Rabu, 18 Juli 2018

Hak dan Kewajiban sebagai suami dan istri


“HAK & KEWAJIBAN SEBAGAI SUAMI DAN ISTRI”.
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Banyak rumah tangga bahagia tercapai apa yang menjadi cita-cita dan tujuan, tetapi tidak jarang rumah tangga yang tenggelam sebelum sampai kepada pantai yang di tuju.
Pada saat perkenalan seseorang dia merasa bahwa pasangannya itulah yang akan memberikan kebahagian kepadanya, hari-hari dimana pertemuan selalu menjanjikan dan menyanyikan keindahan bahkan sehari tak bertemu rasa seminggu katanya, seminggu tak bertemu rasa sebulan, sebulan tidak bertemu, pingsan !. Tidak ada tanda-tanda sesuatu itu akan menjemukan namun, setelah memasuki kehidupan rumah tangga, baru beberapa bulan saja, baru beberapa tahun saja, semua impian tadi sirna dan musna, bahagia yang di sangka sengsara yang menimpa, keindahan yang di harap malah kemalangan yang tumbuh.
Itu sebabnya orang tidak bisa meresapi hikmah dari pada kehidupan berumah tangga, tidak menyadari tanggung jawab dan kewajiban yang berbuntut tidak timbulnya saling pengertian dan pada akhirnya tidak akan tumbuh ketenangan dalam rumah tangga itu.
Bukankah kewajiban akan saling memberikan pengertian, pengertian membawa ketenangan dan ketenangan adalah tangga utama untuk mencapai rumah tangga bahagia. Oleh karena itu kita mulai saja dengan kewajiban sebagai seorang suami di dalam memimpin rumah tangga bahagia itu.
Pertama, mempergauli istri dengan baik.
Setiap suami manakala dia sudah selesai mengucapkan ijab dan Kabul di hadapan tuan pemulu atau tuan Qadhi, maka iapun mengucapkan shigat ta’liq yang berisi perjanjian dari seorang suami, bahwa dia akan mempergauli istrinya dengan baik. Muasarah bil ma’ruf menurut tuntunan syariat agama islam.
Walaupun dhohirnya janji itu di ucapkan di depan tuan penghulu, namun pada hakikatnya itu merupakan janji seorang muslim kepada Allah SWT. ini tiada lain karena nikah menurut pandangan islam, merupakan sesuatu yang sakral, merupakan sesuatu yang suci dan ibadah kepada Allah swt. Firman Allah swt
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ…….
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa…” (Qs. An-Nisa: 19).

Dengan kata lain pernikahan harus dilaksanakan dengan dasar suka sama suka tidak ada pihak yang terpaksa dan tidak ada pula pihak yang di paksa. Kita tidup tidak lagi di jamannya siti nurbaya, walaupun barangkali cinta memang bisa timbul setelah pernikahan tapi akan lebih baik kalau dia di awali dengan saling kenal mengenal dan saling memahami latar belakang masing-masing untuk memudahkan saling pengertian:
وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ…..
Artinya: “….dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata…” (Qs. An-nisa: 19).
….وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Artinya:”….Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (Qs. An-Nisa: 19).
Ini merupakan tuntunan umum betapa seorang suami harus mempergauli istrinya dengan baik. Karena bagaimanapun hak milik seorang suami kepada istrinya adalah milkul manfa'ah, milik untuk mengambil manfaat bukan milkul mutlak sebagaimana seseorang memelihara budak umpamanya, yang bisa di hitam putihkan, bisa di jungkir balikan bisa di perlakukan dengan seenaknya itu bertentangan dengan tuntunan agama kita, adalah kewajiban seorang suami mempergauli istrinya dengan baik.
            Kedua, seorang suami harus menaruh perhatian, menjaga kehormatan dan bila perlu turut membantu, menolong pekerjaan istrinya.
            Menaruh perhatian sampai kepada hal-hal kecil, sehingga si istri merasa bahwa dia mendapat tempat dia mengadu, ada tempat dia melarikan persoalan, ada tempat Curhat, sejak sampai tingkah laku, berpakaian, perhiasan, make up dan lain sebagainya.
Karna tanpa ada perhatian dari seorang suami biasanya istri akan menjadi malas, baik utk bersolek, baik untuk membina dan mengatur rumah tangga dan lain sebagainya. Apalagi, tidak berat lidah untuk memuji perbuatan baik yang di lakukan oleh istrinya, dan tidak mencela secara langsung perbuatan-perbuatan salah yang dilakukan oleh istri, dia bisa menegur dengan bijaksana dan dewasa.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Seorang sahabat bernama salman Al-farisi mempunyai adik perempuan yang menikah dengan abi dzar Al-gifari, satu hari salman menengoki adik perempuan ini di rumahnya. Di lihatnya adeknya rambutnya acak-acakan, pakaiannya kumuh, pendeknya nggak enak di liat. Salman memberikan nasehat "kau bersoleklah sedikit supaya suamimu betah di rumah. Kata adiknya, "untuk siapa saya bersolek ?", salman "ya untuk suamimulah", adiknya menjawab "suami saya jarang di rumah", salman "Lalu kemana ?" adiknya " di mesjid terus".
Mendengar ini salman lalu pergi mengadu kepada baginda rasul kemudian baginda rasul mengatakan ( انّا لكل شْ حقّsegala sesuatu itu ada hak nya) Allah ada hak untuk di sembah istripun ada hak untuk di penuhi. Melalaikan suatu hak berarti melakukan kedzaliman. Disini kita melihat karena kurangnya perhatian abi dzar Al-ghifari kepada istrinya, akan mengakibatkan kemalasan si istri untuk mendandan dirinya sendiri. Dengan mendapat perhatian, maka kegairahan dalam berumah tangga rasa-rasanya akan mudah terwujud.
Kalau istri bersolek kata suaminya "akh, Kau memang pandai milih warna" walaupun barangkali warnanya nora betul, tapi kalo pada saat itu si suami jujur kan akan timbul pertengkaran. Kadang-kadang istri bersolek suami apa katanya? "Lu mah, dandan nggak dandan sama!”. Inikan sudah tidak menghargai, sudah tidak menaruh perhatian, “sudahlah, kamu dandan gak dandan, sama! gue kenyang liatnya". tentu istri akan tersinggung dan nantinya tidak ingin berdandan lagi.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Tidak menaruh perhatian, sehingga istri merasa tidak diperhatikan. Lah kalau sudah tidak diperhatikan lihat saja jangankan contoh seperti dirumah tangga, apa saja. Seorang anak kalo tidak merasa diperhatikan oleh orang tuanya dia akan sewenang-wenang. Begitu juga seorang pegawai kalau sudah merasa tidak diperhatikan oleh atasannya maka semaunya kerja. Begitupun seorang istri kalau dia sudah merasa tidak diperhatikan oleh suaminya, akibatnya dia akan dandan semaunya dia akan ngurus rumah tangga semaunya, dia akan memasak-masak semaunya dan kalo sudah semaunya begini alamat tidak aka nada keharmonisan di dalam kehidupan rumah tangga itu sendiri.
Suami yang baik sangat menaruh perhatian kepada istrinya dari hal yang kecil sampai hal yang besar, tapi tidak lalu berlebihan dan kelewatan. Contoh, karna terlalu perhatian dan ingin tahu, jangan lalu suaminya yang beliin bedak, over acting namanya. Berlebih-lebihan sampai kepada sesuatu yang tidak pada tempatnya.
Disamping menaruh perhatian juga menjaga kehormatan istri dan bila ada waktu dia turut membantu, menolong pekerjaan dari pada istrinya. Bukankah seorang perempuan mau melakukan nikah dengan seorang laki-laki karena dia mendambakan hidup yang bahagia. Terus terang saja itu kadang-kadang istri kita ini lebih banyak borongan. Yang saya maksud borongan itu, ya dia masak, ya dia nyuci, ya dia membersihkan rumah tangga, istri borongan.
Baiklah kalau memang barangkali kondisi ekonomi kita belum menunjang kearah sana, tetapi walaupun istri berkewajiban utk taat kepada suami tetapi adalah wajar suami juga tenggang rasa dan timbang-timbang untuk membantu istrinya. Rasulullah saja tidak jarang menjahit bajunya sendiri, memperbaiki kasurnya sendiri Artinya pada waktu yang terluang yang memang bisa dilakukan jangan mengandalkan kepada istri dengan demikian istri merasa, bahwa resiko membina rumah tangga merupakan resiko bersama.
Ketiga, seorang suami yang baik tidak mengeluarkan kata-kata yang kasar.
Kenapa sih seorang suami tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang kasar, sebab apa? Perempuan adalah mahluk yang paling cepat tersinggung , perasaannya halus dan saya kira perempuan itu lebih sakit di tampar dengan Bahasa daripada ditampar dengan tangan. Kalau ditampar dia dengan tangan urusannya paling nangis dua atau tiga jam, tapi ditampar dia denga kata-kata, di tampar dia dengan omongan itu sangat menyakiti hatinya.
Seorang suami yang baik tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan. Kata-kata kasar, dia pandai menggunakan kata-kata yang baik untuk emnghidupkan rumah tangganya. Rasulullah seringkali emmanggil Aisyah itu dengan humairoh, حميراء  humairo dari kata a’mar yang kemerah-merahan. Sebab rupanya kulit pipi Aisyah itu kuning kemerah-merahan seperti tomat mengkel. Sehingga panggilannya تعل ىا حمىراء  kemarilah wahai yang kemerah-merahan. Alangkah indahnya panggilan ini. Kadang-kadang kitamah jujur suami ini ketauan istri bongkok, enak aja manggilnya, “bongkok!, sini lu”, jujur tapi nyakitin.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Kadang-kadang inilah, Bahasa perbuatan sangat berpengaruh dalam menciptakan keharmonisan dirumah tangga. Waktu pacaran mah manggilnya “yank”, “hummmn.. Mau kemana yank ?” Udah endah aja ini. Begitu berumah tangga masih indah, manggilnya "kakanda", punya anak satu "bapaknya anak-anak", punya anak dua "Bapak Lu", sudah tiga anaknya, bapaknya hilang, manggilnya “Elu”.
Panggilan ini mengalami pergeseran. Lah begitu juga suami, ketika pacaran bukan main, ketika melakukan akad nikah sedang honey mau bulan madu, asyik betul. Kemana-mana selalu bersama, kondangan selalu bersama, resepsi pergi bersama, jalan bergandengan tangan, istri sedikit terpeleset kuatir bukan main, "hati-hati yank". Uhmnn...Sudah anak tiga istri ngajak kondangan, kata suaminya apa?  "Lu pegi duluan aja dah", pulang kondangan istri lapor "Bang saya kepleset", jawab suaminya apa ? "Emank lu mau mampus", kejaaaaam betul. Hilang panggilan yang tadinya begitu mesra.
Sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Ini kata-kata tadi keliatannya kecil saja, tapi sangat besar pengaruhnya dalam menciptakan rumah tangga yang bahagia ini. Suami yang baik tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaan, kalaupun dia marah betul dia tidak mencaci maki secara langsung, dia bisa menggunakan kata-kata kiasan. Maka agama memberikan tuntunan, jika suami marah jangan memukul muka dan memukulpun bagian terakhir jangan jalan pertama. Kadang-kadang ada juga di jaman sekarang suami marah sama istri seperti orang gebukin maling. Jangan !, kata agama jika kamu memang tidak suka, tegur dengan kata-kata, lemah lembut, jika lemah lembut tidak bisa juga, sedikit keras, sedikit keras tidak bisa, bentak, di bentak juga masih nekad, ya pisah tempat tidur, pisah tempat tidur pun tidak bisa, ya pukul, jangan mukanya bagian lain dari tubuh itupun tujuannya bukan utk nyakitin tapi untuk mendidik.
Sodara hadirin rahimakumullah.
Misalnya istri tidak sholat, suami tampil, “buk sholat, malu dong sama tetangga kalau ndak sholat”. Kalu lemah lembut tidak bisa besok kencengin lagi dikit ngingatinnya, “kemarinkan udah di bilangin sholat!”, dua kali. Belum juga mau, “sholat gak nih?”. Mulai naik tensi omongan, masih nekad? “begini saja, saya dari kalem ampe bentak sekarang kamu gak juga sholat. Saya mulai gak enak pikirannya, mulai ntar malam kamu tidur kamar depan saya tidur kamar belakang, pisah tempat tidur.
Kadang-kadang gak kuat emosi kalo sudah marah sama istri ngeludes lalu istri di usir, “sudah!, pulang kerumah moyangmu sana”. Kata agama jangan, pisah tempat tidur saja, “sudah, kamu tidur kamar depan, saya tidur kamar belakang”, pisah tempat tidur. Kenapa? Nanti malam kalau hujan turun pikiran berubah dan merasa perlu kan tinggal pindah kamar.
Secaar psikologis doara-sodara jadi, melalui prosesing. Oleh sebab itu kata-kata sangat besar pengaruhnya di dalam membina kehidupan dirumah tangga. Seorang suami yang baik tidak mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung istrinya, sebaliknya istripun demikian tidak mengeluarkan kata-kata yang menyinggung perasaa suaminya walaupun sama dosa nya yah, tapi lebih besar ketersinggungan seorang suami daripada seorang istri ini. Namun agama memberikan tuntunan, suami yang lebih dahulu yang diajarkan jangan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyinggung perasaan baik itu menyangkut dandanan istri, caranya pakaian, jalannya ataupun masakannya. Jadi, masakannya sekalipun tidak kita sukai ya tidak usah. Misalnya, sayurnya keasinan begitu di cobain mata platat plotot. Keasinan, dan gak usah lantas tolak pinggang, “lo masak ngelotot ya?”, tidak usah.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Jadi, itu dari segi masakan, dari segi pakaian. Umpamanya istri kita berpakaian tidak sesuai dengan tuntunan agama, cukup kita bisa berkata “pakaianmu sebenarnya sih bagus, motifnya, potongannya. Cuman kok potongan badanmu keliatan betul terbungkus pakaian itu, alangkah lebih baiknya…”, dengan demikian istri nggak tersinggung. Darpada sudah bagus-bagus lalu si suami ngobral  kata tidak enak, “bagus lu kaya nangka di krosoin” allahu akbar. Istri tentu saja tersinggung atau dia pakai bedak berlebihan, ya tentu diapun begitu karena dirinya punya kebanggan suaminya jalan dengan dia, dia merasa bangga. Tapi over bedaknya berlebihan, lipstiknya berlebihan. Suami usil begitu istrinya keluar ditanya, “mau main topeng monyet dimana?”, tentu dia akan tersinggung karenanya, ini yang ketiga.
Keempat, Seorang suami yang baik jangan memberikan pekerjaan di luar batas kemampuan isterinya, tugas istri itu nyaris 1x24 jam, seorang suami bagaimanapun payah dia bekerja, pulang dia beristirahat tidur malam dia bisa tidur dengan nyenyak, tapi seorang istri apalagi dia punya anak kecil bayi, misalnya. itu nyaris jam kerjanya 1x24 jam, sejak bangun tidur sampai tidur lagi bahkan tidurnyapun selalu di usik oleh anaknya, anaknya kalem, bapaknya yang ngusik.
Jadi, jangan memberikan pekerjaan di luar batas kemampuan. Kata pepatah "Apabila kamu ingin di taati, perintahlah apa yang orang mampu kerjakan”. Jadi, kalo kita memerintahkan seseorang untuk melaksanakan sesuatu yg jelas dia tidak mampu, itu artinya kita tidak ingin di taati oleh orang itu, bukan dia tidak mau taat tapi jenis pekerjaan yang kita berikan diluar batas kemampuannya. Lah, kalau sudah begitu itu lalu saja seakan-akan menurun jadinya.
Tadi sudah saya katakana, kadang-kadang istri kita ini, istri borongan. Dalam arti ya dia masak, ya dia nyuci, ya dia ngepel, ya dia jemur, ya dia nyetrika, borongan. Terlalu berat tugasnya oleh karena itulah seorang suami yang baik, dia harus tenggang rasa tembang diri, tidak memberikan pekerjaan di luar batas kemampuan dari pada istri. Kalo tidak mampu karena merasa dimanjakan oleh suaminya, karena merasa mendapat angina lalu manjakan mestinya mampu lalu berpura-pura tidak mampu. Apalagi suaminya sedikit-sedikit mau menolong dia. Di posisi ini bisa berbalik loh karena terlalu memanjakan istri, istri bisa ngelunjak kahirnya suami yang nyuci, suami yang nyetrika, istri? Istri tidur. Walaupun tentu saja tidak jelek tetapi itu sudah over acting namanya.
Sodara-sodara hadirin kaum muslimin rahimakumullah.
Kelima, mencukupkan belanja rumah tangga.
Cukup itu relatif, cukup menurut ukuran standar kemampuan kita. Sebab kemampuan kita mungkin tidak batas, tetapi kemampuan kita yang terbatas. Kalau kemauan ini bisa kita ukur dengan kemampuan Insya Allah kita cukup, orang kaya adalah orang yang hidupnya paling cukup. Salah kalo kita berkata kalau orang kaya itu yang rumahnya gedung bertingkat, tidak betul orang kaya itu yang mobilnya lima yang gajinya jutaan yang kebun nya luas, tidak ! Orang kaya orang yang hidupnya cukup. Orang miskin ? Orang yang selalu merasa kurang.
Jadi, kalau ingin jadi orang kaya, gampang sekali cukup dengan apa yang diberikan Allah kita sudah kaya . Tapi kalo ingin miskin maka bukalah mata selebar-lebar bagaimanapun banyak nikmat Allah berikan kepada kita tidak pernah ada rasa cukup dikala itu akan tertanam sifat kemiskinan di dalam diri. Maka ukuran cukup ini relatif, jadi kalo memang ekonomi menengah kebawah jangan ingin cukup seperti halnya ekonomi menengah keatas.
Nah, sodara-sodara disamping belanja rumah tangga, makanan, minuman dan lain sebagainya. Bila ada kelebihan rizki juga perhiasan istri karna istri itu:
الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة )رواه مسلم(
Artinya: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah.
 (HR. Muslim)
Perhiasan hidup di dunia. Jangan lalu berat hati "eh, kan suami yang peras keringat banting tulang pergi pagi pulang sore, mestinya suami dulu dong penuhi makan, minuman dan pakainnya", memang betul, tapi jangan lupa istri itu bagian dari hidup suami baik dia di pandang orang, baik pula kita sebagai suami di pandang orang. Orang nanti bilang, "mpo ano", "knp ?", “gua gerrang banget liatnya", "emang knp ?", " ke pasar pake kutang doang", kata temannya :" terang saja dia kan bini nya si udin itu”, si udin yang nggak tau apa-apa ikut kesebut juga, istri adalah bagian hidup dari suami. Suami mentang-mentang dia cari duit lalu buat dirinya dia beli pakaian yang mahal-mahal istrinya cuman nggak karung doang di pakaiin.
Istri adalah bagian dari hidup kita baik dia dilihat orang baik  kita diliat orang, jelek dia di mata orang jelek juga kita jadi pembicaraan orang. Ini tidak lain karena dia perhiasan bagi suami dan bagian dari kehidupan kita adalah suatu perbuatan dzolim misalnya, kalau seorang suami manakala dia memperoleh rizki mampir di restaurant. Kalau tidak ada duit baru dia pulang kerumah, sementara dia enak-enak makan-makan yang serba nikmat dan lezat di restaurant serba ada istrinya dirumah cukup kangkung saja sama toge. Adalah suatu perbuatan dzolim, istri berhak menuntut karena itu memang merupakan haknya. Begitu besar nilai pahala memberuikan nafkah ini sampe-sampe nabi dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam muslim dan hamad bersabda:
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
Artinya: “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen)” (HR. Muslim no. 995).
Uang yang kamu belanjakan di jalan Allah, uang yang kamu belanjakan untuk membebaskan budak, uang yang kamu sedekahkan kepada miskin dan uang yang kamu belanjakan untuk menafkahkan keluargamu pahalanya itu lebih besar uang yang kamu belanjakan untuk nafkah keluargamu. Ya Allah! Jadi rupanya pahalanya sedemikian besar, sodara hadirin yang saya muliakan ini kewajiban yang kelima.
Keenam, Seorang suami yang baik harus berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dari pada istrinya, sebab selain dari pada berfungsi sebagai seorang suami, dia juga berfungsi sebagai guru dari pada istrinya.
Kalau dia tidak bisa membimbingnya secara langsung setidaknya doronglah istrinya untuk menghadiri pengajian, majelis-majelis taklim bergaul denagn ustadzah-ustadzah sehingga terdapatlah peningkatan pengetahuan paling kurang pergaulan dan pengetahuannya bertambah luas, cara pandangnya juga tidak terlalu sempit karnanya. Sebaliknya inipun harus dimanfaatkan oleh istri sebaik-baiknya dengan niat ikhlas dari rumah mencari ilmu, yang repot kadang-kadang brangkat ngaji sampai di pengajian suaminya di akur-akurin atau tetangganya jadi bahan gunjingan, ngajinya setengah jam ngomongin orang sejam setengah. Ini malaikat bingung, “brengsek bangat ni orang”.
Ini yang kadang-kadang menimbulkan hal negatif, padahal keluarnya dari majelis ta'lim, keluarnya dari pengajian tapi karena di pengajian yang di liat anting temannya, gelang temannya, rante temannya, lalu walaupun nggak tau jadi blaga sok tahu baru dapat berita burung, "eh, katanya si ano ?","woooohhh,, iya ano-ano".
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Akhirnya nantikan suami jadi pegel, “lah kok di suruh ngaji bukannya jadi benner malah gossip”. Rupanya ini tidak memanfaatkan peluang yang di berikan itu seperti seharusnya. Jadi kalo memang seorang suami tidak bisa membimbing langsung istri dalam hal peningkatan ilmu pengetahuan, doronglah dia berikan kesempatan untuk menghadiri pengajian, majelis ta,lim lebih membuka nuansa pergaulan, memperluaskan pandangannya dan ada refresing. Ini yang perlu, refresing. Apakah suami ini pernah membayangkan bagaimana kalo kita 1x24 jam, mesti ada di rumah saja ? Tiap hari menghadapi hal-hal yang itu saja ? Apa tidak menimbulkan kejenuhan ? Kalo kita begitu apa istri pun tidak begitu ? Karna itu sangat bijaksana kalau ada waktu luang ajaklah istri dan anak-anak makan di rumah makan, kalau ada kelebihan rizki. Tapi jangan maksa-maksa karena terlalu ingin lalu ngutang dulu sama teman, jangan itu juga gak betul. Niatnya baik cuman ngutangnya tadi yang nggak betul. Ya refresing, rileks, santai apa itu ketaman safari, apa itu ke bogor supaya istri merasa ini merasa ada selingan tidak jenuh, tidak monoton. Sebab kalau dia jenuh akhirnya kan, “gue bolak-balik dapur melulu”.
Sodara-sodara kaum muslimin rahimakumullah.
Kejenuhan ini pada suatu saat akan meledak tanpa tersalurkan, dia akan akhirnya mencari saluran sendiri ia kalau positif, kalau negative? Innalillah.
Oleh karena itu seorang suami yang baik berkewajiban meningkatkan pengetahuan isterinya sebab boleh jadi istri tidak melaksankan kewajiban karena ketidaktahuannya. Lah kalo tidak tahu jangan di goblok-goblokin, mestinya di bimbing diberikan kesempatan ngaji, “kamu di suruh begini saja nggak bisa, emank goblok!”. Bukan di bombing malah di goblok-goblokin. Lalu isterinya Bahasa prancisnya itu “ngelongso”, apa itu ngelongso? Narik diri, apa katanya?, “Lo tau gue goblok napa kawin sama gue?”. Nahh, atau pada kata yang lebih ndak enak, “gue di goblok-goblokin juga, di pake juga!”. Kan lebih tidak enak lagi toh?. Jadi, sodara-sodara hal-hal yang memerlukan kesabaran diri memang menuntut kedewasaan diri.
Seorang suami yah kalo satu atau dua bulan berumah tangga segalanya masih menjanjikan dan menyanyikan keindahan, tapi makin hari kita bergaul dirumah tangga, kita makin tahu. Karakter, mental, sifat diri daripada istri. Kekurangannya mulai kelihatan, keburukan wataknya mulai Nampak di kali itulah kita sebagai suami harus merasa sabar membimbing mereka. Kalau waktu dua bulan atau tiga bulan pertama rumah tangga namanya honey mount segalanya indah mana ada kekurangan, masakan keasinan lezat!, nasi kekerasan, asyik! Segalanya yah tidak pernah salah selalu betul. Istri masak keasinan liat si suami mlotot mata nanya, “sayur keasinan yah?”, “enggaaak!” soal keasinan bagus. Keasinan masih bagus, kenapa? Udah endah aja dah. Tapi mampukah ini bertahan? Ini yang jadi masalah, mempertahankan Susana kebersamaan itu.
Sodara hadirin kaum muslimin seiman dan sekeyakinan yang berbahagia.
Ketujuh, memberi kesempatan kepada istri untuk menengok atau bersilaturahmi denagn orang tuanya, kerabatnya atau tetangganya.
Walaupun nantinya yah, istri tidak boleh menggunakan dengan salah, karena apa? Karena orang tuda dan mertua itu Cuma istilah hakekatnya ya sama ya mertua ya orang tua dan apalagilah orang tua kita. Itu cuman satu istilah, perbedaan istilah tidak mesti kita berbeda sikap!, jangan kalau mertua yang datang suami curiga istri dorong-dorong:”Babeluh tu datang”, babeh lu katanya. Lalu belum apa-apa sudah buruk sangka, “biasa babehlu”, ini sudah gak enak toh, “biasa datang bawa jeruk pulang pinjem duit”. Allahu akbar, inikan sudah menanamkan rasa tidak enak dan malah akan lebih baik jikalau mertua suami menyambut lebih dahulu sehingga Nampak kecintaannya tidak lagi membedakan Antara mertua dengan orang tua. Karena itu hanya sekedar istilah.
Memberi kesempatan seorang istri walaupun akan kerumah orang tuanya sendiri dan ijin suami itu wajib. Jangan merasa “sayakan mau kerumah orang tua sendiri pergi kerumah orang tua kan ibadah”, iyah!. Tapi kalo sudah punya suami yang pertama suami. Bukankah sodara pernah dengar suatu riwayat seorang sahabat akan pergi jihad di medan perang membela agama. Ketika akan berangkat dia pesan sama istrinya “aku mau perang membela agama, aku pesan kalau aku belum pulang kamu jangan keluar rumah”, “baik” jawab istrinya.
Berangkatlah si suami ini dengan iringan doa istrinya. Jadi ini istri yang baik yah suami pergi ke kantor istri berdo’a itu letak kerja sama. “ya Allah kata istri dalam do’anya itu mudahkan rezeki suami saya kalo rezekinya masih di langit turunin ya Allah kalau masih terpendam di perut bumi keluarkan ya Allah, kalau masih jauh dekatkan ya Allah”. Ikhlas melepas suami dengan iringan doa suamipun berusaha lapang tapi kalo berangkat keluar rumah sudah dilepas oleh demo, tau demo? Monyong!. Itu suami berangkat juga hatinya sudah kusut sudah tidak dilepas dengan do’a lalu istri juga suaminya berangkat do’a,”sudah dah jangan di kasih rezeki dah tuhan nanti kalau di kasih rezeki kawin lagi, nah!”.
Kalau sudah semacam ini yang terjadi bukankah masing-masing yang berangkat kusut yang melepaspun pikiran nggak enak. Disitu letak kerja sama.
Sodara hadirin kaum muslimin rahimakumullah.
Setelah suaminya ini pergi datang utusan dari orang tua si istri. “salam buk!”, di jawab “waalaikumsalam, ada apa?”, utusan itu berkata “orang tua ibu sakit keras diminta datang”, si istri itu menjawab ”maaf suami saya barusan saja berangkat dan suami saya bilang kalau dia belum pulang perang saya tidak boleh keluar rumah, tolong sampaikan maaf saya ke orang tua saya, saya belum bisa datang karena begitu pesan suami saya”. Lalu pulang utusan ini namun besoknya utusan ini balik lagi dan ditanya sama istri itu”bagaimana?”, dijawab oleh utusan “aduh buk orangtua ibu makin parah kelihatannya tidak ada harapan datang dah sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir”, di jawab oleh istri itu”suami saya belum pulang saya tidak berani keluar rumah sebab begitu pesannya sudah pulang saja saya ikut do’a mudah-mudahan orang tua cepat sembuh”. Esoknya hari ketiga utusan ini datang lagi dan ditanya oleh istri:”bagaimana?”, dijawab:”sudah meninggal bu! Barangkali sebelum di kubur ibu mau ketemu”, apa jawab istri ini? “maaf saja bagaimanapun berat hati saya suami saya belum pulang pesannya tadi begitu”. Ini rupanya utusan kessel “ini orang sama orangtua  sendiri gini-gini amat”, lalu utusan ini melapor kepada baginda rasul apa jawab beliau? Baginda rasul malah berkata “Dosa orangtua yang meninggal ini sudah diampuni oleh Allah karena dia mempunyai anak perempuan yang begitu taat kepada suaminya”. Allahuakbar, jadi ketaatannya kepada suaminya ini diberikan satu ganjaran oleh Allah mengampuni dosa orangtua yang sudah meninggal ini.
Jadi jangan mentang-mentang merasa mau kerumah orangtua sendiri, slonong boy. “Masa bodo laki mau tau gak tahu pokoknya gue mau kerumah orangtua gue sendiri”. Jangan lupa setelah berumah tangga rangking urusan pertama suami setelah itu barulah orangtua.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Begitu juga istri yang baik, mendapat ijin dari  suaminya “bu tolong ambilin uang di dompet”, sudah ijin istri yang baik dompetnya di bawain “ini saja bang ambil sendiri nnati kalau saya ambil 10 ribu merasa kurang 20 ribu lagi. Ambil saja sendirilah”. Lain dengan istri yang nyoloncong suami pergi mandi dompet acak-acakan”.
Sodara hadirin baik silaturrahmi itu kepada orangtua atau kerabat keluarga lain ataupun tetangga. Tetangga itu perlu sepanjang  dia menghasilkan nilai-nilai positif karena memang kita  mahluk bermasyarakat yang tidak boleh kalau dengan bertetangga itu menghasilkan hal-hal yang negative.
Kedelapan, wajib bersikap lapang dada dan sabar menghadapi kekurangan-kekurangan yang ada pada istrinya. Lapang dada dan sabar sebab memang membangun manusia itu lebih sulit dari membangun jembatan. Kalau memperbaiki jembatan mungkin seminggu dua minggu selesai tapi memperbaiki watak seseorang membutuhkan waktu lama. prosesing diperlukan kesabaran, sikap lapang dada dan sabar menghadapi kekurangan-kekurangan yang ada pada istrinya dan kekurangan-kekurangan itu jangan di ceritakan pada yang lain. Kan ada toh kadang-kadang suami kalo ngobrol sama temannya kekurangan istrinya jadi bahan diskusi “bini gue payah bangat da ah”, loh gak ada yang nanya istrinya di payah-payahin. Bukannya malu mengorek aib sendirikan sama saja menepuk air di dulang toh. Itu artinya kalau aib istri kita, kita ceritakan dimana-mana bukankah artinya menceritakan aib kita sendiri karena istri bagian dari kehidupan kita sebagaimanapun seorang istri tidak boleh menceritakan aib dan kekurangan suami di masyarakat. Malah dia harus menutupi malah kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan suaminya harus dia jaga dia tetap bangga dimata saya suami saya adalah arjuna yang tidak punya kekurangan apa-apa.
Kalaupun orang bawakan berita tidak betul itu. Walaupun hatinya panas dia masih bisa menunjukan wajah yang sejuk walaupun dalam hati yang panas. Sebab sodara-sodara apabila kita tidak punya filter, kita mau tenang tapi kita bisa di bakar oleh yang lain tapi kalau filter menyaring, “bo iya masa iya?”. Sehingga dengan demikian sikap lapang dada dan kesabaran ini walaupun diutamakan kewajiban suami sekaligus merupakan pertimbangan bagi istri.
Kesembilan, seorang suami wajib berpenampilan bersih di hadapan istrinya.
Sehingga nanti menimbulkan wibawa dan dari wibawa lahir rasa hormat tapi kalo suami kelihatan didepan istrinya, butu, kusut, rebek, jelek, belek. Kata istrinya “jodoh gue apes amat yah!”. Tidak akan timbul kewibawaan. Kalau sudah tidak timbul wibawa. Ya bagaimanasih istri itu merasa dia wajib taat pada suami.
Sodara hadirin jadi penampilan bukan cuman kewajiban istri tapi suami harus mengimbangi itu sehingga dengan demikian pengertian di dalam kehidupan berumah tangga ini akan indah jadinya.
Nah inilah prinsipnya kewajiban daripada suami lalu kemudian apa kewajiban istri?
Pertama, istri itu berkewajiban taat dan patuh kepada suaminya sepanjang perintah suaminya itu tidak untuk bermaksiat kepada Allah.
Jangankan amalan yang mubah, amaln yang sunnah saja tidak dijinkan oleh suami tapi dikerjakan oleh istri maka berdosa. Itu amalanm sunnah, misalnya suami kebetulan ngambil cuti hari senin ada dirumah dan begitu malam senin kata istri “bang besokkan hari senin saya mau puasa sunnah”, karena istrinya santri biasa puasa senin kamis. Kata suaminya “Lu tega amat am ague tumben perre senin”. Senin ada dirumah puasa “lu gue suruh ngapain?” ini umpama lo yah, umpamanya. Lah lalu tanpa ijin si suami istri puasa juga bukan saja tidak mendapat pahala dosa hukumnya itu. Ini amalan sunnah apalagi timbang pegi arisan, apalagi timbang pegi ke tetangga, amalan sunnah tidak mendapat ijin dari suami dosa untuk dikerjakan. Dengan uraian tadi dimana si suami tumben hari senin cuti dan istri dadakan puasa lah suami ngganggur total.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Nabi saw. Bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
Artinya:Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Ini artinya seorang perempuan meninggal dunia ya dia suka mengaji ya puasa senin kamisnya rajin sujudnya hebat dia meninggal dunia suaminya nggak ridha itu syurga belum di bukakan sampe suaminya ridho kepadanya. Ini begitu besar kewajiban untuk taat. Nah, disini suami wajib ngimbangi jangan mentang-mentang istri wajib taat suami over acting kerjanya. Tolak pinggang ama nunjuk “lo kalo gue bilang nyungsep, nyungsep!”, ya ndak begitu juga wong contoh dari baginda nabi sendiri beliau itu menjahit bajunya, memperbaiki kasurnya kalo bisa ya kerjakan tidak usah mengandalkan istri.
Kedua, seorang istri berkewajiban untuk memperlihatkan budi pekerti yang baik terhadap suaminya.
Budi pekerti yang baik itu bagaimana? Yang di isyaratkan oleh nabi, kata baginda nabi: النِّسَاءِ خَيْرٌ wanita yang baik yaitu الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ dia itu yang menggembirakan kamu apabila kamu memandangnya ini yang pertama. Apabila dipandnag oleh suaminya dia pandai menggembirakan hati suaminya. Jadi, tolong ibu-ibu jadi istri yang siap pake, nah! Itu istilahnya any time or ready standbye, apabila dipandnag dia pandai menggembirakan hati suaminya. Suami pulang dari pasar dagang rugi istri tampil “itulah bang romantikanya dagang ya sekali-kali rugi apa selalu untung gelombang laut saja pasang surut”. Lah suamikan merasa ada penyejuk, ini termasuk menggembirakan. Jangan suami sudah pulang dagang rugi, mikul keranjang ngos-ngosan pulang dirumah istri ceramah emank lo laki goblok!” dagang pake rugi. Inikan suami sudah di pasar rugi sampe dirumah di goblok-goblokin, lah itu nanti akhirnya istri tidak bisa menyenangkan hati dirumah si suaminya kena penyakit nggak betah dirumah. Mestinya dirumah lah malah dadakan di pos hansip dia nongkrong sampe subuh lagi, ampe subuh.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Pandai menggembirakan menjadi penghidup usaha, suami gagal dagang nya rugi, gairahnya bekerja menurun saat itu istri tampil jadi pengimbang yang baik, sehingga demikian si suami lalu merasa ada sedikit air penyejuk. Bila di pandang dia pandai menggembirakan hati suaminya. Bagus kalau seorang istri pada saat suaminya dirumah dia berdandan dan ketika suaminya  ada dirumah dia apa adanya. Dan keliru besar sebab dandannya seorang istri untuk menyenangkan hati suaminya merupakan ibadah.
Sodara hadirin ciri yang kedua وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ diperintah diapun taat kepadamu dan ciri yang ketiga وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ dia dapatmenjaga diri baik waktu kamu tidak ada, baik menjaga dirinya sendiri  ataupun menjaga hartamu tidak menggunakan kesempatan dalam kesempitan.
Ketiga, kewaiban istri yaitu dapat mengatur rumah tangga denagn baik.
Seorang istri berkewajiban menata rumah tangganya dengan rapih dan mengatur rumah tangga itu tidak perlu biaya mahal asal ditempatkan pada tempat yang serasi, komposisi warna yang cocok dan tidak usah hiasan yang mewah-mewah. Orang lalu terkesan rumahnya ini sejuk yah tata ruangannya kok enak dilihat, rapih, apit, tidak mentang-mentang kepengen dilihat orang lalu semua ditaro diruang tamu. Karpet sembahyang, piring naik ke ruang tamu semua. Walaupun mahal kalau tidak pada tempatnya lalu orang berkata “ah ini kok terlalu amat yah”. Dan dapat menata ini tentu karena pergaulan.
Sodara hadirin yang saya muliakan.
Dengan demikian ada suasana kebetahan seperti itu yang dikatakan oleh nabi: بىتى جنّه Rumah tanggaku laksana syurga bagiku, laksana kebun tempat kita melepaskan lelah, dimana kita menemukan ketenangan, tempat dimana kita menemukan refreshing dari segala kejenuhan dan kelelahan dan dari tugas-tugas yang kita hadapi baik di kantor, ditengah masyarakat dan lain-lain.
Keempat, jangan menambah kesulitan suami.
Syukur malah jikalau bisa membantunya, bahwa ada seorang istri yang bekerja yah bagus asal bisa menjaga diri dan bisa menjaga kepercayaan dan kehormatan suaminya. Dan suamipun yakin bahwa jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh istrinya itu tidak bertentangan dengan agama, tapi kalau malah si suami yang memperkerjakannya, si suaminya mengeksploitir istrinya ini namanya dzalim. Istri yang disuruh kerja suaminya ongkang-ongkang kaki saja dirumah, istrinya yang peras keringat banting tulang, ya kalo kerja tapi kalo dikerjain? Kan lebih parah lagi. Kan tidak sedikit toh problema rumah tangga semacam ini, sehingga dengan demikian akhirnya apa? Kendali rumah tangga di tangan istri karena istri merasa dia yang cari duit, istri merasa dia yang berusaha dan di kala itu jatuhlah suami dibawah komando istrinya, hilang wibawa dan hilang charisma. Dan malah ini terbalik si suami ajdi istri dan si istri jadi suami. Apalagi di jaman seperti sekarang ini walaupun pekerjaan sulit tapi mereka yang memiliki wajah cantik, mudah tersenyum dan gampang bergaul tentu banyak saja lapangan pekerjaan yang bertentangan dengan agama. Dan kewajiban istri yang terakhir adalah.
Kelima, hemat, cermat dan pandai menyimpan.
Jikalau dia diberikan perhiasan oleh suaminya niatnya tidak lain pertama untuk menyenangkan hati suaminya. Kedua, berjaga-jaga kalau nanti ada kesulitan toh perhiasan ini bisa dimanfaatkan. Bukan untuk Show, tidak untuk sombong-sombongan, tidak untuk hebat-hebatan. Denga sikap hemat, cermat, rajin dan pandai menyimpan, memanfaatkan dan menggunakan maka nilai ekonomi dirumah tangga in sya Allah akan mengalami stabilnya.
Demikian sodara-sodara sepintas kewajiban suami istri dengan saling melaksanakan kewajiban akan timbul saling pengertian dan dari pengertian akan timbul ketenangan dan dari ketenangan in sya allah akan terwujud rumah tangga yang bahagia. In sya Allah akan kita lanjutkan kewajiban bersama dan kewajiban terhadap anak-anaknya. Mudah-mudahan ini bermanfaat, terima kasih ats segala perhatian dan mohon maaf apabila terdapat kekurangan.
۞ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَ كَا تُهُ ۞







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Syarhil "NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM".

"PERSATUAN DAN KESATUAN DARI TEMA NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM” Sebagai hamba yang beriman, marilah kita tundukan kepala seraya...