alaihi Wassalam
sedang berhadapan dengan sakaratul maut, beliau mencelupkan tangannya ke dalam
gelas yang berisi air lalu mengusapkannya ke wajah kemudian berdoa, “Ya
Allah, mudahkanlah saya dalam menghadapi sakaratul maut ini.”
Beliau juga mengatakan bahwa rasa sakit yang dialami
ketika sakaratul maut adalah seperti menerima 300 tusukan pedang. Oleh karena
itu, kita diajarkan membaca doa:
اللهم هون علينا سكرات الموت
"Allahumma hawwin 'alainaa sakaraatil maut".
Artinya: "Ya Allah, permudahkan kepada kami Sakaratul Maut."
Artinya: "Ya Allah, permudahkan kepada kami Sakaratul Maut."
Ketika ruh keluar dari jasad, mata masih mengikuti ruh
itu. Sehingga kadang-kadang kita menjumpai ada orang yang meninggal dengan mata
terbelalak dan belum sempat ditutup karena mata terus mengikuti ruhnya.
Sedangkan Su’ul Khatimah artinya buruk di
akhir hidupnya. Seseorang merasakan sakaratul maut yang susah dan pedih. Ia
juga mati dalam keadaan tidak baik. Ada yang sedang main judi, ia mati. Ada
yang sedang menyabung ayam, ia mati. Ada yang sedang di tempat pelacuran, ia
mati. Ada yang lagi mabuk-mabukan, ia mati. Nih, barangkali Malaikat Maut gemes
banget nyabutnya, “rasain Luh”. Karenanya, ketika ia menyabut nyawa mereka, ia
tarik ruhnya dengan sangat keras dan kencang.
Saudara kaum muslimin rahimakumullah.
Biasakanlah untuk senantiasa berdoa agar kita meninggal
dalam keadaan Husnul Khatimah karena kematian
adalah sesuatu hal yang pasti. Malaikat Maut pasti akan datang menjemput kita.
Cepat atau lambat pada akhirnya kita semua akan binasa. Setelah ruh berpisah
dari badan maka tinggallah Sang Badan. Ia ditangisi oleh semua orang yang ia
tinggalkan.
Ketika sakaratul maut tiba, Nabi Muhammad berkata kepada
putrinya yang bernama Fatimah, “Apakah kamu tahu siapakah yang datang
kepadaku saat ini? Ia adalah yang menghancurkan semua kesenangan dunia,
memisahkan dari seluruh hal yang kita cintai. Ia adalah Malaikat Maut.”
Manakala jasad seseorang telah ditinggalkan ruhnya, maka
jasad itulah yang dikerubungi oleh orang-orang. Anak menangis. Istri menangis.
Orang tua bersedih. Teman-teman merasakan kehilangan menangisi jasadnya. Lalu
jasad tersebut diurus dan dimandikan sebagaimana mestinya. Dikafankan dengan
kain putih tiga lembar. Itulah yang hendak di bawa si mayit ke tempat ‘asal’
dia yaitu tanah.
Pakaian sutera, jas yang mereknya Switzerland Wol, kain
dari Samarinda, sepatu merek Belly atau Beltony, jam tangan Rolex, dan
kendaraan yang serba mewah. Itu semua tidak akan ada yang menyertainya saat
mati. Hanya kain putih tiga lembar saja yang akan menemaninya di liang lahat.
Setelah dikafankan dan dimasukkan ke liang lahat, kita dibujurkan menghadap
kiblat. Orang banyak datang untuk mensholatkan. Dengan empat takbir, diiringi
dengan doa lalu upacara pelepasan dan perpisahan.
Kita akan berangkat ke alam baru yakni alam Barzah ketika
kita meninggalkan anak, istri/suami, kampung halaman, tanah air bahkan alam
dunia ini. Selamat tinggal alam dan seluruh isinya. Tinggallah yang tinggal dan
saya akan kembali ke tempat saya berasal. Saya kembali untuk mempertanggung
jawabkan segala perbuatan saya selama hidup di dunia.
Saudara kaum muslimin rahimukumullah.
Jika dulu ketika masih hidup, saat kita mau beristirahat
dan hendak refreshing
maka kita akan pergi ke Villa di pegunungan atau ke tempat wisata lain seperti
Hongkong dan Bali. Kita pergi ke tempat tamasya yang indah. Namun pada
akhirnya, kita akan sampai di sebuah tempat peristirahatan yang terakhir yaitu
liang lahat. Luasnya tidak akan lebih dari 2×1 meter.
Gumpalan tanah adalah bantalnya. Setelah kita masuk ke
dalamnya, dan wajah telah dihadapkan ke arah kiblat maka ditutuplah liang lahat
dengan kayu. Tidak cukup sampai disitu, liang lahat ditutupi lagi dengan urugan
tanah.
Orang-orang yang mengantar kita ke liang lahat adalah
orang mencintai kita saat kita masih hidup. Namun ketika jasad telah
ditinggalkan oleh ruh maka habislah cinta mereka untuk kita. Apabila jasad si
mayit disimpan di rumah selama 3 hari saja, apa yang kita rasakan? Ih sereemm
rasanya. Ya, mayit. Siapa yang betah nemenin mayit?
Ketika acara pemakaman selesai dan para pengantar telah
pulang ke rumahnya maka saat itu si mayit sudah masuk ke dalam alam lain yang
bernama alam barzah atau alam kubur.
Diriwayatkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim,
“Apabila seseorang sudah diletakkan di kuburnya lalu para
pengantar telah pulang maka ruh si mayit akan dapat mendengar bunyi terompah
(sandal) para pengantarnya.”
Lalu datanglah dua malaikat yang hendak menanyainya.
Mereka adalah Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir. Apabila pertanyaan dijawab
benar maka mereka akan berkata, “Jawabanmu benar. Tidurlah kamu di sini
layaknya tidur seorang pengantin.”
Seseorang akan tinggal di dalam kuburnya hingga hari
kiamat tiba. Jadi, misalkan kiamat akan terjadi 1000 tahun lagi maka selama itu
pula ia akan tinggal di sana. Orang baik akan mendapatkan nikmat kubur sehingga
masa penantian yang lama akan terasa sebentar. Ia akan tidur seperti pengantin
tidur.
Bagaimana sih pengantin tidur? Kata anak sekarang,
“Endaaah aja udah kalau kita tidur dan mengawini pasangan.” Ketika tiba waktu
pagi, si pengantin laki akan berkata, “Malam sebentar bener ya, neng?” Ya tentu
saja tidak akan terasa karena ia tidak pernah memikirkan waktu karena terbawa
suasana dari kelezatan dan kenikmatan kehidupan bersama dengan pasangannya.
Tapi orang kafir dan orang yang dosanya bertumpuk akan
diberikan siksa di alam kubur apabila ia tidak dapat menjawab pertanyaan dari
Malaikat Munkar dan Nakir. Ia akan disiksa terus menerus sepanjang siang dan
malam hingga datang hari kiamat. Ibarat maling ayam yang ketangkep, belum juga
masuk pengadilan, ia sudah digebukin massa duluan. Oleh karena itu, alam kubur
dapat menjadi taman di antara taman-taman surga atau bisa juga menjadi lubang
dari lubang-lubang neraka.
Ada juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang
diterima dari Zaid bin Tsabit yaitu, “Suatu hari kami sedang bersama dengan
Rasulullah di kebun Bani Nazar. Rasulullah sedang duduk di atas keledai.
Tiba-tiba entah bagaiamana, keledai itu terkejut. Kaget dan berontak sehingga
Rasulullah hampir terjatuh darinya. Kemudian Rasulullah bertanya kepada warga
disana dan ternyata disana ada lima kuburan tua. Beliau bertanya lagi, ‘Saudara-saudara,
adakah yang tahu kuburan siapa ini?’ Para penduduk berkata, ‘Tidak ada,
ya Rasulullah. Memangnya kenapa?’ Rasulullah menjawab, ‘Para penghuni
kubur ini sedang disiksa oleh Allah. Andaikata kamu dapat mendengar apa yang
saya dengar dan andaikata kamu kuat mendengarnya, saya akan berdoa agar kamu
dapat mendengarnya. Namun, ketahuilah kamu pasti tidak akan kuat mendengarnya
saat mereka disiksa di dalam kuburnya dengan siksaan yang pedih.”
Tapi itu kan orang yang matinya dikubur? Lalu bagaimana
dengan orang yang mati diceburin ke laut, dibakar, gugur di medan perang dan tidak
diketahui dimana jenazahnya. Itu semua hanya logika kita saja sebagai manusia.
Bagi Alllah semuanya sama, tidak ada perbedaan dalam cara mati seseorang karena
mereka semua tetap akan masuk ke alam barzah.
Jasad boleh saja hancur tetapi ruh sebagai sumber
kehidupan, pusat kesadaran dan pengertian. Ia tetap ada untuk mengalami
kebahagiaan dan kegembiraan atau mengalami penderitaan dan kepedihan tergantung
dari amal perbuatan yang dilakukan selama hidup di dunia ini. Orang tua, teman
atau saudara yang telah meninggal lebih dulu, mereka sekarang sedang berada di
alam barzah. Mereka bisa mendapat nikmat kubur atau adzab kubur.
Dalam musnad Imam Ahmad dan Sa’i Abi Hatim tertulis
riwayat yaitu, “Orang yang banyak melakukan kebaikan di dunia, ia akan
ditemani oleh amalannya selama ia di dalam kubur. Bahkan disebutkan bisa
berbentuk orang yang cantik yang senantiasa menemani dan menghiburya. Si mayit
berkata, ‘Siapakah kamu? Aku tidak pernah melihat orang secantik dirimu selama
aku hidup di dunia.’ Ia menjawab, ‘Aku adalah amalan baikmu yang kamu kerjakan
selama hidupmu di dunia. Aku diperintahkan oleh Allah supaya menemanimu di sini
hingga Hari Akhir.’ Sedangkan untuk orang yang sering melakukan keburukan di
dunia, ia akan ditemani oleh amalan buruknya yang menjelma sebagai orang yang
menyeramkan dan menakutkan.”
Coba kita bayangkan, apabila kita ada di tempat yang
gelap ditemani oleh orang cakep? Enak nggak? Enak!, wah pengalaman. Tapi coa
bayangin di tempat gelap yang nemenin jelek nggak ketulungan? Gerrah kita.
Sodara hadirin
yang saya hormati.
Lalu kemana para ruh itu pergi setelah dipanggil kembali
oleh Allah? Mereka yang disebut Mustaqorrul Arwah akan ditempatkan di
suatu tempat sesuai dengan amalan yang mereka kerjakan selama hidup di dunia.
Ada ruh yang ditempatkan di A’la Iliyyin, yaitu tempat yang
tertinggi. Untuk siapakah tempat ini? Ialah tempat bagi para nabi dan rasul. Dan
karena kita bukan nabi dan bukan rosul jadi jangan pernah bermimpi untuk
mendapat tempat A’la Illiyyin kecuali kalau Allah mengehndaki itu hak
prerogatif Allah, tapikan tidak adil kalau Allah melakukan itu, itu termasuk
kelompok yang masuk golongan FIT/ The best Class.
Lalu ada pula ruh-ruh itu yang setelah berpisah dengan
jasadnya, mereka diumpamakan seperti burung-burung hijau yang berterbangan
di atas taman-taman surga.
Mereka ini adalah ruh para syuhada yang meninggal dalam
membela agama Allah. Ketahuilah, bahwa ada perbedaan antara syuhada dengan
pahlawan. Syuhada adalah orang yang gugur di medan perang saat membela agama
Allah, niatnya karena Allah mati syahid. Ia berniat perang karena Allah dan ia
mati syahid. Sedangkan pahlawan adalah orang yang gugur dalam membela negara.
Ia berjasa kepada pemerintah atau kerajaannya. Klimaksnya, kalau orang mati
syahid maka ia akan masuk surga. Kalau pahlawan, belum tentu ia akan masuk
surga, tergantung dari negara macam apa yang dibelanya dan pemerintahan model
apa yang ia perjuangkan.
Misalkan di negara-negara komunis. Apakah banyak pahlawan
disana? Tentu saja ada. Dengan segala macam tanda bintang jasa yang diterima
oleh seorang pahlawan, kira-kira pahlawan komunis masuk syurga nggak? Tidak!. Kalau
pahlawan komunis masuk syurga kita nggak kebagian kapling di syurga nantinya. Ini
bedanya pahlawan dengan orang yang mati syahid
Kemudian ada pula ruh yang tertahan di pintu surga.
Mereka adalah orang yang mati syahid namun masih punya kaitan dengan dunia.
Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, apakah jika
aku mati syahid lantas aku akan masuk surga?” Rasul menjawab, “Ya, kamu akan
masuk kecuali jika kamu masih memiliki utang.” Nah, itu bisa tertahan di pintu
syurga.
Ada juga ruh yang tertahan di alam kuburnya.
Mereka adalah orang yang memiliki banyak dosa sehingga ia merasakan adzab
kubur. Ada juga ruh yang tertahan di permukaan bumi. Meraka adalah orang
yang selalu menumpuk-numpuk dosa yang besar dan ia mati sebelum ia sempat
bertaubat kepada Allah.
Saudara kaum muslimin rahimakumullah.
Inilah yang kita khawatirkan. Sebab apabila seseorang
sudah sekarat dan ia ingin meminta taubat, maka taubatnya sudah tidak berguna
lagi. Ia masuk ke alam kubur dan mendapatkan siksa kubur hingga datang hari
kiamat. Berapa lama di alam kubur? Menunggulah
kita sampai datang saatnya kiamat. Nah, sodara-sodara kapan kiamat akan datang?
Bagaimana hal ihwal manusia saat terjadi kiamata? Bagaimana alam ini? Bagaimana
hal ihwal di padang mahsyar in sya Allah nanti akan saya bicarakan di bagian
kedua dari ceramah ini, sampai kepada terminal paling akhir, yaitu syurga dan
neraka.
Oleh karena itu, saya ingin mengajak Saudara sekalian
untuk selalu mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat
yaitu dengan taqwa kepada Allah. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Saya berdoa semoga semua orang muslim di dunia ini dapat
meninggal dalam kebaikan. Semoga kita mati husnul khatimah dengan mengucapkan
kalimat tahlil, “Laa ilaha illallah, muhamaddar rasulullah (tiada Tuhan selain
Allah, Muhammad adalah utusan Allah).” Semoga kita semua kembali menghadap
Allah dan tinggal di dalam surga-Nya. Amin.
Ini sajalah pertemuan kita kali ini terima kasih banyak
atas segala perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan.
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar