“HAK & KEWAJIBAN
SEBAGAI SUAMI DAN ISTRI”.
الْحَمْدُ
لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا
وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْمُرْسَلِيْنَ،
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:
Sodara-sodara kaum muslimin
rahimakumullah.
Banyak rumah
tangga bahagia tercapai apa yang menjadi cita-cita dan tujuan, tetapi tidak
jarang rumah tangga yang tenggelam sebelum sampai kepada pantai yang di tuju.
Pada saat
perkenalan seseorang dia merasa bahwa pasangannya itulah yang akan memberikan
kebahagian kepadanya, hari-hari dimana pertemuan selalu menjanjikan dan
menyanyikan keindahan bahkan sehari tak bertemu rasa seminggu katanya, seminggu
tak bertemu rasa sebulan, sebulan tidak bertemu, pingsan !. Tidak ada
tanda-tanda sesuatu itu akan menjemukan namun, setelah memasuki kehidupan rumah
tangga, baru beberapa bulan saja, baru beberapa tahun saja, semua impian tadi
sirna dan musna, bahagia yang di sangka sengsara yang menimpa, keindahan yang
di harap malah kemalangan yang tumbuh.
Itu sebabnya
orang tidak bisa meresapi hikmah dari pada kehidupan berumah tangga, tidak
menyadari tanggung jawab dan kewajiban yang berbuntut tidak timbulnya saling
pengertian dan pada akhirnya tidak akan tumbuh ketenangan dalam rumah tangga
itu.
Bukankah
kewajiban akan saling memberikan pengertian, pengertian membawa ketenangan dan
ketenangan adalah tangga utama untuk mencapai rumah tangga bahagia. Oleh karena
itu kita mulai saja dengan kewajiban sebagai seorang suami di dalam memimpin
rumah tangga bahagia itu.
Pertama,
mempergauli istri dengan baik.
Setiap suami
manakala dia sudah selesai mengucapkan ijab dan Kabul di hadapan tuan pemulu
atau tuan Qadhi, maka iapun mengucapkan shigat ta’liq yang berisi perjanjian
dari seorang suami, bahwa dia akan mempergauli istrinya dengan baik. Muasarah
bil ma’ruf menurut tuntunan syariat agama islam.
Walaupun
dhohirnya janji itu di ucapkan di depan tuan penghulu, namun pada hakikatnya
itu merupakan janji seorang muslim kepada Allah SWT. ini tiada lain karena
nikah menurut pandangan islam, merupakan sesuatu yang sakral, merupakan sesuatu
yang suci dan ibadah kepada Allah swt. Firman Allah swt
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ…….
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan
jalan paksa…” (Qs. An-Nisa: 19).
Dengan kata
lain pernikahan harus dilaksanakan dengan dasar suka sama suka tidak ada pihak
yang terpaksa dan tidak ada pula pihak yang di paksa. Kita tidup tidak lagi di
jamannya siti nurbaya, walaupun barangkali cinta memang bisa timbul setelah
pernikahan tapi akan lebih baik kalau dia di awali dengan saling kenal mengenal
dan saling memahami latar belakang masing-masing untuk memudahkan saling
pengertian:
…وَلَا
تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ
بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ…..
Artinya:
“….dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka
melakukan pekerjaan keji yang nyata…” (Qs. An-nisa: 19).
….وَعَاشِرُوهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ
تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Artinya:”….Dan
bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (Qs. An-Nisa: 19).
Ini merupakan
tuntunan umum betapa seorang suami harus mempergauli istrinya dengan baik.
Karena bagaimanapun hak milik seorang suami kepada istrinya adalah milkul
manfa'ah, milik untuk mengambil manfaat bukan milkul mutlak
sebagaimana seseorang memelihara budak umpamanya, yang bisa di hitam putihkan,
bisa di jungkir balikan bisa di perlakukan dengan seenaknya itu bertentangan
dengan tuntunan agama kita, adalah kewajiban seorang suami mempergauli istrinya
dengan baik.
Kedua, seorang suami
harus menaruh perhatian, menjaga kehormatan dan bila perlu turut membantu,
menolong pekerjaan istrinya.
Menaruh
perhatian sampai kepada hal-hal kecil, sehingga si istri merasa bahwa
dia mendapat tempat dia mengadu, ada tempat dia melarikan persoalan, ada tempat
Curhat, sejak sampai tingkah laku, berpakaian, perhiasan, make up dan lain
sebagainya.
Karna tanpa
ada perhatian dari seorang suami biasanya istri akan menjadi malas, baik utk
bersolek, baik untuk membina dan mengatur rumah tangga dan lain sebagainya.
Apalagi, tidak berat lidah untuk memuji perbuatan baik yang di lakukan oleh
istrinya, dan tidak mencela secara langsung perbuatan-perbuatan salah yang
dilakukan oleh istri, dia bisa menegur dengan bijaksana dan dewasa.
Sodara-sodara kaum muslimin
rahimakumullah.
Seorang
sahabat bernama salman Al-farisi mempunyai adik perempuan yang menikah dengan
abi dzar Al-gifari, satu hari salman menengoki adik perempuan ini di rumahnya.
Di lihatnya adeknya rambutnya acak-acakan, pakaiannya kumuh, pendeknya nggak
enak di liat. Salman memberikan nasehat "kau bersoleklah sedikit supaya
suamimu betah di rumah. Kata adiknya, "untuk siapa saya bersolek ?",
salman "ya untuk suamimulah", adiknya menjawab "suami saya
jarang di rumah", salman "Lalu kemana ?" adiknya " di
mesjid terus".
Mendengar ini
salman lalu pergi mengadu kepada baginda rasul kemudian baginda rasul
mengatakan ( انّا لكل شْ حقّsegala sesuatu itu
ada hak nya) Allah ada hak untuk di sembah istripun ada hak untuk di penuhi. Melalaikan
suatu hak berarti melakukan kedzaliman. Disini kita melihat karena kurangnya
perhatian abi dzar Al-ghifari kepada istrinya, akan mengakibatkan kemalasan si
istri untuk mendandan dirinya sendiri. Dengan mendapat perhatian, maka
kegairahan dalam berumah tangga rasa-rasanya akan mudah terwujud.
Kalau istri
bersolek kata suaminya "akh, Kau memang pandai milih warna" walaupun
barangkali warnanya nora betul, tapi kalo pada saat itu si suami jujur kan akan
timbul pertengkaran. Kadang-kadang istri bersolek suami apa katanya? "Lu
mah, dandan nggak dandan sama!”. Inikan sudah tidak menghargai, sudah tidak
menaruh perhatian, “sudahlah, kamu dandan gak dandan, sama! gue kenyang
liatnya". tentu istri akan tersinggung dan nantinya tidak ingin berdandan
lagi.
Sodara
hadirin yang saya muliakan.
Tidak menaruh
perhatian, sehingga istri merasa tidak diperhatikan. Lah kalau sudah tidak
diperhatikan lihat saja jangankan contoh seperti dirumah tangga, apa saja.
Seorang anak kalo tidak merasa diperhatikan oleh orang tuanya dia akan
sewenang-wenang. Begitu juga seorang pegawai kalau sudah merasa tidak
diperhatikan oleh atasannya maka semaunya kerja. Begitupun seorang istri kalau
dia sudah merasa tidak diperhatikan oleh suaminya, akibatnya dia akan dandan
semaunya dia akan ngurus rumah tangga semaunya, dia akan memasak-masak semaunya
dan kalo sudah semaunya begini alamat tidak aka nada keharmonisan di dalam
kehidupan rumah tangga itu sendiri.
Suami yang
baik sangat menaruh perhatian kepada istrinya dari hal yang kecil sampai hal
yang besar, tapi tidak lalu berlebihan dan kelewatan. Contoh, karna terlalu
perhatian dan ingin tahu, jangan lalu suaminya yang beliin bedak, over
acting namanya. Berlebih-lebihan sampai kepada sesuatu yang tidak pada
tempatnya.
Disamping
menaruh perhatian juga menjaga kehormatan istri dan bila ada waktu dia turut
membantu, menolong pekerjaan dari pada istrinya. Bukankah seorang perempuan mau
melakukan nikah dengan seorang laki-laki karena dia mendambakan hidup yang
bahagia. Terus terang saja itu kadang-kadang istri kita ini lebih banyak
borongan. Yang saya maksud borongan itu, ya dia masak, ya dia nyuci, ya dia
membersihkan rumah tangga, istri borongan.
Baiklah kalau
memang barangkali kondisi ekonomi kita belum menunjang kearah sana, tetapi walaupun
istri berkewajiban utk taat kepada suami tetapi adalah wajar suami juga
tenggang rasa dan timbang-timbang untuk membantu istrinya. Rasulullah saja
tidak jarang menjahit bajunya sendiri, memperbaiki kasurnya sendiri Artinya
pada waktu yang terluang yang memang bisa dilakukan jangan mengandalkan kepada
istri dengan demikian istri merasa, bahwa resiko membina rumah tangga merupakan
resiko bersama.
Ketiga,
seorang suami yang baik tidak mengeluarkan kata-kata yang kasar.
Kenapa sih
seorang suami tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang kasar, sebab apa?
Perempuan adalah mahluk yang paling cepat tersinggung , perasaannya halus dan
saya kira perempuan itu lebih sakit di tampar dengan Bahasa daripada ditampar
dengan tangan. Kalau ditampar dia dengan tangan urusannya paling nangis dua
atau tiga jam, tapi ditampar dia denga kata-kata, di tampar dia dengan omongan
itu sangat menyakiti hatinya.
Seorang suami
yang baik tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan. Kata-kata
kasar, dia pandai menggunakan kata-kata yang baik untuk emnghidupkan rumah
tangganya. Rasulullah seringkali emmanggil Aisyah itu dengan humairoh, حميراء humairo dari kata a’mar yang
kemerah-merahan. Sebab rupanya kulit pipi Aisyah itu kuning kemerah-merahan
seperti tomat mengkel. Sehingga panggilannya تعل ىا
حمىراء kemarilah wahai yang
kemerah-merahan. Alangkah indahnya panggilan ini. Kadang-kadang kitamah jujur
suami ini ketauan istri bongkok, enak aja manggilnya, “bongkok!, sini lu”,
jujur tapi nyakitin.
Sodara-sodara
kaum muslimin rahimakumullah.
Kadang-kadang
inilah, Bahasa perbuatan sangat berpengaruh dalam menciptakan keharmonisan
dirumah tangga. Waktu pacaran mah manggilnya “yank”, “hummmn.. Mau kemana yank
?” Udah endah aja ini. Begitu berumah tangga masih indah, manggilnya
"kakanda", punya anak satu "bapaknya anak-anak", punya anak
dua "Bapak Lu", sudah tiga anaknya, bapaknya hilang, manggilnya
“Elu”.
Panggilan ini
mengalami pergeseran. Lah begitu juga suami, ketika pacaran bukan main, ketika
melakukan akad nikah sedang honey mau bulan madu, asyik betul. Kemana-mana
selalu bersama, kondangan selalu bersama, resepsi pergi bersama, jalan
bergandengan tangan, istri sedikit terpeleset kuatir bukan main,
"hati-hati yank". Uhmnn...Sudah anak tiga istri ngajak kondangan,
kata suaminya apa? "Lu pegi duluan
aja dah", pulang kondangan istri lapor "Bang saya kepleset",
jawab suaminya apa ? "Emank lu mau mampus", kejaaaaam betul. Hilang
panggilan yang tadinya begitu mesra.
Sodara kaum
muslimin rahimakumullah.
Ini kata-kata
tadi keliatannya kecil saja, tapi sangat besar pengaruhnya dalam menciptakan
rumah tangga yang bahagia ini. Suami yang baik tidak mengeluarkan kata-kata yang
menyinggung perasaan, kalaupun dia marah betul dia tidak mencaci maki secara
langsung, dia bisa menggunakan kata-kata kiasan. Maka agama memberikan
tuntunan, jika suami marah jangan memukul muka dan memukulpun bagian terakhir
jangan jalan pertama. Kadang-kadang ada juga di jaman sekarang suami marah sama
istri seperti orang gebukin maling. Jangan !, kata agama jika kamu memang tidak
suka, tegur dengan kata-kata, lemah lembut, jika lemah lembut tidak bisa juga,
sedikit keras, sedikit keras tidak bisa, bentak, di bentak juga masih nekad, ya
pisah tempat tidur, pisah tempat tidur pun tidak bisa, ya pukul, jangan mukanya
bagian lain dari tubuh itupun tujuannya bukan utk nyakitin tapi untuk mendidik.
Sodara
hadirin rahimakumullah.
Misalnya
istri tidak sholat, suami tampil, “buk sholat, malu dong sama tetangga kalau
ndak sholat”. Kalu lemah lembut tidak bisa besok kencengin lagi dikit ngingatinnya,
“kemarinkan udah di bilangin sholat!”, dua kali. Belum juga mau, “sholat gak
nih?”. Mulai naik tensi omongan, masih nekad? “begini saja, saya dari kalem
ampe bentak sekarang kamu gak juga sholat. Saya mulai gak enak pikirannya,
mulai ntar malam kamu tidur kamar depan saya tidur kamar belakang, pisah tempat
tidur.
Kadang-kadang
gak kuat emosi kalo sudah marah sama istri ngeludes lalu istri di usir,
“sudah!, pulang kerumah moyangmu sana”. Kata agama jangan, pisah tempat tidur
saja, “sudah, kamu tidur kamar depan, saya tidur kamar belakang”, pisah tempat
tidur. Kenapa? Nanti malam kalau hujan turun pikiran berubah dan merasa perlu
kan tinggal pindah kamar.
Secaar
psikologis doara-sodara jadi, melalui prosesing. Oleh sebab itu kata-kata
sangat besar pengaruhnya di dalam membina kehidupan dirumah tangga. Seorang
suami yang baik tidak mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung istrinya,
sebaliknya istripun demikian tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung
perasaa suaminya walaupun sama dosa nya yah, tapi lebih besar ketersinggungan
seorang suami daripada seorang istri ini. Namun agama memberikan tuntunan,
suami yang lebih dahulu yang diajarkan jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa
menyinggung perasaan baik itu menyangkut dandanan istri, caranya pakaian,
jalannya ataupun masakannya. Jadi, masakannya sekalipun tidak kita sukai ya
tidak usah. Misalnya, sayurnya keasinan begitu di cobain mata platat plotot.
Keasinan, dan gak usah lantas tolak pinggang, “lo masak ngelotot ya?”, tidak
usah.
Sodara hadirin
yang saya muliakan.
Jadi, itu
dari segi masakan, dari segi pakaian. Umpamanya istri kita berpakaian tidak
sesuai dengan tuntunan agama, cukup kita bisa berkata “pakaianmu sebenarnya sih
bagus, motifnya, potongannya. Cuman kok potongan badanmu keliatan betul
terbungkus pakaian itu, alangkah lebih baiknya…”, dengan demikian istri nggak
tersinggung. Darpada sudah bagus-bagus lalu si suami ngobral kata tidak enak, “bagus lu kaya nangka di
krosoin” allahu akbar. Istri tentu saja tersinggung atau dia pakai bedak
berlebihan, ya tentu diapun begitu karena dirinya punya kebanggan suaminya
jalan dengan dia, dia merasa bangga. Tapi over bedaknya berlebihan, lipstiknya
berlebihan. Suami usil begitu istrinya keluar ditanya, “mau main topeng monyet
dimana?”, tentu dia akan tersinggung karenanya, ini yang ketiga.
Keempat,
Seorang suami yang baik jangan memberikan pekerjaan di luar batas kemampuan
isterinya, tugas istri itu nyaris 1x24 jam, seorang suami bagaimanapun payah
dia bekerja, pulang dia beristirahat tidur malam dia bisa tidur dengan nyenyak,
tapi seorang istri apalagi dia punya anak kecil bayi, misalnya. itu nyaris jam
kerjanya 1x24 jam, sejak bangun tidur sampai tidur lagi bahkan tidurnyapun
selalu di usik oleh anaknya, anaknya kalem, bapaknya yang ngusik.
Jadi, jangan
memberikan pekerjaan di luar batas kemampuan. Kata pepatah "Apabila kamu
ingin di taati, perintahlah apa yang orang mampu kerjakan”. Jadi, kalo kita
memerintahkan seseorang untuk melaksanakan sesuatu yg jelas dia tidak mampu,
itu artinya kita tidak ingin di taati oleh orang itu, bukan dia tidak mau taat
tapi jenis pekerjaan yang kita berikan diluar batas kemampuannya. Lah, kalau
sudah begitu itu lalu saja seakan-akan menurun jadinya.
Tadi sudah
saya katakana, kadang-kadang istri kita ini, istri borongan. Dalam arti ya dia
masak, ya dia nyuci, ya dia ngepel, ya dia jemur, ya dia nyetrika, borongan.
Terlalu berat tugasnya oleh karena itulah seorang suami yang baik, dia harus
tenggang rasa tembang diri, tidak memberikan pekerjaan di luar batas kemampuan
dari pada istri. Kalo tidak mampu karena merasa dimanjakan oleh suaminya,
karena merasa mendapat angina lalu manjakan mestinya mampu lalu berpura-pura
tidak mampu. Apalagi suaminya sedikit-sedikit mau menolong dia. Di posisi ini
bisa berbalik loh karena terlalu memanjakan istri, istri bisa ngelunjak
kahirnya suami yang nyuci, suami yang nyetrika, istri? Istri tidur. Walaupun
tentu saja tidak jelek tetapi itu sudah over acting namanya.
Sodara-sodara
hadirin kaum muslimin rahimakumullah.
Kelima, mencukupkan
belanja rumah tangga.
Cukup itu
relatif, cukup menurut ukuran standar kemampuan kita. Sebab kemampuan kita
mungkin tidak batas, tetapi kemampuan kita yang terbatas. Kalau kemauan ini
bisa kita ukur dengan kemampuan Insya Allah kita cukup, orang kaya adalah orang
yang hidupnya paling cukup. Salah kalo kita berkata kalau orang kaya itu yang
rumahnya gedung bertingkat, tidak betul orang kaya itu yang mobilnya lima yang
gajinya jutaan yang kebun nya luas, tidak ! Orang kaya orang yang hidupnya
cukup. Orang miskin ? Orang yang selalu merasa kurang.
Jadi, kalau ingin jadi orang kaya, gampang sekali cukup
dengan apa yang diberikan Allah kita sudah kaya . Tapi kalo ingin miskin maka
bukalah mata selebar-lebar bagaimanapun banyak nikmat Allah berikan kepada kita
tidak pernah ada rasa cukup dikala itu akan tertanam sifat kemiskinan di dalam
diri. Maka ukuran cukup ini relatif, jadi kalo memang ekonomi menengah kebawah
jangan ingin cukup seperti halnya ekonomi menengah keatas.
Nah, sodara-sodara disamping belanja rumah tangga, makanan,
minuman dan lain sebagainya. Bila ada kelebihan rizki juga perhiasan istri
karna istri itu:
الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة
الصالحة )رواه مسلم(
Artinya: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah
wanita sholihah.”
(HR. Muslim)
(HR. Muslim)
Perhiasan hidup di dunia. Jangan lalu berat hati "eh,
kan suami yang peras keringat banting tulang pergi pagi pulang sore, mestinya
suami dulu dong penuhi makan, minuman dan pakainnya", memang betul, tapi
jangan lupa istri itu bagian dari hidup suami baik dia di pandang orang, baik
pula kita sebagai suami di pandang orang. Orang nanti bilang, "mpo
ano", "knp ?", “gua gerrang banget liatnya", "emang
knp ?", " ke pasar pake kutang doang", kata temannya :"
terang saja dia kan bini nya si udin itu”, si udin yang nggak tau apa-apa ikut
kesebut juga, istri adalah bagian hidup dari suami. Suami mentang-mentang dia
cari duit lalu buat dirinya dia beli pakaian yang mahal-mahal istrinya cuman
nggak karung doang di pakaiin.
Istri adalah bagian dari hidup kita baik dia dilihat orang
baik kita diliat orang, jelek dia di
mata orang jelek juga kita jadi pembicaraan orang. Ini tidak lain karena dia
perhiasan bagi suami dan bagian dari kehidupan kita adalah suatu perbuatan
dzolim misalnya, kalau seorang suami manakala dia memperoleh rizki mampir di
restaurant. Kalau tidak ada duit baru dia pulang kerumah, sementara dia
enak-enak makan-makan yang serba nikmat dan lezat di restaurant serba ada
istrinya dirumah cukup kangkung saja sama toge. Adalah suatu perbuatan dzolim,
istri berhak menuntut karena itu memang merupakan haknya. Begitu besar nilai
pahala memberuikan nafkah ini sampe-sampe nabi dalam hadis yang diriwayatkan
oleh imam muslim dan hamad bersabda:
Dari Abu
Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ
اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى
مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى
أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
Artinya: “Satu dinar yang engkau
keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk
memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan
untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan
untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang
disebutkan tadi, pen)”
(HR. Muslim no. 995).
Uang yang kamu belanjakan di jalan Allah, uang yang kamu
belanjakan untuk membebaskan budak, uang yang kamu sedekahkan kepada miskin dan
uang yang kamu belanjakan untuk menafkahkan keluargamu pahalanya itu lebih
besar uang yang kamu belanjakan untuk nafkah keluargamu. Ya Allah! Jadi rupanya
pahalanya sedemikian besar, sodara hadirin yang saya muliakan ini kewajiban
yang kelima.
Keenam, Seorang suami yang baik harus
berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dari pada istrinya, sebab selain dari
pada berfungsi sebagai seorang suami, dia juga berfungsi sebagai guru dari pada
istrinya.
Kalau dia tidak bisa membimbingnya secara langsung
setidaknya doronglah istrinya untuk menghadiri pengajian, majelis-majelis
taklim bergaul denagn ustadzah-ustadzah sehingga terdapatlah peningkatan
pengetahuan paling kurang pergaulan dan pengetahuannya bertambah luas, cara
pandangnya juga tidak terlalu sempit karnanya. Sebaliknya inipun harus
dimanfaatkan oleh istri sebaik-baiknya dengan niat ikhlas dari rumah mencari
ilmu, yang repot kadang-kadang brangkat ngaji sampai di pengajian suaminya di
akur-akurin atau tetangganya jadi bahan gunjingan, ngajinya setengah jam
ngomongin orang sejam setengah. Ini malaikat bingung, “brengsek bangat ni
orang”.
Ini yang kadang-kadang menimbulkan hal negatif, padahal
keluarnya dari majelis ta'lim, keluarnya dari pengajian tapi karena di
pengajian yang di liat anting temannya, gelang temannya, rante temannya, lalu
walaupun nggak tau jadi blaga sok tahu baru dapat berita burung, "eh,
katanya si ano ?","woooohhh,, iya ano-ano".
Sodara
hadirin yang saya muliakan.
Akhirnya nantikan suami jadi pegel, “lah kok di suruh ngaji
bukannya jadi benner malah gossip”. Rupanya ini tidak memanfaatkan peluang yang
di berikan itu seperti seharusnya. Jadi kalo memang seorang suami tidak bisa
membimbing langsung istri dalam hal peningkatan ilmu pengetahuan, doronglah dia
berikan kesempatan untuk menghadiri pengajian, majelis ta,lim lebih membuka
nuansa pergaulan, memperluaskan pandangannya dan ada refresing. Ini yang perlu,
refresing. Apakah suami ini pernah membayangkan bagaimana kalo kita 1x24 jam,
mesti ada di rumah saja ? Tiap hari menghadapi hal-hal yang itu saja ? Apa
tidak menimbulkan kejenuhan ? Kalo kita begitu apa istri pun tidak begitu ?
Karna itu sangat bijaksana kalau ada waktu luang ajaklah istri dan anak-anak
makan di rumah makan, kalau ada kelebihan rizki. Tapi jangan maksa-maksa karena
terlalu ingin lalu ngutang dulu sama teman, jangan itu juga gak betul. Niatnya
baik cuman ngutangnya tadi yang nggak betul. Ya refresing, rileks, santai apa
itu ketaman safari, apa itu ke bogor supaya istri merasa ini merasa ada
selingan tidak jenuh, tidak monoton. Sebab kalau dia jenuh akhirnya kan, “gue
bolak-balik dapur melulu”.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Kejenuhan ini pada suatu saat akan meledak tanpa
tersalurkan, dia akan akhirnya mencari saluran sendiri ia kalau positif, kalau
negative? Innalillah.
Oleh karena itu seorang suami yang baik berkewajiban
meningkatkan pengetahuan isterinya sebab boleh jadi istri tidak melaksankan
kewajiban karena ketidaktahuannya. Lah kalo tidak tahu jangan di
goblok-goblokin, mestinya di bimbing diberikan kesempatan ngaji, “kamu di suruh
begini saja nggak bisa, emank goblok!”. Bukan di bombing malah di
goblok-goblokin. Lalu isterinya Bahasa prancisnya itu “ngelongso”, apa itu
ngelongso? Narik diri, apa katanya?, “Lo tau gue goblok napa kawin sama gue?”.
Nahh, atau pada kata yang lebih ndak enak, “gue di goblok-goblokin juga, di
pake juga!”. Kan lebih tidak enak lagi toh?. Jadi, sodara-sodara hal-hal yang
memerlukan kesabaran diri memang menuntut kedewasaan diri.
Seorang suami yah kalo satu atau dua bulan berumah tangga
segalanya masih menjanjikan dan menyanyikan keindahan, tapi makin hari kita
bergaul dirumah tangga, kita makin tahu. Karakter, mental, sifat diri daripada
istri. Kekurangannya mulai kelihatan, keburukan wataknya mulai Nampak di kali
itulah kita sebagai suami harus merasa sabar membimbing mereka. Kalau waktu dua
bulan atau tiga bulan pertama rumah tangga namanya honey mount segalanya indah
mana ada kekurangan, masakan keasinan lezat!, nasi kekerasan, asyik! Segalanya
yah tidak pernah salah selalu betul. Istri masak keasinan liat si suami mlotot
mata nanya, “sayur keasinan yah?”, “enggaaak!” soal keasinan bagus. Keasinan
masih bagus, kenapa? Udah endah aja dah. Tapi mampukah ini bertahan? Ini yang
jadi masalah, mempertahankan Susana kebersamaan itu.
Sodara hadirin kaum muslimin seiman dan sekeyakinan yang
berbahagia.
Ketujuh, memberi kesempatan kepada istri
untuk menengok atau bersilaturahmi denagn orang tuanya, kerabatnya atau
tetangganya.
Walaupun nantinya yah, istri tidak boleh menggunakan dengan
salah, karena apa? Karena orang tuda dan mertua itu Cuma istilah hakekatnya ya
sama ya mertua ya orang tua dan apalagilah orang tua kita. Itu cuman satu
istilah, perbedaan istilah tidak mesti kita berbeda sikap!, jangan kalau mertua
yang datang suami curiga istri dorong-dorong:”Babeluh tu datang”, babeh lu
katanya. Lalu belum apa-apa sudah buruk sangka, “biasa babehlu”, ini sudah gak
enak toh, “biasa datang bawa jeruk pulang pinjem duit”. Allahu akbar, inikan
sudah menanamkan rasa tidak enak dan malah akan lebih baik jikalau mertua suami
menyambut lebih dahulu sehingga Nampak kecintaannya tidak lagi membedakan
Antara mertua dengan orang tua. Karena itu hanya sekedar istilah.
Memberi kesempatan seorang istri walaupun akan kerumah orang
tuanya sendiri dan ijin suami itu wajib. Jangan merasa “sayakan mau kerumah
orang tua sendiri pergi kerumah orang tua kan ibadah”, iyah!. Tapi kalo sudah
punya suami yang pertama suami. Bukankah sodara pernah dengar suatu riwayat
seorang sahabat akan pergi jihad di medan perang membela agama. Ketika akan
berangkat dia pesan sama istrinya “aku mau perang membela agama, aku pesan
kalau aku belum pulang kamu jangan keluar rumah”, “baik” jawab istrinya.
Berangkatlah si suami ini dengan iringan doa istrinya. Jadi
ini istri yang baik yah suami pergi ke kantor istri berdo’a itu letak kerja
sama. “ya Allah kata istri dalam do’anya itu mudahkan rezeki suami saya kalo
rezekinya masih di langit turunin ya Allah kalau masih terpendam di perut bumi
keluarkan ya Allah, kalau masih jauh dekatkan ya Allah”. Ikhlas melepas suami dengan
iringan doa suamipun berusaha lapang tapi kalo berangkat keluar rumah sudah
dilepas oleh demo, tau demo? Monyong!. Itu suami berangkat juga hatinya sudah
kusut sudah tidak dilepas dengan do’a lalu istri juga suaminya berangkat
do’a,”sudah dah jangan di kasih rezeki dah tuhan nanti kalau di kasih rezeki
kawin lagi, nah!”.
Kalau sudah semacam ini yang terjadi bukankah masing-masing
yang berangkat kusut yang melepaspun pikiran nggak enak. Disitu letak kerja
sama.
Sodara hadirin kaum muslimin rahimakumullah.
Setelah suaminya ini pergi datang utusan dari orang tua si
istri. “salam buk!”, di jawab “waalaikumsalam, ada apa?”, utusan itu berkata
“orang tua ibu sakit keras diminta datang”, si istri itu menjawab ”maaf suami
saya barusan saja berangkat dan suami saya bilang kalau dia belum pulang perang
saya tidak boleh keluar rumah, tolong sampaikan maaf saya ke orang tua saya,
saya belum bisa datang karena begitu pesan suami saya”. Lalu pulang utusan ini
namun besoknya utusan ini balik lagi dan ditanya sama istri itu”bagaimana?”,
dijawab oleh utusan “aduh buk orangtua ibu makin parah kelihatannya tidak ada
harapan datang dah sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir”, di jawab oleh
istri itu”suami saya belum pulang saya tidak berani keluar rumah sebab begitu
pesannya sudah pulang saja saya ikut do’a mudah-mudahan orang tua cepat
sembuh”. Esoknya hari ketiga utusan ini datang lagi dan ditanya oleh
istri:”bagaimana?”, dijawab:”sudah meninggal bu! Barangkali sebelum di kubur
ibu mau ketemu”, apa jawab istri ini? “maaf saja bagaimanapun berat hati saya
suami saya belum pulang pesannya tadi begitu”. Ini rupanya utusan kessel “ini
orang sama orangtua sendiri gini-gini
amat”, lalu utusan ini melapor kepada baginda rasul apa jawab beliau? Baginda
rasul malah berkata “Dosa orangtua yang meninggal ini sudah diampuni oleh Allah
karena dia mempunyai anak perempuan yang begitu taat kepada suaminya”.
Allahuakbar, jadi ketaatannya kepada suaminya ini diberikan satu ganjaran oleh
Allah mengampuni dosa orangtua yang sudah meninggal ini.
Jadi jangan mentang-mentang merasa mau kerumah orangtua
sendiri, slonong boy. “Masa bodo laki mau tau gak tahu pokoknya gue mau
kerumah orangtua gue sendiri”. Jangan lupa setelah berumah tangga rangking
urusan pertama suami setelah itu barulah orangtua.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Begitu juga istri yang baik, mendapat ijin dari suaminya “bu tolong ambilin uang di dompet”,
sudah ijin istri yang baik dompetnya di bawain “ini saja bang ambil sendiri
nnati kalau saya ambil 10 ribu merasa kurang 20 ribu lagi. Ambil saja
sendirilah”. Lain dengan istri yang nyoloncong suami pergi mandi dompet
acak-acakan”.
Sodara hadirin baik silaturrahmi itu kepada orangtua atau
kerabat keluarga lain ataupun tetangga. Tetangga itu perlu sepanjang dia menghasilkan nilai-nilai positif karena
memang kita mahluk bermasyarakat yang
tidak boleh kalau dengan bertetangga itu menghasilkan hal-hal yang negative.
Kedelapan, wajib bersikap lapang dada dan
sabar menghadapi kekurangan-kekurangan yang ada pada istrinya. Lapang dada dan
sabar sebab memang membangun manusia itu lebih sulit dari membangun jembatan.
Kalau memperbaiki jembatan mungkin seminggu dua minggu selesai tapi memperbaiki
watak seseorang membutuhkan waktu lama. prosesing diperlukan kesabaran, sikap
lapang dada dan sabar menghadapi kekurangan-kekurangan yang ada pada istrinya
dan kekurangan-kekurangan itu jangan di ceritakan pada yang lain. Kan ada toh
kadang-kadang suami kalo ngobrol sama temannya kekurangan istrinya jadi bahan
diskusi “bini gue payah bangat da ah”, loh gak ada yang nanya istrinya di
payah-payahin. Bukannya malu mengorek aib sendirikan sama saja menepuk air di
dulang toh. Itu artinya kalau aib istri kita, kita ceritakan dimana-mana
bukankah artinya menceritakan aib kita sendiri karena istri bagian dari
kehidupan kita sebagaimanapun seorang istri tidak boleh menceritakan aib dan kekurangan
suami di masyarakat. Malah dia harus menutupi malah kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan suaminya harus dia jaga dia tetap bangga dimata saya
suami saya adalah arjuna yang tidak punya kekurangan apa-apa.
Kalaupun orang bawakan berita tidak betul itu. Walaupun
hatinya panas dia masih bisa menunjukan wajah yang sejuk walaupun dalam hati
yang panas. Sebab sodara-sodara apabila kita tidak punya filter, kita mau
tenang tapi kita bisa di bakar oleh yang lain tapi kalau filter menyaring, “bo
iya masa iya?”. Sehingga dengan demikian sikap lapang dada dan kesabaran ini
walaupun diutamakan kewajiban suami sekaligus merupakan pertimbangan bagi
istri.
Kesembilan, seorang suami wajib berpenampilan
bersih di hadapan istrinya.
Sehingga nanti menimbulkan wibawa dan dari wibawa lahir rasa
hormat tapi kalo suami kelihatan didepan istrinya, butu, kusut, rebek, jelek,
belek. Kata istrinya “jodoh gue apes amat yah!”. Tidak akan timbul kewibawaan.
Kalau sudah tidak timbul wibawa. Ya bagaimanasih istri itu merasa dia wajib
taat pada suami.
Sodara hadirin jadi penampilan bukan cuman kewajiban istri
tapi suami harus mengimbangi itu sehingga dengan demikian pengertian di dalam
kehidupan berumah tangga ini akan indah jadinya.
Nah inilah prinsipnya kewajiban daripada suami lalu kemudian
apa kewajiban istri?
Pertama, istri itu berkewajiban taat dan
patuh kepada suaminya sepanjang perintah suaminya itu tidak untuk bermaksiat
kepada Allah.
Jangankan amalan yang mubah, amaln yang sunnah saja tidak
dijinkan oleh suami tapi dikerjakan oleh istri maka berdosa. Itu amalanm
sunnah, misalnya suami kebetulan ngambil cuti hari senin ada dirumah dan begitu
malam senin kata istri “bang besokkan hari senin saya mau puasa sunnah”, karena
istrinya santri biasa puasa senin kamis. Kata suaminya “Lu tega amat am ague
tumben perre senin”. Senin ada dirumah puasa “lu gue suruh ngapain?” ini umpama
lo yah, umpamanya. Lah lalu tanpa ijin si suami istri puasa juga bukan saja
tidak mendapat pahala dosa hukumnya itu. Ini amalan sunnah apalagi timbang pegi
arisan, apalagi timbang pegi ke tetangga, amalan sunnah tidak mendapat ijin
dari suami dosa untuk dikerjakan. Dengan uraian tadi dimana si suami tumben
hari senin cuti dan istri dadakan puasa lah suami ngganggur total.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Nabi saw. Bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ
وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
Artinya: “Wanita
mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan
masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa
Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Ini artinya seorang perempuan meninggal dunia ya dia suka
mengaji ya puasa senin kamisnya rajin sujudnya hebat dia meninggal dunia
suaminya nggak ridha itu syurga belum di bukakan sampe suaminya ridho
kepadanya. Ini begitu besar kewajiban untuk taat. Nah, disini suami wajib
ngimbangi jangan mentang-mentang istri wajib taat suami over acting kerjanya.
Tolak pinggang ama nunjuk “lo kalo gue bilang nyungsep, nyungsep!”, ya ndak
begitu juga wong contoh dari baginda nabi sendiri beliau itu menjahit bajunya,
memperbaiki kasurnya kalo bisa ya kerjakan tidak usah mengandalkan istri.
Kedua,
seorang istri berkewajiban untuk memperlihatkan budi pekerti yang baik terhadap
suaminya.
Budi pekerti yang baik itu bagaimana? Yang di isyaratkan
oleh nabi, kata baginda nabi: النِّسَاءِ
خَيْرٌ wanita yang baik yaitu الَّتِي
تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ dia itu yang menggembirakan kamu apabila
kamu memandangnya ini yang pertama. Apabila dipandnag oleh suaminya dia pandai
menggembirakan hati suaminya. Jadi, tolong ibu-ibu jadi istri yang siap pake,
nah! Itu istilahnya any time or ready standbye, apabila dipandnag dia
pandai menggembirakan hati suaminya. Suami pulang dari pasar dagang rugi istri
tampil “itulah bang romantikanya dagang ya sekali-kali rugi apa selalu untung
gelombang laut saja pasang surut”. Lah suamikan merasa ada penyejuk, ini
termasuk menggembirakan. Jangan suami sudah pulang dagang rugi, mikul keranjang
ngos-ngosan pulang dirumah istri ceramah emank lo laki goblok!” dagang pake
rugi. Inikan suami sudah di pasar rugi sampe dirumah di goblok-goblokin, lah
itu nanti akhirnya istri tidak bisa menyenangkan hati dirumah si suaminya kena
penyakit nggak betah dirumah. Mestinya dirumah lah malah dadakan di pos hansip
dia nongkrong sampe subuh lagi, ampe subuh.
Sodara
hadirin yang saya muliakan.
Pandai
menggembirakan menjadi penghidup usaha, suami gagal dagang nya rugi, gairahnya
bekerja menurun saat itu istri tampil jadi pengimbang yang baik, sehingga
demikian si suami lalu merasa ada sedikit air penyejuk. Bila di pandang dia
pandai menggembirakan hati suaminya. Bagus kalau seorang istri pada saat suaminya
dirumah dia berdandan dan ketika suaminya
ada dirumah dia apa adanya. Dan keliru besar sebab dandannya seorang
istri untuk menyenangkan hati suaminya merupakan ibadah.
Sodara
hadirin ciri yang kedua وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ
diperintah diapun taat kepadamu dan ciri yang ketiga وَلَا
تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ dia dapatmenjaga diri
baik waktu kamu tidak ada, baik menjaga dirinya sendiri ataupun menjaga hartamu tidak menggunakan
kesempatan dalam kesempitan.
Ketiga,
kewaiban istri yaitu dapat mengatur rumah tangga denagn baik.
Seorang
istri berkewajiban menata rumah tangganya dengan rapih dan mengatur rumah
tangga itu tidak perlu biaya mahal asal ditempatkan pada tempat yang serasi,
komposisi warna yang cocok dan tidak usah hiasan yang mewah-mewah. Orang lalu
terkesan rumahnya ini sejuk yah tata ruangannya kok enak dilihat, rapih, apit,
tidak mentang-mentang kepengen dilihat orang lalu semua ditaro diruang tamu.
Karpet sembahyang, piring naik ke ruang tamu semua. Walaupun mahal kalau tidak
pada tempatnya lalu orang berkata “ah ini kok terlalu amat yah”. Dan dapat
menata ini tentu karena pergaulan.
Sodara
hadirin yang saya muliakan.
Dengan
demikian ada suasana kebetahan seperti itu yang dikatakan oleh nabi: بىتى جنّه Rumah tanggaku laksana syurga bagiku,
laksana kebun tempat kita melepaskan lelah, dimana kita menemukan ketenangan,
tempat dimana kita menemukan refreshing dari segala kejenuhan dan kelelahan dan
dari tugas-tugas yang kita hadapi baik di kantor, ditengah masyarakat dan
lain-lain.
Keempat,
jangan menambah kesulitan suami.
Syukur
malah jikalau bisa membantunya, bahwa ada seorang istri yang bekerja yah bagus
asal bisa menjaga diri dan bisa menjaga kepercayaan dan kehormatan suaminya.
Dan suamipun yakin bahwa jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh istrinya itu
tidak bertentangan dengan agama, tapi kalau malah si suami yang
memperkerjakannya, si suaminya mengeksploitir istrinya ini namanya dzalim.
Istri yang disuruh kerja suaminya ongkang-ongkang kaki saja dirumah, istrinya
yang peras keringat banting tulang, ya kalo kerja tapi kalo dikerjain? Kan
lebih parah lagi. Kan tidak sedikit toh problema rumah tangga semacam ini,
sehingga dengan demikian akhirnya apa? Kendali rumah tangga di tangan istri
karena istri merasa dia yang cari duit, istri merasa dia yang berusaha dan di
kala itu jatuhlah suami dibawah komando istrinya, hilang wibawa dan hilang
charisma. Dan malah ini terbalik si suami ajdi istri dan si istri jadi suami.
Apalagi di jaman seperti sekarang ini walaupun pekerjaan sulit tapi mereka yang
memiliki wajah cantik, mudah tersenyum dan gampang bergaul tentu banyak saja
lapangan pekerjaan yang bertentangan dengan agama. Dan kewajiban istri yang
terakhir adalah.
Kelima,
hemat, cermat dan pandai menyimpan.
Jikalau
dia diberikan perhiasan oleh suaminya niatnya tidak lain pertama untuk
menyenangkan hati suaminya. Kedua, berjaga-jaga kalau nanti ada kesulitan toh
perhiasan ini bisa dimanfaatkan. Bukan untuk Show, tidak untuk
sombong-sombongan, tidak untuk hebat-hebatan. Denga sikap hemat, cermat, rajin
dan pandai menyimpan, memanfaatkan dan menggunakan maka nilai ekonomi dirumah
tangga in sya Allah akan mengalami stabilnya.
Demikian
sodara-sodara sepintas kewajiban suami istri dengan saling melaksanakan
kewajiban akan timbul saling pengertian dan dari pengertian akan timbul
ketenangan dan dari ketenangan in sya allah akan terwujud rumah tangga yang
bahagia. In sya Allah akan kita lanjutkan kewajiban bersama dan kewajiban
terhadap anak-anaknya. Mudah-mudahan ini bermanfaat, terima kasih ats segala
perhatian dan mohon maaf apabila terdapat kekurangan.
۞ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ
۞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar