“8 (DELAPAN)
PENYAKIT ROHANI”
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ
جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا
إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ
Saudara-saudara
kaum muslimin seiman dan sekeyakinan yang Berbahagia.
Suatu hari
ketika baginda Rasul saw masuk ke dalam masjid, di dapatinya seorang sahabat
sedang khusyu’ bertafakur di dalam masjid. Sahabat itu bernama Abizar al
gifari.
Di hampiri oleh
baginda Rasul saw kemudian di Tanya: “Hai abizar,begitu khusyu dan tafakur
engkau di dalam masjid, gerangan apa permohonan mu kepada Allah swt di tempat
yang suci ini ?”. Abizar menjawab “maafkan saya ya Rasul, saya dari tadi di
masjid ini bukan berdoa”. “lalu wirid ?” Tanya baginda Rasul. “tidak” jawab
abizar. “I,tikaf ?” Tanya lagi baginda Rasul. “ya setengah I,tikaf” jawab
abizar. “lalu kenapa kamu disini?” Tanya baginda rasul. “saya menghindari orang
ya Rasul”, “menghindar orang kenapa?”, “terlalu banyak orang yang datang ke
rumah saya menagih hutang, saya jadi bingung mau pergi kemana, akhirnya saya
fikir tempat yang netral tempat yang kira-kira orang ga akan datang nagih ya ke
masjid ini, maka saya llau ngetem disini ini”. Model, kemesjid bukannya wirid,
zikir takut dauber-uber hutang. Baginda rasul lalu senyum lalu beliau berkata
“hai abizar, mau kah engkau aku ajarkan satu doa, yang apabila kamu amalkan,
maka Allah swt akan bebaskan hatimu dari perasaan di lilit hutang”.
Bukan di
bebaskan dari hutangnya, tapi di bebaskan dari perasaan dililit hutang. Sebab
jika ada do’a yang kalo di baca hutang jadi lunas ya enak. Jadi, ini jangan
keliru sodara-sodara kalo diamalkan hati bebas dari perasaan dililit hutang.
“Mau ya rasul” Lalu di ajarkan doa oleh beliau:
اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
Sodara-sodara
hadirin rahimakumullah.
Banyak diantara
kita yang kalo diajarkan satu do’a lalu tidak mengukur diri antara do’a itu
dengan pribadi kita. Padahal syarat diantara qobulnya do’a, sejak adab berdoa
sudah diajarkan berdo’a itu yang baik, bersih tempatnya, bersih pakeannya
menghadap kearah kiblat, menengadahkan kedua belah tangan dengan khusyuk dan
tawaddu’ dengan serius dan penuh keyakinan bahwa do’a akan di Qobulkan oleh
Allah, sebab Allah dalam hadis Qudsi menyatakan:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
Artinya “Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku
bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.” [HR. Muslim 4832, 4851; Tirmidzi 3527,
Ahmad 7115]
Akusih kata
Allah bagaimana sangka hambaku kepadaku saja, kalau dia sangka baik aku baik
kalau dia sangka tidak baik akupun tidak baik. Bagaimana sangka hambaku. Jadi,
kalo kita berdo’a sementara hati kita dalam batin ngomong, “Akh, jangan-jangan
doa gua nggak diterima nih!”, enggak. Kenapa? Hatinya sudah begitu:
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا
يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ لَاهٍ (رواه الترمذي، رقم 3479 وحسنه الألباني في
صحيح الجامع، رقم 245)
Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya
Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmizi, no. 3479, dinyatakan
hasan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 245).
Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai terhadap
do’a yang di bacanya itu. Nah, diantara yang terpenting adalah menyesuaikan
do’a dengan keadaan pribadi. Jadi, kalo kita kerja gajinya sebulan seribu ya
wajarlah minta do’a seribu lima ratus wajar namanya, yang seribu sudah ada
modal kerja kita yang lima ratus kita minta do’a kepada Allah.
Begitu juga
do’a yang diajarkan baginda nabi kepada abi dzar, ini hakekatnya mengajarkan
kita manusia untuk menjauhi penyakit rohani. Do’a ini mengajarkan 8 (delapan)
penyakit rohani yang menjadi dinding Antara kita dengan Allah. Dan penyakit
rohani ini lebih bahaya dari penyakit jasamani, kenapa? Penyakit jasmani tidak
menyebabkan orang masuk neraka, yang menyebabkan orang masuk neraka penyakit
rohani. Diakhirat nanti tidak ada penduduk neraka ditanya, “Mas sampean kenapa
masuk neraka?”, “Anu pak saya dulu di dunia korengan!”. Tidak ada, itu
korengan, liver, ginjal, paru-paru basah, penyakit-penyakit jasmani itu tidak
menyebabkan orang masuk neraka, yang menyebabkan orang masuk neraka adalah
penyakit rohani, apa yang dinamakan hasud, ria, iri hati, dengki, sombong,
merasa diri lebih baik dari orang lain, ini semua merupakan penyakit-penyakit
rohani. Maka di dalam doa yang diajarkan kepada abi dzar dan hakekatnya
diajarkan kepada kita semua, nabi menjelaskan delapan penyakit rohani.
Saya sampaikan
ini pada pertemuan kali ini, karena sekarang penyakit rohani sangat jarang
mendapat perhatian, sedangkan penyakit jasmani, anak pilek sedikit saja
langsung berangkat ke dokter spesialis anak, kita pusing sedikit saja sudah berangkat ke dokter, tapi rohani
kita menjerit, batin kita menangis, kadang-kadang kita pura-pura tidak tau. Apa
saja penyakit rohani yang ada dalam do’a ini ?
Pertama, اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ “Aku berlindung kepadamu ya Allah dari sifat
ragu-ragu”.
Sifat ragu-ragu merupakan penyakit batin. Apa
yang bisa di kerjakan oleh orang yang selalu ragu-ragu ? bahwa sebelum bekerja
memang harus menimbang, itu perlu, tapi kalau tiap hari menimbang-menimbang kapan
memutuskannya ? orang sudah kemana-mana kita masih main timbang aja. Maka orang
yang ragu-ragu hakekatnya orang yang sudah mengukur sebelah kakinya sebelum berangkat,
“iya tapi kalo nanti jadi salah kan lebih baik tidak usah berbuat?”, keliru!.
Salah karena berbuat itu lebih baik daripada tidak pernah salah karena tidak
pernah berbuat. Sodara salah tapi berbuat, masih lebih baik daripada tidak
pernah salah karena tidak pernah berbuat. Sodara baca AL-Quran lalu salah itu
lebih baik daripada gak pernah salah karena nggak pernah baca Al-Quran. “Wah
gua mah nggak pernah salah donk baca al-Quran”, ditanya, “Bacanya kapan?”,
dijawab “Nggak pernah!”. Ya pantas wong gak pernah baca Qur’an kapan mau salah.
Sodara-sodara hadirin kaum muslimin
rahimakumullah.
Dan orang sering bilang, ‘Kegagalan pada
hakekatnya adalah keberhasilan yang tertunda’. Jadi, kalau gagal kita hari ini
maka besok kita harapkan tidak akan gagal, gagal besok masih ada hari lusa.
Bagaimanapun usaha, kemauan, adalah prosesing, apalagi usaha untuk mendapatkan
sesuatu yang bernilai tinggi, bermutu mulia panjang jalannya banyak akibatnya
besar goda’annya.
Prosesing, untuk mencapai sesuatu yang mulia
itu prosesnya tidak sekali jadi kaya orang makan cabe, itu hari dimakan itu
hari terasa pedasnya. Untuk mencapai sesuatu yang mulia panjang jalannya besar
godaannya. Tapi, bangunan bagaimanapun tingginya harus dimulai dari pondasi
pertama, kita-kita bagaimanapun luhurnya harus dimulai dari langkah pertama
yang walaupun kelihatannya sepele tapi itu sudah merupakan pondasi kearah yang
lebih tinggi/baik.
Kitakan kadang dalam kehidupan ini ingin-Nya
yang lebih cepat seolah-olah yang mulia itu bisa terjadi lewat proses simsalabim
abra kadabra lalu, yang kita mau terwujud di depan kita? Alangkah mudahnya.
Dan dari kegagalan-kegagalan akan lahir
pengalaman dan pengalaman kata orang Kulon, “Experience is the best teacher”
pengalaman adalah guru yang paling bijaksana. Kalau adik kita jalan di tempat
yang licin lalu jatuh, besok dia lewat situ gak usah dipesenpun dia mesti
hati-hati, kenapa? Pengalaman. Kemarin gue lewat sini jatuh sekarang harus
hati-hati, tapi kalau belum pernah jatuh kita omelin juga kadang-kadang kagak di
dengerin.
Begitulah kegagalan yang kita temukan dalam
hidup adalah pelajaran, bahwa muslim tidak mungkin jatuh ditempat yang sama dua
kali berturut-turut, kemarin lewat disitu jatuh lagi, lalu sekarang lewat situ
lagi jatuh lagi, emang goblok dah. Bisa jatuh ditempat yang sama dua kali kan
tidak mengambil pelajaran dari yang ia temui.
Jadi, sodara hadirin terutama adek-adek para
remaja masa depan kalian merupakan harapan dari semuanya, kami yang tua terllau
berharap dari kalian sementara haridepan kalian lihat sendirilah persaingan
hidup makin tajam tensi ekonomi makin tinggi jumlah angkatan tenaga kerja yang
amsuk tidak jauh seimbang dengan lapangan kerja yang bisa disiapkan. Kalau kita
di hambat oleh penyakit ragu-ragu orang lain sudah berbuat sementara kita masih
menonton, boleh sangat jadi nantinya kita akan terpojok di sudut-sudut
kehidupan untuk lebih banyak jadi penonton daripada jadi pemain, lebih banyak
jadi objek dari pada menjadi subyek. Namanya juga orang nonton sodara, sok nya
kan lebih pinter dari yang main wajar!, orang nonton bola ngomel melulu, ‘itu
maradona tolol!’, maradona di tololin. Kalo sudah dia disuruh main? Nendang dia
kagak bisa. Namanya juga penonton dan wajar saja penonton juga kalo nggak
bersuara nggak rame lapangan.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Maka keragu-raguan merupakan penyakit yang
menghalangi orang yang pada saat itu seharusnya dia sudah berbuat dia malah
berpangku tangan, akhirnya dia malah akan menjadi orang yang ketinggalan
kereta. Sementara hidup tidak berjalan mundur kebelakang dan tidak juga
berenti. Tidak ada kata berhenti atau mundur dalam hidup. Berhenti kita di
injak orang, mundur kita hancur.
Hidup ini seperti cerita tentang tentaranya
toriq bin ziad di selat jabal toriq ketika pasukan sudah menyebrang di daratan
spanyol di selat jabal thoriq, seluruh kapal-kapal ini di bakar oleh thoriq bin
ziad. Beliau sadar dalam menghadapi tentara yang jumlahnya lebih banyak dari
tentaranya sendiri maka kapal-kapal itu di bakar, lalu beliau pidato:
أيّها
الناس، أين المفر؟ البحر من ورائكم، والعدوّ أمامكم، وليس لكم والله إلا الصدق
والصبر
Artinya:”Sodara-sodara
sekarang mau lari kemana, kita tidak punya pilihan lain di belakang laut di
depan musuh, mau pulang kapal sudah saya bakar semua, ini termasuk
menghilangkan keraguan tentaranya, mundur kecebur dan mati, maju menghadapi
musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak resikonya juga mati, tapi mati maju mati
syahid, mati mundur kecebur mati konyol”.
Pilih
kata thoriq bin ziyad, dan tentu tidak ada pilihan lain. Menghilangkan keraguan
di kalangan tentaranya. Juga menghadapi kehidupan ini, menimbang
adalah perlu tapi berbuat lebih perlu lagi jangan takut salah karena salah
berbuat lebih baik daripada tidak pernah salah karena tidak pernah berbuat,
kesalahan pada akhirnya akan mendidik kita untuk tidak salah lagi pada
masa-masa yang akan datang.
Kedua, الْحَزَنِ “Penyakit duka cita”.
Manusia itu ego nya terlalu besar, kalau
dia kehilangan sesuatu yang ia senagi
atau menemukan sesuatu yang dia tidak harapkan dia bersedih, kesedihan itu
timbul sebenarnya karena ego nya, bapaknya meninggal dia sedih.
Sebernarnya kesedihannya bukan matinya bapaknya tapi kesedihannya karena dia
tidak punya orang tua lagi, dia nya itu yang dia tangisi, aku nya. Perkara
bapaknya mati sih memang semua yang hidup pasti mati. Tapi dia nggak punya
bapak itu yang bikin dia sedih, aku nya itu/ ego nya manusia itu.
Seorang perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya dia menangis bukan karena
suaminya yang mati tapi karena dirinya tidak bersuami, dirinya yang lebih
banyak dia tangisi, ego nya itu yang lebih banyak bicara.
Oleh karena itu agama mengajarkan sebagaimana Nabi
saw. Bersabda: yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu
secara marfu’:
أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى
أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ
يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
Artinya: “Cintailah kekasihmu sewajarnya, karena
bisa jadi suatu saat dia akan menjadi seorang yang engkau benci. Dan bencilah
orang yang engkau benci sewajarnya saa karena bisa jadi suatu saat dia akan
menjadi kekasihmu” (HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh syaikh Al Albani).
Sodara-Sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Maka cintailah harta, cintai
kedudukan,
cintailah harta benda, cintailah anak dan istri
sekedarnya saja sehingga tidak berakar dan berurat, sebab kalau sampai dia
berurat dan berakar di hati ini nanti ketika datang saat berpisah kita
seakan tidak mau menghadapi kenyataan, kita seakan ingin lari dari kenyataan, tetapi kalau sifat ala kadarnya seluruhnya sudah diperhitungkan.
Oleh karena itu untuk untuk menghadapi sifat
duka cita ini kuncinya adalah iman. Siapasih orang yang tidak pernah sedih
dalam hidup ini tapi siapa orang yang tidak pernah senang dalam hidup ini?
Tidak ada orang yang senang terus dan tidak ada orang yang sedih terus dia
silih berganti bahkan itulah yang membuat hidup ini jadi nikmat. Coba hidup ini
isinya ketawa saja? Monoton, sebaliknya jika hidup ini isinya nangis saja?
Bagaimana rasanya tapi ada senyum ada tawa, ada suka ada duka itulah tumbuh dan
romantika kehidupan.
Cuman
tentu saja sodara-sodara duka cita yang pada gilirannya akan membawa kepada
kebahagian itu yang harus berani kita hadapi, tapi duka cita yang tidak
beralasan itu yang jadi penyakit. Kaya sedih takut miskin, inikan tidak
beralasan, udah punya jabatan takut turun jabatan dengar mau ada Mutasi
gerusak-gerusuk, kan ini yang tidak beralasan. Duka cita semacam ini tidak
beralasan, tidak sadar bahwa pada awalnya itupun tidak dia miliki. Kalau duka
cita itu akan mebawa kepada kebahagian tidak perlu kita takuti. Satu contoh
misalnya, kalo di depan sodara saya taro dua buah gelas, yang satu isinya jamu
dan yang satu isinya sirup. Kira-kira sodara milih jamu apa sirup? Orang yang
berfikir panjang pasti minum jamu, pahit memang, getir memang, waktu minum tapi
besok badan sehat tenaga kerja kuat semangat hidup tumbuh. Ini orang islam
orang yang berfikir jauh kedepan, kedepan kemana? Dia tidak hanya memikirkan
dunia dia memikirkan alam kubur, akhirat maka dia berani minum jamu. Apa jamu
itu? Puasa, itu jamu dan pahit, sembahyang itu juga jamu dan pahit, sedekah
juga jamu dan pahit tapi itu sekarang tapi besok kita pulang kea lam kubur, ‘ya
Allah nikmat alam kubur, untung waku di dunia minum jamu, waktu di dunia
sembahyang kuburan terasa nikmat, waktu di dunia sedekah kuburan terasa di pake
AC’, padahal mah cuman goceng sedekahnya.
Adapun orang diluar islam, dia berfikir pendek
yang dia lihat cuman di depan hidungnya saja dia tidak memikirkan alam kubur,
dia tidak memikirkan akhirat yang dia fikirkan cuman dunia saja, ‘kenapa gua
mesti minum jamu yang pahit, ini sirup nih manis’, dia minum sirup dan manis
memang waktu minum tapi besok bibir jontor, bengkak, sariawan.
Sodara-sodara kaum muslimin.
Tidak sholat sirup, manis. Orang-orang puasa
dia tidak puasa, sirup, manis!. Bakhil, pelit sirup, manis! Kata setan, ‘udah
itu harta tumpuk saja jangan di sedekahin, sirup manis memang. Tapi, besok dia
pulang kealam kubur baru terasa bibirnya bengkak, baru timbul, “gua nyesel
bangat minum sirup kemarin”.
Jadi, ini saya katakana kuncinya adalah iman,
berangkat dari surah ali-imran ayat: 139 Allah berpesan:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman”. (Qs. Ali-Imran: 139).
Kamu tidak perlu gundah hati kamu tidak perlu
duka cita dan sedih hati, karena sesungguhnya kamu tinggi jikalau kamu
benar-benar beriman. Jadi dengan iman duka cita yang tidak beralasan tidak perlu ada, karena
sikap duka cita yang tidak beralasan merupakan penyakit rohani yang menjadi
penghambat agar orang tidak memperoleh kemajuan apapun dalam kehidupan ini.
Ketiga, الْعَجْزِ “Penyakit Lemah”.
Nabi menyatakan:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ
الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ
وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ:
لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ
وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Artinya: “Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza
wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.
Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah
pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali
engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata,
Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi
katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia
kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan”. (HR. Muslim, Ahmad,
al-Nasa’i).
Sifat
lemah tidak disukai oleh agama dan merupakan penyakit batin, bukan lemah
lembut, tapi lemah. Lemah dalam hal apa? Ya segala lemah, Lemah ekonomi, agama
mengajarkan:
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
Artinya: “Hampir-hampir
kefaqiran itu membawa kepada kekufuran.” (kualitas hadis ini dho’if).
Kemiskinan
bisa membawa orang kepada kekufuran, Tetapi juga terkadang kemewahanlah yang
kita takutkan kepada kekufuran, sebagaimana dijelaskan dalam hadis:
لَا
الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنْ أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ
عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
Artinya::
“Bukan kemiskinan yang ku bimbang menimpa kamu tetapi yang aku bimbang ialah dibentangkan
di hadapan kamu kemewahan dunia sebagaimana telah dibentangkan kepada umat
sebelum kamu, lalu kamu berlumba-lumba mengejarnya sebagaimana umat dahulu kala
juga berlumba-lumba mengejarnya, lalu ia membinasakan kamu seperti mana umat
dahulu kala juga telah dihancurkan oleh sifat sedemiian.” (Hadis
Bukhari-Kitab al-Jizyah no 2924)
Lalu
lemah apalagi? Lemah pendidikan dalam arti ketinggalan senagn orang lain dan
yang paling celaka adalah lemah iman. Imannya lemah tidak ada rasa cemburu
dalam agama. Jikalau anaknya diusik orang marahnya tujuh lapis langit, jikalau
keluarganya di usik orang bukan main marahnya, tapi agamanya di hina orang,
agamanya di ganggu orang, agamanya di injak-injak orang sedikitpun dia tidak
merasa cemburu. Sekarang ini orang marah kalau hartanya di usik, orang marah
kalau anak istrinya di usik, orang marah kalau temannya di ganggu, tapi giliran
agamanya di ganggu agamanya di injak-injak orang, ‘Wah, tenang-tenang saja
bah’. Tidak ada itu gairah, tidak ada itu rasa cemburu terhadap agama.
Kaum muslimin rahimakumullah.
Lemah iman
semacam ini yang sangat membahayakan untuk kelangsungan hidup beragama, di
jaman khalifah umar bin abdul aziz, dalam satu pertempuran melawan orang-orang
kafir tentaranya mengalami kekalahan, karena kalah banyak yan di tahan jadi
tawanan orang-orang kafir beberapa perwira dan banyak opsir. Tercatatlah ada 3
orang opsir yang jadi tawanan raja kafir ini.
Satu hari
raja kafir ini siding dengan perdana menterinya,
Raja:
“Perdana menteri!”Perdana menteri: “Saya tuan raja”. Raja:”Menurut kamu tawanan
islam ini enaknya diapain?”. Perdana menteri:”Wah kalau enaknya sih di bunuh
saja tuan raja, selesai urusan”.Raja: “Kalau soal membunuh sih gampang perdana
menteri”, perdana menteri:”Maksud tuan raja?”, Raja:”Bujuk saja agar mereka
meninggalkan islamnya ikut bersama kita nanti kita kasih hadiah”, perdan
menteri:”ogh begitu”, Raja:”iyah!”, perdana:”baiklah besok akan saya sidang
ketiga-tiga nya”.
Besoknya ini
3 opsir di siding di tempat terbuka langsung oleh perdana mentri, “sini
kalian”, jawab ketiga opsir itu, “baik pak!”, lalu di Tanya, “kamu tahu kamu
siapa?”, “tahu pak” jawab tawanan islam itu. Perdana mentri:”Siapa kamu?”,
tawanan:”Tawanan pak”, perdana mentri:”Yah, kalau tawanan bisa diatur kan?”,
tawanan:”diatur bagaimana?” perdana mentri:”kamu mau nggak ikut saya bersama
tuan raja meninggalkan islam agamamu, menghianati sodara-sodaramu sebangsa
setanah air dan sekeyakinan. Ikut dengan saya tinggalkan islam nanti saya
angkat kamu jadi pejabat tinggi, gaji cukup, rumah cukup, kendaraan cukup,
istriii cukup!. Tapi jika kamu menolak kamu akan saya bunuh” tawanan:” uhm,
perdana mentri, apa anda menyangka
selama ini saya berjuang ini karena pengen harta yang banyak, jaminan
hari depan yang memadai, tidak perdana mentri!, saya tinggalkan keluarga sanak
family handai taulan saya zihad karena mengharap ridho Allah SWT.”, perdana
mentri:”heem, tapi sekarang kamu tawanan kan?”, tawanan:”itu resiko
perjuangan”, perdana mentri:”kamu tidak mau meninggalkan islam mu?”, tawanan:”tidak!”,
perdana menteri:”kamu akan saya bunuh”, tawanan:”Bunuh!”, Perdana mentri:”kamu
tidak takut mati?”, twananan:” tidak!”, perdana mentri:”Kamu berani?”,
tawanan:”, tawanan:”dari kemarin, emank di kira baru sekarang saya berani, tuan
perdana mentri! Saya berharap memang saat-saat seperti ini bisa saya temukan,
ibadah saya sedikit, shalat saya kurang, puasa saya kurang, barangkali dengan
jihad saya bersimpah darah mati di tangan tuan Allah akan mengampuni dosa-dosa
saya dan saya dapat tiket untuk mencapai keridoannya”, perdana mentri:”gila
kamu!”, tawanan:”Biarin!, kalo tuan anggap ini gila saya kan bisa berbuat lebih
gila dari ini”, perdana menteri:”Saya bunuh kamu”, tawanan:”bunuh!”, perdana
mentri:”Al-gojo, lalu dipancun”. Terpisah kepala dari badannya menggeluntung
kebawah jatuh bergelindingan. Itu kepala lepas dari badan ngaji, baca ayat
al-Quran sampai perdana bingung! Minggir-minggir ini ada kepala ngaji. Ayat
yang di baca:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَىٰ
رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً . فَادْخُلِي
فِي عِبَادِي . وَادْخُلِي
جَنَّتِي
Artinya:”
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,. Masuklah kedalam
syurga-Ku”. (Qs. Al-fajr 27-30).
Matamnya
terpejam rapat bibirnya tersenyum dia gugur sebagai syahid karena membela
keyakinan dia istiqomah tidak goyah oleh tawaran jabatan, kedudukan yang
tinggi, perdana menteri geleng kepala, “Dasar orang islam”.
Perdana mentri:”panggil opsir kedua!”,
opsir II :”ya, perdana mentri”, perdana mentri:”kamu sudah lihat temanmu
barusan?”, opsir II:”sudah!”, perdana mentri:”Matikan?”, Opsir II:”Mati”,
perdana mentri:”kamu mau bgaiamna? Mau tetap berjuang dengan islam atau ikut
kami, jabtan tinggi, kedudukan tinggi, rumah tinggi, bagaimana? Atau kamu mau
mati seperti temanmu yang barusan, sudah kamu fikirkan?”, Opsir II:”sudah
perdana mentri!”, perdana mentri:”sudah apa?”, opsir II:”Sudah jangan banyak
omong!”, perdana mentri:” maksud kamu apa?”, opsir II:”Saya sudah tidak sabar
mau nyusul teman saya yang barusan itu, saya tidak bayangkan bagaimana dia
disambut oleh malaikat di syurga di sambut oleh bidadari-bidadari di syurga
menggapai ridho Allah, ooh perdana mentri sudah jangan banyak omong kalau mau
potong, potong saya!”, perdana mentri:”uhmm, ini lebih gila dari yang pertama
yang pertama masih mau diajak bicara ini malah langsung di sembelih. Ayo
al-gojo potong”. Terpotong lagi dan terpisah lagi kepalanya dari badannya jatuh
kebawah menggeluntung kebawah dan ngaji lagi, ayat yang di baca:
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ
نَاضِرَةٌ . إِلَىٰ
رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Artinya:”
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah
mereka melihat. (al-Qiyamah: 22-23).
Muka mereka
pada hari itu berseri-seri kepada wajah tuhannya mereka memandang bibirnya
tersenyum, matanya terpejam rapat dan dia ajal dengan khusnul khotimah mendapat
syahid karena teguh punya keyakinan, istiqomah dalam perjuangan tidak goyah,
tidak mencle.
Perdana
mentri:”Opsir ketiga, sini!”, opsir III:”siap-siap perdana mentri”, perdana
mentri:”kamu sudah lihat nasib kedua
orang temanmu?”, opsir III:”sudah”, perdana mentri:”matikan?”, opsir
III:”mati”, perdana mentri:”kamu mau seperti mereka?”, opsir III:”Ohg, tidak
perdana mentri!, saya tidak mau mati daripada matikan lebih baik hidup”,
perdana mentri:”kamu mau ikut dengan saya?”, opsir III:”mau perdana mentri,
mau!”, perdana mentri:”gaji besar, rumah besar, kendaran besar, istri? Cantik”,
opsir III:”mau perdana mentri, saya mau daripada tidak jadi apa-apa kan lebih
baik jadi apa-apa”, perdana mentri:”oh jadi kamu selama ini berjuang karena mau
jadi apa-apa?”, opsir III:”iyaah!”, perdana mentri:” bagus, saya musyawwarah
dulu sama tuan raja kamu diangkat jadi bupati dimana, tunggu yah!.
Perdana
mentri laporan:”Tuan raja”, Raja:”yah”, perdana mentri:”opsir III kelihatannya
baik tuan raja dia mau menghianati teman-temannya sebangsa, setanah air,
sekeyakinan menghianati bangsanya, emninggalkan agamanya dia mau ikut kita kita
angkat jadi pejabat dimana dia?”, raja senyum dan berkata:”oh kalo soal angkat
mengangkat sih gampang perdana mentri”, perdana mentri:”maksud tuan raja?”,
Raja:”cuman saya piker-pikir opsir ketiga ini kok tega-teganya, kok sampai hati
yah temannya sendiri seiman, seakidah, sebangsa dia khianati karena mengejar
kedudukan, jabatan dan harta, orang itu perdana mentri kalau sudah berani
menghianati sodaranya sendiri apalagi orang lain? Ini opsir III ini opsir bejat
ini anda bayangkan temannya sendiri dia khianati nanti kalo ada kesempatan kita
di tikamnya dari belakang”, perdana mentri:”trus bagaimana tuan raja?”, raja:”
malah saya liat yang dua tadi itu orang hebat perdana mentri punya pendirian
dna istiqomah malah kalo bisa yang dua tadi hidupin lagi”, perdana mentri:”
loh, hidupin kayak gimana tuan raja sudah kadong mati, jadi bagaimana opsir
ketiga ini?” Raja:”bunuh saja buat apa pelihara benalu jadi duri di kaki nanti,
bunuh saja!”, perdana mentri:”baik tuan raja!”.
Perdana
mentri kembali:”opsir III!”, opsir III:”siap perdana mentri saya diangkat jadi
bupati dimana?”, perdana mentri:”bupati, bupati, modar sampean!”, opsir III:”
Loh, saya mau di bunuh?”, perdana mentri:”iya di bunuh!”, opsir III:”katanya
kalau saya ikut agama tuan meninggalkan agama kami saya akan jadi pejabat
tinggi?”, perdana mentri:”kamu obsir bejat, kamu tidak punya pendirian sodaramu
sendiri seagama kamu khianati apalagi orang lain, potongan kayak kamu jadi
pejabat rusak Negara itu. Nanti juga kalau kamu jadi pejabat tugasmu hanya
membuka, meresmikan berkunjung, berkunjung, membuka, meresmikan lah kapan kamu
ngurus rakyatnya? Bejat kamu!”. Opsir III:”jadi saya mau di bunuh benaran?”,
perdana mentri:”iya di bunuh!”, opsir III:”iyalah kalau mau di bunuh saya mau
islam lagi saja dah!”, perdana mentri:”terserah, kamu mau islam lagi atau tidak
kamu tetap akan di bunuh!”, opsir
III:”iyagh saya islam lagi ajah”, perdana mentri:”Cepat!”, opsir III:”iyah,
iyah ashadu aaaaa”, macet lehernya. Perdana mentri:”ayo cepat!”, opsir III:”iya
perdana mebntri iya, ashadu aaaaaa”, tidak tuntas mengucap syahadat golok
algojo keburu sampai di lehernya. Darah mancur, pisah kepala dengan badan
menggeluntung kebawah ngaji lagi wong dia bekas santri masih bisa ngaji. Hanya
saja ayat yang di baca lain dengan dua temannya tadi, ayat yang di baca:
أَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ
الْعَذَابِ أَفَأَنْتَ تُنْقِذُ مَنْ فِي النَّارِ
Artinya:”Apakah (kamu hendak merubah
nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya? Apakah kamu akan
menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka?“ (Qs. Az-Zumar: 19).
Orang yang sudah fonis akan mendapat azab! Bisakah kamu
menyelamatkan dia dari neraka? Bertahun-tahun berjuang di bawah bendera islam
untuk kejayaan islam di akhir hayatnya dia tergoda oleh kedudukan dan harta,
jabatan dan pangkat dia bergeser, imannya rapuh, hilang istiqomahnya di
tinggalkannya agamanya dan dalam keadaan begitu dia mati, dia su’ul khotimah! Nau’udzubillah.
Hadirin kaum muslimin rahmakumullah.
Cerita diatas
termasuk lemah iman dan ini penyakit yang bahaya biar lemah ekonomi, biar lemah
pendidikan kalo iman kuat in sya Allah masih ketolong. Tapi biar ekonomi kuat
pendidikan kuat, tapi iman yang lemah, maka yang kuat tadi akan menghancurkan
nilai iman yang lemah itu tadi. Disinilah kita berlindung kepada Allah dari
lemah hati, lemah iman, lemah akidah.
Keempat,
الْكَسَلِ “Penyakit
Malas”.
Aku
berlindung kepadamu ya Allah dari penyakit malas. Malas adalah penyakit batin.
Santai perlu, refresing perlu, tapi kalau tiap hari santai apakah kita akan
jadi generasi santai? Dan persoalan apa yang bisa dikerjakan dalam keadaan
santai?
Al-Qur’anulkarim
menjelaskan dan menegaskan:
ا يَسْتَوِي
الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ
فَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى
الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً ۚ
وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ ۚ
وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
Artinya:
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak
mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta
mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan
jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka
Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang
yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”. (Qs.
An-Nisa: 95).
Orang
yang berjuang di jalan Allah tidak sama posisinya dengan orang yang duduk ngelohom,
ayem-ayem, tanpa ujur darurat yang hanya menunggu keajaiban turun dari langit
menghitung bintang yang bertebaran diatas cakrawala. Tidak akan sama orang yang
berjuang di jalan Allah dengan diam duduk nggelohom ayem-ayem, menikmati apa
yang ada tanpa berfikir untuk meningkatkannya kearah yang lebih baik.
Hadirin
yang saya hormati.
Malas
berusaha, malas beribadah adalah penyakit rohani yang ditiupkan iblis kedalam
diri sanubari kita. Makin tinggi nilai iman makin berat bisikan kemalasan itu
namun jika dibentengi dengan bahwa malas hari ini akan membawa penyesalan bukan
esok, bukan lusa, bukan minggu depan bukan pula tahun depan tapi barangkali 5
tahun, 10 tahun kedepan. Di alam kubur, di alam akhirat akibat penyesalan di
dunia akan terasa disana nantinya.
Allah
telah memberikan hidup, dalam hidup Allah memberikan energy dan kekuatan,
manfaatkan daya dan kekuatan itu untuk berusaha dan bekerja Allah tidak suka
kepada orang yang malas dan berpangku tangan menunggu keajaiban datang dari
langit sambil berleha-leha.
Allah
suka kepada orang yang yang bekerja keras karena seluruh rasul bekerja keras,
seluruh para nabi bekerja keras.
Sodara-sodara
hanya istana yang ditegakkan di dalam hayalan saja yang bisa dijangkau dengan
bermalas-malasan dan bersantai-santai, tapi istana dalam wujud kenyataan hanya
bisa dicapai dengan kerja keras dan semangat menghadapi kehidupan.
Kelima,
وَاَعُوْذُ
بِكَ مِنَ الْجُبْنِ
“Penyakit
Takut”.
Setiap orang terlahir membawa fitrah, fitrah itu
berupa sifat. Setiap orang punya sifat
takut, setiap orang juga punya sifat berani. Lingkungan, pendidikan, pergaulan
menumbuhkan mana yang lebih subur. Jika takutnya yang lebih subur maka dia akan
jadi penakut & sebaliknya jika berani nya yang subur maka dia akan jadi
pemberani. Masalah nya sekarang kapan kita harus berani & kapan kita harus
takut, bahwa semua orang semua orang punya sifat berani dan punya sifat takut
itu Real, tapi kapan kita harus berani, kapan kita harus takut. Agaknya surah
An-Nisa ayat 77 cukup menjadi sindiran:
...فَلَمَّا
كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَخْشَوْنَ النَّاسَ
كَخَشْيَةِ اللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً...……
Artinya:……”Setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan
munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan
lebih sangat dari itu takutnya…” (Qs.
An-Nisa: 77).
Manakala di wajibkan kepada mereka berjuang,
maka sebagian daripada mereka takut kepada manusia seperti mereka takut kepada
Allah bahkan lebih takut kepada manusia daripada takut kepada Allah. Ini adalah
takut yang tidak beralasan.
Lihatlah di jaman sekarang mereka yang
menebarkan maksiat punya keberanian, kenapa kita yang punya niat membela
kebenaran, mendirikan yang hak kadang-kadang di hantui perasaan takut, takut
semacam ini yang menjadi penyakit ruhani. Mereka berani terang-terangan membuka
judi, berani terang-terangan di depan umum membuka botol minuman keras
kemudian mabuk-mabukan, mereka berani terang-terangan merampok & menodong,
berani korupsi & memakan uang yang bukan haknya, mereka berani, berani dan
berani untuk sesuatu yang sesat dan menyesatkan kenapa kita di hadapkan pada
sesuatu yang benar malah menjadi lemah kemudian takut. Lebih takut kita kepada
manusia daripada kepada Allah, padahal penjara manusia paling banter sumur
manusia tapi penjara Allah, neraka Allah, azabnya Allah Seharusnya takutlah
melanggar larangan nya & beranilah melaksanakan perintahnya.
Oleh karena itu generasi muda bangkitlah,
tegakkan yang makruh hancurkan yang mungkar sesuai kemampuanmu dengan cara yang
bijaksana tentunya, tidak dengan cara yang frontal tapi yang saya maksud mereka
yang berdiri di kubu kemungkaran punya kebranian kenapa dan kenapa kita yang
berdiri diatas yang haq dan benar kadang ragu kalau kita tidak takut sama
sekali.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Oleh karenanya kita takut karena melanggar
laranggannya dan kita berani, berani karena melaksanakan perintahnya, jadi ada
waktunya kita berani da nada waktunya kita takut dengan demikian sifat penakut
ini menjadi penghalang yang menghalangi kita dari kemajuan dan kemajuan.
Padahal Allah SWT. telah berpesan kepada kita:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ
الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya: “Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. [Ali Imron :110]
Kita takut, takut karena harus melanggar
larangan. Kita berani, berani ketika menegakkan perintah Allah, “iya, islamsih
islam pak, tapi nanti kalau saya di pecat anak saya makan apa pak?”, atau ada
berkata lagi, “islamsih islam pak tapi ini resikonya pak”. Bukankah nabi
sendiri pernah memperingatkan:
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ
زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
Artinya: “Akan datang kepada
manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang
yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Akan datang suatu masa ditengah ummatku pada
masa itu orang yang konsekwen dan teguh memegang agama seperti memegang bara di
tangan, di pegang maka tangan terbakar di buang bara terlepas. Konsekwen
memegang islam resikonya berat, melepaskan dan masa bodo terhadap islam,
bertentangan dengan batin. Jikalau itu beruntunglah orang-orang yang kuat dan
teguh memegang agamanya.
Ma’asiral muslim rahimakumullah.
Hanya sifat berani yang menyebabkan islam
berhasil menembus jazirah arabiyah memasuki Byzantium dan perisa mendarat di
spanyol memasuki selat jabal toriq dan pada akhirnya mewarnai hampir 2/3
belahan dunia menjadi merjusuar di lapangan ilmu dan peradaban.berani-berani
dan berani karena benar. Jadi, yang saya anjurkan bukan berani babi, tau berani babi? Mau
nyeruduk aja, berani yang tanpa perhitungan dan pertimbangan itu berani babi
namanya. Nyeruduk aja, yah kalo yang diseruduk tahu empuk, tapi kalo yang
diseruduk mesin giling kan bongkar kepala.
Jadi, bukan berani yang tanpa perhitungan tapi
berani yang punya taktik & strategi. Sebab keberanian tanpa perhitungan
akan menyebabkan kita menjadi orang yang ngawur dan istilah social dinamakan Lion
and error spekulasi namanya dan itu harus Kediri kita keberanian tidak bisa
di cangkokkan, Keberanian harus bermuara dari kita, contoh saja ketika nabi dan
abu bakar di gua tsur kafir Quraisy yang ngejar sampe kesitu kalo mereka nekad
nengok kebawah nabi akan kelihatan, abu bakar sedikit grogi, nabi tampil:
لَا
تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Jangan takut, jangan khawatir Allah bersama
kita”.
Abu bakar, kamu tidak usah takut kamu tidak usah
khawatir Allah bersama kita, keberanian lalu timbul. Keberanian itu tidak bisa
di cangkokkan gak bisa Cuma teriak-teriak, “sodara-sodara jangan takut Allah
bersama kita”, mulutnya tapi hatinya,”apa iya, apa iya”, itu sudah tertarung di
kaki sendiri, harus ada fariasinya ibarat pepatah, ‘tukang joget yang baik
ngerti irama gendeng’. Kalo kita terlalu keras gampang di patahin orang, kalo
kita terlalu lemah di injek terus. Mestinya tau kapan meski keras dan kapan
meski lemah lembut.
Keenam, الْبُخْلِ “Penyakit Bakhil”.
Sifat bakhil bin pelit alias kikir bin medit,
ini penyakit rohani kenapa sih orang bisa kikir? karena dia tidak sadar bahwa
harta itu adalah amanah, dia tidak sadar dia diberikan kehormatan oleh Allah,
yang menjadi Agen untuk membagikan rezeki kepada orang lain, “rizki dia cuman
lewat tangan saya”, orang bakhil gak punya pikiran seperti itu yang ada, “yang
dikantong saya punya saya orang lain kagak ada urusan”. Kalo dia sadar rezeki
dia cuman lewat saya.
Kedua, orang bisa bakhil karena:
الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ
Artinya: “yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitung” (Qs. Al-Humajah: 2).
Orang yang suka ngumpulin harta lalu menghitung-hitung
hartanya. Orang kalau terlalu menghitung
kan yang ada kurang melulu. Aduh 10 ribu coba 15 ribu enak aja dah. Dapat 15
rebu dikit lagi dah kalo 20 cukup dah ini, ya gak pernah cukup sesungguhnya.
جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ kalo sudah
kesini, dia akan sampai kepada:
يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ
Artinya: “Dia mengira bahwa hartanya
itu dapat mengkekalkannya”.
(Qs. Al-Humajah: 3).
Dia akan menyangka bahwa hartanya itu akan mengekalkannya.
Sampai pada tahap keliru, kalo sudah begitu berat rasanya berpisah sama harta.
Duitnya 100 ribu hilang seribu, yang seribu yang hilang itu yang dipikirin yang
masih ada 99 ribu dia gak ingat, “Waduh mati gua”, teman-Nya nanya, “Kenapa?”,
dia jawab “duit seribu ilang”, Mati gara-gara duit seribu. Padahal yang ada
ketimbang yang ilang masih banyak yang ada, hilang itu 99 yang seribu dia
ingat.
Kalo ada orang yang
gantiin, “Lo jangan sedih deh nih gue gantiin seribu”, makin kenceng nagisnya,
“kenapa makin nangis?”, “Coba yang tadi gak ilang jadi dua ribu”. Ingat yang
tadi hilang, lalu kalo begitu kapan syukurnya kalo جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ dan sampai pada
يَحْسَبُ
أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ
harta itu
memnag bisa mengekalkan kita, kapan? Kalo harta itu kita belanjakan di jalan
Allah. Itu harta yang mengekalkan kebahagian kita berikan kepada yatim piyatu,
kita berikan dia membangun puskesmas, kita berikan dia membangun masjid,
pondiok-pondok pesantren, memakmurkan majelis-majelis ta’lim. Itu harta yang
dapat mengekalkan kita, adapun yang kita belikan, yah belikan pakaian, pakaian
pangkalnya di took bagus benar sekarang, tapi 4,5 tahun yang akan datang lari
kedapur bukan di bersiin tapi ngebersi’in. makanan, makan yang paling enak,
enak cuman di tenggorokan ketika sudah masuk ke dalam perut sudah gak ada
bedanya, singkong dan sate, malah besok pagi keluar bauan sate daripada
singkong.
Tidak ada orang miskin karena dia dermawan dan
tidak ada orang makin susah karena banyak nolong orang karena mungkin
keberkahannya itu yang penting. Dia menolong orang dia tidak membalas (orang
yang kita tolong) tidak bisa emmbalas tapi Allah membukakan jalan lewat jalan
lain yang tidak dia perkirakan sebelumnya.
Tidak ada orang jatuh bangkrut karena rajin
sedekah, nabi bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya sedekahnya seorang muslim bisa
menambah umur dan bisa menolong seorang mati secara su’ul khotimah”.
Dalam Al-Quranulkarim juga dijelaskan:
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ
وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ
وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang
yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan
(pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak”. (Qs. Al-Hadid: 18).
Bakhil, pelit, kikir itu penyakit batin,
dokternya agama dan kemauan ingin baik dan sadar bahwa karunia adalah agama.
Ini penyakit bakhil gak bisa kerumah sakit, kerumah dokter medis. “Dokter saya
punya penyakit pelit, Gimana obatnya?”, jawab dokter keras saja, “suntiik!”.
Ketujuh, وَاَعُوْذُ بِكَ مِنَ غَلَبَةِ
الدَّيْنِ
“Aku berlindung
kepadamu ya Allah jangan sampai dililit hutang”.
Bahwa dalam hidup tutup lobang gali lobang itu
biasa dalam hidup, tapi gali terus gak pernah nutup. Inimah keceblos namanya, ngutang mulu gak
bayar-bayar, namanya gali lobang gak nutup.
Nabi mengajarkan kepada kita yang artinya:
“Jikalau bisa kamu tidak usah berhutang
sebab hutang itu siangnya bikin kita takut ketemu orang, malamnya susah tidur”.
Tetapi adab hidup, apalagi kita yang ekonominya
menengah kebawah biasanya tutup lobang gali lobang saling menerima saling
memberi, tapi yang diajarkan oleh Agama. Oke, silahkan asal bisa nutupin, kalo
tiap hari gali lobang melulu kan keceblos akhirnya.
Oleh karena itu apalagi hutang ini menyangkut Hukukul
adami (hak-hak sesama manusia) itu diakhirat nnati tobbatnya lebih sulit
karena syarat tobat nya ada empat: sodara nyuri sandal syarat tobatnya,
menyesali, berjanji tidak mengulangi, meninggalkan perbuatan itu, sandal orang
balikin atau minta maaf/minta ridho dari yang bersangkutan sebab ini menyangkut
Hukukul adamiyi (hak-hak manusiawi). Tidak bisa ssodara nyolong sandal
tobbat langsung kepada Allah, “tobat tuhan nggak nyolong lagi”, tapi sandal
orang di bekak terus ya belum.
Jadi, silahkan gali lobang asal ada kemungkinan
untuk nutup dan kalo ada kesempatan untuk nutup, nutup dulu biar besok gali
lagi.
Kedelapan, وَقَهْرِ الرِّجَالِ “Hidup tanpa
prinsip”
Kami berlindung kepadanmu ya Allah jangan
sampai kami hidup dibawah baying-bayang orang lain, jangan sampai kami hidup di
bawah pengaruh orang lain, hidup di setir orang lain badan mereka, tapi jiwa
budak, kita hidup seperti robot. Hidup tanpa prinsip, tidak punya sikap
mandiri, keberadaan tidak bisa ngempeng pada orang lain, kekayaan tidak bisa
dengan mengakui leluhur.
Mungkin diisni saja pembicaraan kita kali ini,
semoga bermanfaat mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan.
وَ السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar